PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama islam,
karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu
maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau
miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan ketakwaan.
Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di
ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai penelitian
tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian
adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para
sejarawan.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
Bagaimana teori masuknya Islam di Indonesia?
Bagaimana cara-cara penyebaran islam di Indonesia?
Apa saja kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
Jelaskan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia?
3. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk menyelesaikan tugas
Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
Mendapatkan nilai yang bagus
4. Manfaat penulisan
Dengan ditulisnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi:
Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia
Pembaca sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu.
BAB 2
PEMBAHASAN
c. Kerajaan Aceh
Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para
pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum
bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum
ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
a. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari
tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie.
Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
b. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu waktu,
Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan oleh Alaudin
Riayat Syah Al-Kahar.
c. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah
Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
d. Sultan Iskandar Muda
Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.
e. Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun 1638
sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tidak mengalami
kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan
oleh pertikaian dalam kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai
Malaka dan Nusantara.
Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar
Muda. Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke
Semenanjung Malaya (Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak pada
angkatan perang Kerajaan Aceh. Armada angkatan lautnya merupakan yang terkuat di
masa itu.
3. Kerajaan Banten
Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari
Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah
seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.
Kehidupan politik
Raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat
gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan
Trenggono wafat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten
menjadi pusat penjualan dan perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin
wafat.
2. Syeh Maulana Yusuf
Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan
sebutan Panembahan Yusuf.
3. Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi raja
dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas kerajaan Banten
dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan penyerangan ke Palembang
dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam
yang berasal dari keturunan orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar
keislaman di Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur.
Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan
pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan
lada dan cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651
sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran
agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari
Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri, seperti
Turki dan Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja
sama dengan belanda.
6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar
Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng
Tirtayasa. Sikap kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda.
Namun, kekuasaan Belanda semakin kuat di Banten. Akibatnya, kerajaan Banten
menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten
dan sebuah meriam "Ki Amuk".
Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena:
Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat
sebagai pelabuhan dagang yang baik.
Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah
baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan Masjid
Agung Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid Agung Banten yang mirip
mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid Agung
Banten, juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa yang dibangun olej
Jan Lukas Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut islam).
4. Kerajaan Mataram
Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian selatan dengan pusat
Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
Pendiri desa mataram tahun 1556
bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba
(kakak perempuan Ki Ageng Henis).
Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah
Tanah Jawa
dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja
terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota
Walisanga
meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian
dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang
(Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-
Ngalaga Mataram )
raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama
Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta
Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang
bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang
(Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas Jatmika )
lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645
raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar
di Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara
periodik.
kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut
Batavia dengan VOC
menyerang Batavia sebanyak 2x.
.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
Memerintah pada tahun 1646-1677
Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar
Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru
Martani).
Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya.
Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan
membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram
diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga
saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I
dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia
kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran
Pekikdari Surabaya.
Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan
Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana
baru tersebut bernama Kartasura.
Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi
perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan
adiknya, yaitu Pangeran Puger.
Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili
Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai
ujung timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang
Trunajaya.
Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana.
Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal
26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan
tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )
memerintah antara tahun 1703– 1705.
dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama
Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai
karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti
oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan
istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah
pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan
penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat
pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk
kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang
kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending
yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut
Hukum Surya Alam.E.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi
rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
5. Kerajaan Pajang
Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya.
Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan
ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak.
Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa
keramik asal negeri Cina.
Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1) Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang
Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari
mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang
dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban
Jawa pada abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat
Bagelen (lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).
2) Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh
Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di
Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan
dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda
daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya
Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya
Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan
orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat
Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang
yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi
pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
3) Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun
1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya
alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya,
anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas
Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan
Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Kehidupan Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang
semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras pada abad ke-
16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura,
ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada
masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1
dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada
di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata
air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah
di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
Kemunduran Kerajaan Pajang
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri
sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta
tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap
Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang
sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian
menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587.
Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai
negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati
Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar dibedakan
atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:
o Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o Ata untuk Hamba Sahaya.
Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur
perdagangan antara Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang
menjadi pusat perdagangan.
Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat
maritime, yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat Kerajaan
Makasar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.
b) Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja
Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada
tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin
bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja
Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga
giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah
Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh
Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis,
Spanyol, dan Belanda.
BAB 3
KESIMPULAN
Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat atau Cina,
kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai jalur seperti perdagangan,
perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari sinilah kemudian muncul berbagai macam kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia. Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik
kemunduran maupun kemajuaN (puncak kejayaan). Begitu pula kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia yang mengalami pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
http://sajadahmuslimku.blogspot.com/2014/03/cara-penyebaran-agama-islam-di-
indonesia.html
http://knowledgeprovider.blogspot.com/2011/10/kerajaan-samudra-pasai.html
http://www.g-excess.com/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-aceh.html
https://dinanurfadhilah.wordpress.com/2014/06/26/kerajaan-samudra-pasai/
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/5-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan.html
http://noviapingkanita.blogspot.com/
http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/raja-raja-yang-pernah-menguasai-
kerajaan-banten.html
http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/
http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/kerajaan-pajang.html
Daftar isi
Cover
Penyusun
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Pembahasan
Teori Masuknya Islam di IndonesiaCara-Cara Penyebaran Islam di Indonesia
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Malaka
Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam di Pulau JawaKerajaan DemakKerajaan BantenKerajaan MataramKerajaan
PajangKerajaan Islam di KalimantanKerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan Islam di Muluku
Kerajaan Ternate
Kerajaan Tidore
Kerajaan Islam di Papua
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Kesimpulan
Daftar Pustaka
makalah
Lia Putri
Suta Bhagaskara
M.Arifqi putra M
Kelas : IX D