Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA BIOGRAFI DAN

PERAN DAKWAH SUNAN AMPEL

Oleh :

Rizka Dyah Maharani

XII MIPA 5

192010320

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT WILAYAH III

SMA NEGERI 1 CIBARUSAH TAHUN


2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat,


hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu dan tanpa hambatan yang berarti. Makalah ini berjudul “Sejarah
Perkembangan Islam di Indonesia, Biografi dan Peran Dakwah Sunan Ampel”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.

Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Asep Imran Rusady, sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang telah memberikan bimbingannya.

2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat begitu
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi perbaikan dalam penulisan makalah di masa
mendatang.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

1.4 Manfaat...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Sejarah............................................................................................................3

2.1.2 Biografi Maulana Malik Ibrahim.............................................................3

2.1.2 Metode Dakwah.......................................................................................5

2.2 Wujud Peradaban...........................................................................................6

2.2.1 Sistem Pemerintah...................................................................................6

2.2.2 Sistem Sosial Budaya..............................................................................7

2.2.3 Sistem Ekonomi.......................................................................................7

2.2.4 Sistem Pendidikan...................................................................................8

2.2.5 Wujud Peradaban Secara Fisik................................................................8


2.3 Nilai-Nilai Pelajaran Dari Objek Sejarah.......................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan...................................................................................................10

3.2 Saran.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sunan Ampel merupakan tokoh masyarakat penyebar agama Islam di


daerah Ampel Surabaya. Masyarakat banyak berziarah di makam Sunan Ampel
untuk mendo'akan agar mendapatkan berkah karena telah mendo'akan orang
shaleh. Haul Agung Sunan Ampel pertama terjadi pada tahun 1972 dan diisi
dengan acara pengajian khusus Muslimat, khataman al-qur'an dengan cara hafalan,
ziarah diikuti oleh para ulama dan pejabat, pengajian umum, khitanan, dan hadrah.
Kawasan makam Sunan Ampel tidak hanya menjadi tempat ziarah akan tetapi
juga menjadi lembaga pengajaran bahasa arab sekolah tinggi ilmu tarbiyah dan
ilmu Al-Qur'an.
Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid bersejarah yang terletak
satu komplek dengan makam Sunan Ampel. Arah kiblat masjid ini dilakukan oleh
Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang terkenal dengan
keistimewaannya menentukan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dengan
menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian masyarakat Ampel melihat
bangunan Ka'bah di tembok yang dilubangi oleh Mbah Shonhaji sebagai bukti
arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana wujud peradaban islam di makam Sunan Ampel ?

2. Apa saja nilai-nilai ajaran pelajaran dari Objek Sejarah ?

3. Apa agenda untuk membangun peradaban dalam rangka membangun peradaban


baru?

1.3 Tujuan

1
1. Untuk mengetahui peradapan islam Sunan Ampel

2. Untuk memahami sejarah Sunan Ampel

3. Untuk mengetahui nilai-nilai yang diajarkan oleh Sunan Ampel

2
1.4 Manfaat

Manfaat dari ziarah kubur ke makam wali-wali Allah yaitu untuk mengingatkan
kita kepada akhirat dan memberi pelajaran berharga bahwa kita sebagai
manusia ciptaan Allah swt pasti suatu saat akan kembali kepadanya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah

2.1.2 Biografi Maulana Malik Ibrahim.

Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim Menurut Bahad Tanah Jawi dan
Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia
lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan
nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta,
wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang)
Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa
pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum
ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang,
kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui
bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah
seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari
perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang
menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan
Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel
turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang
menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit,
untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M.
Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja
Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia
merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15. Pesantren tersebut
menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan
mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para
santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa
dan Madura.
Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya,
ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman
akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main,
moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk tidak
berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik,
dan tidak berzina."
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan
dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
Dalam sejarah perwalian wali songo, Maulana Malik Ibrahim merupakan
wali yang tertua dari Sembilan wali atau wali songo/wali sanga/wali 9.
Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy
diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad
Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan
lidah Jawa terhadap As Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi..
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri
(Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama
Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro
diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad
SAW.
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,
selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang
memberinya dual putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan
Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan
misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau
Jawa meninggalkan keluarganya.
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang
Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih
berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah
daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.
Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan
cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga
murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk
mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang
untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan
permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.
Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia
merangkul masyarakat bawah kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar
yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M
Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura,
Gresik, Jawa Timur.

2.1.2 Metode Dakwah.

Sunan Ampel sangat berjasa dalam penyebaran dan perkembangan Islam


di Nusantara. Dalam perjalanannya ke Trowulan. Ibu kota Majapahit, atas
undangan Prabu Sri Kertawijaya, Sunan Ampel terlebih dahulu singgah di
Palembang dan Tuban untuk menyebarkan Islam di kawasan itu. Kehadirannya di
Trowulan merupakan titik balik sejarah keagamaan masyarakat majapahit, dari
pemeluk Hindu menjadi Muslim.
Dalam metode dakwah Sunan Ampel, dikenal ada istilah moh limo dari
bahasa Jawa yang berarti tidak mengerjakan lima hal tercela. Di antaranya, moh
main (tidak berjudi), moh ngombe (tidak mabuk-mabukan), moh maling (tidak
mencuri),moh madat (tidak mengisap candu), dan moh madon (tidak berzina).
Metode dakwah ini terbukti dapat memperbaiki moralitas masyarakat yang
konon saat itu telah merosot sampai pada level yang memprihatinkan. Inilah salah
satu alasan mengapa Prabu Sri Kertawijaya memberikan keleluasaan kepada
Sunan Ampel, menyebarkan Islam kepada semua tingkatan sosial masyarakat. Di
Ampel, beliau mendirikan sarana ibadah yang kini menjadi Masjid Sunan Ampel
dan sarana pendidikan untuk menunjang internalisasi ajaran dan nilai-nilai
keislaman, menggantikan keyakinan lama.
Sunan Ampel membawa misi keislaman yang diwariskan oleh para nabi.
Diriwayatkan oleh Al-Imam at-Tirmidzi, "Sesungguhnya ulama adalah pewaris
para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh
mereka hanya mewariskan ilmu maka barang siapa mengambil warisan tersebut,
ia telah mengambil bagian yang banyak. Sebagai pewaris nabi, kharisma dan
kekeramatan Sunan Ampel memancar tidak hanya ketika masih hidup, tetapi juga
saat beliau telah wafat.
Diperkirakan beliau wafat tahun 1478 M. Makam beliau berada di sebelah
barat Masjid Sunan Ampel. Ribuan peziarah datang setiap hari. Mereka berdoa
dan membaca Alquran dengan khusuk, mengekspresikan kecintaan dan
penghormatan kepada Sang Sunan. Di samping makam Sunan Ampel, terdapat
pula makam-makam lain, di antaranya makam istri beliau, para sahabat, dan
pengikut beliau yang dipagari baja tahan karat setinggi 1.5 meter, melingkar
seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel, dikelilingi pasir putih.
Kompleks makam dikelilingi tembok besar setinggi 2,5 meter.

2.2 Wujud Peradaban

2.2.1 Sistem Pemerintah

Upaya lain yang dilakukan Sunan Ampel dalam menyebarkan Islam yakni
dengan membuat jaringan kekerabatan, jaringan kekerabatan tersebut dibuat
dengan menikahkan juru dakwah Islam dengan putri-putri penguasa bawahan
Majapahit. Sunan Ampel sendiri menikahi putri Arya Teja, yang merupakan
seorang bupati Tuban Putri Arya Teja juga merupakan cucu Arya Lembu Sura
yang merupakan raja Surabaya. Hingga pada akhimya Sunan Ampel atau Raden
Rahmat menjadi bupati di Surabaya, Tersematnya gelar bupati pada Sunan Ampel
membuat sosok yang juga pemilik nama Raden Rahmat ini lebih mudah dalam
mensyiarkan Islam.
Hal ini merupakan salah satu bukti jika agama dan politik bagaikan
saudara kembar. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemangku kepentingan
akan dipatuhi oleh masyarakatnya. Sunan Ampel inilah yang juga mendidik salah
satu santrinya yakni Sunan Giri yang akhirnya dinikahkan dengan putrinya
bernama Mas Murtosiyah.

2.2.2 Sistem Sosial Budaya

Tradisi keagamaan yang dilakukan oleh Sunan Ampel antara lain dapat
kita lihat dengan adanya bedug maupun kentongan pada sebagian masjid atau
mushola. Bedug adalah alat bunyi-bunyian yang pada masa itu disukai oleh orang-
orang Budha dan kentongan adalah alat bunyi-bunyian yang disukai oleh orang-
orang Hindu. Makam Sunan Ampel yang merupakan wisata religi, dimanfaatkan
oleh masyarakat yang tinggal di sekitar makam Sunan Ampel untuk berdagang.

2.2.3 Sistem Ekonomi

Usaha untuk mengembangkan agama Islam tidak dilakukan sendiri oleh


Sunan Ampel namun Sunan Ampel menugaskan putera-putera dan kerabatnya
untuk mendakwahkan agama Islam di Pulau Jawa. Usaha lainnya yang dilakukan
oleh Sunan Ampel yakni dengan membumikan Islam sesuai budaya setempat
seperti peribadatan Islam pun diambil dari bahasa setempat, sebagai contoh istilah
sembahyang untuk mengganti sholat, langgar untuk mengganti mushola, pasa
(upawasa) untuk mengganti shaum, neraka untuk mengganti noar, swarga untuk
mengganti jannah, bahkan nama Allah SWT diganti dengan menyebut pangeran,
serta menambahkan kata kanjeng di depan nama Nabi Muhammad Saw yang
bermakna Junjungan.
Adanya kawasan wisata religi Masjid Sunan Ampel memberikan dampak
ekonomi bagi masyarakat lokal seperti peningkatan pendapatan, peningkatan
kesempatan kerja dan peluang usaha. Wisatawan yang datang ke lokasi wisata
akan menimbulkan beberapa dampak, salah satunya adalah dampak ekonomi.
Kebanyakan pekerjaan yang dilakukan mereka ialah berdagang. Mereka biasanya
menjual seperti kurma, tasbih, gantulan kunci, dan kebanyakan adalah barang
impor dari Arab. Karena mayoritas pedagang di area makam sunan ampel adalah
orang Arab atau turunan Arab,

2.2.4 Sistem Pendidikan

Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim yang tertua, ia
membangun mengembangkan pondok pesantren di daerah Ampel Denta yang
berawa-rawa. Mula mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan
Abad 15. pesantren tersebut menjadi sentral pendidikan yang sangat berpengaruh
di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan
Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah
ke berbagai pelosok Jawa dan Madura
Sunan Ampel menganut fikih mazhab Hanafi, namun pada para santrinya,
beliau hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada
penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo"
(moh main, moh ngombe. moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan
untuk tidak berjudi, tidak minum-minuman keras, tidak mencuri, tidak
menggunakan narkotika, dan tidak berzina.

2.2.5 Wujud Peradaban Secara Fisik

a. Masjid

Masjid ampel merupakan masjid terbesar kedua yang ada di Surabaya


sampai pada tahun 1905. Menurut sejarah, masjid ampel ini merupakan tempat
berkumpulnya para ulama dan wali Allah untuk membahas tentang penyebaran
Islam di tanah Jawa. Kemudian, saat ini selain digunakan sebagai tempat ibadah
dan dakwah juga merupakan salah satu tujuan wisata religi dan ziarah. Bahkan
bisa dipastikan setiap harinya tidak pernah sepi pengunjung. Bentuk struktur
bangunan dengan tiang-tiang penyangga memiliki ukuran yang besar dan tinggi
yakni dari kayu. Selain itu, pada langit-langit yang menggambarkan terkait
kemampuannya dalam melintasi zaman. Masjid ini sudah tiga kali mengalami
perluasan yaitu pada tahun 1926, 1954, dan 1972. Sehingga semakin luas yakni
mencapai 1.320 meter persegi dengan panjang 120 meter dan lebar 11 mete

b. Sumur bersejarah

Pada kompleks masjid Sunan Ampel ternyata memiliki sumur bersejarah, saat ini
ditutup dengan besi. Banyak orang yang percaya bahwa sumur ini mempunyai kelebihan
air seperti air zamzam yang ada di makkah. Sehingga tidak heran apabila para pengunjung
banyak yang membawa aimya dan dibawa pulang. Disana ada banyak gentong yang
sengaja disediakan untuk diminum para pengunjung.

2.3 Nilai-Nilai Pelajaran Dari Objek Sejarah


Nilai-nilai yang diambil dari observasi di makam Sunan Ampel ini ialah
Mengingatkan kita kepada datangnya hari kematian juga akan memberikan
kebahagiaan kepada si mayit (ahli kubur) karena telah dikirimi doa-doa, bacaan Yaasin
dan sedekah.
Nilai yang paling penting adalah bahwa jika seseorang semasa hidupnya
berbuat baik kepada orang lain maka Allah swt akan membalas kebaikan seorang
hambanya hingga ke liang kubur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah observasi ini adalah Sunan Ampel merupakan


Sesepuh dari Sunan Walisongo. Sebagai pemimpin di tanah jawa, beberapa siswa
dan anaknya sendiri juga merupakan seorang wali yang termasuk juga dalam wali
songo. Sunan Ampel dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan alim, sangat
terpelajar dan mendapat pendidikan yang mendalam tentang agama islam.
Menyebarkan agama islam dengan cara berdiskusi secara kritis. Mempunyai
murid bernama Mbah Sholeh yang mempunyai keunikkan yaitu dapat hidup
kembali sampai sembilan kali dan itu benar-benar nyata. Disekitar makam Sunan
Ampel terdapat Masjid Peninggalan dari Sunan Ampel yang sangat bersejarah
dibangun oleh Sunan Ampel dan para muridnya

3.2 Saran

Dengan arsitektur percampuran antara kaligrafi Majapahit dan kaligrafi


Arab. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik saran dari
pembaca dan dosen yang bersifat membangun sangat kami harapkan agar makalah
ini bisa menjadi referensi dalam pembelajaran sejarah peradaban islam.
DAFTAR PUSTAKA

Masykur, Arif. 2013. Sejarah Lengkap Wali Sanga. Yogyakarta: DIPTA.


Nurhayati. Feby.dkk. 2007. Wali Sanga: Profil dan Warisannya. Yogyakarta:
Pustaka Timur.

Anda mungkin juga menyukai