Anda di halaman 1dari 10

PERAN KERAJAAN ISLAM DALAM

PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

Disusun oleh:
- Andhika Machri M.
- Hafidz Dwi R.
- Muhammad Fathi Farhat
- Nosa Putra
- Randy Perdana
- Syaikhah Aditya Ramadhani

SMK BINA MANDIRI MULTIMEDIA


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Peran Kerajaan Islam Dalam Perkembangan Islam Di
Indonesia” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Waalaikumusalam Wr.Wb.

Bogor, 3 April 2022

ii
DAFTAR ISI

Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1 Sejarah Kerajaan Islam Di Indonesia 2
1.2 Metode Kerajaan Islam dalam Perkembangan Islam Di Indonesia 2
1.3 Peranan kerajaan kerajaan Islam di Indonesia pada abad ke-16 sampai ke-17  3
BAB 2 Kesimpulan 5
Daftar Pustaka 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Agama Islam merupakan salah satu agama yang memiliki penganut terbanyak di
Indonesia. Hal ini bermula dari persebaran Islam di Indonesia melalui berbagai cara
termasuk kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Islam pada masanya.
Perkembangan agama Islam yang sangat pesat sejak pertama kalinya masuk ke Indonesia
ini tentunya disertai dengan berbagai faktor pendukung, termasuk keterlibatan peran tokoh
penting seperti pedagang Islam sehingga kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdaulat di
Indonesia.
Rupanya terdapat beberapa teori yang membahas tentang masuknya agama Islam ke
Indonesia. Hal ini dijelaskan secara rinci dalam buku berjudul Buku Intisari SKI (Sejarah
Kebudayaan Islam) yang disusun oleh Siti Wahidoh,S.PdI (2020:12) yang menyebutkan
bahwa ada tiga teori yang menjelaskan mengenai masuknya Islam Indonesia antara lain
teori Gujarat (India), teori Persia, dan Makkah.

 Teori Gujarat: Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat, India melalui peran
para pedagang India yang beragama Islam pada sekitar abad ke-13 M. Ini
dibuktikan kurangnya fakta yang menjelaskan bangsa Arab dalam menyebarkan
agama Islam ke Nusantara.

 Teori Persia: Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang
dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13
M.

 Teori Makkah: Islam dipercaya tiba di Indonesia dibawa langsung dari Timur
Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. teori ini
diperkuat dengan pendapat Dr. Hamka yang menyatakan bahwa masuknya Islam
ke Indonesia langsung dari Mekkah pada abad ke-7 M.

Setelah Islam masuk ke Indonesia, perkembangan dan penyebaran agama Islam di


Indonesia terjadi secara cepat. Hal tersebut didukung dengan adanya kerajaan Islam yang
muncul di penjuru wilayah Indonesia.

Sejarah perkembangan Islam di Indonesia ditandai dengan berdirinya beberapa kesultanan


bercorak Islam di berbagai pulau di Nusantara. Kesultanan-kesultanan ini menjadi
penopang dan pusat dakwah Islam masyarakat di sekitarnya.
Kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia cukup banyak, contohnya seperti
Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram Islam,
Kerajaan Banten, dan Kerajaan Makassar. Kerajaan-kerajaan yang mulai berjaya di abad
12 ini rupanya meninggalkan beberapa benda bersejarah dan peninggalan berupa masjid,
menara, makam, gapura, bangunan keraton, seni ukir, dan seni sastra.

1
1.1 Sejarah Kerajaan Islam Di Indonesia
Masa kerajaan Islam dalam sejarah ialah merupakan sebuah periode dalam perjalanan
perkembangan dunia Islam di Indonesia. Dengan lahirnya kerajaan Islam ini pun disertai
dengan adanya kebijakan para penguasa yang dimana saat itu penuh pro dan kontra.
Dalam penyebaran islam di nusantara, kerajaan islam berperan untuk :
 Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di wilayah kerajaan
 Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur
tengah
 Mengubah budaya upeti yang dimana telah banyak digunakan di zaman kerajaan
sebelumnya
 Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa yang ada di ajaran
islam

Penyebaran Islam di Indonesia seharusnya tidak dipandang sebagai proses yang cepat dan
yang berasal dari satu asal atau sumber saja. Sebaliknya, lebih tepat kalau dipandang
sebagai proses yang didorong beberapa gelombang Islamisasi yang sangat berkaitan
dengan perkembangan internasional dalam dunia Islam; sebuah proses yang terus berlanjut
sampai dengan hari ini. Para pedagang Muslim yang datang ke wilayah kepulauan ini pada
abad-abad pertama era Islam bisa dianggap sebagai gelombang pertama. Gelombang kedua
juga sudah kami sentuh di atas, yaitu pendirian kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara (dan
setelah raja masuk agama Islam, rakyatnya biasanya mengikutinya).

1.2 Metode Kerajaan Islam dalam Perkembangan Islam Di Indonesia

Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa berhasil membangun peradaban dan menopang Islamisasi


yang cukup masif. Tidak hanya di sekitar Jawa, tetapi juga di kawasan lainnya.

Hasbulah dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia meyampaikan, pada masa
berdirinya kerajaan Islam di Nusantara, pendidikan Islam di Indonesia mulai menapak ke
arah kemajuan yang cukup pesat.

Hampir di setiap daerah yang penduduknya beragama Islam berdiri masjid, surau, langgar,
dan pesantren yang berfungsi selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai pusat kegiatan
Islam termasuk pendidikan. Begitu juga pada periode Demak. Tampak sudah banyak
masjid yang dibangun, seperti masjid Demak, Kudus, Ampel, Giri, dan sebagainya. Setiap
tokoh-tokoh agama Islam pada zaman itu cenderung mementingkan dan mendahulukan
pembangunan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan daripada bangunan lainnya.

2
Sementara, Safei dalam Peranan Kerajaan Islam dalam Perkembangan Pendidikan
Indonesia menyebutkan, ada dua tujuan kerajaan yang berjaya ketika itu
menyelenggarakan pendidikan agama Islam.

Pertama, untuk mengajak manusia berbuat baik. Kedua, menjaga tradisi, maksudnya
sesuatu yang diangap penting dan diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus
diturunkan dan diajarkan kepada anak cucu secara turun-temurun sebagai regenerasi.
Junaedi Machub dalam 100 Tokoh yang paling Berpengarauh dalam Sejarah mengatakan,
penyelenggaran pendidikan pada masa kerajaan Islam ditempuh dengan tiga cara yang
dinilai mampu membangun fondasi keislaman yang kokoh di masyarakat.

Cara pertama yakni dengan memberikan nasihat secara langsung kepada orang. Baik
secara kelompok maupun secara individu. Metode ini merupakan yang paling banyak dan
lazim digunakan oleh utusan kerajaan-kerajaan Islam.

Metode kedua adalah menunjukkan teladan yang baik. Metode ini cenderung menonjolkan
sisi kharisma personal. Dengan penampilan pribadi yang agung dan mengesankan,
menonjolkan tingkah laku yang baik dan terpuji, dapat melahirkan daya tarik dan perhatian
yang besar dari para murid.

Penampilan kepribadian ini pada mulanya merupakan salah satu faktor yang sangat
berperan dalam dakwah Islam.

Dan, yang tidak kalah penting dari keduanya dalam memperluas ajaran Islam ialah lewat
seni dan permainan. Seni adalah metode dakwah yang efektif pada masa lalu. Hal ini jelas
terlihat seperti apa yang telah dilakukan oleh para Wali Songo di Jawa.

Begitu pula yang lain, misalnya maulid Nabi Muhammad di daerah Solo dan Yogyakarta
yang mengunakan gamelan sekaten. Kata sekaten diambil dari bahasa Arab, syahadatain
yang artinya dua kalimat syahadat yang merupakan pernyataan keislaman secara
individual. Tidak hanya di bidang pendidikan. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa juga fokus
kepada upaya menciptakan stabilitas politik, keamanan, dan mewujudkan kesejahteraan.

Walaupun sulit untuk mengetahui secara persis perkembangan awal agama Islam di
kepulauan ini (karena kurangnya sumber informasi), cukup jelas bahwa perdagangan
intenasional merupakan faktor yang sangat penting. Kemungkinan besar para pedagang
Muslim dari berbagai negara telah ada di wilayah maritim Asia Tenggara sejak periode
awal Islam. Sumber-sumber paling awal melaporkan bahwa sejumlah penduduk asli telah
memeluk agama Islam sejak awal abad ke-13.

Sementara itu, batu-batu nisan mengindikasikan keberadaan sebuah kerajaan Muslim di


Sumatra Utara pada tahun 1211. Mungkin kerajaan-kerajaan lokal mengadopsi agama baru
ini karena bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu dalam perdagangan dengan
para pedagang asing yang sebagian besar beragama Islam. Tidaklah jelas mengapa para
penduduk asli Nusantara tampaknya baru memeluk agama Islam berabad-abad setelah
agama ini sudah tiba dan dikenal di wilayah tersebut. Baru dari abad ke-15 dan

3
selanjutnya, kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan Islam menjadi kekuatan politik
dominan di kepulauan ini, meskipun mereka akan kemudian dikalahkan oleh para
pendatang baru dari Eropa (Portugis dan Belanda) di abad ke-16 dan abad ke-17.

1.3 Peranan kerajaan kerajaan Islam di Indonesia pada abad ke-16 sampai ke-17 
Kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung antara abad ke-
12 sampai dengan abad ke-13. Berkembangnya kerajaan-kerajaan tersebut salah satunya di
karenakan maraknya lalu lintas perdagangan laut yang terjadi. Pedagang-pedagang Islam
dari Arab, India, Persia, Tiongkok, berbaur dengan masyarakat Indonesia yang
menyebabkan menyebarnya agama Islam di Indonesia. Kerajaan tersebut tersebar pesat
dibeberapa daerah di Indonesia yaitu di Sumatra, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
Masuknya Islam di Indonesia menandai munculnya era baru dalam berbagai aspek
kehidupan yang berkembang di masyarakat. Aturan-aturan hidup yang mulai menjadi
bagian yang tidak terpisahkan mulai dipraktekkan atau diimplemantasikan dalam setiap
aspek kehidupan. Aturan-aturan hidup tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek
legalitas formal yang bernuansa hukum, melainkan pula nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran agama Islam yang berkaitan dengan aspek kehidupan ekonomi, budaya, sosial
kemasyarakatan bahkan politik yang menjadi bagian dari bagaimana Islam mendekatkan
diri pada masyarakat Nusantara.
Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak bersamaan, karena ada beberapa daerah yang
sejak dini telah dimasuki oleh Islam dan ada belum pernah dimasuki Islam. Sejarawan
Islam berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia adalah di daerah pulau
Sumatera (sekitar abad ke-7 dan 8 M). Sedangkan, Islam masuk ke Jawa pada waktu
dikuburkan Fatimah binti Maimun di Laren (Gresik) sekitar tahun 475 H (1082 M).
Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku juga tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang diperkirakan masuk pada abad ke 14 Masehi.
Di Kalimantan khususnya di daerah Banjarmasin proses Islamisasi di daerah ini terjadi
kira-kira tahun 1550 M. Adapun di pulau Sulawesi terutama di bagian selatan telah di
datangi pedagang muslim pada abad ke-15 M. Sedangkan sekitar pada abad ke-12
masyarakat muslim tersebut selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam dan tercatatlah
sejumlah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara seperti Perlak, Pasai, Aceh Darussalam,
Pagaruyung, Kepaksian Sekala Brak, Banten, Demak, Mataram, dan lain sebagainya.
Tercatat pula kerajaan Gowa, Tallo, Bone di Sulawesi, Ternate, dan Tidore di Maluku.
Dari berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia, kerajaan Samudera Pasai merupakan
kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu pada tahun 1267 M,
bukti bahwa kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam dapat dilihat dari salah
satu pendapat petualang muslim asal Maroko yang bernama Abu Abdullah Ibnu Batuthah
pada tahun 1304 M 1368 M yang melakukan perjalanan ke Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai menjadi salah satu penyebar agama Islam pada abad ke 11-12
yang dapat membuat jumlah penganut agama Islam melampaui jumlah penganut agama
Corak Hindu dan Buddha yang sebelumnya merupakan agama yang paling dominan di

4
Jawa dan sebagian di Sumatera termasuk Bali dan pulau-pulau Timur Indonesia.[6]
Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi salah satu pusat studi Islam di Indonesia karena
adanya campur tangan atau kerja keras dari tokoh atau pemimpin yang ada di kerajaan
Samudera Pasai itu sendiri.

Tokoh atau pemimpin kerajaan Samudera Pasai yang terkenal dalam penyebaran agama
Islam adalah Sultan Malik Al Shaleh. Sultan Malik Al- Shaleh merupakan putra Batak
Gayo, bekas prajurit kesultanan Daya Pasai, pada mulanya beliau bernama Meurah Silu
dan belum menganut agama Islam. Tetapi, tidak lama setelah Raja Merah Silu bermimpi
bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, beliau kemudian masuk agama Islam dan
mengganti namanya.
Sejak akhir abad ke-15 M dan permulaan abad ke-16 M, pusat-pusat perdagangan di
pesisir utara, seperti Gresik, Demak, Dermayu, Cirebon, dan Banten telah menunjukkan
kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para wali di Jawa. Kemudian kegiatan itu
muncul sebagai kekuatan politik dengan adanya kerajaan Demak sebagai penguasa Islam
pertama di Jawa yang berhasil menyerang ibukota Majapahit. Para wali dengan bantuan
kerajaan Demak, Pajang dan Mataram dapat mengembangkan Islam ke seluruh daerah-
daerah penting di Jawa, bahkan di luar Jawa, seperti ke Banjarmasin, Hitu, Ternate,
Tidore, dan Lombok.
Perkembangan Islam secara struktural atau pada level birokrasi diawali dengan masuk
Islamnya para raja-raja yang kemudian diikuti oleh rakyatnya. Perpindahan agama para
penguasa ini memfasilitasi percepatan perkembangan Islam secara kuantitatif. Bahkan,
dengan masuknya Islam dalam kelompok bangsawan dan raja, pada akhirnya mereka akan
mendalami dan memahami Islam dalam komunitasnya dan ini awal munculnya sosok
sultan yang menjadi ulama.
Pada akhir abad 16 M, tidak terjadi kemunduran dalam hal penyebaran Islam melalui
kerajaan-kerajaan. Hal ini tidak membawa pengaruh yang cukup luas pada perubahan
Hukum Islam, walaupun tetap menjadi bagian yang hidup dalam masyarakat Indonesia.
Pengaruh tidak ada kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berbanding lurus
dengan munculnya V.O.C (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai perwakilan
kolonialisme dengan motif perniagaan (perdagangan).
Masa peralihan penguasaan wilayah Indonesia dari kerajaan-kerajaan Islam ke V.O.C dan
Kerajaan Belanda, tidak secara langsung mengubah keadaan masyarakat Indonesia dalam
mengamalkan aturan-aturan Islam yang telah menyatu dalam ritualitas kehidupan
beragama muslim Indonesia. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sikap penguasa
Kolonial tetap mempertahankan lembaga peradilan agama di wilayah Aceh, Jambi,
Kalimantan Selatan dan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gajo, Alas, Tapanuli
dan Sumatera Selatan, dan Jawa, walaupun tetap berada di bawah pengadilan negeri.

5
BAB II
KESIMPULAN

Dalam penyebaran islam di nusantara, kerajaan islam berperan untuk :


 Mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk di wilayah kerajaan
 Memudahkan transaksi perdagangan dengan para pedagang dari kawasan Timur
tengah
 Mengubah budaya upeti yang dimana telah banyak digunakan di zaman kerajaan
sebelumnya
 Menciptakan tata kehidupan baru yang lebih sesuai dengan apa yang ada di ajaran
islam

Mengajak manusia berbuat baik, menjaga tradisi (sesuatu yang diangap penting dan
diperlukan oleh keluarga dan masyarakat).

Penyelenggaran Pendidikan pada masa kerajaan Islam ditempuh dengan tiga cara yang
dinilai mampu membangun fondasi keislaman yang kokoh di masyarakat :

pertama yakni dengan memberikan nasihat secara langsung kepada orang. Baik secara
kelompok maupun secara individu. Metode ini merupakan yang paling banyak dan lazim
digunakan oleh utusan kerajaan-kerajaan Islam

Metode kedua adalah menunjukkan teladan yang baik. Metode ini cenderung
menonjolkan sisi kharisma personal. Dengan penampilan pribadi yang agung dan
mengesankan, menonjolkan tingkah laku yang baik dan terpuji, dapat melahirkan daya
tarik dan perhatian yang besar dari para murid. Penampilan kepribadian ini pada mulanya
merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam dakwah Islam.

Dan yang ketiga tidak kalah penting dari keduanya dalam memperluas ajaran Islam ialah
lewat seni dan permainan. Seni adalah metode dakwah yang efektif pada masa lalu. Hal ini
jelas terlihat seperti apa yang telah dilakukan oleh para Wali Songo di Jawa.

Pada akhir abad 16 M, kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berbanding lurus


dengan munculnya V.O.C. Masa peralihan penguasaan wilayah Indonesia dari kerajaan-
kerajaan Islam ke V.O.C dan Kerajaan Belanda, tidak secara langsung mengubah keadaan
masyarakat Indonesia dalam mengamalkan aturan-aturan Islam yang telah menyatu dalam
ritualitas kehidupan beragama muslim Indonesia. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan
sikap penguasa Kolonial tetap mempertahankan lembaga peradilan agama di wilayah
Aceh, Jambi, Kalimantan Selatan dan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Gajo,
Alas, Tapanuli dan Sumatera Selatan, dan Jawa, walaupun tetap berada di bawah
pengadilan negeri.

6
Daftar Pustaka

Bagus, K. (2022, Maret). Peranan kerajaan kerajaan Islam di Indonesia pada abad ke-16 sampai
ke-17 adalah. Retrieved from idkuu.com: https://idkuu.com/peranan-kerajaan-kerajaan-
islam-di-indonesia-pada-abad-ke-16-sampai-ke-17-adalah
Sasongko, A. (2016, Oktober 13). Peran Kerajaan dalam Dakwah Islam di Jawa. Retrieved from
Republika.id: https://www.republika.co.id/berita/oezekp313/peran-kerajaan-dalam-
dakwah-islam-di-jawa
Terkini, B. (2021, November 13). Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia dan Peranannya dalam
Perkembangan Islam. Retrieved from Kumparan:
https://kumparan.com/berita-terkini/sejarah-kerajaan-islam-di-indonesia-dan-peranannya-
dalam-perkembangan-islam-1wuWhZBIQ1M

Anda mungkin juga menyukai