Hal ini terkait dengan perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan pada
abad ke-7 sampai abad ke-16 dari Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara,
dan Cina. Para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan Gujarat singgah berbulan-
bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia menunggu angin muson
yang berupa arah tiap enam bulan sekali untuk kembali ke negeri asalnya. Selama
menunggu itu terjadilah proses interaksi dengan masyarakat setempat, para
bangsawan, bahkan dengan para raja
Melalui Perdagangan
Di bandar-bandar dagang itulah para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat memperkenalkan dan mengajarkan
ajaran Islam kepada para pedagang lain dan penduduk setempat. Oleh karena itu, penduduk di sekitar kota
bandar termasuk orang-orang yang pertama memeluk agama Islam. Dengan demikian bandar menjadi pusat
pertemuan, pintu masuknya Islam ke Indonesia, tempat belajar agama Islam dan pusat penyebaran agama
Islam.
Ada pula di antara para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang kemudian menikah dengan
wanita-wanita Indonesia. Melalui perkawinan tersebut terbentuklah ikatan kekerabatan besar
beragama Islam yang merupakan awal terbentuknya masyarakat Islam. Sampai sekarang di
beberapa kota Indonesia di temukan kampung Pekojan, yaitu perkampungan para pedagang
Gujarat (Koja artinya pedagang Gujarat).
Perkawinan dilangsungkan pula dengan golongan bangsawan. Misalnya, Raden Rahmat atau
Sunan Ampel menikahi Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawungaten, dan
Raja Brawijaya dengan Puteri Ceumpa yang beragama Islam, yang kemudian berputera
Raden Fatah
Melalui Pendidikan
Proses penyebaran Islam secara politik dilakukan oleh para penguasa pribumi.
Sebagai orang yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat, apa yang dilakukan
penguasa sering dijadikan panutan. Itulah sebabnya tindakan penguasa yang masuk
Islam segera diikuti oleh rakyatnya. Semakin besar dan luas pengaruh penguasa,
maka akan semakin luas pula penyebaran pengaruh Islam itu. Penyebara Islam secara
politik juga semakin sering dilakukan seiring dengan munculnya kerajaan-kerajaan
Islam ini banyak yang melakukan ekspansi
Seni budaya
Penyebaran agama Islam melalui sarana seni budaya disesuaikan dengan keadaan di
Indonesia karena ketika itu kebudayaan Hindu-Buddha dan kepercayaan asli masih berakar
kuat. Para penyebar agama Islam tidak mengubah seni budaya tersebut, bahkan mereka
menggunakan seni budaya tersebut sebagai sarana menyebarkan Islam.
Contoh seni budaya yang berpengaruh dalam proses islamisasi antara lain seni gamelan dan
wayang. Sering kali ajaran Islam diselipkan dalam cerita-cerita wayang, seperti yang
dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Pengaruh Islam juga berkembang melalui seni sastra, seni
rupa, kaligrafi, seni ukir dan lain-lain.
Seni Tasawuf
Tasawuf mengajarkan umat Islam agar selalu membersihkan jiwa dan mendekatkan diri dengan Allah
SWT. Kaum sufi (penganut tasawuf) hidup sederhana dan sering kali memiliki keahlian yang bersifat
magis, seperti menyembuhkan penyakit dan ilmu kebathinan. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal antara
lain Hamzah Fansuri, Nurrudin ar-Raniri, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung
Samudra pasai
Section 3
kerajaan Islam yang pertama di Indonesia adalah Samudera Pasai, yang
didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin
Mahdum. Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di
kerajaan Samudera Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir pada
abad ke-14 M untuk mengikuti pengajian yang diadakan oleh raja dalam
sebuah halaqoh setelah shalat Jum’at sampai waktu Ashar.
Menurut Ibnu Batutah, Pasai pada abad ke-14 M sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan
menjadi tempat berkumpul ulama-ulama dari negara-negara lslam. Seperti yang telah dinyatakan oleh Ibnu
Batutah, bahwa Sultan Malik Az-Zahir adalah orang yang terkenal alim dalam ilmu agama juga cinta kepada
para Ulama dan ilmu pengetahuan, sehingga bila hari jum’at tiba, Sultan shalat di masjid dengan
menggunakan pakaian Ulama, setelah itu mengadakan diskusi dengan para Alim pengetahuan agama, antara
lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan untuk membahas masalah-masalah keagamaan dan
keduniawian sekaligus
Pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Samudera Pasai, diantaranya:
Sistem
Materi pendidikan
pendidikannya Biaya pendidikan
dan pengajaran Tokoh pemerintahan
secara informal bersumber dari
agama bidang merangkap tokoh
berupa majelis ta’lim negara.
syari’at adalah fiqh agama.
dan halaqah
Syafi’i..
(diskusi).
Click here to enter your text..Click here to enter your text..
Kerajaan perlak.
Section 4
Sejarah kerajaan perlak
di masjid-masjid,
dirumah-rumah, serta
surau-surau bagi
Pendidikan islam dilangsungkan di masyarakat umum
Click here to enter your text..Click here to enter your text..Click here to enter
your text..Click here to enter your text...Click here to enter your text..
Thanks for
watching.
https://www.freeppt7.com