Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH DAKWAH SUNAN AMPEL

Dibuat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sejarah Dakwah

Dosen pembimbing : Abdul Ghofur Lc., M.A.

Oleh :

Fawaid Zainal Arifin 20181320019

Moch. Arifudin 20181320022

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA SYARIFUDDIN LUMAJANG

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Dakwah Sunan Ampel tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Lumajang, 18 September 2018

Kelompok Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengenal Sunan Ampel ...................................................................... 3
B. Sejarah Dakwah Sunan Ampel ............................................................ 4
C. Korelasi Strategi Dakwah Sunan Ampel ............................................ 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Walisongo atau walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara
Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-
Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.1
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo
ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.2
Dalam artikel ini akan membahas dan mengupas salah satu wali dalam sejarah
walisongo yakni Sunan Ampel. Dari biografi Sunan Ampel, sejarah dan strategi
dakwah beliau serta korelasi strategi dakwah beliau terhadap strategi dakwah
modern di masa ini.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Sunan Ampel ?
2. Bagaimana sejarah dakwah Sunan Ampel ?
3. Bagaimana korelasi strategi dakwah Sunan Ampel terhadap strategi
dakwah pada masa kini?

1
Wikipedia.Walisongo.http://www.wikipedia.org/wiki/walisongo
2
Wikipedia.Walisongo.http://www.wikipedia.org/wiki/walisongo

1
C. Tujuan
1. Mengenal Sunan Ampel
2. Mengetahui sejarah dakwah Sunan Ampel
3. Mengetahui korelasi strategi dakwah Sunan Ampel terhadap strategi
dakwah pada masa kini

D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang Sunan Ampel dan
strategi dakwahnya.
2. Mengimplementasikan strategi dakwah Sunan Ampel terhadap dakwah
pada masa kini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mengenal Sunan Ampel
Sunan Ampel hanyalah sebuah julukan yang terdiri dari dua kata
yakni “Sunan” dan “Ampel”. Sunan adalah gelar kewalian dari kata
dalam bahasa Jawa Susuhunan yang artinya dijunjung tinggi.
Sedangkan Ampel adalah nama daerah tempat tinggal beliau yaitu
Ampeldenta atau Ampelgading yang sekarang terletak di Kelurahan
Ampel, Kecamatan Semampir, Kotamadya Surabaya, Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Nama sebenarnya dari Sunan Aampel ialah Raden
Rahmat yang hidup kurang lebih dari tahun 1401 – 1481 M.3
Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang
menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Champa.
Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van
Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri
kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan
bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut
beberapa riwayat, orang tua Raden Rahmat adalah Maulana Malik
Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati). Dalam
catatan Kronik Cina dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel
dikenal sebagai Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng -
seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang
ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Cina di Champa oleh Sam
Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak
Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan
Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai
kapten Cina di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan
menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Cina di Jiaotung (Bangil).4

3
Masykur Arif, Sejarah Lengkap Wali Sanga, (Yogyakarta: DIPTA,2013),69
4
Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di
Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 63. ISBN 9798451163.ISBN 978-979-8451-16-4

3
B. Sejarah Dakwah Sunan Ampel
Beberapa catatan sejarah menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke
Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama dengan ayah dan dua saudaranya
yaitu Raden Ali Murtadho atau Sayid Ali Murtadho dan Raden Barereh
(Abu Hurairah). Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di
Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke
daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang
putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang
raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah menikah dengan putri seorang adipati di Tuban.
Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Di
antaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan
Drajat. Ketika kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus)
hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam
pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra
dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak
tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan raja
Majapahit, ia membangun pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul
masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan abad 15, pesantren tersebut
menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara
bahkan Mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan
Raden Patah. Para santri tersebut lalu disebarnya untuk berdakwah ke
berbagai pelosok Jawa dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mazhab Hanafi. Namun, pada para
santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sedehana yang menekankan
pada penanaman akidah dan ibadah. Sunan Ampel lah yang mengenalkan
istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh
madon), yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum-minuman keras,
tidak mencuri, tidak menggunakan narkotika, dan tidak berzina”
Pada tahun 1443 M bersama dengan ayah dan saudaranya, Sunan
Ampel datang ke pulau Jawa. kemudian menjadi bupati Surabaya

4
menggantikan Arya Lembu Sura putra dari mertuanya Arya Teja.
Membangun keakraban dengan penguasa guna mempermudah proses
penyebaran Islam dengan cara menikahkan para penyebar Islam dengan
penguasa setempat.
Selanjutnya, mengganti nilai-nilai keagungan dan penaklukan yang
dianut oleh orang-orang Majapahit yang jika diurai meliputi : adhigana,
adhigung, adhiguna, rajas, niratisaya, jaya dan nirbhaya, dengan
mengenalkan nilai-nilai Islam yang meliputi : kesabaran, keikhlasan,
kerendah-hatian, keadilan, guyup rukun, rilo, kesederhanaan, nrimo,
ngalah, pasrah, ojo dumeh, dan sebagainya.
Beliau juga mengubah kebiasaan dan tradisi keagamaan yang dilakukan
oleh Sunan Ampel antara lain dapat kita lihat dengan adanya bedug
maupun kentongan pada sebagian masjid atau mushola. Bedug adalah alat
bunyi-bunyian yang pada masa itu disukai oleh orang-orang Budha dan
kentongan adalah alat bunyi-bunyian yang disukai oleh orang-orang
Hindu.
Usaha untuk mengembangkan agama Islam tidak dilakukan sendiri
oleh Sunan Ampel namun Sunan Ampel menugaskan putera-putera dan
kerabatnya untuk mendakwahkan agama Islam di Pulau Jawa. Usaha
lainnya yang dilakukan oleh Sunan Ampel yakni dengan membumikan
Islam sesuai budaya setempat seperti peribadatan Islam pun diambil dari
bahasa setempat, sebagai contoh istilah sembahyang untuk
mengganti sholat, langgar untuk mengganti mushola, pasa (upawasa)
untuk mengganti shaum, neraka untuk mengganti naar, swarga untuk
mengganti jannah, bahkan nama Allah SWT diganti dengan menyebut
pangeran, serta menambahkan kata kanjeng di depan nama Nabi
Muhammad Saw yang bermakna Junjungan.

5
C. Korelasi Strategi Dakwah Sunan Ampel terhadap Dakwah pada
Masa kini
Salah satu keunikan cara berdakwah Sunan Ampel ialah, beliau
berdakwah dengan mengganti budaya-budaya dan kebiasaan umat dengan
sesuatu yang berkaitan dengan ibadah dan mengarah ke ajaran islam.
Bukan hanya itu, pola komunikasi dakwah Walisongo yang sarat
dengan prinsip-prinsip sufistik telah membuahkan hasil diterimanya Islam
sebagai agama baru bagi masyarakat Jawa, bahkan menjadikan Islam
sebagai agama mayoritas dan mengakar hingga sekarang. Pola dakwah
Walisongo telah mengkomunikasikan ajaran Tasawuf yang memahami
kondisi psikologis mad’u (masyarakat Jawa) sebagai sebuah realitas yang
harus dipahami dengan kebesaran jiwa yang sebelumnya mad’u telah
memiliki keyakinan dan corak sosial-budaya yang tidak sesuai dengan
Islam. Pendekatan psikosufistik dalam membangun komunikasi dakwah
Walisongo menjadi arah dan kerangka berpikir bahwa kegiatan dakwah
tidak sekedar mengajak mad’u untuk menerima dan memahami Islam dari
sisi normatif-fiqhiyah atau simbolisritual saja. Akan tetapi, kegiatan
dakwah Islam bertujuan membangun keharmonisan dalam pergaulan
interaksi antar manusia melalui bangunan etika dan akhlakul karimah,
saling menjaga, saling menghormati, dan saling bekerjasama untuk
kebaikan bersama. Dengan pola komunikasi tersebut akan membangun
kesadaran spiritual-relijius umat dan pada akhirnya akan membangun
kesadaran untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Jalla Jalaluhu.5

5
Tajuddin,Yuliyatun.Walisongo Dalam Strategi Komunikasi Dakwah.ADDIN, Vol. 8, No. 2, Agustus
2014 Kudus

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sunan Ampel hanyalah sebuah julukan yang terdiri dari dua kata yakni
“Sunan” dan “Ampel”. Sunan adalah gelar kewalian dari kata dalam bahasa
Jawa Susuhunan yang artinya dijunjung tinggi. Sedangkan Ampel adalah
nama daerah tempat tinggal beliau yaitu Ampeldenta atau Ampelgading
yang sekarang terletak di Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir,
Kotamadya Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Nama sebenarnya
dari Sunan Aampel ialah Raden Rahmat yang hidup kurang lebih dari tahun
1401 – 1481 M.
Pada tahun 1443 M bersama dengan ayah dan saudaranya, Sunan
Ampel datang ke pulau Jawa. kemudian menjadi bupati Surabaya
menggantikan Arya Lembu Sura putra dari mertuanya Arya Teja.
Membangun keakraban dengan penguasa guna mempermudah proses
penyebaran Islam dengan cara menikahkan para penyebar Islam dengan
penguasa setempat.
Salah satu keunikan cara berdakwah Sunan Ampel ialah, beliau
berdakwah dengan mengganti budaya-budaya dan kebiasaan umat dengan
sesuatu yang berkaitan dengan ibadah dan mengarah ke ajaran islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.Walisongo.http://www.wikipedia.org/wiki/walisongo

Masykur Arif, Sejarah Lengkap Wali Sanga, (Yogyakarta: DIPTA,2013),69

Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-


negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara.
hlm. 63. ISBN 9798451163.ISBN 978-979-8451-16-4

M. Faizi. Kisah Teladan Wali Songo : Sembilan Wali Penyebar Islam di Jawa.
Tera Insani. Yogyakarta

https://www.gomuslim.co.id/read/khazanah/2017/11/10/6055/menilik-jejak-
dakwah-sunan-ampel-dari-pelosok-jawa-hingga-madura.html

Tajuddin,Yuliyatun.Walisongo Dalam Strategi Komunikasi Dakwah.ADDIN,


Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 Kudus

Anda mungkin juga menyukai