Dosen Pengampu:
Masnun Baiti, M. Pd
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang sudah lama berkembang di
Indonesia, dan merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat
Indonesia. Dalam proses berkembang nya Islam di Indonesia, telah
memberikan kontribusi dalam pengembangan dan perubahan di berbagai
bidang di kalangan masyarakat Indonesia. Islam dipahami sebagai satu
bentuk keberagaman yang memiliki karakteristik dan watak seperti
ajarannya yang terbuka (inklusif), dapat menampung dan menerima ajaran
agama terdahulu yang masih sesuai dengan ajaran islam(akomodatif),
bersifat efaliter, reformatif dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan ajaran
Islam itu sendiri yang memposisikan semua ajaran sebgai rahmat bagi
seluruh alam. Namun, nyatanya di zaman sekarang, peran agama Islam
dalam mendewasakan negara ini seakan terlupakan oleh waktu. Sehingga,
mayoritas umat muslim Indonesia tak pernah merasa bangga akan
agamanya yang mereka tak pernah tahu bahwa agama mereka telah
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan negara ini.
Oleh karena itu, makalah yang kami susun ini akan membahas sejarah Islam
di Indonesia terdahulu sampai detik-detik proklamasi secara mendalam,
yang berjudul “Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia?
2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
PEMBAHASAN
1
Hadji Muhammad Said, Mentjari Kepastian Tentang Daerah, Mula dan Tjara Masuknnya
Agama Islam ke Indonesia dalam Risalah Seminar: Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia (Medan:
Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, 1963), h. 220
2
Musrifah Suanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 10-11.
Kedua teori Makkah, teori ini dikemukakan oleh Hamka yang
disampaikan dalam pidatonya pada Dies Natalis Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta, tahun 1958. Hamka menolak
pandangan yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 dan berasal dari Gujarat. Beliau mengatakan bahwa Gujarat hanya
sebagai tempat singgah dan pusatnya tetaplah dari Mekah dan Mesir 214
sebagai tempat awal berkembangnya ajaran Islam.
Ada teori lain selain teori yang telah disebutkan di atas, yakni teori Arab,
teori Cina dan Teori Turki. Teori Arab menyatakan bahwa Islam datang ke
Indonesia langsung dari Arab pada abad ke 7-8. Adapun teori Cina ini
menjelaskan bahwa Islam datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan
pada abad 7-8 M dan tempat pertama yang didatangi adalah Sumatra. Dan
yang arus kita pahami adalah teori ini tidak membahas tentang awal
datangnya Islam ke Indonesia, melainkan tentang peran muslim Cina dalam
3
Ibid., h. 117-120
4
Hadji Muhammad Said, Mentjari Kepastian, h. 223.
menyumbangkan data informasi tentang adanya komunitas muslim di
Indonesia serta dan perannya dalam perkembangan Islam di abad ke 15/16
Masehi.5 Adapun teori Turki yang diajukan oleh Martin van Bruinessan
yang memang memiliki beberapa alasan, diantaranya:
5
Fauziah Nasution. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jurnal Dakwah
dan Perkembangan Sosial Kemanusiaan, 2020. 11 (1) (26-46). h. 32-36.
dengan berbagai jalur yang ada seperti perdagangan, perkawinan,
pendidikan, tasawuf, kesenian, dan politik.6
Sebelum Islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan- kerajaan
Hindu dan Budha. Di antaranya, ada kerajaan terbesar yang menguasai dan
mengendalikan pulau-pulau di Nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya di
sekitar Palembang Sumatera Selatan, dan Singasari, selanjutnya yaitu
Majapahit.7
Islam sebagai agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia
dan sebagai kekuatan politik yang menguasai struktur pemerintahan
sebelum datangnya Belanda dapat dilihat dari per- kembangan peradaban
Islam di berbagai wilayah di nusantara dan munculnya kerajaan-kerajaan
Islam di nusantara ini.8
Begitu pula halnya dengan kerajaan-kerajaan Islam berkembang di
Indonesia adalah sebagai suatu wujud keanekaragaman masyarakat yang
terhimpun dalam wadah kebersamaan. Ada beberapa kerajaan-kerajaan
Islam berdiri dan berkembang di Indonesia baik yang ada di luar Pulau Jawa
maupun di Pulau Jawa.
1. Kerajaan Perlak (840-1292)
Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-3 Hijriyah (abad ke-9 Masehi).9
Kedatangan Islam di kesultanan Perlak dapat dianalisis dari
beberapa teori mengenai masuknya Islam di Indonesia, yaitu teori
Gujarat, teori Arab, dan teori Persia. Dalam teori Gujarat dijelaskan
bahwa asal muasal datangnya Islam di Indonesia adalah melalui jalur
Gujarat India pada abad ke-13 dan ke-14 M. Teori ini biasanya banyak
digunakan oleh ahli-ahli dari Belanda. Salah seorang penganutnya
6
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 45-
46
7
Din Muhammad Zakariyah, Sejarah Peradaban Islam Prakenabian Hingga Islam Di
Indonesia, (Jawa Timur: Madani Media, 2018), h. 282
8
Ibid., h. 283
9
Drg. H. Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,
(Jakarta: Lentera, 1996), h. 9.
adalah W.F. Stutterheim dalam bukunya De Islam en Zijn Konst In de
Archipel, menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 M yang didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama dari
kerajaan Samudra Pasai, yaitu Al-Malik Al-Shalih pada tahun 1297 M.
Menurut W.F. Stutterheim, relief nisan tersebut bersifat Hinduistis yang
mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Atas
alasan inilah W.F. Stutterheim tidak berbeda dengan Snouck Hurgronje,
berasal dari Gujarat.10
Bila dilihat dari perspektif sejarah, kesultanan Perlak berdiri pada
tahun 840 M dan berakhir pada tahun 1292 M. Sebelum kesultanan
Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah berdiri negeri Perlak
yang raja dan rakyat- nya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He
La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan
pengikutnya. Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang dari
Timur Tengah menuju pantai Sumatra yang dipimpin oleh Nakhoda
Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk ber- dagang sekaligus
membawa sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa dan
menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad,
raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan
Budha), yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk
Islam.11
Adapun para raja Kerajaan Perlak adalah sebagai berikut.
a. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (840-864 M)
b. Sultan Alaiddin Maulana Abdur Rahim Syah (864-888 M)
c. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888-913 M)
d. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 Terjadi
Pergolakan (918-928)
10
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, h. 75-76.
11
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 48
e. Sultan Makhdum Alauddin Malik Abdul Kadir Syah Johan
Berdaulat (928-932 M)
f. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan
g. Berdaulat (932-956 M) Sultan Makhdum Abdul Malik Ibrahim Shah
Johan Berdaulat (956-983 M).12
12
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 332
13
Kesultanan Ternate
14
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 136
3. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)
Kerajaan Islam Samudra Pasai adalah kerajaan kembar yang terletak
di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan Samudra Pasai didirikan pada awal
atau pertengahan abad ke-13 M oleh Sultan Al-Malik Al-Shalih (1261-
1297 M). Kemunculan kerajaan Samudra Pasai adalah hasil dari proses
Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-
pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya.15 Bukti
berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M didukung adanya
nisan kuburan terbuat dari granit asal Samudra Pasal Dan nisan tersebut
dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan
Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun,
1297 M.
Pendiri kerajaan Samudra Pasai ialah Sultan Al-Malik Al-Shalih,
sekaligus sebagai raja pertama. Hal ini dapat diketahui melalui tradisi
Hikura Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas
beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya para
sarjana Belanda, seper Snouck Hurgronje, J.P Moquette, J.L. Moens, J.
Hushoff, G.P Rouffaer, H.K. Cowan, dan lain-lain.16 Selain itu, bukti-
bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam
raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak
di reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudra Pasai di desa
Beuringin, kecamatan Samudra sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe.
Adapun raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudra
Pasai sebagai berikut.
a. Sultan Malik Al-Zhahir (1297-1326 M).
15
Uka Tjandrasasmita (ed), Sejarah Nasional Indonesia 3, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), h. 3.
16
Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, "Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan-
Kerajaan Islam di Aceh", dalam A. Hasjmy (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, h. 420.
b. Sultan Mahmud Malik Al-Zhahir (1326-1345 M).
c. Sultan Manshur Malik Al-Zhahir (1345-1346 M).
d. Sultan Ahmad Malik Al-Zhahir (1346-1383 M).
e. Sultan Zainal Abidin Malik Al-Zhahir (1383-1405 M).
f. Sultan Nahrasiyah (1405 M).
g. Sultan Abu Zaid Malik Al-Zhahir (1455 M).
h. Sultan Mahmud Malik Al-Zhahir (1455-1477 M).
i. Sultan Zainal Abidin (1477-1500 M).
j. Sultan Abdullah Malik Al-Zhahir (1500-1513 M).
k. Sultan Zainal Abidin (1513-1524 M).17
17
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 332-333
tiga orang mubaligh dari Koto Tangah (Kota Tengah) Minangkabau18 ke
Makassar untuk mengislamkan elite kerajaan Gowa- Tallo. Inisiatif
untuk mendatangkan mubaligh khusus ke Makassar sudah ada sejak
Anakkodah Bonang (Nakhodah Bonang), Ia adalah seorang ulama dari
Minangkabau sekaligus pedagang yang berada di Gowa pada
pertengahan abad ke-15 M atau sekitar tahun 1525 M.
Keberhasilan penyebaran Islam terjadi setelah memasuki awal abad
ke-17 M dengan kehadiran tiga orang mubaligh yang bergelar datuk dari
Minangkabau.19
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Graaf dan Pigeaud bahwa
Datuk Bandang sebelum ke Makassar lebih dahulu belajar di Giri. Datuk
ri Bandang dan temannya yang lain, ketika tiba di Makassar, tidak
langsung melaksanak misinya, tetapi lebih dahulu menyusun strategi
dakwah. Mereka menanyaka kepada orang-orang Melayu yang sudah
lama bermukim di Makassar tentang yang paling dihormati. Setelah
mendapat penjelasan, mereka berangkat ke Luw untuk menemui Datuk
Luwu', La Patiware Daeng Parabu. Datuk Luwu' adalah raja yang paling
dihormati karena kerajaannya dianggap kerajaan tertua dan tempat asal
nenek moyang raja-raja Sulawesi Selatan. Kedatangan Datuk Telle
mendapat sambutan hangat dari Datuk Luwu', La Patiware Daeng
Parabu.
Penyebaran Islam yang dilakukan kerajaan Gowa-Tallo di seluruh
Sulawesi Selatan, bahkan sampai ke bagian timur Indonesia, telah
memberikan pengaruh dan perubahan terhadap kehidupan sosial-
masyarakat yang meliputi segala bidang; baik aspek politik,
pemerintahan, ekonomi maupun sosial-budaya. Tentu saja perubahan ini
mengarah pada Islamisasi segala aspek kehidupan tersebut. Karena
18
Andi Zainal Abidin, Sejarah Sulawesi Selatan, (Makassar: Hasanuddin University Press,
1999), h. 228-231.
19
Ahmad Sewang, "Empat Abad Islam di Sulawesi Selatan". Makalah Seminar
Internasional dan Festival Kebudayaan, Pusat Kajian Islam (Centre For Middle Eastern Studies)
Divisi Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora PKP Unhas dan Pemkot Makassar, 5-7 September 2007.
begitu kuatnya pengaruh Islam yang dikembangkan oleh para mubaligh
dengan dukungan para raja-raja yang telah memeluk Islam maka rakyat
kerajaan berbondong-bondong memeluk Islam tanpa dipaksa ataupun
diancam.20
Kondisi semacam ini dapat dilihat dari proses Islamisasi di Sulawesi
Selatan yang dimulai pada abad ke-17 M dapat mengubah sendi-sendi
Pangngadakkan (Makassar) atau Pangngaderreng (Bugis) yang
menyebabkan pranata-pranata kehidupan sosial-budaya orang Makassar
dan Bugis, Mandar, dan lain-lain memperoleh warna baru. Karena
syariah telah masuk pula menjadi salah satu dari sendi-sendi adat
istiadat mereka.
20
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 147
membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang melintasi dan kehi bea
cukai untuk setiap barang yang datang dari wilayah barat (luar negeri)
sebesar berlabuh di Semenanjung Malaya. Aturan tersebut adalah
diberlakukan pajak 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). dengan Tingkat keorganisasian
pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang syarat-
syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan.
21
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 173
22
Jakiyatul Miskiya, "Proses Islamisasi di Cirebon Tahun 1479-1568", skripsi,
(Yogyakarta: UNY, 2002), h. 1
Sesuai dengan teori siklus Ibnu Khaldun, ternyata kesultanan Cirebon
pun mengalami masa kemundurannya. Berdasarkan keterangan
Siddique, kesultanan Cirebon telah mengalami kemerosotan karena
pihak asing, sejak tahun 1681- 1940. Beberapa perjanjian dengan VOC
telah mendukung adanya kemunduran itu, antara lain, 7 Januari 1681,
isinya bahwa ekonomi-perdagangan dimonopol VOC, seperti pakaian
dan opium; dan pada 8 September 1688 yang ditanda- tangani Sultan
Sepuh I, Sultan Anom, dan Pangeran Tohpati tentang pengakuan dan
pembagian cacah. Dampak internalnya, timbul perpecahan dalam
kesultanan Cirebon.
23
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 210
24
M.C. Ricklefs, A History of Modem Indonesia Since c. 1200, (Stanford University Press,
2002)
Adapun para Sultan Kerajaan Demak adalah:
a. Raden Fatah (Sultan Fatah) (1478-1518 M)
b. Adipati Yunus (1518-1521 M)
c. Sultan Trenggono (1521-1546 M)
d. Sunan Prawoto (1546-1546 M)
25
Supratikno Rahardjo dkk., Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan,
(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2011), h. 32.
26
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 206.
side. This port is almost the most important of all; a river empties there
by the sea. It has a great deal of nice and foodstuffs and pepper. 27
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu itu Banten
me- rupakan bagian dari wilayah kerajaan Sunda yang Hinduistis dan
berupa kota pelabuhan yang letaknya di ujung barat sehingga
merupakan kota pelabuhan pertama yang dikunjungi Tomé Pires dalam
perjalanannya menyusuri pesisir atara Pulau Jawa. Kota pelabuhan ini
terletak di tepi sungai. Kotanya sendiri rupanya ditata secara teratur dan
rapi sehingga dinilainya sebagai kota yang baik (a good city).28
Masuknya pedagang-pedagang asing, terutama para pedagang
muslim ke wilayah Banten telah mengakibatkan perubahan dalam
pemerintahan. Diperkirakan masuknya agama Islam di Banten sejak
abad ke-7 M. Akan tetapi, perkembangan Islam di Banten sebagai
lembaga politik, baru dimulai sejak abad ke-15 M dengan berdirinya
kesultanan Banten. Pedagang-pedagang muslim yang masuk ke wilayah
Banten tidak hanya melakukan aktivitas perdagangan, tetapi i mereka
juga menyebarkan agama Islam atau yang disebut dengan dakwah.
27
Armando Cortesão, The Suma Oriental of Tomé Pires, h. 170.
28
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h.
183.
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura
sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah
pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasan dan
kebesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau raja pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang
berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh Raja Demak
ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di
Pajang, setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya.
Kediaman penguasa Pajang itu, menurut Babad dibangun dengan
mencontoh kraton Demak.
Pada tahun 1546, Sultan Demak meninggal dunia. Setelah itu
muncul kekacauan di ibu kota. Konon, Jaka Tingkir yang tela menjadi
penguasa Pajang itu dengan segera mengambil alih kekuasaan pewaris
tahta kesultanan, susuhunan Prawoto, dibunuh oleh keme- nakannya,
Aria Penangsang yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang
(Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, ia memerintahkan agar semua benda pusaka Demak
dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh
di pulau Jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya. Pada masanya sejarah Islam
di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik pindah dari pesisir
(Demak) ke pedalaman. Peralihan pusat politik itu membawa akibat
yang sangat besar dalam perkembang- an peradaban Islam di Jawa.29
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusastraan dan nini
kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat Jalilaun
dikenal di pedalaman Jawa, Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir
menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman. Sultan Pajang meninggal
dunia tahun 1587 dan dimakamkan Dich B di Butuh, suatu daerah di
29
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 212-213
sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunya,
Aria Pangiri, anak susuhunan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu, Aria
Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di kraton Pajang,
Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari
Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa,
dijadikan penguasa di Jipang.
30
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 337.
31
Ibid,. h. 338
melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan . Ia wafat
di Tegalarum (1677) sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Kekacauan
politik dimulai pada Amangkurat II sampai Pakubuwana II dan baru
dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian
wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Berakhirlah era
Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah .
PENUTUP
Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang
Muslim dari Arab, India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan
penuh dengan ramah tamah menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik
pada orang-orang Muslim terlebih agama yang mereka anut. Begitu banyak pula
para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi akhlak mereka sehingga
pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor utama
berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman
imperialisme barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya
diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama
berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi pun umat
Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat Muslim di
Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2016. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.