Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI JAWA

Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Budaya Jawa

Dosen Pengampu : Desti Widiani, S.Pd.I., M.Pd.I.

Di Susun Oleh:

Latifah Tri Septiani (182111042)

Afifah Ana Zursida (182111054)

Adi Syahnan Putro (182111070)

2-B

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MU’AMALAH)

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SURAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta

salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW

yang kita nantikan syafaatnya diakhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah sehingga penulis mampu untuk

menyelesaikan pembuatan makalah pada mata kuliah Islam dan Budaya Jawa

dengan judul Sejarah Masuknya Islam di Jawa.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk

makalah ini untuk materi evaluasi kami, supaya makalah ini nantinya akan menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kami juga berharap hal tersebut mampu dijadikan

cambuk untuk kami lebih mengutamakan kualitas di masa selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantudalam penulisan makalah ini. Kami sangat berharap dengan

adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi mengenai Islam dan

Budaya Jawa. Terima kasih.

Surakarta, 05 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………….………………………….......i

DAFTAR ISI…………………………………………..…………………........ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN………………………..…………………................1

B. RUMUSAN MASALAH………………………….………………......1

C. TUJUAN……………………………………….………………….......2

BAB II PEMBAHASAN

A. PROSES MASUKNYA ISLAM DI JAWA………………………......3

B. METODE YANG DIGUNAKAN DALAM MENYEBARKAN

AGAMA ISLAM…………………………………………………….10

C. PERAN WALISONGO DALAM MENYEBARKAN AGAMA

ISLAM………………………………………………………………..12

D. BUKTI ISLAM MASUK DI TANAH JAWA…………………….....17

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………....…19

B. KRITIK DAN SARAN………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA...……………………………………………………..20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu Islam yang meramaikan dunia agama Nusantara adalah Islam

Jawa yang biasa disebut Islam Kejawen. Jawa merupakan satu daerah yang

memiliki kebudayaan yang cukup berpengaruh di Indonesia. Kemudian pulau Jawa

merupakan wilayah Indonesia yang paling padat. Dari sekian banyaknya penduduk

Jawa hampir seluruhnya adalah umat Islam.

Agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang berisikan syariat – syariat

Allah SWT melalui wahyu dinamakan Islam. Rasulullah SAW gigih

memperjuangkan agama Islam pada masanya, dimana hujatan – hujatan dan

cemoohan para kaum kafir saat itu. Akan tetapi Rasulullah tetap berjuang

menyebarkan agama Islam, sehingga agama Islam terus berkembang ke seluruh

dunia sebagai agama yang Rahmatullilalamin. Para penyebar Islam di Jawa

berusaha menghapus ajaran – ajaran sebelumnya hingga dapat menyalinnya dengan

nilai – nilai Islam. Oleh karena itu, penting dirasa untuk kita mengetahui perjuangan

para Pendakwah Islam di Jawa ini agar tumbuh di sanubari kita rasa syukur dan

menghargai perjuangan mereka itu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses masuknya Islam di Jawa?

2. Bagaimana metode yang digunakan untuk menyebarkan agama

Islam?

1
3. Bagaimana peran walisongo dalam menyebarkan Islam di Jawa?

4. Apa saja bukti Islam di Jawa ?

C. Tujuan

1. Untuk menegtahui proses penyebaran Islam di Jawa.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam menyebarkan

agama Islam.

3. Untuk mengetahui peranan Walisongo dalam menyebarkan Islam di

Jawa.

4. Untuk menngetahuin bukti Islam di Jawa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Islam di Jawa

Kepulauan Indonesia, sejak jaman pra-sejarah telah di kenal memiliki

kekayaan yang melimpah. Oleh karena itu, sejak abad awal Masehi telah tercipta

rute – rute pelayaran yang menghubungkan kepulauan Indonesia dengan berbagai

daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah barat Nusantara dan sekitar Malaka

sejak jaman dulu merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian para pedagang

luar karena hasil bumi yang diperdagangkan di sana. Oleh karena itu, ia menjadi

daerah lintasan penting antara Cina dan India. 1

Pedagang – pedagang muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang

sampai ke kepulauan Indonesia sejak abas ke-7 M. (1H.), ketika islam pertama kali

berkembang di Timur Tengah. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah – rempah

dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat yang

melakukan hubungan langsung dengan Malaka. Dengan demikian, Malaka menjadi

mata rantai pelayaran yang penting. Menurut J.C. Van Leur, berdasarkan berbagai

cerita perdagangan, dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M. telah ada koloni –

koloni Arab di barat laut Sumatera, yaitu di Barus, daerah penghasilan kapur barus

terkenal.2

1
Ahmad Khalil, Islam Jawa Sufisme Etika dan Tradisi Jawa (Malang: UIN MALANG PRESS, 2008)
hlm. 50
2
Ibid., hlm.51

3
Perkembangan dan pelayaran yang bersifat internasional antara negeri –

negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan –kegiatan

kerajaan Islam di Bawah Banu Umaiyah di bagian Barat dan kerajaan Cina masa

Dinasti Tang di Asia bagian Timur dan juga kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.

Adanya koloni itu, diduga sejauh yang paling dapat dipertanggung jawabkan

adalah bahwa para pedagang Arab tersebut hanya berdiam untuk menunggu

datangnya musim yang baik bagi pelayaran mereka. Waktu Marco Polo dengan

ayah dan pamannya tinggal untuk beberapa bulan di Sumatra Utara sebagai utusan

Kublai Khan pada 1292 M. ia mencatar bahwa sebuah kota pesisir yang bernama

Perlak baru saja memeluk agama Islam.3

Menurut sumber berita dari Tiongkok, Malaka memang memiliki peran


4
penting dalam penyebaran Islam ke pulau Jawa. Tidak hanya di Malaka, sejak

tahun 1400 upaya mengurangi gerak dakwah Islam kepada para pedagang dari

Jawa Timur oleh Majapahit di seluruh Nusantara telah berhenti total. Sejak saat

itu para pedagang Persia dan Gujarat yang membawa sutra halus, perhiasan, dan

manik – manik kalung dari Cambay untuk ditukar dengan perdagangan dari

Nusantara berusaha memasukkan Islam langsung ke Jawa. Pada saat yang

bersamaan, tahun 1416 dari seorang Cina yang telah memeluk Islam memberitakan

bahwa di pulau jawa telah tinggal orang – orang asing yang beragama Islam,

mereka berasal dari wilayah barat. Orang Jawa saat itu masih belum memeluk

agama Islam. Orang asing ini kemudian menikah dengan warga masyarakat

3
Ibid., hlm.52
4
Ibid., hlm.53

4
setempat. Oleh adanya aturan yang tidak membolehkan menikah dengan orang

yang beda agama, perempuan daerah ini harus “di-islam-kan” dulu. Lambat laun

terbentuklah kelompok – kelompok keluarga Islam yang juga diperkuat dengan

kembalinya para pedagang dari Malaka.5

Pada tahun 1526 Bantam, Jawa Barat, memeluk agama Islam dan

berkembang menjadi kerajaan yang kuat. Pada waktu yang bersamaan, Demak,

yang berada di Jawa Tengah telah menjadi kesultanan yang kuat dan memegang

kekuasaan utama di pesisir utara Jawa. Ketika kaum imperialis Portugis dengan

agama Kristennya datang, pangeran – pangeran yang berada di pedalaman labih

memilih Demak sebagai sekutu untuk bertahan. Dengan diterimanya Islam, kraton

– kraton pedalaman Jawa mulai unggul terhadap kesultanan – kesultanan di pesisir

utara. 6

Melihat perjalanan perkembangannya yang panjang berliku, dan relatif lama

itu, tidak salah kalau ada bermacam pendapat tentang asal – muasal masuknya

Islam ke kepulauan Indonesia. Demikian juga mungkin tentang masuknya Islam

ke Jawa. Oleh karena itu, ada yang mengatakan bahwa sampai berdirinya kerajaan

– kerajaan Islam, perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi dalam tiga

fase: pertama, singgahnya pedagang - pedagang Islam di pelabuhan – pelabuhan

Nusanta. Kedua, adanya komunitas – komunitas Islam di beberapa kepulauan

Indonesia, dan ketiga, berdirinya kerajaan – kerajaan Islam.7

5
Ibid., hlm54-55
6
Ibid., hlm.57
7
Ibid., hlm. 58

5
1. Jalur – Jalur Masuknya Islam di Jawa

Berdasarkan jalur dari mana Islam ke Jawa terdapat beberapa pendapat

diantaranya:

a. Jalur Kamboja

Adanya hubungan antara kepulauan nusantara dengan Keraton

Campa dijadikan bukti bahwa Islam masuk ke pulau Jawa berasal dari

Kamboja.

b. Jalur Arab

Artinya Islam masuk ke Jawa berasal dari Arab adanya persamaan

madzhab yang dianut penduduk Indonesia dengan wilayah semenanjung

Arabia merupakan alasan yang di kemukakan teori ini. Pandangan ini

dikemukakan oleh Nieman dan dikuatkan oleh Pijnaple.

c. Jalur India

Pandangan ini dikemukakan oleh Snouck ketika memberikan

perpisahan di universitas Leiden. Ia mengatakan bahwa Jawa dan Sumatra

mengenal Islam lewat kontak yang terjadi antara pedagang – pedagang

dari India pandangan ini didukung oleh tiga hal:

1) Adanya jalur perdagangan antara India Selatan dengan kepulauan

nusantara

2) Adanya orang Islam di wilayah India Selatan

3) Adanya elemen Islam yang sangat menonjol dalam perdagangan

6
Pandangan ini didukung adanya batu nisan Malik Ibrahim berasal dari

Gujarat. John F. Cady dalam bukunya South East Asia, its Historical

Background mendukung pandangan ini berdasarkan adanya orang Gujarat

yang mendiami kawasan kota pelabuhan di pantai utara Jawa.8

d. Jalur Cina

Masuknya Islam ke wilayah Jawa berasal dari Cina. Pandangan ini

didasarkan dari cerita dari Jawa Timur yang berasal dari Serat Kandha

yang yang menyatakan bahwa Raden Patah adalah anak seoarang

perempuan Cina. Anggapan ini dikuatkan oleh cerita yang beredar di Jawa

Barat yang menyebutkan Raja Demak sebagai Pati Raja Cina, Hikayat

Hasanudin disebutkan dengan nama Cek Ko Po yang berasal dari

Mongolis.

e. Bermacam – macam jalur

Pandangan lain yang lebih bersifat merangkum teori – teori

sebelumnya bahwa asal usul Islam adalah dari para guru sufi yang dalam

perjalanan mereka ke wilayah sungau ke Kanton, dan dari sinilah mereka

menempuh perjalanan seterusnya ke wilayah Campa, Malaysia, dan

Sumatra. Teori ini tidak dapat di abaikan karena dalam perkembangan

Islam di Indonesia unsur sufisme juga amat dominan dalam kehidupan

keagamaan.9

8
Aris Widodo, Islam dan Budaya Jawa (Yogyakarta:Fakultas Syariah IAIN Surakarta Fakultas
Syariah, 2016) hlm. 21
9
Ibid., hlm. 22

7
2. Teori Teori Masuknya Islam di Nusantara :

a. Teori Gujarat

Teori ini masuk ke jawa pada abad ke-13 M dan pembawanya

berasal dari bangsa Gujarat (Cambay), india. Teori ini berdasar pada:

1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab

dalam penyebaran agama islam di indonesia.

2) Hubungan dagang antara Indonesia dengan India sudah lama

terjalin melalui jalur indonesia.

3) Adanya batu nisan Sultan Malik al-Saleh yang bertuliskan

tahun 1297 bercorak khas Gujarat.

Teori Gujarat didukung oleh Snouck Horgronje,W.F.Stutterheim

dan Bernard H.M. Vlekke. Teori ini lebih memusatkan perhatiannya pada

saat timbulnya kekuasaan politik islam yaitu adanya kerajaan Samudra

Pasai.

b. Teori Makkah

Teori mekkah merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan

atau penolakan terhadap teori Gujarat. Teori ini masuk ke jawa pada abad

pertama Hijriyah atau abad ke-7 M dan pembawanya berasal dari bangsa

Arab (Mesir). Teori ini berdasar pada:

1) Pada abad ke-7 di pantai barat Sumatera sudah terdapat

perkampungan Arab (Islam) dengan pertimbangan bahwa

pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di kantor sejak

8
abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina dari Hikayat

Dinasti Tang.10

2) Kerajaan Samudra Pasai menganut Mazhab Syafi’i yang dimana

pengaruh Mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan

Makkah. Sedangkan Gujarat atau india adalah penganut Mazhab

Hanafi.

3) Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar al-Malik, gelar ini

berasal dari Mesir.

Teori mekkah didukung oleh Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold.

Pendukung ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan

politik islam.

c. Teori Persia

Teori ini berpendapat bahwa islam masuk ke jawa pada abad ke-13

dan pembawanya adalah bangsa Persia sekarang bernama Iran.Teori ini

berdasar pada kesamaan budaya persia dengan budaya masyarakat jawa

seperti berikut:

1) Ditemukannya makan Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik) tahun

1419 di Gresik.

2) Adanya perkampungan leren atau leran di Giri daerah Gresik.

3) Peringatan 10 Muharam atau hari Asyura

10
Ngamar, Abu dkk. LKS MTS Sejarah Kebudayaan Islam (Sragen:AKIK Pustaka, 2016), hlm.2

9
4) Kesamaan ajaran sufi yang dianut Syeikh Siti Jennar dengan sufi dari

Iran.

5) Penggunan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab.11

B. Metode yang Digunakan Dalam Menyebarkan Agama Islam

1. Melalui perdagangan

Perdagangan pada abad ke -7 M hingga ke-16 M membuat

pedagang-pedagang muslim seperti Arab, Persia dan India turut ambil

bagian dalam perdagangan dari negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur

Benua Asia. Saluran islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan

karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan,

bahkan mereka menjadi pemilik saham dan kapal.

Pada masa pedagang muslim yang datang ke indonesia semakin

banyak sehingga membentuk pemukiman yang disebut pekojan

(perkampungan Arab). Dari tempat ini mereka berinteraksi (berhubungan)

dan berasimilasi (berbaur) dengan masyarakat asli sambil menyebarkan

islam.

2. Melalui Pendidikan

Penyebaran islam melalui pendidikan merupakan jalur yang sangat

efektif. Penyebaran islam melalui pendidikan dilakukan melalui pesantren

maupun pondok yang digunakan dan diselenggarakan oleh guru-guru agama

kyai-kyai dan ulama.

11
Ibid., hlm.3

10
Seperti Sunan Ampel yang mendirikan pondok pesantren Ampel

Delta, pesantren Glagah Wangi Demak yang didirikan Raden

Fatah.Dipesantren atau pondok itu calon ulama, kyai dan guru mendapatkan

pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren mereka pulang ke

kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat untuk berdakwah.

3. Melalui Kesenian

Penyebaran agama islam terlihat melalui kesenian islam, seperti

peninggalan seni bangunan, seni pahat, seni musik dan yang terkenal adalah

pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga ialah tokoh paling mahir dalam

mementaskan wayang.

Dia tidak pernah meminta upah dalam pertunjukan tetapi dia

meminta para penonton untuk mengikuti mengucapkan kalimat syahadatain.

Sebagian besar cerita wayang dipetik cerita Mahabharata dan Ramayana,

tetapi di dalam cerita disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam,

pendidikan dan unsur-unsur filsafat.

4. Melalui Perkawinan

Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan dan lebih mempercepat

dalam penyebaran agama islam. Karena jika terjadi perkawinan antara anak

bangsawan atau anak raja atau anak adipati, karena mereka adalah orang-

orang yang mempuyai kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat, maka

keislaman mereka akan diikuti oleh masyarakat pengikutnya sehingga turut

mempercepat proses islamisasi.

5. Melalui Tasawuf

11
Penyebaran islam tasawuf tidak kalah pentingnya. Tasawuf

merupakan ajaran atau cara untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada

Tuhan. Tasawuf lebih memudahkan orang yang telah mempuyai dasar

ketuhanan lain untuk mengerti dan menerima ajaran islam, sehingga

memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Orang yang ahli

di bidang ilmu tasawuf disebut sufi.

Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita-cerita babad dan

hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang

terkenal diantara lain Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Samad dan

Nurudin ar-Raniri.12

6. Melalui dakwah

Dakwah, yang dilakukan oleh mubalig yang berdatangan bersama para

pedagang. Para mubalig itu bisa jadi juga para sufi pengembara.13

C. Peran Walisongo Dalam Menyebarkan Islam di Jawa

Wali Songo adalah wali sembilan, Wali Songo adalah sembilan ulama yang

dianggap sebagai orang – orang yang telah dekat dengan Allah SWT, terus –

menerus beribadah kepada-Nya, dan memiliki kemampuan dan kelebihan dari

manusia pada umumnya. Kesembilan ulama ini adalah pelopor penyebaran agama

Islam di Pulau Jawa, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Maulana Malik Ibrahim

12
Ibid., hlm.8
13
Sunarto, Musyrifah. Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) hlm.10

12
Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia. Beliau mengajarkan cara

– cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah, dan berhasil

dalam misinya mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu

tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selain itu, ia juga sering

mengobati masyarakat sekitar tanpa biaya.

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel lahir di Campa, Aceh pada tahun 1401 dengan nama

asli Raden Rahmat. Sunan Ampel adalah penerus cita – cita serta perjuangan

Maulana Malik Ibrahim. Aktivitasnya dimulai dengan mendirikan pesantren

di Jawa Timur. Di pondok pesantren, Sunan Ampel mendidik para pemuda

Islam untuk menjadi dai.

Sunan Ampel merupakan perancang Kerajaan Islam Demak dengan

ibu kota Bintaro. Pada awal penyiaran agama Islam di Pulau Jawa, Sunan

Ampel menginginkan masyarakat menganut keyakinan Islam yang murni.

Namun, wali – wali yang lainnya berpendapat bahwa untuk sementara

waktu semua kegiatan harus dibiarkan karena masyarakat masih sulit

meninggalkannya. Akhirnya Sunan Ampel memahaminya, walaupun ia

tetap mengkhawatirkan adat dan upacara – upacara tersebut kelak menjadi

bid’ah. Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan

dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya 14

3. Sunan Bonang

14
Ngamar, Abu dkk. LKS MTS Sejarah Kebudayaan Islam (Sragen:AKIK Pustaka,2016) hlm. 52

13
Sunan Bonang lahir di Surabaya pada tahun 1465 M. Sunan Bonang

banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawaagar

memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan

tembang Tombo Ati, yang masih sering sinyanyikan orang.

Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan

bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Sunan Bonang

memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktivitas dakwahnya, ia

menggunakan nama – nama dewa dengan nama – nama malaikat. Sunan

Bonang wafat dan dimakamkan di Tuban pada tahun 1525 M.

4. Sunan Giri

Sunan Giri lahir pada pertengahan abad ke-15. Beliau memiliki

nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di

Blambangan (kiri Banyuwangi) pada 1442 M. Sunan Giri memulai aktivitas

dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan pesantren yang

santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Ia

mengirim juru dakwah terdidik ke berbagai daerah di luar Pulau Jawa,

seperti Madura, Bawean, Kangean, Ternate, dan Tidore. Sunan giri terkenal

sebagai pendidik sebagai pendidik yang berjiwa demokrat, ia mendidik anak

– anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agama seperti jelungan,

gendi ferit, jor gula, cublak – cublak suweng, dan ilir – ilir.

5. Sunan Drajat

Nama kecilnya Raden Qosim. Sunan Drajat juga menciptakan

tembang Jawa yang sampai saaat ini masih digemari masyarakat, yaitu

14
pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah yanng dilakukan oleh

Sunan Drajat adalah sebagai berikut :

 Perhatiannya yang serius pada masalah – masalah sosial

 Dakwahnya selalu berorientasi pada gotong – royong

 Selalu menekankan bahwa memberi pertolongan kepada masyarakat

umum serta menyatuni anak yatim dan fakir miskin merupakan suatu

amalan yang diperintahkan agama Islam

Sunan Drajat wafat di Sedayu, Gresik pada pertengahan abad ke 16.15

6. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Nama kecil Sunan

Kalijaga adalah Raden Mas Syaid. Ketika para wali memutuskan untuk

menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan wayang dan

gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini

adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam perkembangan

wayang purwa atau wayang kulit yang bercorak Islam seperti saat ini. Sunan

Kalijaga mengarang aneka cerita wayang yang bernafaskan Islam, terutama

mengenai etika. Beliau juga berjasa dalam pengembangan seni suara, seni

ukir, seni busana, seni pahat, dan kesusastraan.

7. Sunan Kudus

Nama asli Sunan Kudus adalah Jakfar Sadiq. Sunan Kudus

menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Ia mempunyai

keahlian khusus dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir, serta

15
Ibid., hlm.53

15
logika. Oleh karena itu, di antara Wali Songo yang ia mendapatkan gelar

waliyyul ‘ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Sunan Kudus dalam

melaksanakan dakwahnya dengan pendekatan kultural. Beliau menciptakan

berbagai cerita agama termasuk gending yang terkenal yaitu gending

maskumambang dan gending mijil.

8. Sunan Muria

Nama aslinnya adalah Raden Umar Sa’id, sedangkan nama kecilnya

adalah Raden Prawoto. Sunan Maria memusatkan kegiatan dakwahnya di

Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah utara kota Kudus. Ciri khas

Sunan Muria dalam upaya menyiarkan agama Islam adalah menjadikan desa

– desa terpencil sebagai pusat dakwahnya. Ia lebih suka menyendiri dan

bertempat tinggal di desa dan bergaul dengan rakyat biasa. Cara yang

ditempuhnya dalam menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan

kursus – kursus kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir

sekitar tahun 1448 M di Mekkah. Ia mengembangkan ajaran agama Islam

di Cirebon, Majalengka, Kuningan, Kawali, Sunda Kelapa, dan Banten

sebagai dasar bagi pengembangan Islam di Banten. Sunan Gunung Jati

wafat di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.16

16
Ibid., hlm.53-54

16
D. Bukti bahwa Islam telah masuk di Jawa

a) Makam

Bukti sejarah yang paling factual ditemukannya Batu nisan kubur Fatimah

binti Maemun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H (1082M), pada

nisan makam itu tercantum prasasti berhuruf dan berbahasa arab.

Serangkaian batu nisan yang sangat penting ditemukan di kuburan-kuburan

Jawa Timur, batu-batu itu menunjukkan makam orang-orang muslim.

b) Masjid

Sumber sejarah dalam arkeologi yang berupa bangunan masjid juga banyak

ditemukan di jawa masjid memberikan petunjuk adanya komunitas muslim

di wilayah tersebut. Contoh masjid Demak, selain itu didalam bangunan

masjid terdapat beberapa kelengkapan tergantung pada jenis masjidnya

antara lain : mimbar, maqsuro, beduk, kentongan.

c) Ragam Hias

Dengan diterimanya ajaran islam sebagai penuntun hidup yang baru di Jawa,

beberapa ragam hias baru, yaitu kaligrafi, stiliran. Epitaph pada beberapa

nisan kubur troloyo menunjukkan adanya kesalahan penulisan dan bentuk

huruf arab yang tidak mengalir dengan luwes.Selain munculnya ornament

17
dengan menggunakan huruf-huruf arab, mencul pula ragam hias baru, yaitu

stiliran / atau pengayaan terhadap ragam hias binatang.17

17
Kholiq,Muhammad.”MakalahSejarahMasuknyaIslamDiJawa.”mcholieq.blogspot

.com. http://mcholieq.blogspot.com/2014/02/makalah-sejarah-masuknya-islam-

di-jawa.html diakses pada 05 maret 2019.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, dapat kita ketahui bahwa agama Islam masuk ke pulau

Jawa dan mulai berkembang hingga sekarang. Islam masuk ke pulau Jawa dari

berbagai jalur. Perkembangan Islam di pulau Jawa tidak lepas dari perjuangan syiar

agama yang dilakukan oleh para Wali Sanga. Masyarakat Jawa mudah menerima

ajaran agama Islam yang disebarkan oleh para Wali Sanga. Wali Sanga

menggunakan kesenian dalam setiap dakwahnya sehingga punya daya tarik

tersendiri dimata masyarakat pulau Jawa yang memang tak dapat dipisahkan dari

kesenian.

B. Kritik dan Saran

Dengan kerendahan hati penulis mengharap adanya kritik serta saran dari

pembaca agar kesalahan – kesalahan dalam malakah ini dapat tergantikan oleh

kebenaran yang benar – benar dapat dipertanggungjawabkan.

19
Daftar Pustaka

Khalil, Ahmad. 2008. Islam Jawa Sufisme Etika dan Tradisi Jawa. Malang: UIN

MALANG

Ngamar, Abu dkk. 2016. LKS MTS Sejarah Kebudayaan Islam. Sragen:AKIK Pustaka

Sunarto, Musyrifah. 2012. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali

Widodo, Aris. 2016. Islam dan Budaya Jawa. Yogyakarta:Fakultas Syariah IAIN

SurakartaFakultas Syariah

http://mcholieq.blogspot.com/2014/02/makalah-sejarah-masuknya-islam-di-

jawa.html

20

Anda mungkin juga menyukai