Oleh:
Kelompok VII
Muhammad Farhan Ash Shiddiq (50800120094)
Ahmad Ardiansyah (50800120085)
Syamsuddin (50800120086)
Khaliza Lutfia (50800120049)
Al Fadilaningsih (50800120081)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan Penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi Penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penulis. Untuk itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara
yang ada dipermukaan bumi ini.Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri menuntut
kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang
lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai
rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang
benar.Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar
penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia adalah Nabi kita
Rasulullah Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam.Beliau menyebarkan Islam sendirian
diMekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah dan kemudian berubah menjadi masyarakat
yang berakhlak baik dengan memeluk Agama Islam yang dibawa oleh beliau.Dari sinilah
sejarah penyebaran Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Asia Tenggara.
Seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke penjuru dunia,
maka para pakar sejarah melakukan penelitian dan menceritakan dalam buku seperti apa
perjalanan penyebaran Islam itu hingga bisa mencapai ke setiap Negara. Sebenarnya para
ahli sejarah yang telah menggungkapkan seperti apa perjalanan penyebaran Islam ada yang
berbeda-beda pendapat, dari masalah penepatan tahun persisnya waktu kejadian tersebut, tapi
pada dasarnya semua saling melengkapi. Karena seiring dengan berkembangya teknologi di
zaman sekarang, buku-buku tentang sejarah direvisi dari kekurangan-kekurangannya,
sehingga menjadi semakin lengkap dan benar.
Rumusan Masalah
Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan
internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia
Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang
terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan
sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah
Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-
749).
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia tenggara tidak berada dalam satu
waktu yang bersamaan tetapi berada dalam satu kesatuan proses sejarah yang panjang.
Kerajaan-kerajaan dan wilayah itupun berada dalam situasi politik dan kondisi sosial
budaya yang berbeda-beda. Ketika sriwijaya mengembangkan kekuasaannya sekitar
abad VII dan VIII, jalur selat malaka sudah ramai oleh para pedagang Muslim. Data ini
diperkuat dengan berita Cina jaman dinasti T’ang yang dapat memberikan gambaran
bahwa ketika itu telah ada masyarakat Muslim di kanfu (kanton) dan daerah Sumatera.
Diperkirakan terjalinnya perdagangan yang bersifat Internasional ketika itu juga
sebagai akibat kegiatan kerajaan Cina jaman dinasti T’ang di Asia timur dengan
kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian Barat, dan tentunya kerajaan
Sriwijaya sendiri di wilayah Asia Tenggara.
Dikemukakan oleh John Crawfor. Menurutnya Islam datang dari Arab melalui
pedagang. Buktinya catatan China mengatakan orang Arab dan Persia telah mempunyai
pusat perniagaan di Canton sejak tahun 300 M. Pedagang Arab yang ke China singgah di
pelabuhan Asia Tenggara tepatnya di Selat Malaka karena posisinya yang strategis, dalam
jalur perdagangan. Kemudian Pedagang Arab ini tinggal beberapa bulan di Asia Tenggara
dan ada yang menetap serta membina perkampungan Arab.Perkampungan ini juga menjadi
tempat untuk berdagang.Ada juga pedagang Arab yang menikah dengan wanita setempat dan
menyebarkan Islam.Karena sebagian besar pedagang menggunakan jalur laut sebagai sarana
transportasi maka pada masa menunggu angin muson/musim digunakan oleh pedagang Arab
untuk mengembangkan Islam.
Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab
sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China.Pada
masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat
orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang
kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang
Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi
Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto,
yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang
kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang
dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan
sesudahnya. Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu :
Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur
kuno Tingkok.
Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.
Karya-karya yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah
Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan
oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.
Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan,
Pahang.
Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di
Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng
dari China.
3. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat.
Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di
batu nisan Raja Malik Pasai.
Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.
Kurun waktu abad ke-11 hingga abad ke-14 adalah fase awal dari perkembangan
Islam di kepulauan Asia Tenggara. Pedagang-pedagang arab dan Muslim India adalah
agen-agen perubahan yang mebawa Islam ke kawasan itu. Tersebarnya Islam Tidak
terlepas dari pengaruh kerajaan yang berada di nusantara yang di pimpin oleh raja-raja
yang memeluk agama Islam.Seperti, kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin oleh Sultan
Malik As-saleh.Perlak (Peureulak) adalah sebuah bandar niaga penting di pesisir timur
Sumatera Utara pada abad ke-13.Marco Polo mengunjungi pelabuhan itu pada tahun 1292
dan melaporkannya telah menjadi sebuah negara Islam.Marco Polo menulis tentang
Perlak. “kerajaan ini, anda harus tahu sering dikunjungi saudagar-saudagar Saracen secara
teratur, yang kemudian membaiat penduduk pribumi pada hukum Muhammad
Shallallahu‘alaihiwasallam.
1. Saluran Perdagangan
Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-
lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab,
Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat,
Tenggara dan Timur Benua Asia.Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan,
bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham.Mereka berhasil mendirikan masjid dan
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan
karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.Di beberapa tempat
penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di
pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri
yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng
Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.
2. Saluran Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu.Sebelum dikawin mereka diIslamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim Dalam
perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan
bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh
lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja
dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat
proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan
Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri
Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain.
3. Salura Tasawuf
Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan
mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini
puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya
menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran
Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan
Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di
abad ke-20 M ini.
4. Saluran Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama.Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama.Setelah keluar dari pesantren,
mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan
Islam.Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan
Sunan Giri di Giri.Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk
mengajarkan Agama Islam.
5. Saluran Kesenian
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non
Islam.Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
Islam itu masuk Islam.
Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara
ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang
sebenarnya:
b. Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan
para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang
memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki
perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama
mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah
Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara
agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat.
c. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan
elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan
lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok
parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721).
Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang
berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber
tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi
pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan
faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
Fase ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan Asia
Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara pendatang Muslim dengan
penduduk setempat. Pada fase pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya
penduduk asli ke dalam Islam. Bukti yang cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh
kemudian, yakni pada permulaan abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin dalam kurun abad ke
1 sampai 4 H terdapat hubungan perkawinan antara pedagang Muslim dengan penduduk
setempat, hingga menjadikan mereka beralih menjadi Muslim. Tetapi ini baru pada tahap
dugaan.
Walaupun di Leran - Gresik, terdapat sebuah batu nisan bertuliskan Fatimah binti
Maimun yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M. Namun dari bentuknya, nisan itu
menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M seperti yang ditemukan di Campa,
yakni berisi tulisan yang berupa do'a-do'a kepada Allah.
Pada fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan
mulai terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad ke-13 kerajaan Samudera Pasai
sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang
sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan
abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka yang
membuat Islam sangat berkembang di Pesisir timur Sumatera dan Semenanjung Malaka.Di
bagian lain, di Jawa saat itu sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan kelompok
Masyarakat Muslim, terutama di pesisir utara.
3. Pelembagaan Islam
Pada fase ini sosialisasi Islam semakin tak terbendung lagi masuk ke pusat-pusat
kekuasaan, merembes terus sampai hampir ke seluruh wilayah.Hal ini tidak bisa dilepaskan
dari peranan para penyebar dan pengajar Islam.Mereka menduduki berbagai jabatan dalam
struktur birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk pribumi.
Dengan kata lain, Islam dikukuhkan di pusat-pusat kekuasaan di Nusantara melalui jalur
perdagangan, perkawinan dengan elit birokrasi dan ekonomi, di samping dengan sosialisasi
langsung pada masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi yang pada awalnya hanya berpusat di
satu tempat telah jauh meluas ke wilayah-wilayah lain di Asia tenggara.
Islam Begitu cepat berkembang dan dapat diterima dengan baik di masyarakat karena
Dalam Penyebaran dan perkembangannya, dengan jalan damai.tidak pernah ada ekspedisi
militer ataupun kekerasan untuk Islamisasi ini.
a. Islam di Indonesia
Dalam buku Indonesia karya Mahmud Syakir disebutkan bahwa Indonesia terdiri dari
kumpulan pulau yang jumlahnya terbanyak di dunia (lebih dari 13.600 pulau) dihubungkan
dengan dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Juga dihubungkan oleh
setengah bola dunia utara dan selatan.Luas wilayah ini mencapai 1.919.440 km2, letaknya di
Asia Tenggara.Pulau-pulau terbesar adalah Sumatera, Jawa, Irian, dan Borneo (Kalilmantan).
Dari segi jumlah penduduk, negeri ini menempati urutan keempat terbanyak di dunia, setelah
China, India dan Amerika Serikat tapi urutan pertama pada tingkat dunia Islam.Mayoritas
mereka berasal dari Melayu dan China. Presentase kaum muslim di negeri ini mencapai 89 %
(sebagian besar adalah pengikut Sunni), juga terdapat sedikit Nasrani, Hindu dan Budha.
Sebanyak 12,9 persen dari total Muslim dunia hidup di Indonesia.Waktu kapan Islam masuk
ke Indonesia masih ada perbedaan pendapat, berikut beberapa teori mengenai masuknya
Islam ke Indonesia, yaitu :
1. Teori Gujarat
Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara.
Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam
masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah
pedagang India Muslim. Bukti-bukti dari teori ini yaitu:
bukti batu nisan Sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik al-Shaleh
yang wafat pada 1297
relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang
terdapat di Gujarat.
adanya kenyataan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia-Cambai (Gujarat)-Timur Tengah-Eropa.
Teori ini dicetuskan oleh Hamka, Ia lebih menguatkan teorinya dengan mendasarkan
pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai pembawa agama Islam ke Indonesia,
kemudian diikuti oleh orang Persia dan Gujarat. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah
semata, dan Makkah sebagai pusat, atau Mesir sebagai tempat pengambilan ajaran Islam.
Hamka menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam baru masuk pada abad 13,
karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam,
maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 (670 M) atau pada abad
pertama Hijriyah.
Pendapat ini juga di dukung oleh Drs. Juned Periduri yang berkesimpulan bahwa agama
Islam pertama kali masuk pada abad ke-7. Hal ini didasarkan pada penyelidikan sebuah
makam Syeikh Mukaiddin di Tapanuli yang berangka tahun 48 H (670 M).
Pada 674 M telah terdapat perkampungan perdagangan Arab Islam di Pantai Barat
Sumatera, bersumber dari berita Cina.kemudian berita Cina ini ditulis kembali oleh T.W.
Arnold (1896), J.C. van Leur (1955) dan Hamka (1958). Timbulnya perkampungan
perdagangan Arab Islam ini karena ditunjang oleh kekuatan laut Arab.
Dari keterangan tentang peranan bangsa Arab dalam dunia perniagaan seperti di atas,
kemudian dikuatkan dengan kenyataan sejarah adanya perkampungan Arab Islam di pantai
barat Sumatera di abad ke-7, maka terbukalah kemungkinan peranan bangsa Arab dalam
memasukkan Islam ke Nusantara.
Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa
agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat, sedangkan
waktunya sekitar abad ke-13. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada
kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki
persamaan dengan Persia (Morgan, 1963:139-140). Di antaranya adalah:
Peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringayan Syi'ah atas syahidnya
Husein.
Adanya kesamaan ajaran antara Syaikh Siti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj,
sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310H / 922M, tetapi ajarannya berkembang
terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan Syeikh Siti Jenar yang hidup pada
abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Dari uraian tentang tiga teori masuknya Islam ke Indonesia di atas, dapat dilihat
beberapa perbedaan dan kesamaannya:
Teori Gujarat dan Persia mempunyai persamaan pandangan mengenai masuknya
agama Islam ke Nusantara berasal dari Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori
Gujarat yang melihat ajaran Islam di Indonesia mempunyai kesamaan ajaran dengan
mistik di India. Sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan dengan ajaran
Sufi di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia,
dan menjadi tempat singgah ajaran Syi'ah ke Indonesia.
Dalam hal Gujarat sebagai tempat singgah, teori Persia mempunyai persamaan
dengan teori Makkah, tetapi yang membedakannya adalah teori Makkah memandang
Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan perjalanan laut antara Indonesia dengan
Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
Teori Gujarat dan Persia keduanya tidak memandang peranan bangsa Arab dalam
perdagangan. Dalam hal ini keduanya lebih memandang pada peranan orang India
Muslim. keduanya meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-13. Sebaliknya
teori Makkah lebih meyakini Islam masuk di Nusantara pada abad ke-7, karena abad
ke-13 dianggap sebagai saat-saat perkembangan Islam di Nusantara.
Dalam melihat sumber negara yang mempengaruhi Islam di Nusantara, teori Makkah
lebih berpendirian pada Makkah dan Mesir dengan mendasarkan tinjauannya pada
besarnya pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia. Sedangkan teori Persia, meskipun
mengakui pengaruh madzhab Syafi'i di Indonesia tetapi, bagi teori ini, hal itu
merupakan pengaruh madzhab Syafi'i yang berkembang di Malabar, oleh karena itu
teori ini lebih menunjuk India sebagai negara asal Islam Indonesia.
Walaupun dari analisa perbandingan di atas ketiga teori tersebut lebih menampakkan
tajamnya perbedaan dari pada persamaan, namun ada titik temu yang bisa disimpulkan
yakni, bahwa :
Pertama, Islam masuk dan berkembang melalui jalan damai (infiltrasi kultural), Kedua,
Islam tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen
dan Katolik.
Para Ulama awal yang menyebarkan Islam di Indonesia adalah Hamzah
Fansuri,Syamsuddin Al-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurauf Singkel, Syeikh
Muhammad Yusuf Al-Makassari, Syeikh Abdussamad al-Palimbani, Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari, Syeikh Muhammad Nafis al-Banjari, Syeikh Muhammad bin Umar al-
Nawawi al-Bantani, Khatib Minangkabau.
b. Islam di Malaysia
Islam merupakan agama resmi negara federasi Malaysia.Hampir 50% dari 13 juta
penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang
tinggal di Semenanjung Malaysia.Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik
yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 38% dari penduduk Malaysia
dan yang lainnya India dan Arab. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup
rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai.
Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui
Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat
ibadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamanya yang damai
serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam
pemerintahan. Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan
negara-negara Islam yang lain, seperti:
c) Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum Islam di sana
mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum negara).
Selain itu juga keputusan yang diambil oleh Perdana Mentri Mahatir Muhammad
pada tahun 1982untuk menjalankan kebijakan penanaman nilai-nilai islami dalam
pemerintahan juga membuat peran islam semakin penting terutama ketika kebijakan
tersebut dilaksanakan secara nyata.
c. Islam di Singapura
Komunitas muslim di Singapura terdiri dari 2 kelompok, yaitu migran dari wilayah
indonesia dan migran dari luar wilayah indonesia (India dan Arab). Studi islam di Singapura
telah lama berkembang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
muslim. Selanjutnya, disebutkan bahwa etnis melayu merupakan komunitas muslim terbesar
di Singapura. Tapi berdasarkan hasil sensus tahun 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang
muslim Singapura tertinggal dari etnis lain dalam bidang sosial ekonomi, maka lembaga-
lembaga muslim memberikan motivasi untuk meningkatkan pendidikan dan berkompetensi
secara profesional. Dari gerakan tersebut muncullah beberapa profesional muslim seperti
Maarof Saleh (Presiden Himpunan Belia Islam), Dr. Muhd. Hussain Muthalib (Direktur
Eksekutif MUIS dan Dosen University of Singapore) dan Ridwan Abdullah (Presiden The
Muslem Convert Assosiation Darul Arqam). Sedangkan dalam bidang pendidikan, pada
tahun 1981 ini didirikan sebuah lembaga yang bergerak pada permasalahan pendidikan anak
muslim (MENDAKI) dan mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Keberadaan
lembaga ini juga mempercepat lahirnya karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi
kaum minoritasmuslim di Singapura.
d. Islam di Thailand
Islam di Muangthai adalah agama minoritas hanya 4 %, selain itu masyarakat Muangthai
menganut agama Budha dan Hindu.Orang Melayu Muslim merupakan golongan minoritas
terbesar ke-dua di Muangthai, sesudah golongan Cina.Mereka tergolong Muslim Sunni dari
madzab Syafi’I yang merupakan madzab paling besar dikalangan umat Islam di
Muangthai.Ikatan-ikatan budayanya telah membantu memupuk suatu perasaan keterasingan
dikalangan mereka terhadap lembaga-lembaga sosial, budaya, dan politik Muangthai.Sejak
bangsa Muangthai untuk pertama kali menyatakan daerah itu sebagai wilayah yang takluk
kepada kekuasaannya.Pada akhir abad ke-13 orang Melayu Muslim terus-menerus
memberontak terhadap kekuasaan Muangthai.Keinginan mereka adalah untuk menjadi bagian
dari Dunia budaya Melayu Muslim dengan pemerintahan otonom.Akhirnya keinginan yang
tak pernah mengendor itu pudar dalam sejarah, dan ciri-ciri sosial ekonomi dan budaya
mereka telah membuat mereka sadar bahwa mereka hanyalah kelompok kecil yang
mempunyai identitas terpisah dari bagian utama penduduk Negeri Muangthai.Masyarakat
Muslim di Muangthai sebagian besar berlatarbelakang pedesaan. Dan Perkembangan Islam di
Muangthai telah banyak membawa peradaban-peradaban, misalnya :
a) Di Bangkok terdaftar sekitar 2000 bangunan masjid yang sangat megah dan indah.
b) Golongan Tradisional dan golongan ortodoks telah menerbitkan majalah Islam
“Rabittah”.
c) Golongam modernis berhasil menerbitkan jurnal “Al Jihad”.
f.Islam di Filiphina
Islam tersebar di wilayah ini pada abad ke-6 H/12 M. Saat itu penjajah Portugis telah
sampai di wilayah ini. Kemudian disusul oleh Belanda dan Inggris yang datang pada tahun
1211H/1796 M. Terjadilah perlawanan dan revolusi di negeri ini sejak tahun 1305 H. Negeri
ini berada dibawah perlindungan Inggris sejak tahun 1367 H/ 1947 M, dan mengumumkan
diri sebagai negara republic yang merdeka pada tahun 1385 H/ 1965 M. Adapun di Filiphina,
Islam tersebar hampir mencapai seluruh kepulauannya, pula telah berdiri pemerintahan Islam.
Akan tetapi, munculah arus pemiliran keagamaan yang dibawa oleh penjajah Spanyol yang
amat dibenci.Pada tahun 928 H/ 1521 M, secara mendadak Spanyol menyerbu
kepulauankepulauan Filipina. Mereka datang denagn membawa seluruh dendam orang-orang
salib terhadap kaum muslimin,. Maka, situasi di Filipina saat itu hamper sama denagn situasi
yang dialami oleh Islam Andalusia. Penjajah Spanyol berada di Filiphina ini hingga tahun
1316 H/ 1898 M. Selama masa yang hampir mencapai 4 abad, telah terjadi upaya penjauhan
ajaran Islam dari generasi kaum muslim secara berturut-turut lewat jalan peperangan yang
menghancurkan kaum muslimin dan memaksa mereka untuk memeluk agama Nasrani
denagn ancaman kekerasan. Sekalipun demikian, mereka tidak juga mampu mengalahkan
pemerintahan-pemerintahn Muslim, sehingga disana masih tersisa beberapa
pemerintahan.Spanyol belum berhasil sepenuhnya menguasai Filipina khususnya kepulauan
Mindanao dan Sulu. Amerika Serikat kemudian menguasai kepulauan Filipina pada tahun
1317 H/1899 M. Maka timbulah perlawanan menentanganya dan berlangsung hingga tahun
1339 H/ 1920 M. Setelah itu kaum Muslimin menyerah, karena mereka tealh ditimpa
penyakit “wahn”(penyakit cinta dunia dan takut mati). Kemudian tersebarlah berbagai
penyakit, kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan diantara mereka.Pada saat itulah
orang-orang salib menawarkan berbagai bantuan, hingga akhirnya Islam surut kembali di
negeri itu. Amerika lalu mengumumkan kemerdekaan bagi Filipina pada tahun 1366 H/ 1946
M. Sekarang ini Islam hanya tinggal ada di 13 wilayah di selatan filipina, yang sampai saat
ini masih tetap menuntut pemerintahan otonomi dengan segala upayanya.
Penyebaran Islam di wilayah Asia Tenggara ditandai dengan berdirinya kesultanan Islam
di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan kesultanan Islam di Asia Tenggara tidak lepas
dari kepentingan perdagangan dan syiar agama yang dibawa oleh para saudagar dan ulama
muslim dari Asia Barat. Adapun Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara.Julukan ini
diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalu lintas antara Asia Timur san Asia Barat
bagi para pedagang yang hendak keluar masuk pelabuhan-pelabuhan di Asia
Tenggara.Berikut ini adalah profil beberapa kesultanan Islam yang pernah berkuasa di Asia
Tenggara.
Kehadiran Islam di Pattani dimulai dengan kedatangan Syekh Said, mubalig dari Pasai,
yang berhasil menyembuhkan raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit
parah.Phaya Tu Nakpa (1486-1530) beragama Budha kemudian masuk Islam dan bergelar
Sultan Ismail Syah.Kesultanan Pattani mengalami kemajuan pesat setelah menjalin hubungan
dagang dengan Kesultanan Malaka.Kesultanan Pattani kemudian menjadi pusat perdagangan
dan pelabuhan, terutama bagi pedagang dari Cina dan India.Kejayaan Pattani berakhir setelah
dikalahkan Kerajaan Siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah Pattani berupa nisan kubur
yang disebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan Samudera Pasai.
Kesultanan Aceh atau Aceh Darussalam adalah kerajaan Islam yang terletak di Pulau
Sumatera bagian utara.Kesultanan ini didirikan pada 1541 oleh Sultan Ali Mughayat
Syah.Kesultanan Aceh mengantikan peran Kesultanan Samudera Pasai dan Kesultanan
Malaka yang jatuh ke tangan Portugis, terutama dalam perdagangan dan
pelayaran.Kesultanan ini mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda.Kesultanan Aceh akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan pemerintah Hindia
Belanda pada 1912. Peninggalan sejarah Kesultanan Aceh antara lain Masjid Raya
Baiturrahman di Banda Aceh dan Cakra Donya, yaitu lonceng hadiah dari kaisar Cina.
Kesultanan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa.Raja Demak pertama
adalah Raden Fatah, bupati Majapahit di Bintoro dan mencapai puncak kejayaan di bawah
kepemimpinan Sultan Trengono.Kesultanan Demak berhasil melebarkan kekuasaannya
sampai ke daerah luar Jawa, seperti Kesultanan Banjar, Kerajaan Kotawaringin, dan
Kesultanan Kutai di Kalimantan.Kesultanan ini mengalami kemunduran di masa Sunan
Prawoto karena beberapa daerah taklukkan Demak memberontak.Peninggalan Kesultanan
Demak yang paling terkenal adalah Masjid Agung Demak. Ciri khas masjid ini adalah
bangunannya ditopang empat tiang atau saka guru yang dibangun empat orang sunan dari
sembilan wali (Wali Songo), yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan
Sunan Kalijaga.
Kesultanan Banjar merupakan kesultanan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan bagian
selatan.Kesultanan ini pada walnya bernama Daha, sebuah kerajaan Hindu yang berubah
menjadi kesultanan Islam.Kesultanan Banjar berdiri pada 1595 dengan penguasa pertama
Sultan Suriansyah.Islam masuk ke wilayah ini tahun 1470, bersamaan dengan melemahnya
kerajaan Maajapahit di Pulau Jawa.Penyebaran Islam secara luas dilakukan Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari, seorang ulama yang menjadi Mufti Besar
Kalimantan.Kesultanan Banjar mengalami kemunduran dengan terjadinya pergolakan
masyarakat yang menentang pengangkatan Pangeran Tamjidillah (1857-1859) sebagai sultan
oleh Belanda.Pada 1859-1905, terjadi perang Banjar yang dipimpin Pangeran Antasari (1809-
1862) melawan Belanda.Akibat dari perang ini, Belanda menghapuskan Kesultanan Banjar
pada 1860.Peninggalan sejarah Kesultanan Banjar dapat dilihat dari bangunan masjid di Desa
Kuin, Banjar Barat (Banjarmasin) yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Tamjidillah.
Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Buton, Sulawesi
bagian tenggara.Kerajaan Buton menjadi kesultanan setelah Halu Oleo, raja ke-6, memeluk
agama Islam. Penyebaran Islam secara luas dilakukan oleh syekh Abdul Wahid bin Syarif
Sulaiman al-Patani, seorang ulama dari Kesultanan Johor. Peninggalan sejarah Kesultanan
Buton berupa Benteng Kraton dan Batupoaro, yaitu batu tempat berkhalwat (mengasingkan
diri) Syekh Abdul Wahid di akhir keberadaannya di Buton.
Kesultanan Goa terletak di sebelah selatan Pulau Sulawesi.Kerajaan Goa berubah menjadi
kesultanan pada akhir abad ke-16, di masa pemerintahan Sultan Alauddin (1593-1639). Pada
masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin terjadi perang Makassar (1666-1669) meawan
Belanda.Kesultanan Goa selanjutnya dikuasai oleh Belanda setelah dipaksa menyerah dan
menandatangani Perjanjian Bongaya.Peninggalan Kesultanan Goa berupa kompleks makam
Sultan Goa dan bekas rumah Sultan Goa terakhir di Makassar (Sulawesi Selatan).
16) Kesultanan Pajang (abad ke-16). Kesultanan Pajang merupakan kerjaan Islam
pertama di pedalaman Jawa.Kesultanan ini didirikan oleh Joko Tingkir pada 1546, setelah
Trenggono, Sultan Demak, wafat.Joko Tingkir atau Sultan Adiwijaya membawa pengaruh
Islam dari wilayah pesisir ke wilayah pedalaman Jawa.Kesultanan Pajang hanya bertahan
selama 45 tahun karena dihancurkan oleh Kesultanan Mataram pada 1618.Peninggalan
Kesultanan Pajang berupa makam Pangeran Benowo.
17) Kesultanan Mataram (abad ke-16). Kesultanan Mataram beridiri sejak
1582.Kesultanan ini berawal dari wilayah Kesultanan Pajang yang dihadiahkan oleh Sultan
Adiwijaya kepada Kiai Ageng Pamanahan.Sultan pertama Mataram adalah Panembahan
Senopati (1582-1601). Puncak kekuasaan Kesultanan Mataram tercapai pada masa
kepemimpinan Sultan Agung (1613-1645).Kesultanan Mataram melemah setelah terjadi
perpecahan wilayah akibat Perjanjian Giyanti serta campur tangan pihak Belanda.Kesultanan
Mataram selanjutnya terbagi menjadi empat wilayah yaitu Kesultanan Yogyakarta,
Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Mangkunegara. Peninggalan Kesultanan Mataram
antara lain berupa pintu gerbang Masjid Kotagede di Yogyakarta.
19) Kesultanan Bima (abad ke-17). Kesultanan Bima adalah kerajaan Islam yang
terletak di Pulau Sumbawa bagian timur. Kerajaan Bima berubah menjadi kesultanan Islam
pada 1620 setelah rajanya, La Ka'i, memeluk agama Islam dan mengganti namanya menjadi
Sultan Abdul Kahir. Pada masa pemerintahan Sultan Abdul Khair Sirajuddin (1640-1682),
Kesultanan Bima menjadi pusat penyebaran Islam kedua di timur Nusantara setelah
Makassar.Kesultanan Bima berakhir pada 1951, ketika Muhammad Salahuddin, sultan
terakhir, wafat. Peninggalan Kesultanan Bima antara lain berupa kompleks istana yang
dilengkapi dengan pintu lare-lare atau pintu gerbang kesultanan.
20) Kesultanan Siak Sri Indrapura (abad ke-18). Siak Sri Indrapura adalah sebuah
kesultanan Melayu, didirikan (1723) oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan penyebarab
Islam di Sumatera Timur.Pusatnya adalah Desa Buantan, kemudian pindah ke Siak Sir
Indrapura (sekitar 90 km ke timur laut Pekanbaru).Wilayah kekuasaan Siak Sri Indrapura
meliputi Siak Asli, Bukit Batu, Merbau, Tebing Tinggi, Bangko, Tanah Putih dan Pulau
Bengkalis (Kabupaten Bengkalis); Tapung Kiri dan Tapung Kanan (Kampar); Pekanbaru;
dan sekitarnya. Istana bekas tempat tinggal dan pusat Kesultanan Siak Sri Indrapura sampai
sekarang masih berdiri dengan megah di pinggir Sungai Siak dan merupakan salah satu objek
pariwisata di daerah Riau.
Islam begitu berpengaruh di kawasan Asia Tenggara adapun beerapa pengaruh Islam adalah
sebagai berikut:
a. Sistem Pemerintahan
1) Wujudya institusi kesultanan di beberapa Negara
2) Ulama menjadi penasehat bagi Raja/Sultan
3) Islam sebagai agama resmi dan mayoritas
4) Undang-undang berlandaskan hukum Islam
b. Sistem Pendidikan
1) Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat
2) Sekolah, pesantren, madrasah, dan Masjid sebagai institusi pendidikan dan Basis
Islam
c. Bahasa dan Kesusastraan
1) Bentuk tulian Arab-Melayu
2) Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu
d. Ekonomi
1) Terbentuknya institusi ekonomi islam seperti baitumal
2) Amalan zakat dan sedekah
3) Amalan riba, penindasan dan penipuan dilarang dalam perdagangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Masuknya Islam ke Asia Tenggara
Para ahli berbeda pendapat mengenai dari mana asal penyebaran Islam di Asia
Tenggara. Maka ada 3 teori mengenai dari mana Islam itu dibawa, yaitu:
Demikian pula dengan waktu masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, para ahli
sejarah pun berbeda pendapat. Ada yang mengatakan waktunya itu adalah abad ke-1 H/ke-7
M da nada pula yang menyebut pada abad ke-13 M. Namun dalam hal ini kami ambil
kesimpulan bahwa agama Islam sudah masuk ke kawasan Asia Tenggara pada abad ke-1 H/7
M. Kemudian pada abad-13 agama Islam berkembang pesat.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara di setiap Negara ternyata berbeda, hal itu
dikarenakan perbedaaan kountur budaya, adat, pola pikir dan perekonomian masing-masing
Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. Sejarah Peraadaban Islam: dari masa klasik hingga modern.
Yogyakarta: Jurusan SPI fak. Adab Sunan Kalijaga bekerjasama dengan LESFI Yogyakarta.
2003.
option=com_content&view=article&id=68499:islam-di-nusantara-dibawa-dari-timur-
tengah-bukan-dari-gujarat-&catid=144:sejarah-islam-dunia&Itemid=361