Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH PERADABAN ISLAM

SEJARAH PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA

Dosen Pengampu: Ahmad Subiyanto, M.Pd.I

Di susun oleh kelompok 9

1. Rido Rakyadi

2. Nanda Shofia Ulfiana

3.Bun’yanummarsus

PROGR STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENNGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh.

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tercurah kepada junjungan
kita
Nabi Muhammad SAW yang syafaatnya kita selalu nantikan kelak diyaumil akhir.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah mendukung, membimbing, dan
memberikan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini bisa terselesaikan
walaupun masih sangat banyak kekurangannya.
Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah mendukung serta kepada semua pihak
yang terlibat di dalam penulisan makalah ini .Kami menyadari dalam penyusunan makalah
ini masih banyak sekali kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Harapan dari kami semoga dengan terselesaikannya makalah
Sejarah Peradaban Islam ini dapat diambil manfaaatnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Pringgasela Timur , 26 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

Judul…………………………………………………………………………………………
………………………………..1

Kata pengantar ……………….2

Bab I Pendahuluan…………...3

1. Latar belakaang
2. Rumusan masalah
3. Tujuaan

Bab II Pembahasan……………4

a. Sejarah Masuknya Islam di Asia Tenggara dan Peradaban Islam Asia Tenggara
b. Perkembangan Agama Islam Asia Tenggara
c. Islam Asia Tenggara Sebagai Peradaban Islam di Masa Depan

Bab III Penutup………………..5

Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sejarah peradaban islam di asia tenggara
2. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah dan Peradaban Islam di Asia Tenggara
2. Untuk mengetahui Perkembangan Agama Islam di Asia Tenggara dari dulu
hingga sekarang
3. Islam Asia Tenggara Sebagai Peradaban Islam di Masa Depan
3. Tujuan
1. Untuk menambah wawasan generasi muda mengenai peradaba islam di asia
tenggara
2. Untuk mengetahui perkembangan agama islam dari masa ke masa di asia
tenggara
3. Untuk mengedukasi para kaum melenial betapa pentingnya mempelajari
sejarah
4. Dan sebagai salah satu sarana untuk trus mengenang sejarah yang semakin
di lupakan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Masuknya Agama Islam dan Peradaban Islam Asia Tenggara

Masuknya Islam di Asia Tenggara sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara,
khususnya selat malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
perdagangan intenasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China sejalan pula
dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar yaitu China dibawah Dinasti Tang
(618-907 M), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 sampai 14 ) dan Dinasti Umayyah (660-749
M).
Mulai abad ke-7 orang Muslim Persia dan Arab berdagang sampai ke negeri China pada
pemerintahan Tai Tsung (627-650 M) kaisar kedua dari Dinasti Tang, Muslim pertama
bernama Sa’ad bin Abi Waqqas adalah seorang Mubaligh juga sahabat Nabi Muhammad
SAW.
Ia mendirikan Masjid bernama wa zhin zi yang artinya masjid kenangan nabi di Canto,
sampai
sekarang Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka
yang
langsung dibawa oleh sahabat Nabi. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat
dihubungkan
dengan pemberitaan I-Cing seorang musafir Budha yang mengadakan perjalanan dengan
berlayar menggunakan kapal dengan sebutan kapal Po-Sse menuju arah selatan ke Bhoga
(di
daerah Palembang di Sumatera Selatan).
Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia:
1. Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 (684
M).datang seorang Pepimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari
Sumatera Utara, jadi Islam pertama kali ke Indonesia ada di Sumatera Utara.
2. Menurut Dr. Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M, saat itu
datang
utusan raja Arab Ta Cheh (Muawiyah bin Abu Sufyan) ke kerajaan Ho Ling
(Kaling/Kalingga) untuk membuktikan Keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah
Ratu Shima di Jawa.
3. Menurut Drs. Junied Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M
karena
di Barus Tapanuli, terdapat sebuah makam yang bertuliskan Haa Miim.
4. Pada tanggal 17-20 Maret 1963 di Medan mengadakan seminar yang mengambil
kesimpulan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/ abad ke-7 M langsung dari Arab, daerah
pertama yang didatangi ialah pesisir Sumatera.
Persoalan tentang kapan masuknya Islam ke Nusantara, dalam hal ini Azra mengatakan:
“Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan dan ada di Nusantara pada abad
pertama,
tetapi setelah abad ke-12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata. Karena itu, proses
islamisasi
nampaknya mengalami perkembangan antara abad ke-12 dan ke-16.” hal menarik yang
patut diperhatikan, berkaitan dengan proses islamisasi wilayah Nusantara adalah dengan
apa yang dikatakan oleh Azyumardi Azra “bahwa yang mula-mula masuk Islam adalah
para penguasa”. Dalam kaitan ini, sosiolog Muslim bernama Ibn Khaldun menyatakan
"al-nasu 'ala al-dini mulukihim".Yang artinya dengan mengislamkan penguasa, berarti
dengan sendirinya akan memudahkan pengislaman penduduk atau rakyatnya.bahkan
dengan
sendirinya rakyat akan mengikuti agama yang dianut oleh rajanya. Pemimpin memiliki
peran
besar dalam membentuk perkembangan masyarakat hingga masalah agamapun cenderung
mengikuti Pemimpinnya. Nusantara adalah sebutan (nama) bagi seluruh kepulauan
Indonesia. Namun demikian, berbicara tentang awal kedatangan Islam di Asia Tenggara,
dimana Indonesia adalah negara yang tergolong awal dalam hal kedatangan Islam di Asia
Tenggara, maka teori ini menjadi relevan untuk kontek kedatangan Islam di Asia Tenggara.
Pemikiran dalam berbagai aspek ajaran Islam, seperti filsafat, tasawuf, dan lainnya itu
berada dalam proses perkembangan Islam di Asia Tenggara. Pada masa kekuasaan
Kerajaan
Malaka bahwa Islamisasi Asia Tenggara mendapatkan dorongan baru, daerah baru di
Sumatera yang kemudian masuk kedalam kekuasaan Malaka setelah Aru, Petir, Lambri
antara lain ampar, Indra Giri, Siak, Jambi, Bengkalis, Riau dan Lingga juga telah masuk
Islam. Di semenanjung Malaya, seperti Pahang, Pattani, Kedah, Johor juga menerima
Islam. Dari Malaka Islamisasi masuk ke pesisir Pulau Jawa, di tahun 1478 kerajaan
Majapahit dikalahkan kerajaan Islam yang dipimpin oleh Raja Demak. Para penyebar
agama Islam yang berasal dari Demak kemudian mengislamkan warga Banjarmasin di
Kalimantan Selatan. Maluku menjadi wilayah Islam pada tahun 1498. Pulau Mindano
diislamkan lebih awal pada tahun 1460, pada akhir abad ke-15 Brunai telah masuk Islam.
Dari Sulu dan Mindano Islam menyebar ke wilayah Utara Filipina, berdirilah Kerajaan
Islam di sana. Bahkan Manila berada dibawah kekuasaan Islam, yang kemudian
dihancurkan oleh Spanyol tahun 1570. Kesultanan Brunai juga mengislamkan wilayah yang
berada dalam kekuasaannya. Sedangkan Makasar menerima Islam pada tahun 1603,
kemudian mengislamkan Bugis, Sumbawa, Lombok. Setelah Bugis menerima Islam
kemudian menyebar ke Flores, seluruh Jawa bertahap menerima Islam kecuali Bali yang
masih bertahan sebagai kerajaan Hindu
Islamisasi di Asia Tenggara membawa persamaan dibidang Pendidikan, pendidikan
tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan akan tetapi melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu membaca Qur’an dan memahami asas-asas
Islam secara rasional, bahasa lokal diperluas dengan kosakata dan gaya bahasa Arab,
bahasa
Melayu digunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi media
pengajaran agama, bahasa Melayu juga berperan penting sebagai bahasa pemersatu.
Budaya politik.
Hindu-Budha juga kepemimpinan telah digantikan dengan ide-ide juga lembaga yang
bernafaskan Islam, hukum Islam telah dijalankan walaupun belum secara keseluruhan.
Di wilayah Muangthai hukum Islam diterapkan terus didalam undang-undangnya
terdapat 42 pasal yang diambil dari mahzab syafi’i, di muangthai terdapat 2000
masjid.Peranan Islam dalam politik lebih nampak di Malaysia, partai Islam menyatakan
dalamkampanyenya untuk membentuk Negara Islam, partai Islam mempunyai dukungan
yang sangat besar dari masyarakat yang mempunyai penduduk mayoritas Islam seperti
Kelantan, Trengganu, Kedah dan Perlis. Angkatan Islam Malaysia berada dibagian
terdepan dalam mempromosikan citra positif Islam kepada kaum muslim maupun non
muslim yang bertujuan untuk mewujudkan gaya hidup muslim yang baik.Menurut pendapat
Azmi Islam datang pertama kali ke MalaysiIslam telah tiba di Tanah Melayu pada abad ke-
7M. dikemukakan oleh Fatimi, bahwa Islam dating pertama kali di sekitar abad ke-8 H (14
M). Ia berpegang pada penemuan Batu Bersurat di Trengganu tahun 702H (1303M). Batu
Bersurat itu ditulis dengan huruf Arab. Pada sebuah sisinya, memuat pernyataan yang
memerintahkan para penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan
Islam dan ajaran Rasulullah. Sisi lainnya memuat daftar singkat mengenai 10 aturan dan
mereka yang melanggarnya akan mendapat hukuman. Menurut pendapat Majul bahwa
Islam tiba di Malaysia sekitar abad ke-15 dan ke-16 Kedua pendapat ini, baik Fatimi
maupun Majul, juga tidak dapat diterima karena ada bukti yang lebih kuat yang
menunjukkan bahwa Islam telah tiba pada abad ke-3 H (10 M). Pendapat terakhir ini
didasarkan pada penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada
batu nisan itu tertulis nama Syeikh Abd alQadir ibn Husayn Syah yang meninggal pada
tahun 291 H (940 M). Menurut sejarawan, Syeik Abd al-Qadir adalah seorang da’i
keturunan Persia. Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke
Malaysia pada sekitar abad ke-3 H (10M). Baik Fatimi maupun Majul agaknya tidak
mengetahui tentang penemuan batu nisan di Tanjung Kedah ini dan tulisan tentangnya di
majalah Mastika, karena tulisan tersebut baru diterbitkan tahun 1965, sedangkan penelitian
mereka masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964. Terjadi perbedaan pendapat untuk
mempelajari peradaban Islam di wilayah ini karena keragaman dan keluasan wilayah, di
mana pada kenyataannya tidak setiap wilayah atau masing-masing bagian dari wilayah itu
sama-sama bisa diketahui dengan baik, sehingga menimbulkan anakronisme yang tidak
akurat.Sumber-sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara dan situasi di mana
islamisasi di Semenanjung Melayu ini terjadi. Mengenai asal-usul penyebaran, perdebatan
akademis berpusat di Arabia dan India. Sebagaimana diketahui secara umum, sebelum
Islam datang ke Tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut animisme, hinduisme
dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam secara berangsur-angsur
mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh masyarakat Melayu Nusantara.
Identifikasi Melayu dan Islam, di antaranya bisa dilekatkan pada hakikat kepemimpinan
politik Melayu tradisional (kesultanan), yang dipimpin oleh sultan. “Sultan” adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut penguasa Muslim. Istilah ini berasal dari Bahasa Arab dan
melambangkan kekuasaan Islam di negeri itu. Kitab Undang-Undang Malaka bahkan
menyebut sultan Malaka sebagai ”Khalifah al-mu’minin, zill Allah fi al-alam” yang berarti
Pemimpinnya orang-orang beriman, bayang-bayang Allah di muka bumi. Ini mengandung
makna bahwa sultan bertanggung jawab langsung kepada Tuhan untuk memelihara dan
mengembangkan agama Islam. Karena itu, para sultan tidak hanya punya peranan vital
dalam kepemimpinannya sebagai institusi politik Muslim, dan pembentukan serta
pengembangan institusi-institusi Muslim seperti pendidikan dan peradilan agama,
tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai aktivitas keagamaan dan kajian-kajian
keislaman sehingga Islam terasa begitu mewarnai kebudayaan Melayu. Pemerintah
Singapura memegang prinsip kebebasan dalam beragama dan melindungi kepercayaan
penduduknya, Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) diberikan tanggung jawab
unutk mengatur administrasi hukum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan zakat,
pengaturan ibadah haji,organisasi agama. MUIS juga berwenang mengeluarkan fatwa,
pengelolaan seluruh masjid yang ada di Singapura serta berusaha menciptakan warga
muslim
Singapura lebih baik dibidang pendidikan agar nanti mampu memberikan sumbangan bagi
pembangunan Singapura yang merupakan kepentingan bersama. Orang-orang Islam di
Filipina menamakan diri mereka dengan sebutan Moro yang mayoritas adalah nelayan dan
petani yang melahirkan Muslim Independent Movement (MIM), Moro National Liberation
Front (MNLF) yang berjuang mempertahankan, meningkatkan pembangunan,
kesejahteraan dan pelaksanaan hukum keluarga bagi muslim di Filipina. Di bawah
bimbingan para ulama Arab dan dukungan Negara Islam semakin berkembang lahirlah
ulama-ulama Islam sebagai pemimpin, sistem pendidikan Islam dirancang. Masjid , surau
menjadi lembaga pusat pengajaran, ibadah haji diselenggarakan. Sejumlah karya dibidang
teologi, hukum, sastra dan sejarah bermunculan serta tokoh-tokoh ulama intelektual
mempunyai jaringan keilmuan yang luas baik di dalam maupun di luar negeri sehingga
dapat menunjang perkembangan Agama Islam di Asia Tenggara.

B. Perkembangan Agama Islam Asia Tenggara

Perkembangan agama islam di asia tenggara memiliki tiga pase yang di antaranya adalah;

Kehadiran Para Pedagang Muslim (7 – 12 M)

Fase ini diyakini sebagai fase permulaan dari proses sosialisasi Islam di kawasan Asia
Tenggara, yang dimulai dengan kontak sosial budaya antara pendatang muslim dengan
penduduk setempat. Pada fase pertama ini, tidak ditemukan data mengenai masuknya
penduduk asli ke dalam Islam. Bukti yang cukup jelas mengenai hal ini baru diperoleh jauh
hari kemudian, yakni pada permulaan abad ke-13 M / 7 H. S

angat mungkin dalam kurun abad ke 1 sampai 4 H terdapat hubungan perkawinan antara
pedagang muslim dengan penduduk setempat, hingga menjadikan mereka beralih menjadi
muslim. Tetapi  ini baru pada tahap dugaan. Walaupun di Leran, Gresik, terdapat sebuah
batu nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H / 1082 M,
namun dari bentuknya, nisan itu menunjukkan pola gaya hias makam dari abad ke-16 M
seperti yang ditemukan di Campa, yakni berisi tulisan berupa do’a-do’a kepada Allah.

Terbentuknya Kerajaan Islam (13 – 16 M)

Pada fase kedua ini, Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan
mulai terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Pada akhir abad ke-13, kerajaan Samudera
Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia merebut jalur perdagangan di Selat
Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya.

Hal ini terus berlanjut hingga pada permulaan abad ke-14 berdiri kerajaan Malaka di
Semenanjung Malaysia. Sultan Mansyur Syah (w. 1477 M), yang merupakan sultan
keenam Kerajaan Malaka, telah membuat Islam sangat berkembang di Pesisir timur
Sumatera dan Semenanjung Malaka. Adapun di bagian lain, khususnya di Jawa, saat itu
sudah memperlihatkan bukti kuatnya peranan kelompok masyarakat muslim, terutama di
pesisir utara.

Pelembagaan Islam

Pada fase ini sosialisasi dan dakwah Islam semakin tak terbendung dan berhasil masuk ke
pusat-pusat kekuasaan, merambah hampir ke seluruh wilayah. Hal ini tidak bisa dilepaskan
dari peranan para penyebar dan pengajar Islam. Mereka menduduki berbagai jabatan dalam
struktur birokrasi kerajaan, dan banyak diantara mereka menikah dengan penduduk
pribumi.

C. Islam Asia Tenggara Sebagai Peradaban Masa Depan


Mengingat Islam di kawasan ini sering dipandang sebelah mata oleh para peneliti asing,
karena posisinya yang terletak di pinggiran dari jantung Islam. Akan tetapi, Asia Tenggara
dengan penduduk mayoritas Muslim, kini tengah menjadi primadona bagi kajian Islam
karena wataknya yang berbeda dengan wilayah lainnya. Topik konferensi kali ini yaitu
“Islam Yang Berkemajuan: Capaian, Tantangan dan Strategi,” sebuah topik yang sangat
relevan dengan perkembangan Islam dalam percaturan global. Dalam pandangan saya,
topik ini dapat diterjemahkan dengan bagaimana membangun peradaban Islam di Asia
Tenggara di tengah-tengah perkembangan peradaban dunia saat ini. Pertama, pada awal
abad ke-20, sejarawan Jerman, Oswald Spengler, telah meramalkan bahwa Barat dengan
budaya Faustiannya (Faustian culture) akan segera mengalami keruntuhan (decline). Yang
demikian itu karena, seperti watak Faust, masyarakat Barat telah menggadaikan jiwa demi
kekuasaan dan teknologi. Faust telah menggadaikan jiwa dan spiritnya kepada Iblis untuk
meraih kekuasaan material, dan mengabaikan nilai-nilai spiritual yang menjadi kebutuhan
hakiki manusia. Masyarakat Barat, kata Spengler, juga telah melakukan tindakan serupa,
sehingga mereka kehilangan spiritualitas mereka sendiri. Mereka mencari-cari spiritualitas
baru dari belahan lain, yang bisa jadi akan meminggirkan karakter mereka sendiri. Inilah
yang banyak disebut oleh para ahli sebagai “krisis spiritual” (spiritual crisis) masyarakat
Barat modern. Kedua, setiap peradaban memiliki masa kelahiran, kematangan dan
keruntuhan, setelah menjalani rentang waktu tertentu. Lebih jauh, keruntuhan suatu
peradaban digantikan oleh peradaban lain di tempat yang berbeda. Sejarah menunjukkan
bagaimana peradaban Yunani berpindah ke Persia, lalu ke Romawi, dan dari Romawi
pindah ke Islam, dari Islam pindah ke Eropa dan Amerika. Karena itu, keruntuhan Barat
yang diramalkan Spengler di atas, membuka peluang bagi wilayah lain untuk menjadi pusat
peradaban dunia. Ramalan Spengler di atas nampaknya kini mendekati kebenaran,
mengingat sejumlah studi menunjukkan bahwa tanda-tanda akan kebangkrutan Barat sudah
semakin benderang. Salah satunya dikemukakan oleh Prof. Kishore Mahbubani dalam
karyanya yang berjudul The New Asian Hemisphere: The Irresistible Shift of Global Power
to East (Belahan Asia Baru: Peralihan Kekuatan Global ke Timur Yang Tak Dapat Ditolak)
(New York: Public Affairs, 2008). Dalam pandangan Mahbubani, Barat sesungguhnya
bukan belahan dunia yang besar jika dilihat dari sisi demografis. Bila penduduk Eropa dan
Amerika dijumlahkan, seluruhnya hanya akan mencapai 30% dari seluruh penduduk dunia,
sehingga mereka tidak bisa mengklaim sebagai “penguasa” umat manusia. Lebih jauh,
meskipun Barat superior dalam berbagai bidang, seperti institusi, sistem sosial-politik,
industri, pendidikan, dan inovasi teknologi, superioritas itu kini mendapat tantangan dari
Timur yang tengah berkembang pesat. Bahkan tujuh pilar peradaban Barat modern, yaitu
ekonomi pasar bebas, sains dan teknologi, meritokrasi, pragmatism, budaya damai, aturan
hukum dan pendidikan, semua itu telah mampu diadaptasi oleh Timur dengan nilai-nilai
normal dan etika mereka sendiri. Mahbubani menguraikan lebih jauh bahwa kekuatan Barat
modern tidak lagi mampu mempertahankan nilai-nilainya sendiri dan cenderung
mengedepankan kepentingan jangka pendek. Salah satunya adalah nilai demokrasi dan hak
asasi manusia, yang mereka kampanyekan, akan tetapi, tidak jarang, mereka sendiri
melakukan sikap anti-demokrasi dan HAM untuk mencapai sasaran jangka pendek mereka.
Seperti dikemukakan George Kennan, seorang arsitek utama kebijakan luar negeri Amerika
Serikat, “Setiap pesan yang kita bawa kepada orang lain hanya akan efektif jika pesan itu
sesuai dengan nilai-nilai kita sendiri.” Karena itu, menjadi lucu jika mereka setiap tahun
membuat laporan tentang HAM di setiap negara, sementara mereka sendiri sebagai
pelanggarnya. Demikian pula dalam bidang pasar bebas. Mereka mengkampanyekan pasar
bebas, tetapi ketika serangan dari Timur datang, justru mereka membangun benteng, seperti
Masyarakat Ekonomi Eropa, G-8 dan sebagainya, yang perwakilannya didominasi oleh
negara-negara Barat. Begitu juga dengan kebijakan pengembangan tenaga nuklir, yang
hanya boleh dimanfaatkan oleh Barat dan sekutunya. Dengan kata lain, dunia tidak lagi
menaruh trust terhadap kekuatan Barat modern dan kekuatan mereka menjadi tidak efektif
karena tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masuknya Islam di Asia Tenggara ini menjadi sebuah bukti kejayaan Islam di masa
lalu, dan dari peristiwa sejarah masuknya islam di Asia Tenggara ini menjadi
sumber pengetahuan dan menjadi pembangkit semangat para pemuda-pemuda islam
asia Tenggara ntuk memajukan Islam di Asia Tenggara dan di seluruh dunia, supaya
kedepannya Asia Tenngara menjadi pusat peradaban kejayaan dan peradaban Islam
di era modern, dan trutama bagi Indonesia, sebagai Negara No.1 Islam terbesar di
dunia ini sudah menjadi bukti perkembangan pesat agama Islam di Asia Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati. 2014. Islam di Asia Tenggara Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alauddin Makasar. Jurnal Rihlah Vol. 11 No.1.

Herawati Andi. 2018. Eksistensi Islam di Asia Tenggara Ash Shahabah UIM Makasar

Azyumardi Azra. 2005 Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII Jakarta Kencana.

Prof,Dr. Hamka , Sejarah Umat Islam pra-kenabian hingga di nusantara

Anda mungkin juga menyukai