PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Islam Jawa
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Islam di Jawa
2
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Islam di Kehidupan Masa Kini
4. Untuk Mengetahui Pemikiran Islam Kontemporer Indonesia Masa Depan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Islam jawa merupakan perpaduan antara ajaran agama islam yang didalamnya
dimasuki budaya Jawa agar masyarakat lebih mudah menerima agama islam. Istilah Islam
Jawa adalah sistem keyakinan dan ibadah setempat yang berbeda dengan tradisi Islam pada
umumnya. Dengan demikian, ini juga merujuk pada beragam praktik iman. ritual,
keyakinan dan religiusitas masyarakat muslim yang berkembang di Jawa. Dalam konteks
ini bisa dilihat bahwa Islam Jawa memberi warna, menyerap bahkan mengislamkan budaya
pribumi dan memasyarakatkan kitab suci.
1
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, (Solo: Pustaka Arafah, 2014), 242.
4
Demak sebagai masjid tertua di Jawa memiliki pola ini. Organisasi keagamaan
masyarakat Kerala dan santri Jawa tradisional sangat mirip yaitu berorientasi pada
ulama. Keadaan ini terjadi sekitar abad ke-13. yaitu kota Baghdad hancur digempur
oleh pasuka Tartar dan Mongol, jalan lintas perdagangan antara Barat dan Timur
beralih ke Gujarat. Demikian juga kapal dagang masyarakat Indonesia berduyun-duyun
berlabuh di kota Gujarat. Dengan hubungan dagang ini banyak masyarakat kecil masuk
masuk agama Islam seperti para anak kapal (juragan dan kelasinya). Pemusatannya di
daerah pelabuhan seperti Jepara. Tuban serta Gresik yang sejak Prabu Erlangga
bertahata (1019-1041 M) telah dibuka hubungan dagang dengan bangsa asing.
Melihat makam-makam muslim yang ada di Gresik yaitu makam wanita muslimah
Fathimah binti Maimun, serta makam ulama Persia Malik Ibrahim menjadi tanda bukti
bahwa waktu itu rakyat jelata Gresik banyak menganut agama islam. Jadi pada waktu
zaman Prabu Kertawijaya (1447 M) para bangsawan dan punggawa telah ada yang
menganut agama islam. Ini dikarenakan berita tentang kejayaan agama islam di
wilayah Timur, di Persia, Afganistan, Pakistan di India sungai Gangga sampai
Benggala. Di tanah Aceh dan malaka dapat tersebar dengan cepat di kota pelabuhan
jawa.2
b) Kehidupan Islam di Jawa pada abad ke-15 dan abad ke-16
Kesusteraan Jawa abad ke-17 dan 18 mengenal banyak cerita tradisioanl mengenai
para wali yaitu orang-orang saleh yang diduga telah menyebarkan agama islam di Jawa.
Dikisahkan kehidupan mukjizat, dan keyakinan mereka di bidang mistik dan teologi.
Wali ini disebut "wali sembilan". Wali dijawab berpusat di masjid keramat di Demak
yang didirikan bersama. Di situlah mereka adakan pertemuan untuk bertukar pikiran
tentang mistik. Mereka memegang peranan penting dalam sejarah politik jawa pada
abad ke-16 dan abad ke-17. Mereka telah menjadi pemuka-pemuka agama. Dalam
perkembangannya Wali Sembilan ini dibagi dua aliran:
a. Aliran Tuban dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan
Kudus dan Sunan Gunung Jati Para ulama ini ahli dalam bidang kenegaraan.
Pengembangan gerakan islam hendak dilebur dijadikan gerakan rakyat yang
berjuang bersama Empu Supa yang mencita-citakan Negara nasional nusantara.
2
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010), 190-191.
5
Penerapan agama islam diselaraskan adat, tata cara serta kepercayaan penduduk
asli. Karena tidak begitu keras dalam menerapkan peribadatan kelompok ini sering
disebut kelompok abangan.
b. Aliran Giri dipimpin oleh Sunan Giri, Sunan Ampel dan Sunan Derajat. Ketiga
ulama ini golongan ortodok. Kelompok keras dalam penerapan peribatan, maka
disebut kelompok mutihan.
Inilah yang menjadi asal mula timbulnya islam abangan dan mutihan.
Untungnya perpecahan ini tidak menjadi perpecahan karena kemudian memperoleh
persatuan yaitu sunan Giri diangkat menjadi pimpinan para ulama (mufti) diserahi
memegang pimpinan islam jawa dan diberi julukan Prabu Satmata dan soal
kebijakan kenegaraan diserahkan oleh Sunan Kalijaga dan kawan.
6
kehidupan orang jawa. Karena di dalamnya terdapat unsur hiburan dan tuntunan,
dan ini diperlihatkan orang jawa meniati untuk menyediakan tempat khusus untuk
pagelaran wayang
f. Saluran Pernikahan
Jika pedagang luar cukup lama tinggal di suatu tempat, sering terjalin
hubungan perkawinan antara orang asing yang dihormati serta berguna itu, dengan
puteri atau saudara perempuan setempat.
1. Kehidupan Ekonomi
2. Bahasa
7
4. Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara
Ketika pertama kali masuk Islam tidak bisa diterima begitu saja oleh masyarakat
Nusantara, karena mereka saat itu masih beragama Hindu-Buddha atau masih menganut
animisme, dinamisme, dll. Agar dapat diterima, Islam pertu berbaur dengan budaya asli
Nusantara. Akulturasi budaya itu dapat di lihat pada:
a) Masjid dan Menara
Pada beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam, kamu dapat melihat perpaduan
unsur budaya Islam dengan praislam. Masjid Agung Demak. misalnya. Atapnya
berbentuk seperti meru (nama goming) yang bersusun. semakin ke atas semakin kecil.
Kemudia, di bagian puncak menara masjidnya ada mustaka. Perpaduan praislam juga
ada pada menara seperti Masjid Kudus. Menara Masjid Kudus mirip candi Jawa Timur.
b) Makam
Makan-makam biasanya terdapat dekat dengan masjid agung. Seperti makam
sultan-sultan Demak di samping Masjid Agung Demak, kompleks makam di Samudra
Pasai, makam sultan-saitan Aceh di Kandang XII, makam sultan-sultan Gowa di
Tamalate.
c) Seni Ukir
Pada masa Islam, mulai berkembang seni-seni kaligrafi. Ini disebabkan karena seni
ukir patung kurang berkembang karena adanya ajaran yang tidak boleh
menggambarkan manusia atau hewan. Sampai saat ini, kamu masih bisa menemukan
seni kaligrafi di banyak tempat.
d) Aksara dan Sastra
Huruf Arab-Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan
digunakan dalam surat, kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang
datang dari sana) cukup kuat pada bidang sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah,
Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam. Ada empat macam seni sastra masa Islam
yaitu:
1. Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita.
peraturan, dan silsilah bersifat rekaan keagamaan, historis, maupun biografis.
Contohnya: Hikayat Raja-raja Pasai dan Hikayat Iskandar Zulkarnain.
8
2. Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan
Madura yang berisi tentang sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad
Tanah Jawi dan Babad Cirebon.
3. Suluk yaitu kitab-kitab tentang tasawuf Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil.
4. Syair adalah sajak-sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya.
Contohnya: syair pada nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
e) Kalender
Perayaan 1 Sura di Yogyakarta Itu merupakan salah satu pengaruh Islam yang
masih bisa di ikuti sampai sekarang. Akulturasi budaya pada perayaan tersebut berawal
dari penyampuran Kalender Saka dengan Kalender Islam yang akhirnya melahirkan
Kalender Jawa. Dalam Kalender Saka, ada nama hari seperti Legi, Pahing, Pon, Wage,
dan Kliwon. Sedangkan dalam Kalender Islam ada nama bulan Muharram, Shafar
Rabiul Awal, Rajab, Syakban, Ramadhan, dan Syawal. Selain nama-nama harinya
adalah Ahad,Isnen, Tsularsa, Arba'a, Khomis, Jumuah, dan Sabtu. Perpaduan
keduanya melahirkan Kalender Jawa yang memiliki nama bulan Sura, Safar, Mulud,
Rajab, Ruwah, Pasa, dan Sawal. Selain itu, nama- nama harinya menjadi seperti Legi,
Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.
9
sosio-budaya dan sosio-politik bangsa Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan
pemikiran Islam kontemporer di Indonesia di masa depan sangat bergantung kepada
kekuatan kedua kondisi tersebut.
Menurut hemat penulis, masa depan akan menyuguhkan perubahan-perubahan
dahsyat yang pasti mempengaruhi mamusia pasca-modern ke arah ultra-modem atau neo-
modem. Menurut Alvin Toffler, kini kita berhadapan dengan era gelombang peradaban
informasi-komunikasi pasca peradaban industri. Peradaban ini ditandai dengan superioritas
akses informasi, bukan lagi alat produksi atau lahan pertanian.
Teknologi elektronika dan komputer di zaman ini akan membuat 60% pekerjaan
bergerak di bidang jasa informasi. Komputer menjadi trend global dan dapat
mengkomunikasikan mansuia lintas negara. Agen-agen sosialisasi, seperti orang ma guru,
atau pemimpin agama, akan digeser oleh peranan komputer dan dapat membentuk keluarga
besar baru yang dihubungkan secara elektronis. Adapun yang sanggup bertahan adalah
yang berorientasi ke masa depan dan kreatif mengubah pengetahuan menjadi
kebijaksanaan, 3
Senada dengan Alvin Toffler, Soedjatmiko mensinyalir proses globalisasi ekonomi
nasional dan bangkitnya suam lapisan tradisional di dunia yang menguasai modal,
teknologi canggih, kepakaran tinggi, akses informasi dan pasar, mau tidak mau akan sangat
berpengaruh dalam usaha pembangunan di Indonesia.
Islam memiliki lima prinsip (kulliyat al-khams) yang harus dijunjung tinggi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prinsip pertama, jaminan atas jiwa seseorang dari
penindasan dan kesewenang-wenangan (hifdz al-nafs). Prinsip kedun, perlindungan
terhadap kebebasan berpendapat secara rasional (hifdz al-'aql). Prinsip ketiga,
perlindungan atas harta benda sebagai hak milik (hifdz al-mal). Prinsip keempat,
perlindungan atas kepercayaan dan agama yang diyakini (hifdz al-din). Dan prinsip kelima,
jaminan atas kelangsungan hidup dan profesi (hifdz al-nasi wa al-‘irdl).4
Lima dasar jaminan Islam terhadap ummatnya tersebut menunjukkan betapa
universalitas Islam tidak hanya menyangkut komunikasi vertikal antara manusia dan Allah
3
A. Naufal Ramzy, Islam dan Transformasi Sosial Budaya, Cet 1 (Jakarta: Devin Ganan, 1993), 173.
4
Said Aqiel Siradj, Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, Cet 1, (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), 93.
10
Swt. tetapi juga bermuatan komunikasi horizontal antar sesama manusia, serta bagaimana
mengelola lingkungan sekitar.
Bila disimpulkan secara sederhana, lima dasar jaminan tersebut tercakup dalam
terminologi nilai-nilai dari: toleransi beragama, spiritualisme, keadilan sosial,
penghormatan terhadap hak-hak asasi dan membelanya jika diinjak-injak, demokrasi,
egalitarian (sederajat), solidaritas, harmonitas, dan berkebudayaan maju (progresif) Dalam
era reformasi dan upaya membangun kebangkitan kembali pemikiran Islam kontemporer
di Indonesia, maka nilai-nilai ini sangat mendesak untuk ditransformasikan ke tengah
realitas sosial budaya, mengingat telah semakin kuatnya penetrasi arus modernisasi beserta
segala dampak negatifnya.
5
Kuntowijoyo, Konvergensi Sosial dan Alternatif Gerakan Kultural, Majalah Pesantren, Nomor 3/Vol. III (Jakarta:
P3M, 1986), 11.
11
tempat bekerja, misalnya, dilengkapi dengan sarana mushalla atau masjid. Kesenian diberi
nafas keislaman dan sebagainya.
Atas dasar itulah, maka dalam kerangka membangun pemikiran Islam kontemporer
di masa mendatang, teori Kuntowijoyo di atas terasa sesuai dengan makna sejarah
peradaban Islam yang telah berusia 15 abad yang silam. Ajaran Islam yang tidak
mengistimewakan suku Arab atas suku asing (‘ajami) betul-betul menghilangkan batasan
etnis dan menolak segala tindakan diskriminatif.
Selain itu juga memberi ruang bagi kemajemukan budaya dan politik. Tidak adanya
doktrin absolut tentang politik menunjukkan adanya dimensi kosmopolitanisme yang kuat
dalam Islam Indonesia. Islam membebaskan pemeluknya untuk menata kehidupan politik
sesuai dengan tradisi dan corak budaya sebagai sabda Nabi Saw: "Antum a'lamu bi umuri
dunyakum" (Engkaulah yang lebih mengetahui urusan- urusan duniamu).
Karena itu, sangatlah tepat dan strategis, apabila perjuangan pemikiran Islam
kontemporer di Indonesia di masa depan adalah memilih jalur gerakan kebudayaan dan
menitik beratkan sosialisasi nilai-nilai, bukan doktrin-doktrin normatif yang seringkali
cenderung diideologikan. Politik praktis tidaklah untukdijadikan tujuan, tetapi hanya salah
satu wahana yang bersifat kondisional.
Maka tantangan zaman yang meningkat di depan kita hanya dapat dipenuhi jika
terdapat perkembangan intelektual Islam yang bercabang dua, yaitu suatu intelektualisme
yang mengambil inspirasi dari kekayaan Islam klasik yang luwes, dan suatu usaha
pengembangan kemampuan menjawab tantangan zaman dengan membuka diri (inklusif)
kepada hal-hal baru yang lebih maju.6
Atau menurut jargon klasik kalangan ulama, bagaimana melaksanakan pedoman
"al-muhafadhah 'alal qadimishshalih wal akhdzu di al-jadid al-ashläh", memelihara yang
lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik. Hal itu dapat dipenuhi jika kita
selalu menynempurnakan sistem budaya Islam tanpa menghilangkan corak positif budaya
lokal. Agenda ini amat menentukan corak sistem sosial kaum muslimin yang hendak
dibangun. Dalam konteks perubahan yang selalu terjadi, masa depan kebudayaan Islam di
6
Nurcholis Majid, Suatu Tatapan Islam terhadap Masa Depan Politik Indonesia, Majalah Prisma, No. Eksta, 1984,
21.
12
Indonesia sangat tergantung kepada kreatifitas kaum muslimin dalam menjabarkan nilai-
nilai Islam dalam bentuk rumusan-rumusan yang layak diaplikasikan.
Jadi, gerakan Islam di masa depan untuk membangun kejayaan Islam kontemporer
di Indonesia adalah gerakan kebudayaan Islam, artianya bahwa Islam dijadikan sebagai
gerakan kebudayaan, yang di dalamnya adalah mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam
yang termaktub dalam Al-Qur'an dan Hadits kepada ummat Islam dan masyarakat
Indonesia umumnya, baik dalam bentuk pemikiran, sikap, dan perilaku. Dengan cara
demikian, insyaallah pemikiran Islam kontemporer di Indonesia akan terus maju dan dapat
diterima oleh seluruh kalangan bangsa Indonesia yang terkenal majemuk ini.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam jawa merupakan perpaduan antara ajaran agama islam yang didalamnya
dimasuki budaya Jawa agar masyarakat lebih mudah menerima agama islam. Islam
pertama kali masuk di jawa pada tahun 14 M (tahun 1399 M) yang dibawakan para
pedagang muslim di Kerala yang berasal dari teluk Persia, Islam membawa pengaruh
dalam kehidupan masa kini, diantaranya dalam kehidupan ekonomi. Bahasa, jaringan
keilmuan di nusantara, dan akulturasi budaya islam dengan nusantara. Diantara akulturasi
budaya itu yaitu, masjid dan Menara, makam, seni ukir, aksara dan sastra, dan kalender.
14
DAFTAR PUSTAKA
Shafwan, Hambal Muhammad. Intisari Sejarah Pendidikan Islam. Solo: Pustaka Arafah, (2014).
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. (2010).
Ramzy, Nufal A.. Islam dan Transformasi Sosial Budaya. Cet 1. Jakarta: Devin Ganan. (1993).
Siradi, Aqiel Said. Islam Kebangsaan: Fiqh Demokratik Kaum Santri, Cet 1, Jakarta: Pustaka Ciganjur.
(1999).
Kuntowijoyo, Konvergensi Sosial dan Alternatif Gerakan Kultural, Majalah Pesantren, Nomor 3/Vol. III.
Jakarta: P3M. (1986).
Majid, Nurcholis. Suatu Tatapan Islam terhadap Masa Depan Politik Indonesia, Majalah Prisma, No. Eksta
(1984).
15