DOSEN PENGAMPU:
Agung Nugroho, M.Si, M.Pd.I
FAKULTAS HUKUM
UNIVERITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD
AL BANJARI BANJARMASIN
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Segala panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat -Nyalah
maka makalah yang berjudul “Peran Walisongo Dalam Peradaban Islam Indonesia” ini
dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu mengharapkan kritik dan
saran dari para rekan rekan-rekan mahasiswa dan dosen pembimbing demi proses
kesempurnaan. Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, saya berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua terutama pembaca dan menjadikan amal
shaleh bagi saya.
Amiin, Ya Robbal Alamin.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………… Ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 2
C. Tujuan ………….………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Walisongo ………….…………………………... 3
B. Peranan Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia……….……... 6
C. Metode Pendidikan Islam Masa Walisong………………………………. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………... 12
B. Saran ……………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata “wali” berasal dari bahasa Arab yang artinya pembela, teman dekat, dan
pemimpin. Dalam pemakaiannya wali biasanya diartikan sebagai orang yang dekat
dengan Allah SWT. Adapun kata “songo” berasal dari bahasa Jawa yang artinya
sembilan. Maka, Walisongo secara umum diartikan sebagai sembilan wali yang
dianggap telah dekat dengan Allah SWT dan terus-menerus beribadah kepadaNya
serta memiliki kemampuan-kemampuan diluar kebiasaan manusia.
Dalam perkembangan keberagamaan di tengah perkembangan ilmu pengetahuan
ini berbeda dengan keberagamaan zaman penyebaran agama Islam di Nusantara
sebelum kedatangan Walisongo. Pada zaman sebelum kedatangan Walisongo, masih
menggunakan sistem dakwah dengan pola mengajak komunitas masyarakat dari
berbagai kepercayaan untuk menngikuti ajaran Islam. Pola dakwah seperti sebelum
kedatangan Walisongo ini berlangsung kurang mendapatkan respon masyarakat.
Kondisi masyarakat sebelum Walisongo masih kuat mengikuti tradisi ajaran agama
nenek moyang, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh ajaran atau kepercayaan
yang lain. Berbeda dengan pola dakwah sebelum Walisongo, pada zaman
Walisongo lebih menekankan pada pola mengenalkan budaya baru di tengah
institusi kuasa kerajaan, yaitu budaya agama Islam yang berintegrasi dengan budaya
lokal atau nilai-nilai kearifan lokal.
Secara spesifik, pola dakwah Walisongo didasarkan pada pola pengelolaan dan
pengembangan budaya masyarakat. Dalam pengembangan kebudayaan ini, bisa
dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai universal, kearifan lokal, dan ajaran Islam
rahmatan lil’alamiin. Berbagai pola kegiatan dakwah mewarnai kehidupan umat
sebagai upaya untuk mengiringi perkembangan kehidupan masyarakat. Mengingat
kegiatan dakwah bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan karakter
kepribadian yang baik, yang berakhlakul karimah dan dapat membentuk
keseimbangan unsur jiwa sebagai manusia yang berdimensi fisik, psikis, sosial, dan
spiritual.
Para sembilan Wali itu ialah Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua. Sunan
Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana
Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan
Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus
murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid
Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali
Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dituliskan rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian dan sejarah mengenai Walisongo?
2. Peranan Walisongo dalam Penyebaran Islam di Indonesia?
3. Bagaimana metode pendidikan Islam masa walisongo?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui cakupan mengenai
sejarah islam dalam pada masa para wali khususnya walisongo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Walisongo secara sederhana artinya sembilan orang yang telah mencapai tingkat
“Wali”, suatu derajat tingkat tinggi yang mampu mengawal babahan hawa sanga
(mengawal sembilan lubang dalam diri manusia), sehingga memiliki peringkat
wali. Walisongo, sebenarnya merupakan sebutan untuk sembilan (songo, dalam
bahasa Jawa) wali (sunan, kekasih Allah, waliyullah) yang masing-masing
memiliki wilayah dakwah yang berbeda di sepanjang tanah Pantura Jawa.
Namun kesembilan wali tersebut dipandang memiliki kesamaan karakter dalam
berdakwah dan memiliki silsilah keturunan serta keilmuan yang sama, sehingga
melahirkan sebuah kesepakatan menyebut kesembilan wali dimaksud dengan
sebutan Walisongo.
2. Peran walisongo dalam penyebaran islam di Indonesia dapat dibentuk seperti
Bidang Pendidikan, Bidang Politik dan Bidang Dakwah.
3. Walisongo. Kesembilan Wali yang dimaksud adalah: Syekh Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan
Drajat, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Djati.
4. Saran
Setelah membaca makalah diatas maka kita berharap dapat meneladani mengambil
manfaat bagi kami, khususnya para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi M. Miftahkul dan Nurul Abidin, Peran Walisongo Dalam Dalam Masuknya Islam
di Indonesia, Jawa Timur: Universitas Yudharta Pasuruan, 2017
Namiroh Afifah & Rahma Nisa, Studi Islam Asia & Tenggara Wali Songo Penyebar
Islam, Riau: Universitas Islam Negeri Suska Riau, 2020
Rachmad Abdullah, Walisongo Gelora Dakwah dan Jihad di Tanah Jawa (1404 –
1482), Surakarta: Al-Wafi, 2015
Saifullah Mohd Sawi, Sejarah dan Tamadun Islam di Asia Tenggara, Malaysia:
Karisma, 2009.
Syalafiyah Nurul & Budi Harianto, Walisongo: Strategi Dakwah Islam di Nusantara,
Jawa Timur: IAI Pangeran Diponegoro Nganjuk, 2020
Wahyu Ilahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Cet I, Jakarta: Kencana,
2007.