Anda di halaman 1dari 15

ISLAM DAN JAWA DALAM KONTEKS KONTEMPORER

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Islam dan Budaya Lokal

Dosen Pengampu : Ali Musyafa’, M.Pd.I.

Disusun Oleh : Kelompok 12

1. Ainul Rizqi Maulida (2250210109)


2. Hafidaningrum (2250210110)
Kelas : D2MBR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masuknya islam di daerah-daerah Indonesia tidak dalam waktu bersamaan.


Pada abad ke-7 sampai ke-10 M. kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya sampaike
Malaka dan Kedah. Hingga sampai akhir abad ke-12 M perekonomian Sriwijaya
mulai melemah. Keadaan seperti ini dimanfaatkan Malaka untuk melepaskan diri dari
Sriwijaya hingga beberapa abad kemudian wilayah Nusantara dan pada abad ke-11
islam sudah masuk di pulai Jawa.

Masa lalu adalah pemicu para intelektual muslim kontemporer


u n t u k melakukan reaktualisasi, rekonstruksi dan dekonstruksi. Murâd Wahbah
menyatakan, bahwa Ibnu Rushd, filsuf muslim kelahiran Maroko adalah pintu gerbang
pencerahan di Eropa.Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran
Islam yang be rke m ba ng pa da masa m ode rn (a ba d 19 m a se hi ) hingga
se ka ra ng. Ci ri kha s pemikirannya adalah bersifat agresif yang berkembang
dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan pera daban
Islam. Muhammad Arkoun,pemikir muslim asal Aljazair yang menetap di
Perancis, pernah melontarkan sebuah pertanyaan yang menggugah para intelektual
Islam, “di manakah pemikiran Islam kontemporer?”

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Islam Jawa

2. Bagaimana Perkembangan Islam di Jawa

3. Bagaimana Pengaruh Islam di Kehidupan Masa Kini

4. Bagaimana Pemikiran Islam Kontemporer Indonesia Masa Depan

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Islam Jawa
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Islam di Jawa

2
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Islam di Kehidupan Masa Kini
4. Untuk Mengetahui Pemikiran Islam Kontemporer Indonesia Masa Depan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Jawa


Islam adalah ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul khususnya Rasulullah Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat
manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.

Islam jawa merupakan perpaduan antara ajaran agama islam yang didalamnya
dimasuki budaya Jawa agar masyarakat lebih mudah menerima agama islam. Istilah Islam
Jawa adalah sistem keyakinan dan ibadah setempat yang berbeda dengan tradisi Islam pada
umumnya. Dengan demikian, ini juga merujuk pada beragam praktik iman. ritual,
keyakinan dan religiusitas masyarakat muslim yang berkembang di Jawa. Dalam konteks
ini bisa dilihat bahwa Islam Jawa memberi warna, menyerap bahkan mengislamkan budaya
pribumi dan memasyarakatkan kitab suci.

Kehadiran Islam di Jawa, mengambil bentuk penyesuaian, penggabungan, dan


menyerap akar-akar budaya non-Islam, terutama animisme dan hinduisme. Hal ini bisa
dilihat hingga sekarang dalam berbagai sistem ritual Jawa, seperti slametan dengan
berbagai bentuknya, baik slametan dalam rangkaian acara mantenan, khitanan, maupun
ekspresi keberagamaan lainnya.1

B. Perkembangan Islam Di Jawa


a) Awal Datangnya Islam di Jawa
Islam pertama kali masuk di Jawa pada abad 14 M.(tahun 1399 M). Kebayakan
pedagang muslim di Kerala yang berasal dari teluk Persia mereka menganut madzab
Syafi’i. sedangkan Kerala sendiri berfungsi sebagai persinggahan para pedagang
Sumatera, Melayu, dan Cina. Kekuatan hubungan dagang dan hukum ini menunjukkan
Kerala merupakan salah satu sumber islamisasi di Jawa dan bagian Indonesia.
Kesamaan arsitekstur masjid memperkokoh posisi. Di Kerala banyak masjid yang
terbuat dari kayu dan bata merah yang mempunyai atap bersusun tiga. Masjid agung

1
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, (Solo: Pustaka Arafah, 2014), 242.

4
Demak sebagai masjid tertua di Jawa memiliki pola ini. Organisasi keagamaan
masyarakat Kerala dan santri Jawa tradisional sangat mirip yaitu berorientasi pada
ulama. Keadaan ini terjadi sekitar abad ke-13. yaitu kota Baghdad hancur digempur
oleh pasuka Tartar dan Mongol, jalan lintas perdagangan antara Barat dan Timur
beralih ke Gujarat. Demikian juga kapal dagang masyarakat Indonesia berduyun-duyun
berlabuh di kota Gujarat. Dengan hubungan dagang ini banyak masyarakat kecil masuk
masuk agama Islam seperti para anak kapal (juragan dan kelasinya). Pemusatannya di
daerah pelabuhan seperti Jepara. Tuban serta Gresik yang sejak Prabu Erlangga
bertahata (1019-1041 M) telah dibuka hubungan dagang dengan bangsa asing.
Melihat makam-makam muslim yang ada di Gresik yaitu makam wanita muslimah
Fathimah binti Maimun, serta makam ulama Persia Malik Ibrahim menjadi tanda bukti
bahwa waktu itu rakyat jelata Gresik banyak menganut agama islam. Jadi pada waktu
zaman Prabu Kertawijaya (1447 M) para bangsawan dan punggawa telah ada yang
menganut agama islam. Ini dikarenakan berita tentang kejayaan agama islam di
wilayah Timur, di Persia, Afganistan, Pakistan di India sungai Gangga sampai
Benggala. Di tanah Aceh dan malaka dapat tersebar dengan cepat di kota pelabuhan
jawa.2
b) Kehidupan Islam di Jawa pada abad ke-15 dan abad ke-16
Kesusteraan Jawa abad ke-17 dan 18 mengenal banyak cerita tradisioanl mengenai
para wali yaitu orang-orang saleh yang diduga telah menyebarkan agama islam di Jawa.
Dikisahkan kehidupan mukjizat, dan keyakinan mereka di bidang mistik dan teologi.
Wali ini disebut "wali sembilan". Wali dijawab berpusat di masjid keramat di Demak
yang didirikan bersama. Di situlah mereka adakan pertemuan untuk bertukar pikiran
tentang mistik. Mereka memegang peranan penting dalam sejarah politik jawa pada
abad ke-16 dan abad ke-17. Mereka telah menjadi pemuka-pemuka agama. Dalam
perkembangannya Wali Sembilan ini dibagi dua aliran:
a. Aliran Tuban dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan
Kudus dan Sunan Gunung Jati Para ulama ini ahli dalam bidang kenegaraan.
Pengembangan gerakan islam hendak dilebur dijadikan gerakan rakyat yang
berjuang bersama Empu Supa yang mencita-citakan Negara nasional nusantara.

2
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), 190-191.

5
Penerapan agama islam diselaraskan adat, tata cara serta kepercayaan penduduk
asli. Karena tidak begitu keras dalam menerapkan peribadatan kelompok ini sering
disebut kelompok abangan.

b. Aliran Giri dipimpin oleh Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Derajat. Ketiga
ulama ini golongan ortodok. Kelompok keras dalam penerapan peribatan, maka
disebut kelompok mutihan.
Inilah yang menjadi asal mula timbulnya islam abangan dan mutihan.
Untungnya perpecahan ini tidak menjadi perpecahan karena kemudian memperoleh
persatuan yaitu sunan Giri diangkat menjadi pimpinan para ulama (mufti) diserahi
memegang pimpinan islam jawa dan diberi julukan Prabu Satmata dan soal
kebijakan kenegaraan diserahkan oleh Sunan Kalijaga dan kawan.

c) Saluran Islamisasi di Jawa


a. Melalui padagang muslim dari Arab, Persia dan India
Ini menjadikan Majapahit, pemilik kapal, dan banyak bupati masuk islam.
Namun karena faktor hubungan ekonomi dengan pedagang muslim dan
perkembangan selanjutnya mereka mengambil perdagangan dan kekuasaan di
tempat tinggalnya.
b. Saluran Tasawuf
Tasawuf yang diajarkan memiliki persaman dengan aliran pikiran penduduk
pribumi yang sebelumnya menganut agama hindu.
c. Saluran Pendidikan
Ini dilakukan baik melalui pesantren maupun pondok yang diselenggarakan
guru-guru agama, kyai-kyai dan ulama.
d. Saluran Politik
Di jawa demi menambah orang yang memeluk agama islam, banyak
kerajaan islam yang memerangi kerajaan lain.
e. Saluran Kesenian
Saluran yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Sebagian diambil
dari Mahabarata dan Ramayana karena wayang sangat kuat pengaruhnya dalam

6
kehidupan orang jawa. Karena di dalamnya terdapat unsur hiburan dan tuntunan,
dan ini diperlihatkan orang jawa meniati untuk menyediakan tempat khusus untuk
pagelaran wayang
f. Saluran Pernikahan
Jika pedagang luar cukup lama tinggal di suatu tempat, sering terjalin
hubungan perkawinan antara orang asing yang dihormati serta berguna itu, dengan
puteri atau saudara perempuan setempat.

C. Pengaruh Islam di Kehiodupan Masa Kini

1. Kehidupan Ekonomi

Kerajaan-kerajaan Islam bertumpu pada perdagangan, perdagangan antar pulau dan


antar negara itu memiliki peran yang penting, seperti menghubungkan penduduk antar
pulau maupun terjadi penyebaran budaya antar daerah Selain kedua hal di atas, pelabuhan
yang dulu menjadi tempat berdagang masih ada yang digunakan. Lokasi tersebut masih
digunakan karena merupakan lokasi strategis untuk berdagang. Contoh: Pulau Batam
(Riau) serta Bangka dan Belitung menjadi beberapa tempat yang memiliki lokasi strategis
di Selat Malaka.

2. Bahasa

Bahasa Melayu menjadi bahasa yang tumbuh berkembang sejalan dengan


penyebaran Islam, serta pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Bahasa Melayu sebagai
bahasa pergaulan antarsuku bangsa sehingga disebut lingua franca.

Bangsa Melayu tersebar ke mayoritas wilayah Nusantara seiring dengan pesatnya


perdagangan pada abad ke-15. Aktivitas bangsa Melayu yang menggunakan bahasa
Melayu sehari-hari semakin menyebarkan bahasa dan budaya Melayu ke berbagai wilayah
Nusantara.

3. Jaringan Keilmuan di Nusantara


Ketika di masa jayanya. Samudra Pasai pernah menjadi pusat studi Islam di
Nusantara, dan menyiarkan Islam di wilayah Malaka. Sistem pendidikan Islam ini
diadaptasi oleh sekolah-sekolah saat ini seperti pesantren ataupun madrasah.

7
4. Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara
Ketika pertama kali masuk Islam tidak bisa diterima begitu saja oleh masyarakat
Nusantara, karena mereka saat itu masih beragama Hindu-Buddha atau masih menganut
animisme, dinamisme, dll. Agar dapat diterima, Islam pertu berbaur dengan budaya asli
Nusantara. Akulturasi budaya itu dapat di lihat pada:
a) Masjid dan Menara
Pada beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam, kamu dapat melihat perpaduan
unsur budaya Islam dengan praislam. Masjid Agung Demak. misalnya. Atapnya
berbentuk seperti meru (nama goming) yang bersusun. semakin ke atas semakin kecil.
Kemudia, di bagian puncak menara masjidnya ada mustaka. Perpaduan praislam juga
ada pada menara seperti Masjid Kudus. Menara Masjid Kudus mirip candi Jawa Timur.
b) Makam
Makan-makam biasanya terdapat dekat dengan masjid agung. Seperti makam
sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, kompleks makam di Samudra
Pasai, makam sultan-saitan Aceh di Kandang XII, makam sultan-sultan Gowa di
Tamalate.
c) Seni Ukir
Pada masa Islam, mulai berkembang seni-seni kaligrafi. Ini disebabkan karena seni
ukir patung kurang berkembang karena adanya ajaran yang tidak boleh
menggambarkan manusia atau hewan. Sampai saat ini, kamu masih bisa menemukan
seni kaligrafi di banyak tempat.
d) Aksara dan Sastra
Huruf Arab-Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan
digunakan dalam surat, kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang
datang dari sana) cukup kuat pada bidang sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah,
Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam. Ada empat macam seni sastra masa Islam
yaitu:
1. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita.
peraturan, dan silsilah bersifat rekaan keagamaan, historis, maupun biografis.
Contohnya: Hikayat Raja-raja Pasai dan Hikayat Iskandar Zulkarnain.

8
2. Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan

Madura yang berisi tentang sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad
Tanah Jawi dan Babad Cirebon.

3. Suluk yaitu kitab-kitab tentang tasawuf Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil.
4. Syair adalah sajak-sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya.
Contohnya: syair pada nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
e) Kalender
Perayaan 1 Sura di Yogyakarta Itu merupakan salah satu pengaruh Islam yang
masih bisa di ikuti sampai sekarang. Akulturasi budaya pada perayaan tersebut berawal
dari penyampuran Kalender Saka dengan Kalender Islam yang akhirnya melahirkan
Kalender Jawa. Dalam Kalender Saka, ada nama hari seperti Legi, Pahing, Pon, Wage,
dan Kliwon. Sedangkan dalam Kalender Islam ada nama bulan Muharram, Shafar
Rabiul Awal, Rajab, Syakban, Ramadhan, dan Syawal. Selain nama-nama harinya
adalah Ahad,Isnen, Tsularsa, Arba'a, Khomis, Jumuah, dan Sabtu. Perpaduan
keduanya melahirkan Kalender Jawa yang memiliki nama bulan Sura, Safar, Mulud,
Rajab, Ruwah, Pasa, dan Sawal. Selain itu, nama- nama harinya menjadi seperti Legi,
Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

D. Pemikiran Islam Kontemporer Indonesia Masa Depan


Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam di kalangan intelektual
Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam klasik dengan situasi modern. Para
tokohnya kebanyakan adalah para intelektual Islam yang banyak belajar di lembaga-
lembaga pendidikan Barat maupun Eropa. Inti pemikirannya adalah mengembalikan
kejayaan dan keunggulan pemikiran para intelektual Islam klasik pada abad modem.
sehingga melahirkan Islam modern. Alasannya, karena pemikiran Islam klasik sangat
relevan dengan perkembangan peradaban modern. Sehingga, jika peradaban Islam ingin
berkembang dan maju di abad modem ini, maka pemikiran Islam harus ditafsirkan sesuai
dengan perkembangan zamannya.
Setelah melihat perkembangan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia yang
mengalami pasang-surut seiring dengan adanya tarik-ulur kepentingan antara kondisi

9
sosio-budaya dan sosio-politik bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan
pemikiran Islam kontemporer di Indonesia di masa depan sangat bergantung kepada
kekuatan kedua kondisi tersebut.
Menurut hemat penulis, masa depan akan menyuguhkan perubahan-perubahan
dahsyat yang pasti mempengaruhi mamusia pasca-modern ke arah ultra-modem atau neo-
modem. Menurut Alvin Toffler, kini kita berhadapan dengan era gelombang peradaban
informasi-komunikasi pasca peradaban industri. Peradaban ini ditandai dengan superioritas
akses informasi, bukan lagi alat produksi atau lahan pertanian.
Teknologi elektronika dan komputer di zaman ini akan membuat 60% pekerjaan
bergerak di bidang jasa informasi. Komputer menjadi trend global dan dapat
mengkomunikasikan mansuia lintas negara. Agen-agen sosialisasi, seperti orang ma guru,
atau pemimpin agama, akan digeser oleh peranan komputer dan dapat membentuk keluarga
besar baru yang dihubungkan secara elektronis. Adapun yang sanggup bertahan adalah
yang berorientasi ke masa depan dan kreatif mengubah pengetahuan menjadi
kebijaksanaan, 3
Senada dengan Alvin Toffler, Soedjatmiko mensinyalir proses globalisasi ekonomi
nasional dan bangkitnya suam lapisan tradisional di dunia yang menguasai modal,
teknologi canggih, kepakaran tinggi, akses informasi dan pasar, mau tidak mau akan sangat
berpengaruh dalam usaha pembangunan di Indonesia.
Islam memiliki lima prinsip (kulliyat al-khams) yang harus dijunjung tinggi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip pertama, jaminan atas jiwa seseorang dari
penindasan dan kesewenang-wenangan (hifdz al-nafs). Prinsip kedun, perlindungan
terhadap kebebasan berpendapat secara rasional (hifdz al-'aql). Prinsip ketiga,
perlindungan atas harta benda sebagai hak milik (hifdz al-mal). Prinsip keempat,
perlindungan atas kepercayaan dan agama yang diyakini (hifdz al-din). Dan prinsip kelima,
jaminan atas kelangsungan hidup dan profesi (hifdz al-nasi wa al-‘irdl).4
Lima dasar jaminan Islam terhadap ummatnya tersebut menunjukkan betapa
universalitas Islam tidak hanya menyangkut komunikasi vertikal antara manusia dan Allah

3
A. Naufal Ramzy, Islam dan Transformasi Sosial Budaya, Cet 1 (Jakarta: Devin Ganan, 1993), 173.
4
Said Aqiel Siradj, Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, Cet 1, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), 93.

10
Swt. tetapi juga bermuatan komunikasi horizontal antar sesama manusia, serta bagaimana
mengelola lingkungan sekitar.

Bila disimpulkan secara sederhana, lima dasar jaminan tersebut tercakup dalam
terminologi nilai-nilai dari: toleransi beragama, spiritualisme, keadilan sosial,
penghormatan terhadap hak-hak asasi dan membelanya jika diinjak-injak, demokrasi,
egalitarian (sederajat), solidaritas, harmonitas, dan berkebudayaan maju (progresif) Dalam
era reformasi dan upaya membangun kebangkitan kembali pemikiran Islam kontemporer
di Indonesia, maka nilai-nilai ini sangat mendesak untuk ditransformasikan ke tengah
realitas sosial budaya, mengingat telah semakin kuatnya penetrasi arus modernisasi beserta
segala dampak negatifnya.

Memasyarakatkan nilai-nilai jaminan Islam tersebut pada hakekatnya melakukan


inisiatif mengisi kegiatan modernisasi supaya lebih bermakna transendental, yakni
mengandung roh-roh etis dan religius. Sehingga modernisasi tidak berarti westernisasi
(pem-Barat-an), namun mengakomodir semangat rasionalitas yang terkandung di
dalamnya. Rasionalisasi cara berfikir dan menginterpretasi konsep- konsep strategis yang
terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits adalah agenda utama yang harus ditanamkan
dalam merangkai sistem budaya dan sistem sosial kaum muslimin.
Kuntowijoyo mengklasifikasikan sosialisasi nilai-nilai tersebut sebagai tiga macam
gerakan kebudayaan yaitu: Islam sebagai sebagai gerakan intelektual, Islam sebagai
gerakan etik, dan Islam sebagai gerakan estetik.5 Sebagai gerakan intelektual, nilai-nilai
Islam diangkat menjadi konsep ilmu pengetahuan yang dapat menandingi konsep-konsep
yang dianut saat ini. Al-Qur'an sangat kaya memuat nilai-nilai, maka sangat perlulah
sekarang diangkat menjadi suatu scientific untuk memberi roh etis terhadap ilmu-ilmu
modem. Sedangkan sebagai gerakan etik. Islam dapat memberikan etos tentang sesuatu.
Jika etos kapitalisme adalah pertumbuhan, maka Islam dapat menyempurnakannya dengan
pemerataan, keadilan, kebersamaan, dan sebagainya. Dan sebagai gerakan estetik, Islam
diaktualisasi untuk menciptakan lingkungan yang lebih bermakna keislaman Tempat-

5
Kuntowijoyo, Konvergensi Sosial dan Alternatif Gerakan Kultural, Majalah Pesantren, Nomor 3/Vol. III (Jakarta:
P3M, 1986), 11.

11
tempat bekerja, misalnya, dilengkapi dengan sarana mushalla atau masjid. Kesenian diberi
nafas keislaman dan sebagainya.
Atas dasar itulah, maka dalam kerangka membangun pemikiran Islam kontemporer
di masa mendatang, teori Kuntowijoyo di atas terasa sesuai dengan makna sejarah
peradaban Islam yang telah berusia 15 abad yang silam. Ajaran Islam yang tidak
mengistimewakan suku Arab atas suku asing (‘ajami) betul-betul menghilangkan batasan
etnis dan menolak segala tindakan diskriminatif.
Selain itu juga memberi ruang bagi kemajemukan budaya dan politik. Tidak adanya
doktrin absolut tentang politik menunjukkan adanya dimensi kosmopolitanisme yang kuat
dalam Islam Indonesia. Islam membebaskan pemeluknya untuk menata kehidupan politik
sesuai dengan tradisi dan corak budaya sebagai sabda Nabi Saw: "Antum a'lamu bi umuri
dunyakum" (Engkaulah yang lebih mengetahui urusan- urusan duniamu).
Karena itu, sangatlah tepat dan strategis, apabila perjuangan pemikiran Islam
kontemporer di Indonesia di masa depan adalah memilih jalur gerakan kebudayaan dan
menitik beratkan sosialisasi nilai-nilai, bukan doktrin-doktrin normatif yang seringkali
cenderung diideologikan. Politik praktis tidaklah untukdijadikan tujuan, tetapi hanya salah
satu wahana yang bersifat kondisional.
Maka tantangan zaman yang meningkat di depan kita hanya dapat dipenuhi jika
terdapat perkembangan intelektual Islam yang bercabang dua, yaitu suatu intelektualisme
yang mengambil inspirasi dari kekayaan Islam klasik yang luwes, dan suatu usaha
pengembangan kemampuan menjawab tantangan zaman dengan membuka diri (inklusif)
kepada hal-hal baru yang lebih maju.6
Atau menurut jargon klasik kalangan ulama, bagaimana melaksanakan pedoman
"al-muhafadhah 'alal qadimishshalih wal akhdzu di al-jadid al-ashläh", memelihara yang
lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik. Hal itu dapat dipenuhi jika kita
selalu menynempurnakan sistem budaya Islam tanpa menghilangkan corak positif budaya
lokal. Agenda ini amat menentukan corak sistem sosial kaum muslimin yang hendak
dibangun. Dalam konteks perubahan yang selalu terjadi, masa depan kebudayaan Islam di

6
Nurcholis Majid, Suatu Tatapan Islam terhadap Masa Depan Politik Indonesia, Majalah Prisma, No. Eksta, 1984,
21.

12
Indonesia sangat tergantung kepada kreatifitas kaum muslimin dalam menjabarkan nilai-
nilai Islam dalam bentuk rumusan-rumusan yang layak diaplikasikan.
Jadi, gerakan Islam di masa depan untuk membangun kejayaan Islam kontemporer
di Indonesia adalah gerakan kebudayaan Islam, artianya bahwa Islam dijadikan sebagai
gerakan kebudayaan, yang di dalamnya adalah mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam
yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Hadits kepada ummat Islam dan masyarakat
Indonesia umumnya, baik dalam bentuk pemikiran, sikap, dan perilaku. Dengan cara
demikian, insyaallah pemikiran Islam kontemporer di Indonesia akan terus maju dan dapat
diterima oleh seluruh kalangan bangsa Indonesia yang terkenal majemuk ini.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam jawa merupakan perpaduan antara ajaran agama islam yang didalamnya
dimasuki budaya Jawa agar masyarakat lebih mudah menerima agama islam. Islam
pertama kali masuk di jawa pada tahun 14 M (tahun 1399 M) yang dibawakan para
pedagang muslim di Kerala yang berasal dari teluk Persia, Islam membawa pengaruh
dalam kehidupan masa kini, diantaranya dalam kehidupan ekonomi. Bahasa, jaringan
keilmuan di nusantara, dan akulturasi budaya islam dengan nusantara. Diantara akulturasi
budaya itu yaitu, masjid dan Menara, makam, seni ukir, aksara dan sastra, dan kalender.

Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam di kalangan intelektual


Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam klasik dengan situasi modern, Islam
memiliki lima prinsip (kulliyat al-khams) yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Prinsip pertama, jaminan atas jiwa seseorang dari penindasan
dan kesewenang-wenangan (hifdz al-nafs). Prinsip kedua, perlindungan terhadap
kebebasan berpendapat secara rasional (hifdz al-'aql). Prinsip ketiga, perlindungan atas
harta benda sebagai hak milik (hifdz al-mal). Prinsip keempat, perlindungan atas
kepercayaan dan agama yang diyakini (hifdz al-din). Dan prinsip kelima, jaminan atas
kelangsungan hidup dan profesi (hifdz al-nasl wa al-'irdl).

Gerakan Islam di masa depan untuk membangun kejayaan Islam kontemporer di


Indonesia adalah gerakan kebudayaan Islam artianya bahwa Islam dijadikan sebagai
gerakan kebudayaan, yang di dalamnya adalah mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam
yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Hadits kepada umat Islam dan masyarakat Indonesia
umumnya, baik dalam bentuk pemikiran, sikap, dan perilaku.

14
DAFTAR PUSTAKA

Shafwan, Hambal Muhammad. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Solo: Pustaka Arafah, (2014).

Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. (2010).

Ramzy, Nufal A.. Islam dan Transformasi Sosial Budaya. Cet 1. Jakarta: Devin Ganan. (1993).

Siradi, Aqiel Said. Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, Cet 1, Jakarta: Pustaka Ciganjur.
(1999).

Kuntowijoyo, Konvergensi Sosial dan Alternatif Gerakan Kultural, Majalah Pesantren, Nomor 3/Vol. III.
Jakarta: P3M. (1986).

Majid, Nurcholis. Suatu Tatapan Islam terhadap Masa Depan Politik Indonesia, Majalah Prisma, No. Eksta
(1984).

15

Anda mungkin juga menyukai