Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SKL
TENTANG WALI SONGO

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

NAMA : HERNI INTIAS TATI


KELAS : XII
Guru Pembimbig : Komsiatun S.Pd.I

MA MIFTAHUL ULUM WAY TUBA


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah tentang Walisongoini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Rasulullah
SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju alam yang berilmu
seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak
pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besar buat mereka yang telah berjasa membantu penulis selama
proses pembuatan makalah ini dari awal hingga akhir.
Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang
belum sempurna dan luput dari perhatian penulis. Baik itu dari bahasa yang
digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh karena itu, dengan segala
kekurangan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Akhirnya, besar harapan penulis makalah ini dapat memberikan manfaat
yang berarti untuk para pembaca. Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut
serta memajukan ilmu pengetahuan.

Way Tuba, 27 September 2021


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Arti Walisongo...................................................................................... 2
B. Nama para Walisongo........................................................................... 2
C. Peran Walisongo dalam Berbagai Bidang............................................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di
tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai
utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur,
Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam
budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah
simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak
tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar
dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat
para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dalam makalah ini
adalah:
1. Apa arti Walisongo?
2. Siapa saja nama-nama Walisongo?
3. Bagaimana peranan Walisongo dalam berbagai bidang?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali
yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga
dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga
berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat
lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis
dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Para Walisongo adalah
pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam
beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari
kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian,
kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.

B. Nama para Walisongo


Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat 9 nama
yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal
abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi,
mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy. Dalam
cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, ia umumnya dianggap
sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel
Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam
tertua di Jawa.

2
3

3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)


Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan
ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai
Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang
banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar
memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan
tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang.
Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan
bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden
menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama HetBoekvan
Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya
Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan
Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525. Ia dimakamkan di daerah
Tuban, Jawa Timur.
4. Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan
ke-23 dari Nabi Muhammad. Nama asli dari sunan drajat adalah masih
munat. masih munat nantinya terkenal dengan nama sunan drajat. Nama
sewaktu masih kecil adalah Raden Qasim. Sunan drajat terkenal juga
dengan kegiatan sosialnya. Dialah wali yang memelopori penyatuan anak-
anak yatim dan orang sakit. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai
Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat
banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan
kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat,
sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan
secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat,
Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan
sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di
Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan
wafat pada 1522.
4

5. Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji,
dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom
Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sebagai seorang
wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan
Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasihat Sultan
Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak
berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang
pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan
Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang
terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya
campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun
1550.
6. Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan
ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan
saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan
mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat
dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke
kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan
Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan
Bima.
7. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama
Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur
(Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga
menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah,
antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk lir-
Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya.
Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi
5

Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti
Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)


Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia
adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah
binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri
Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif
Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain
Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran
melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan
Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan
pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan
Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil
mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten,
sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.

C. Peran Walisongo dalam Berbagai Bidang


Dari gambaran singkat tentang perjalanan hidup dan perjuangan
Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di daerah Jawa, khususnya dan
di wilayah nusantara pada umumnya, maka peran mereka dapat dibentuk
seperti bidang pendidikan, bidang politik dan yang paling terkenal adalah
bidang dakwah dan diklasifikasikan menjadi:
1. Bidang Pendidikan
Peran Walisongo di bidang pendidikan terlihat dari aktivitas mereka
dalam mendirikan pesantren, sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan
Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Bonang. Sunan Ampel mendirikan
pesantren di Ampel Denta yang dekat dengan Surabaya yang sekaligus
menjadi pusat penyebaran Islam yang pertama di Pulau Jawa. Di tempat
6

inilah, ia mendidik pemuda-pemudi Islam sebagai kader, untuk kemudian


disebarkan ke berbagai tempat di seluruh Pulau Jawa. Muridnya antara
lain Raden Paku (Sunan Giri), Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
Raden Kosim Syarifuddin (Sunan Drajat), Raden Patah (yang kemudian
menjadi sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak), Maulana Ishak, dan
banyak lagi mubalig yang mempunyai andil besar dalam islamisasi Pulau
Jawa. Sedangkan Sunan Giri mendirikan pesantren di daerah Giri.
Santrinya banyak berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia
mengirim juru dakwah terdidik keberbagai daerah di luar Pulau Jawa
seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate dan Tidore. Sunan Bonang
memusatkan kegiatan pendidikan dan dakwahnya melalui pesantren yang
didirikan di daerah Tuban. Sunan Bonang memberikan pendidikan Islam
secara mendalam kepada Raden Fatah, putera raja Majapahit, yang
kemudian menjadi sultan pertama Demak. Catatan-catatan pendidikan
tersebut kini dikenal dengan Suluk Sunan Bonang.
2. Bidang Politik
Pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Jawa, Walisongo mempunyai peranan yang sangat besar. Di antara
mereka menjadi penasihat Raja, bahkan ada yang menjadi raja, yaitu
Sunan Gunung Jati. Sunan Ampel sangat berpengaruh dikalangan istana
Majapahit. Istrinya berasal dari kalangan istana dan Raden Patah (putra
raja Majapahit) adalah murid beliau. Dekatnya Sunan Ampel dengan
kalangan istana membuat penyebaran Islam di daerah Jawa tidak mendapat
hambatan, bahkan mendapat restu dari penguasa kerajaan. Sunan Giri
fungsinya sering dihubungkan dengan pemberi restu dalam penobatan raja.
Setiap kali muncul masalah penting yang harus diputuskan, wali yang lain
selalu menantikan keputusan dan pertimbangannya. Sunan Kalijaga juga
menjadi penasihat kesultanan Demak Bintoro.
3. Bidang Dakwah
Sudah jelas sepertinya, peran Walisongo cukup dominan adalah di
bidang dakwah, baik dakwah melaluilisan. Sebagai mubalig, Walisongo
7

berkeliling dari satu daerah ke daerah lain dalam menyebarkan agama


Islam. Sunan Muria dalam upaya dakwahnya selalu mengunjungi desa-
desa terpencil. Salah satu karya yang bersejarah dari Walisongo adalah
mendirikan mesjid Demak. Hampir semua Walisongo terlibat di dalamnya.
Adapun sarana yang dipergunakan dalam dakwah berupa pesantren-
pesantren yang dipimpin oleh para Walisongo dan melalui media kesenian,
seperti wayang. Mereka memanfaatkan pertunjukan-pertunjukan
tradisional sebagai media dakwah Islam, dengan membungkuskan nafas
Islam ke dalamnya. Syair dari lagu gamelan ciptaan para wali tersebut
berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
atau menyembah yang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua.
Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah
keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel.
Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga
merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan
Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah
sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu
meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga
pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya- Gresik-
Lamongan di Jawa Timur, Demak- Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta
Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi
pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk
peradaban baru, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan
kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Mereka mendapat gelar
susuhunan (sunan), yaitu sebagai penasehat dan pembantu Raja. Para Wali
melakukan dakwahnya dengan sangat tekun, mereka mampu memahami
kondisi masyarakat Jawa pada saat itu.

B. Saran
Dengan mengetahui sejarah singkat Walisongo, mari kita bersama-sama
meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Setelah mengetahui cara
Walisongo menyebarkan Islam pada umat Islam terdahulu, marilah kita juga
menyiarkan agama Islam dengan cara yang disenangi oleh masyarakat zaman
sekarang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Hadi Sutrisno. 2009. Sejarah Walisongo Misi Pengislaman di


TanahJawa. Semarang:Graha Pustaka.

Fatah, Syukur. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT.Pustaka Rizki


Putra.

Mukhlis, Paeni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Samsul, Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai