Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan
Tallo yang membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar
sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan
sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal
bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu
dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang
Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya
di abad ke-17.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah.
2. Untuk menambah poin-poin dalam pembelajaran.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang Kerajaan Makasar

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini berupa pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa Bukti Kerajaan Makassar?
2. Dimana letak Kerajaan Makassar ?
3. Bagaimana kehidupan Kerajaan Makassar?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Makassar


Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan,
komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini
berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat
Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal
bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu
dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang
Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya
di abad ke-17.
B. Letak kerajaan
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar.
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah
ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi
Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran
perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para
pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang
yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini
mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar
dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

Peta wilayah Kerajaan Gowa dan Tallo

C. Tokoh – tokoh kerajaan Gowa dan Tallo


Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri
Agamanna. Ia merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam
yang memerintah dari tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo)
bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12


Januari 1631 – meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur
39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir
dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan
Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan
Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia
dimakamkan di Katangka, Makassar.
D. Kehidupan Politik
Perkembangan Kerajaan Makassar tidak terlepas dari peranan raja-raja yang
memerintah. Ada raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makassar antara lain
sebagai berikut :
1. Sultan Alauddin (1591-1639 M)
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenanga Ri
Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama lslam. Pada
pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia
pelayaran dan perdagangan (dunia maritim). Dengan perkembangan tersebut
menjadikan kesejahteraan rakyat Makassar meningkat.

2. Sultan Muhammad Said (1639-1653 M)


Pada pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju pesat
seba bandar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan
pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.

3. Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)


Sultan Hasanuddin adalah putra Sultan Muhammad Said. Pada masa pemerintahan
Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa kejayaan. Makasar berhasil
menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan dan memperluas wilayah
kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian Flores). Berkat
penguasaan wilayah tersebut seluruh aktivitas pelayaran dan perdagangan yang
melalui Laut Flores harus singgah di pusat Kerajaan Makassar.
Hal tersebut ditentang oleh Belanda yang memiliki wilayah kekuasaan di
Maluku yang pusatnya di Ambon terhalang oleh kekuasaan Makassar. Pertentangan
antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Bahkan
pertentangan itu sering terjadidi Maluku. Keberanian Sultan Hasanuddin memporak-
porandakan pasukan Belar di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak.
Oleh karena keberanian Sultan Hasanuddin tersebut, kemudian Belanda
memberikan julukan kepada Sultan Hasanudin “Ayam Jantan dari Timur”.

Untuk menguasai Makassar, Belanda melakukan politik devide et impera yang


kemudian menjalinhubungan dengan Kerajaan Bone yang diperintah oleh Raja Aru
Palaka yang pada waktu itu sedang melakukan pemberontakan terhadap Makassar.
Pasukan Belanda yang dibantu Aru Palaka berhasil mendesak Makassar dan dapat
menguasai kota kerajaan. Akhirnya Sultan Hasanuddin terpaksa harus
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667 M yang isinya antara lain
sebagai berikut.
1) VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni dagang Belanda
memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.

2) Belanda dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang diberi nama
Benteng Rotterdam.

3) Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan pulau-pulau


di luar wilayah Makassar.

4) Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang Makassar


tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selarna dua tahun dengan pusat
pertahanan Sombaopu. Namun, Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu
dengan menghancurkan dinding benteng dan akhirnya Sultan Hasanuddin
menyerah.
4. Raia Mapasomba
Raja Mapasomba (lmampasomba Daeng Nguraga dikenal sebagai Sultan Amir
Hamzah) adalah putra Sultan Hasanuddin yang turun takhta setelah menyerah
kepada Belanda. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja
sama dengan Belanda yang tujuannya agar Makassar tetap dapat bertahan. Namun,
pada kenyataannya Mapasomba jauh lebih keras dari pada Sultan Hasanuddin
sehingga Belanda kemudian mengerahkan seluruh pasukannya untuk menghadapi
perlawanan yang dilakukan Mapasomba.

E. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat
perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
o letak yang strategis,
o memiliki pelabuhan yang baik
o jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis,
Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang
disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga
dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur
dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
F. Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk
berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya
mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma
kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan
bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan
rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para
hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-
benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai
pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama
Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar
dan terkenal sampai mancanegara.
G. Peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir
pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada
tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat,
namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi
benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang
ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti
seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat
jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut.
Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama
asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.

Benteng Fort Rotterdam

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah


mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh
Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi
Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit
mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa
ini.
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai
sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan
Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di
pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng
Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka
Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bahwa komplek
makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi
bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan
kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan
balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih
kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa
memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan
jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan
kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks
ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesultanan Islam di beberapa daerah adalah salah satu pengaruh penyebaran islam.
Salah satunya di kerajaan Gowa Tallo ini yang menyebabkan penyebaran islam di
Makasar begitu besar. Apalagi pada masa kejayaan kesultanan tersebut oleh Sultan
Hasanudin. Berkat jasanya yang begitu besar, Sultan Hasanudin mendapat
penghargaan sebagai pahlawan nasional bangsa. Karena Sultan Hasanudin ini,
Kongsi perdagangan Belanda takut terhadap Raja Makassar ini, dan ia dijuluki
sebagai Aya Jantan Dari Timur. Selain itu, Sultan Hasanudin ini membawa
Kesultanan Gowa Tallo mencapai kejayaannya.
TUGAS SEJARAH INDONESIA MINAT

OLEH :

1. A.A AYU PUTRI GULIANG (01)


2. CRISTINA APSARI DAMAYANTI (02)
3. GISKA AULIA Y.P (04)
4. SATYA SASTRA WEDA (10)
5. CANDRA KURNIAWAN (18)
6. SATRIA FELIX (36)

Anda mungkin juga menyukai