Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama islam,
karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu
maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau
miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan ketakwaan.
Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di
ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai penelitian
tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian
adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para
sejarawan.

2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
 Bagaimana teori masuknya Islam di Indonesia?
 Bagaimana cara-cara penyebaran islam di Indonesia?
 Apa saja kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
 Jelaskan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia?

3. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
 Untuk menyelesaikan tugas
 Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia
 Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
 Mendapatkan nilai yang bagus

4. Manfaat penulisan
Dengan ditulisnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi:
 Siswa dalam menggali ilmu dan pengetahuan tentang kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia
 Pembaca sebagai bahan bacaan dalam menggali ilmu.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Teori masuknya Islam di Indonesia


Berbagai teori tentang masuknya Islam di Indonesia ini terus muncul sampai saat
ini. Islam yang  masuk dan berkembang di Indonesia berasal dari Jazirah Arab atau bahkan dari
Makkah pada abad ke7 M. Teori ini dikemukakan oleh Hamka (Haji Abdul Malik bin Abdul
Karim Amrullah), ia adalah seorang ulama’ sekaligus seorang sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapat ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis
perguruan tinggi Islam Negri (PTIN) di Yogyakarta. Argumentasi yang dijadikan rujukan Hamka
adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Selain itu yang tidak boleh diabaikan adalah
fakta menarik lainnya adalah bahwa orang-orang Arab sudah berlayar mencapai  Cina pada
abad ke-7 M dalam rangka berdagang. Hamka percaya dalam perjalanan inilah mereka singgah
di kepulauan Nusantara saat itu.

B. Cara-cara penyebaran islam di Indonesia


1. Perdagangan
Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam dari
Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil bagian dalam kegiatan
perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi logisnya menimbulkan jalinan hubungan
dagang antara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang,
sebagai seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para pedagang Islam
juga menyampaikan dan mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada orang lain.
2. Perkawinan
Di antara para pedagang Islam ada yang menetap di Indonesia. Hingga sekarang di
beberapa kota di Indonesia terdapat kampung Pekojan. Kampung tersebut dahulu
merupakan tempat tinggal para pedagang Gujarat. Koja artinya pedagang Gujarat.
Sebagian dari para pedagang ini menikah dengan wanita Indonesia. Terutama putri raja
atau bangsawan. Karena pernikahan itulah, maka banyak keluarga raja atau bangsawan
masuk Islam. Kemudian diikuti oleh rakyatnya. Dengan demikian Islam cepat berkembang.
3. Pendidikan
Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubalig
yang menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren. Dan di dalam pesantren itulah tempat pemuda pemudi menuntut ilmu yang
berhubungan dengan agama Islam. Yang akhirnya masyarakat sekitar menjadi pemeluk
agama Islam. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara
lain Pesantren Sunan Ampel Surabaya yang didirikan oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel)
dan Pesantren Sunan Giri yang santrinya banyak berasal dari Maluku (daerah Hitu), dls.
4. Politik
Seorang raja mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar dan memegang
peranan penting dalam proses Islamisasi. Jika raja sebuah kerajaan memeluk agama Islam,
otomatis rakyatnya akan berbondong-bondong memeluk agama Islam. Karena, masyarakat
Indonesia memiliki kepatuhan yang tinggi dan raja selalu menjadi panutan rakyatnya. Jika
raja dan rakyat memeluk agama Islam, pastinya demi kepentingan politik maka akan
diadakannya perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam.
5. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat
Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang menyebarkan agama
Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua Tanggang Parang menyebarkan Islam di
daerah Kutai (Kalimantan Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam
di kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali menyebarkan agama
Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Derajat (Syarifuddin)
Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Sunan Gunung Jati (Faletehan)
6. Seni Budaya
Perkembangan Islam dapat melalui seni budaya, seperti bangunan (masjid), seni
pahat, seni tari, seni musik, dan seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di Jogjakarta,
Solo, Cirebon, dls. Seni budaya Islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya daerah
setempat dengan ajaran Islam yang disusupkan ajaran tauhid yang dibuat sederhana,
sehalus dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal, misalnya : Membumikan ajaran
Islam melalui syair-syair. Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan Bonang, Hikayat
Sunan Kudus, dan lain-lain. Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin. Contohnya :
Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnya yang bisa
mendekatkan dengan ajaran Islam, Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat
pengajaran. Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm
pengingat.
7. Tasawuf
Seorang Sufi biasa dikenal dengan hidup dalam keserhanaan, mereka selalu
menghayati kehidupan masyarakatnya yang hidup bersama di tengah-tengah
masyarakatnya. Para Sufi biasanya memiliki keahlian yang membantu masyarakat dan
menyebarkan agama Islam. Para Sufi pada masa itu diantaranya Hamzah Fansuri di Aceh
dan Sunan Panggung Jawa.

C. Kerajaan-kerajaan islam di Indonesia


1. Kerajaan islam di Sumatra
a. Kerajaan Samudara Pasai
Letak Geografis

Letak Kesultanan Samudera Pasai


Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak Samudra
Pasai di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran
perdagangan internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai.
Dengan posisi yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat
baik dalam kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.
Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya
ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Sumatera, daerah yang pertama kali
disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan
selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.
Kehidupan politik Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1. Nazimuddin Al-Kamil
           Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada tahun1238
ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun
sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai.
Tujuannya tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
           Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti Fatimah di
Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka, dikirimlah Syekh Ismail yang
nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu (putra seorang bangsawan Persia, Marah
Gajah). Kerajaan ini berhasil direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh.
Pada masanya, ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka.
Ia meninggal tahun 1297.
3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)
           putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi perpecahan
antara kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur. Sultan Mansyur memilih
untuk memisahkan diri ke Aru dan kembali menganut Islam Syiah.
4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal
           Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan Delhi,
Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346. Ibnu Batutah singgah
dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan bahwa Islam yang dianut adalah Islam
Syafei dan ada golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.
5. Zainal Abidin (1383-1405)
           Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya
karena Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.
6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412).
           Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan oleh
bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Ali Mughayat Syah
tahun 1524.             
Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
 Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya
 Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan
 Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri
 Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,
sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan
ke Bandar Malaka.
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat,
sehingga selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Setelah Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan
ke Bandar Malaka.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan-aturan
dan oknum-oknum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan
kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah
sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa
orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya
disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal
teks ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan
sastra Melayu klasik di bumi nusantara.
Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan
hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama
Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan
raja yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan
dan kepatuhannya kepada sang raja.
Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai
Faktor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
 Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
 Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
 Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin as-
Sumatrani dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
 Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak, Pahang,
Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.
Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai
 Makam Sultan Malik AL-Saleh

Makam sultan malik al-salih


Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar
17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.
 Makam Sultan Maulana Al Zhahir
Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai
sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan
makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik
Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9
November 1326.
 Makam Nahriyah
            Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang
memegang pucuk pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak.
Ia bertahta dengan sifat keibuan dan penuh kasih sayang. Makamnya terletak di
Gampông Kuta Krueng, Kecamatan Samudera ± 18 km sebelah timur Kota
Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh.
b. Kerajaan Malaka
 Sejarah Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai
telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam di
Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia Tenggara.
Karena pada saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran
islam. Dalam perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga
kemudian muncul sebagai kerajaan besar.
 Letak Kerajaan Malaka
Letak Kerajaan Malaka diperkirakan berada di Pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaka.
 Kehidupan Politik
Raja – raja yang memerintah Kerajaan Malaka antara lain :
1.  Iskandar Syah (1396-1414 M)
Pada abad ke-15 M, di Majapahit terjadi perang paregreg yang
mengakibatkan Paramisora (Parameswara) melarikan diri bersama pengikutnya dari
daerah Blambangan ke Tumasik (Singapura), kemudian melanjutkan perjalanannya
sampai ke Semenanjung Malaya dan mendirikan Kp. Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di Malaka, maka Paramisora
menganut agama Islam dan merubah namanya menjadi Iskandar Syah, kemudian
menjadikan Kp. Malaka menjadi Kerajaan Islam. Untuk menjaga keamanan Kerajaan
Malaka, Iskandar Syah meminta bantuan kepada Kaisar China dengan menyatakan
takluk kepadanya (1405 M).
2.   Muhammad Iskandar Syah (1414-1424 M)
Merupakan putra dari Iskandar Syah, pada masa pemerintahannya wilayah
kekuasaan Kerajaan Malaka diperluas lagi hingga mencapai seluruh Semenanjung
Malaya.
Untuk menjadi Kerajaan Malaka sebagai penguasa tunggal jalur pelayaran dan
perdagangan di Selat Malaka, maka harus berhadapan dengan Kerajaan Samudera
Pasai yang kekuatannya lebih besar dan tidak mungkin untuk bisa dikalahkan, maka
dipilih melalui jalur politik perkawinan dengan cara menikahi putri Kerajaan
Samudera Pasai, sehingga cita-citanya dapat tercapai.
3.   Mudzafat Syah (1424-1458 M)
Setelah berhasil menyingkirkan Muhammad Iskandar Syah, ia kemudian naik
tahta dengan gelar sultan (Mudzafat Syah merupakan raja Kerajaan Malaka yang
pertama bergelar Sultan). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan dari
Kerajaan Siam (serangan dari darat dan laut), namun dapat digagalkan.
4.   Sultan Mansyur Syah (1458-1477 M)
Merupakan putra dari Sultan Mudzafat Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mencapai puncak kejayaan sebagai pusat perdagangan dan pusat
penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Puncak kejayaan dicapai berkat Sultan Mansyur Syah meneruskan politik
ayahnya dengan memperluas wilayah kekuasaanya, baik di Semananjung Malaya
maupun di wilayah Sumatera Tengah (Kerajaan Siam berhasil ditaklukan). Raja Siam 
tewas dalam pertempuran , tetapi putra mahkotanya ditawan dan dikawinkan
dengan putri sultan sendiri kemudian diangkat menjadi raja dengan gelar Ibrahim.
Indragiri mengakui kekuasaan Malaka.
5.   Sultan Alaudin Syah (1477-188 M)
Merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka mulai mengalami kemunduran, satu persatu wilayah kekuasaan
Kerajaan Malaka mulai melepaskan diri. Hal ini disebabkan oleh karena Sultan
Alaudin Syah bukan merupakan raja yang cakap.
6.   Sultan Mahmud Syah (1488-1511 M)
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah. Pada masa pemerintahannya,
Kerajaan Malaka merupakan kerajaan yang sangat lemah, wilayah kekuasaannya
meliputi sebagian kecil Semenanjung Malaya, hal ini menambah suram kondisi
Kerajaan Malaka.
 Pada tahun 1511 M, terjadi serangan dari bangsa Portugis di bawah pimpinan
Alfonso d’Alberquerque dan berhasil Merebut Kerajaan Malaka. Akhirnya Malaka
pun jatuh ke tangan Portugis.
 Kehidupan Sosial – Budaya
Pada kehidupan budaya, perkembangan seni sastra Melayu mengalami
perkembangan yang pesat seperti munculnya karya-karya sastra yang menggambarkan
tokoh-tokoh kepahlawanan dari Kerajaan Malaka seperti Hikayat Hang Tuah, Hikayat Hang
Lekir dan Hikayat Hang Jebat.
Sedangkan kehidupan sosial Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan
alam dan lingkungan wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim,
hubungan sosial masyarakatnya sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung
mengarah ke sifat-sifat individualisme. Kelompok masyarakat pun bermunculan, seperti
adanya golongan buruh dan majikan.
 Kehidupan Ekonomi
Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai barang-barang yang masuk dan
keluar, yang banyak memasukkan uang ke kas negara. Sementara itu, raja maupun
pejabat-pejabat penting memperoleh upeti atau persembahan dari pedagang yang dapat
menjadikan mereka sangat kaya.
Suatu hal yang penting dari Kerajaan Malaka adalah adanya undang-undang laut
yang berisi pengaturan pelayaran dan perdagangan di wilayah kerajaan. Untuk
mempermudah terjalinnya komunikasi antar pedagang maka bahasa Melayu (Kwu-lun)
dijadikan sebagai bahasa perantara.

c. Kerajaan Aceh
 Sejarah Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka. Para
pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum
bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum
ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
a. Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang memerintah dari
tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan bagian dari kerajaan Pidie.
Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
b. Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada suatu waktu,
Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin dijatuhkan oleh Alaudin
Riayat Syah Al-Kahar.
c. Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang wilayah
Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
d. Sultan Iskandar Muda
Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.
e. Sultan Iskandar Thani
Ia merupakan pengganti Sultan Iskandar Muda, yang memerintah dari tahun 1638
sampai 1641. Semasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani, Kerajaan Aceh tidak mengalami
kemajuan. Setelah beliau wafat, Aceh semakin Mundur. Kemunduran Aceh disebabkan
oleh pertikaian dalam kerajaan itu sendiri. Pada saat itu Belanda berhasil menguasai
Malaka dan Nusantara.

Tokoh sejarah yang terkenal pada masa Kerajaan Aceh adalah Sultan Iskandar
Muda. Semasa pemerintahannya Aceh mampu memperluas wilayah hingga ke
Semenanjung Malaya (Johor, Pahang, dan Kedah). Kekuatan utamanya terletak pada
angkatan perang Kerajaan Aceh. Armada angkatan lautnya merupakan yang terkuat di
masa itu.

Wilayah kerajaan Aceh pada masa kejayaannya


Pada masa ini, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya, perdagangan
berkembang pesat, sehingga menjadikan Aceh sebagai pelabuhan internasional. Aceh
menjalin hubungan yang baik dengan Kerajaan Turki, Persia, Cina, dan India.
 Kehidupan social budaya
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan
bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada
sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah
Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke
Jawa.
 Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi
kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta
rempah-rempah.
 Penyebab kemunduran Kerajaan Aceh
a) Setelah Sultan Iskandar Muda wafat tahun 1636, tidak ada raja-raja besar yang
mampu mengendalikan daerah Aceh yang demikian luas.
b) Timbulnya pertikaian yang terus-menerus di Aceh antara golongan bangsawan
(teuku) dengan golongan ulama (teungku) yang mengakibatkan melemahnya
Kerajaan Aceh.
c) Daerah-daerah kekuasaannya banyak yang melepaskan diri seperti Johor, Pahang,
Perak, Minangkabau dan Siak.
d) Kekelahan Aceh dalam perang melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629M.
e) Pertahanan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa berhasil mendesak dan
menggeser daerah perdagangan Aceh.

2. Kerajaan Islam di Jawa


1) Kerajaan Demak

Masjid Agung Demak


2) Sejarah Kerajaan Demak
Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor
kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar,
pendakwah islam paling awal di pulau jawa.
3) Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
 Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja
terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah
di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah
pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu,
kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
 Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus.
Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak
begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan
seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu  pasukan
Demak menyerang Portugis di Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka
membuat Adipai Unus dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal,
tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
 Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana
berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun
1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan
Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa,
dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan
antara Portugis dan kerajaan Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh
armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama
Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi
pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari
Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam
seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil
mengalahkan Majapahit.
4) Kehidupan sosial budaya
Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak
yang terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu (tatal).
Pembangunan masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo masjid inilah Sunan
Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan sekaten yang tujuannya untuk menyebarkan
tradisi Islam. Tradisi tersebut sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan
Surakarta.
5) Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat
di keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para
waris yang saling berebut tahta. Hal itu menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.

3. Kerajaan Banten
 Sejarah Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari
Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah.
Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah
seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon.
 Kehidupan politik
Raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten. Perjuangannya sangat
gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu melepaskan diri dari kekuasaan
Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan
Trenggono wafat. Wilayah kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten
menjadi pusat penjualan dan perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin
wafat.
2. Syeh Maulana Yusuf
Ia merupakan putra Sultan Hasanudin. Ketika menjadi raja dikenal dengan
sebutan Panembahan Yusuf.
3.  Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia menjadi raja
dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad memperluas kerajaan Banten
dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah diceritakan penyerangan ke Palembang
dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam
yang berasal dari keturunan orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar
keislaman di Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4. Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah gugur.
Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala mengendalikan
pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat perdagangan
lada dan cengkih.
5. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten yang memerintah dari tahun 1651
sampai 1692. Pada masa ini Banten semakin maju. Hasil pertanian melimpah. Penyiaran
agama Islam semakin pesat dengan ditunjang oleh ulama besar seperti Syekh Yusuf dari
Sulawesi.
Kerajaan Banten menjalin hubungan baik dengan negara luar negeri, seperti
Turki dan Moghul. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa tidak bersedia bekerja
sama dengan belanda.
6. Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar
Sultan Abdulnasar Abdul-Kahar merupakan raja pengganti Sultan Ageng
Tirtayasa. Sikap kerajaan ini masih tetap tidak mau bekerja sama dengan Belanda.
Namun, kekuasaan Belanda semakin kuat di Banten. Akibatnya, kerajaan Banten
menjadi runtuh. Peninggalan Kerajaan Banten antara lain adalah Masjid Agung Banten
dan sebuah meriam "Ki Amuk".

 Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena:
 Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
 Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
 Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat
sebagai pelabuhan dagang yang baik.
 Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari daerah
baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.
 Kehidupan social budaya
Dalam bidang seni bangunan,peninggalan kerajaan banten adalah bangunan Masjid
Agung Banten yang di bangun sekitar abad ke-16. Menara Masjid Agung  Banten yang mirip
mercusuar dibangun oleh Hendriik Lucozoon Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia
yang masuk islam).
Masjid Agung Banten ini beratap tumpang atau sususn lima. Selain Masjid Agung
Banten, juga terdapat gapura di kaibon banten, dan istana model Eropa yang dibangun olej
Jan Lukas Cardeel (orang Belanda pelarian dari Batavia yang telah menganut islam).
4. Kerajaan Mataram
 Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian selatan dengan pusat
Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1. Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
 Pendiri desa mataram tahun 1556
 bergelar Panembahan Senapati dibawah pimpinan anaknya
 Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
 menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng Saba
(kakak perempuan Ki Ageng Henis).
 Meninggal tahun 1584
2. Sutawijaya ( Danang sutawijaya )
 pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun
1587-1601
 bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah
Tanah Jawa
 dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram.
 putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah
 Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja
terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota
Walisanga
 meninggal dunia pada tahun 1601 saat berada di desa Kajenar. Ia kemudian
dimakamkan di Kotagede.
3. Raden Mas Jolang
(Panembahan Hanyakrawati / Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-
Ngalaga Mataram )
 raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613
 putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama
Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati
 meninggal dunia pada tahun 1613 karena kecelakaan sewaktu berburu kijang di
Hutan Krapyak. Oleh karena itu, ia pun terkenal dengan gelar anumerta
Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang
bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak"
4. Raden Mas Rangsang
(Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli : Raden Mas Jatmika )
 lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered, Bantul),
Kesultanan Mataram, 1645
 raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
 Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar
di Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
 Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya secara
periodik.
 kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut
Batavia dengan VOC
 menyerang Batavia sebanyak 2x.
.
5. Amangkurat I (Sri Susuhunan Amangkurat Agung)
 Memerintah pada tahun 1646-1677
 Memiliki gelar anumertaSunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum
 Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin putra Sultan Agung. Ibunya bergelar
Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupatiBatang (keturunan Ki Juru
Martani).
 Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.
 menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat.
 Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang pernah diperangi ayahnya.
Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian, antara lain pihak VOC diizinkan
membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram
diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC. Kedua pihak juga
saling melakukan pembebasan tawanan. Perjanjian tersebut oleh Amangkurat I
dianggap sebagai bukti takluk VOC terhadap kekuasaan Mataram. Namun ia
kemudian tergoncang saat VOC merebut Palembang tahun 1659.
6. Amangkurat II (Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat )
 putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran
Pekikdari Surabaya.
 Pada bulan September 1680 Amangkurat II membangun istana baru di hutan
Wanakerta karena istana Plered diduduki adiknya, yaituPangeran Puger. Istana
baru tersebut bernama Kartasura.
 Amangkurat II akhirnya meninggal dunia tahun 1703. Sepeninggalnya, terjadi
perebutan takhta Kartasura antara putranya, yaituAmangkurat III melawan
adiknya, yaitu Pangeran Puger.
 Pada bulan September 1677 diadakanlah perjanjian di Jepara. Pihak VOC diwakili
Cornelis Speelman. Daerah-daerah pesisir utaraJawa mulai Kerawang sampai
ujung timur digadaikan pada VOC sebagai jaminan pembayaran biaya perang
Trunajaya.
 Mas Rahmat pun diangkat sebagai Amangkurat II, seorang raja tanpa istana.
Dengan bantuan VOC, ia berhasil mengakhiri pemberontakan Trunajaya tanggal
26 Desember 1679. Amangkurat II bahkan menghukum mati Trunajaya dengan
tangannya sendiri pada 2 Januari 1680.
7. Amangkurat III (Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna )
 memerintah antara tahun 1703– 1705.
 dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.
 Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama
Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai
karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.
 Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti
oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan,dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan
istana. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
 Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang
berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah
pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan
penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan yang berkembang pesat
pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk
kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan akulturasi antara
kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di bidang
kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending
yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut
Hukum Surya Alam.E.
 Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi
rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.

5. Kerajaan Pajang
 Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang
pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis
seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya.
Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan
ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak.
Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa
keramik asal negeri Cina.
 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1) Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga.
Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang
Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari
mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah,
tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman
Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang
dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban
Jawa pada abad ke-18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat
Bagelen (lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).

2) Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh
Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di
Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan
dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda
daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya
Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya
Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan
orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat
Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang
yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi
pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
3)  Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun
1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya
alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya,
anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas
Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan
Sultan Agung, raja terbesar Mataram.                
 Kehidupan Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang
semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi  lumbung beras pada abad ke-
16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga
masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
 Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura,
ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada
masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1
dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada
di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata
air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah
di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
 Kemunduran Kerajaan Pajang
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi
persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri
sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta
tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap
Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang
sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu
dengan Sutawijaya menyerbu Pajang.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya
Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian
menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587.
Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai
negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik
Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati

6. Kerajaan Islam di Kalimantan


Di Kalimantan juga terdapat beberapa kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam.
Kerajaan tersebut antara lain Kesultanan Pasir (1516), Kesultanan Banjar (1526-1905),
Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan
Kutai Kartanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan
Gunung Tabur (1820),Kesultanan Pontianak (1771),Kesultanan Tidung,dan Kesultanan
Bulungan (1731).
Kerajaan-kerajaan yang terletak di daerah Kalimantan Barat antara lain
Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah diberitakan Tome Pires (1512-
1551). Tanjungpura dan Lawe menurut berita musafir Portugis sudah mempunyai kegiatan
dalam perdagangan baik dengan Malaka dan Jawa, bahkan kedua daerah yang diperintah
oleh Pate atau mungkin adipati kesemuanya tunduk kepada kerajaan di Jawa yang
diperintah Pati Unus. Tanjungpura dan Lawe (daerah Sukadana) menghasilkan komoditi
seperti emas,berlian,padi,dan banyak bahan makanan. Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu
telah berada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram terutama dalam upaya
perluasan politik dalam menghadapi ekspansi politik VOC.
Meskipun kita tidak mengetahui dengan pasti kehadiran Islam di Pontianak, konon
ada pemberitaan bahwa sekitar abad ke-18 atau 1720 ada rombongan pendakwah dari
Tarim (Hadramaut) yang di antaranya dating ke daerah Kalimantan Barat untuk
mengajarkan membaca al- Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadis. Mereka di antaranya Syarif
Idrus bersama anak buahnya pergi ke Mampawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke
arah laut memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota
Pontianak. Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pimpinan utama masyarakat di tempat
itu dengan gelar Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan
kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayuan untuk pertahanan. Sejak itu
Syarif Idrus ibn Abdurrahman al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu. Daerah itu mengalami
kemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan, sehingga banyak para pedagang yang
berdatangan dari berbagai negeri.Syarif Idrus memerintah pada 1199-1209 H atau 1779-
1789 M.
            Cerita lainnya mengatakan bahwa pendakwah dari Tarim (Hadramaut) yang
mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan bagian barat terutama ke Sukadana
ialah Habib Husin al-Gadri. Ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di
Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syaikh, karena
itulah maka Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana. Habib mendapat banyak simpati dari
raja, Sultan Matan dan rakyatnya. Kemudian Habib Husin al- Gadri pindah dari Matan ke
Mempawah untuk meneruskan syiar Islam. Setelah wafat ia diganti oleh salah seorang
putranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan
sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak dan di tempat inilah ia
mendirikan keraton dan masjid agung.

7. kerajaan Islam di Sulawesi


a) Kerajaan Makasar
 Letak geografis
Kesultanan Makassar merupakan kesultanan Islam di Sulawesi bagian selatan
pada abad ke-16 Masehi yang pada mulanya masih terdiri atas sejumlah kerajaan kecil
yang saling bertikai. Daerah ini kemudian dipersatukan oleh kerajaan kembar yaitu
Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo menjadi Kesultanan Makassar.  Cikal bakal
Kesultanan Makassar adalah dua kerajaan kecil bernama Kerajaan Gowa dan Kerajaan
Tallo ini terletak di semenanjung barat-daya Sulawesi dengan kedudukan strategis
dalam perdagangan rempah-rempah.Seperti yang terjadi di bandar rempah-rempah
lainnya, para pedagang muslim juga berupaya menyebarkan ajaran Islam di Makassar.
 Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Makasar
 Sultan Alauddin (1591-1629 M).
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga
Ri Agamanna dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama
Islam.Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam
dunia pelayaran dan perdagangan.
 Sultan Muhammad Said (1639-1653 M).
Pada Pemerintahan Sultan Muhammad Said, perkembangan Makassar maju
pesat sebab Bandar transit, bahkan Sultah Muhammad Said juga pernah
mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang
melawan Belanda.
 Sultan Hasanuddin (1653-1669 M).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Makassar mencapai masa
kejayaan. Makassar berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan
dan memperluas wilayah kekuasaannya ke Nusa Tenggara (Sumbawa dan sebagian
Flores). Berkat penguasaan wilayah tersebut seluruh aktifitas pelayaran dan
perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah di pusat Kerajaan Makasar.
 Raja Mapasomba
Raja Maposamba dikenal sebagai Sultan Amir Hamzah adalah putra Sultan
Hasanuddin yang turun tahta setelah menyerah kepada Belanda.

 Kehidupan sosial
Kehidupan sosial Kesultanan Makassar adalah feodal. Masyarakat Makassar dibedakan
atas 3 lapisan atau kelas, yaitu:
o   Kareng yang terdiri dari kaum Bangsawan.
o   Tumasaraq adalah gelar untuk rakyat biasa.
o   Ata untuk Hamba Sahaya.

 Kehidupan ekonomi
Letak Kerajaan Makasar sangat staregis yaitu di tengah-tengah jalur
perdagangan antara Maluku dan Malaka, sehingga kerajaan tersebut berkembang
menjadi pusat perdagangan.

 Kehidupan budaya
Kebudayaan Kerajaan Makasar dipengaruhi oleh kondisi kerajaan yang bersifat
maritime, yaitu pembuatan alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Masyarakat Kerajaan
Makasar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab lontara.

8. Kerajaan Islam di Maluku


a) Kerajaan Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan
Ternate terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah
berdiri kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore,Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan di Maluku,
Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang,
baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Ternate pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya
adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat
menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina
Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat,
pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun,
dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate
mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao,
seluruh kepulauan di Maluku, Papua dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam
juga tersebar sangat luas.

B. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga
pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing
datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan
dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar
bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup
kuat.Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Hairun dari Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang
cukup menonjol dari kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat
kapal, seperti kapal kora-kora.

C. Kemunduran Kerajaan Ternate.    


Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan
Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan
lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

b) Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja
Ternate dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqalyang naik tahta pada
tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang
dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin
bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
A. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja
Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga
giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
B. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan
sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat
Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian
dengan mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah
Maluku. Sebagai penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh
Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis,
Spanyol, dan Belanda.

C. Kemunduran Kerajaan Tidore


Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan
Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang
bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan
Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan
lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang
teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

9. Kerajaan Islam di Papua


Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah
berlangsung sejak lama. Bahkan, berdasarkan bukti sejarah terdapat sejumlah kerajaan-
kerajaan Islam di Papua, yakni: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati,
Kerajaan Sailolof Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati (terdiri dari Kerajaan Atiati, Sekar,
Patipi, Arguni, dan Wertuar) Kerajaan Kowiai (Namatota),  Kerajaan Aiduma, Kerajaan
Kaimana.
Berikut beberapa pendapat mengenai kedatangan islam di papua:
a) Islam datang di Papua tahun 1360 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul
Ghafar. Pendapat ini juga berasal dari sumber lisan yang disampaikan oleh putra bungsu
Raja Rumbati ke-16 (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja Rumbati ke-17 (H. Ismail Samali
Bauw). Abdul Ghafar berdakwah selama 14 tahun (1360-1374) di Rumbati dan
sekitarnya. Ia kemudian wafat dan dimakamkan di belakang masjid kampung Rumbati
tahun 1374.
b) pendapat yang menjelaskan bahwa agama Islam pertama kali mulai diperkenalkan di
tanah Papua di jazirah Onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab. Pengislaman ini diperkirakan
terjadi pada abad pertengahan abad ke-16, dengan bukti adanya Masjid Tunasgain yang
berumur sekitar 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587.
c) pendapat yang mengatakan bahwa Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di
Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan.
d) pendapat yang mengatakan Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada masa
pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar Islam
ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa Tenggara, Jawa
dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali masuk Islam adalah
Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521. Pada masa ini Bacan telah menguasai suku-
suku di Papua serta pulau-pulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo, Misool,
Waigama, dan Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya hingga ke
semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606
e) pendapat yang mengatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara (Ternate-
Tidore). Sumber sejarah Kesultanan Tidore menyebutkan bahwa pada tahun 1443
Sultan Ibnu Mansur (Sultan Tidore X atau Sultan Papua I) memimpin ekspedisi ke
daratan tanah besar (Papua). Setelah tiba di wilayah Pulau Misool dan Raja Ampat,
kemudian Sultan Ibnu Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putera Sultan Bacan dengan
gelar Komalo Gurabesi (Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian dikawinkan
dengan putri Sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah.Kemudian berdiri empat
kerajaan di Kepulauan Raja Ampat tersebut, yakni Kerajaan Salawati, Kerajaan Misool
atau Kerajaan Sailolof, Kerajaan Batanta, dan Kerajaan Waigeo.

10. Kerajaan Islam di Nusa Tenggara


Islam masuk ke wilayah Nusa Tenggara bisa dibilang sejak awal abad ke-16. di
perkenalkan oleh Sultan Prapen(1605),Putra Sunan Giri.Namun Islam mungkin masuk ke
Sumbawa melalui Sulawesi lewat Dakwah para mubalig dari Makassar antara tahun 1540-
1550. kemudian berkembang kerajaan islam di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan
Selaparang.
Selaparang merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang dibawah
pemerintahan Prabu Rangkesari.pada masa itulah Selaperang mengalami zaman keemasan
dan memegang hegemoni di seluruh lombok.Selaperang menjalin hubungan dengan
beberapa negri,terutama Demak,
pada abad ke-17 seluruh kerajaan Islam Lombok ada dibawah pengaruh kekuasaan
Kesultanan Goa.hubungan antara keSultanan Goa dan Lombok diperepat dengan cara
perkawinan, seperti Pemban Selaperang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Setelah terjadi Perjanjian Bongaya antara kesultanan Goa dan VOC pada abad 18
November 1667 yang sangat merugikan kesultanan Goa,kerajaan-kerajaan di Nusa
Tenggara mulai ditekan oleh VOC. Pusat kerajaan Lombok pun dipindahkan ke Sumbawa
pada tahun 1673 dengan tujuan untuk dapat mempertahankan kedaulatan kerajaan-
kerajaan Islam di pulau tersebutdengan dukungan kekuasaan Goa.Sumbawa dipandang
lebih strategis dari pada Selaparang.Ancaman dan serangan VOC (Verenigde Oost Indische
Compagnie) yang terjadi secara terus-menerus.

 
BAB 3
KESIMPULAN

Agama islam muncul di Indonesia karena dibawa oleh pedagang dari Gujarat atau Cina,
kemudian agama islam berkembang di Indonesia melalui berbagai jalur seperti perdagangan,
perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dari sinilah kemudian muncul berbagai macam kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia. Setiap kerajaan pasti mengalami proses pertumbuhan, baik
kemunduran maupun kemajuaN (puncak kejayaan). Begitu pula kerajaan-kerajaan islam di
Indonesia yang mengalami pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

lks kretif sejarah indonesi kelas X semester II

http://sajadahmuslimku.blogspot.com/2014/03/cara-penyebaran-agama-islam-di-
indonesia.html
http://knowledgeprovider.blogspot.com/2011/10/kerajaan-samudra-pasai.html
http://www.g-excess.com/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-aceh.html
https://dinanurfadhilah.wordpress.com/2014/06/26/kerajaan-samudra-pasai/

http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/5-raja-yang-pernah-memerintah-
kerajaan.html

http://noviapingkanita.blogspot.com/

http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2015/02/raja-raja-yang-pernah-menguasai-
kerajaan-banten.html

http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/

http://mujtahid269.blogspot.com/2013/07/kerajaan-pajang.html
Daftar isi

Cover
Penyusun
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Pembahasan
Teori Masuknya Islam di IndonesiaCara-Cara Penyebaran Islam di Indonesia
Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Malaka
Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam di Pulau JawaKerajaan DemakKerajaan BantenKerajaan MataramKerajaan
PajangKerajaan Islam di KalimantanKerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan Islam di Muluku
Kerajaan Ternate
Kerajaan Tidore
Kerajaan Islam di Papua
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara
Kesimpulan
Daftar Pustaka
makalah

kerajaan islam nusantara

Nama : Nita Mustika Sopiand

Salma Nismi Sopiandi

Lia Putri

Suta Bhagaskara

M.Arifqi putra M

Kelas : IX D

MTs NEGERI 4 CIANJUR


ALAMAT : Jl. Langensari No. 01 Desa/ Kec. Sukanagara – Cianjur 43264
Telp. (0263) 340 067 e-mail : mtsnsukanagara@gmail.com
NPSN : 20278032 NSS : 121132030005
AKREDITAS : A

Anda mungkin juga menyukai