Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

KERAJAAN ISLAM AWAL DI INDONESIA

Disusun Oleh: Kelompok 9


1. Doni Ibrahim (2130202308)
2. Mutyara Az-zahrah (2130202315)
3. Isnaini Maharani (2130202316)

Dosen Pengampu:
Masnun Baiti, M. Pd

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022/2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang sudah lama berkembang di
Indonesia, dan merupakan agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat
Indonesia. Dalam proses berkembang nya Islam di Indonesia, telah
memberikan kontribusi dalam pengembangan dan perubahan di berbagai
bidang di kalangan masyarakat Indonesia. Islam dipahami sebagai satu
bentuk keberagaman yang memiliki karakteristik dan watak seperti
ajarannya yang terbuka (inklusif), dapat menampung dan menerima ajaran
agama terdahulu yang masih sesuai dengan ajaran islam(akomodatif),
bersifat efaliter, reformatif dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan ajaran
Islam itu sendiri yang memposisikan semua ajaran sebgai rahmat bagi
seluruh alam. Namun, nyatanya di zaman sekarang, peran agama Islam
dalam mendewasakan negara ini seakan terlupakan oleh waktu. Sehingga,
mayoritas umat muslim Indonesia tak pernah merasa bangga akan
agamanya yang mereka tak pernah tahu bahwa agama mereka telah
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kemerdekaan negara ini.
Oleh karena itu, makalah yang kami susun ini akan membahas sejarah Islam
di Indonesia terdahulu sampai detik-detik proklamasi secara mendalam,
yang berjudul “Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara islam bisa masuk dan berkembang di Indonesia?
2. Apa sajakah kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?
PEMBAHASAN

A. Awal Mula Islam Masuk dan Berkembang Di Indonesia


Siapakah yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia? Terjadi
perbedaan pendapat para sejarawan untuk menjawab pertanyaan ini, apakah
orang Arab atau orang India? Menurut Snouck Horgounje, orang Indialah
yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia menjelang akhir abad ke-
13 Masehi. Pendapat ini sekaligus menjawab dari daerah mana Islam
berasal. Pendapat ini didukung oleh Van Bonkel seorang Profesor asal
Belanda dengan menunjukkan adanya pengaruh bahasa Tamil dalam bahasa
Indonesia yaitu adanya istilah “lebai” yang berasal dari “labbai” atau
“lappai” yang artinya pedagang dalam bahasa Tamil.1 Meski sama-sama
mendukung pendapat Snouck Horgrounje, O’Sullivan tidak sepakat bahwa
adanya istilah bahasa Tamil dalam bahasa Melayu menjadi alasan bahwa
orang Indialah yang membawa Islam ke Indonesia.
Menurut Ajid Thohir, Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai
disertai dengan jiwa toleransi dan saling menghargai antara penyebar dan
pemeluk agama baru dengan penganut agama lama, yakni Hindu Budha. Ia
dibawa oleh pedagang-pedagang Arab dan Gujarat di India yang tertarik
dengan rempah-rempah. Kemudian membentuk koloni Islam yang ditandai
dengan kekayaan dan semangat dakwahnya.2

Lathifa juga menyatakan, ada tiga teori tentang bagaimana masuknya


Islam ke Indonesia. Pertama teori Gujarat, Asal negara yang
mempengaruhi masuknya agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat,
dengan alasan bahwa agama Islam disebarkan melalui jalan dagang antara
Indonesia Cambay (Gujarat) Timur Tengah-Eropa.

1
Hadji Muhammad Said, Mentjari Kepastian Tentang Daerah, Mula dan Tjara Masuknnya
Agama Islam ke Indonesia dalam Risalah Seminar: Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia (Medan:
Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia, 1963), h. 220
2
Musrifah Suanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), h. 10-11.
Kedua teori Makkah, teori ini dikemukakan oleh Hamka yang
disampaikan dalam pidatonya pada Dies Natalis Perguruan Tinggi Agama
Islam Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta, tahun 1958. Hamka menolak
pandangan yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke-13 dan berasal dari Gujarat. Beliau mengatakan bahwa Gujarat hanya
sebagai tempat singgah dan pusatnya tetaplah dari Mekah dan Mesir 214
sebagai tempat awal berkembangnya ajaran Islam.

Ketiga teori Persia. Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoesein


Djajadiningrat. Teori ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada
kebudayaan yang hidup dikalangan masyarakat Indonesia yang dirasakan
mempunyai persamaan dengan persia, teori Persia dianggap mempunyai
kesamaan mutlak dengan teori Gujarat.3

Tregonning dalam bukunya “World History For Malaya, from Earliest


time to 1551” berpendapat Saudara Arab dan India adalah dua bangsa yang
memegang peran penting dalam membawa Islam ke Indonesia tapi masih
belum terjawab, siapa yang memegang peranan utamanya? Dalam
pembahasannya lebih jauh Tregonning menunjukkan peranan Arab dalam
pelayaran dan perdagangan. Menurutnya lama sebelum Islam datang,
pedagang Arab telah menguasai perdagangan hampir di semua pelabuhan
India, dan dari pelabuhan India inilah pedagang Arab menguasai
perdagangan rempah-rempah dan membawa Islam ke Asia Tenggara.4

Ada teori lain selain teori yang telah disebutkan di atas, yakni teori Arab,
teori Cina dan Teori Turki. Teori Arab menyatakan bahwa Islam datang ke
Indonesia langsung dari Arab pada abad ke 7-8. Adapun teori Cina ini
menjelaskan bahwa Islam datang ke Indonesia melalui jalur perdagangan
pada abad 7-8 M dan tempat pertama yang didatangi adalah Sumatra. Dan
yang arus kita pahami adalah teori ini tidak membahas tentang awal
datangnya Islam ke Indonesia, melainkan tentang peran muslim Cina dalam

3
Ibid., h. 117-120
4
Hadji Muhammad Said, Mentjari Kepastian, h. 223.
menyumbangkan data informasi tentang adanya komunitas muslim di
Indonesia serta dan perannya dalam perkembangan Islam di abad ke 15/16
Masehi.5 Adapun teori Turki yang diajukan oleh Martin van Bruinessan
yang memang memiliki beberapa alasan, diantaranya:

a. Banyak ulama dari daerah Kurdi yang sanagt berperan dalam


melakukan dakwah Islam di Indonesia.
b. Banyak kitab karangan para ulama Kurdi yang menjadi rujukan dan
berpengaruh luas.
c. Adanyan pengaruh ulama yang bernama Ibrahim al-Kuarani, seorang
ulama Turki di Indonesia melalui tarekat Syattiriyyah.
d. Tradisi Barzanzi yang popular di Indoensiaberasal dari Turki.

Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat simpulkan bahwa bangsa


arablah yang pertama membawa islam masuk ke Indonesia, yang
diperjalanannya dari jauh hingga singgah ke pelabuhan India, dan lebih
spesifiknya dari Hijaz, sebagai centra land. Ini karena kita dapat melihat
bahwa Rasulullah SAW lahir, besar, menerima wahyu dan menunaikan
tugas kerasulannya di Hijaz.

B. Kerajaan-Kerajaan Islam Awal Di Indonesia


Sejarah bukan sekedar masalah kepastian yang dapat dibuktikan dengan
sumber-sumber yang jelas, melainkan juga masalah fairness atau kewajaran
yang didasarkan pada penafsiran terhadap sumber-sumber yang ada. Begitu
pula dengan penyebaran Islam ke berbagai daerah di Indonesia yang masih
mengandung berbagai perbedaan pendapat di kalangan para sejarawan.
Akan tetapi, yang jelas penyebaran Islam di Indonesia tidaklah berlangsung
secara bersamaan, mengingat karena cukup luasnya daerah yang ada di
Indonesia Para pedagang muslim yang berdagang telah sampai ke Indonesia
dari berbagai daerah di luar Indonesia, seperti Arab, Persia, India, dan
lainnya. Dari para pedagang inilah baru berkembang Islam di Indonesia

5
Fauziah Nasution. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Jurnal Dakwah
dan Perkembangan Sosial Kemanusiaan, 2020. 11 (1) (26-46). h. 32-36.
dengan berbagai jalur yang ada seperti perdagangan, perkawinan,
pendidikan, tasawuf, kesenian, dan politik.6
Sebelum Islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan- kerajaan
Hindu dan Budha. Di antaranya, ada kerajaan terbesar yang menguasai dan
mengendalikan pulau-pulau di Nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya di
sekitar Palembang Sumatera Selatan, dan Singasari, selanjutnya yaitu
Majapahit.7
Islam sebagai agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia
dan sebagai kekuatan politik yang menguasai struktur pemerintahan
sebelum datangnya Belanda dapat dilihat dari per- kembangan peradaban
Islam di berbagai wilayah di nusantara dan munculnya kerajaan-kerajaan
Islam di nusantara ini.8
Begitu pula halnya dengan kerajaan-kerajaan Islam berkembang di
Indonesia adalah sebagai suatu wujud keanekaragaman masyarakat yang
terhimpun dalam wadah kebersamaan. Ada beberapa kerajaan-kerajaan
Islam berdiri dan berkembang di Indonesia baik yang ada di luar Pulau Jawa
maupun di Pulau Jawa.
1. Kerajaan Perlak (840-1292)
Kerajaan Perlak adalah kerajaan Islam pertama di Nusantara.
Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-3 Hijriyah (abad ke-9 Masehi).9
Kedatangan Islam di kesultanan Perlak dapat dianalisis dari
beberapa teori mengenai masuknya Islam di Indonesia, yaitu teori
Gujarat, teori Arab, dan teori Persia. Dalam teori Gujarat dijelaskan
bahwa asal muasal datangnya Islam di Indonesia adalah melalui jalur
Gujarat India pada abad ke-13 dan ke-14 M. Teori ini biasanya banyak
digunakan oleh ahli-ahli dari Belanda. Salah seorang penganutnya

6
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 45-
46
7
Din Muhammad Zakariyah, Sejarah Peradaban Islam Prakenabian Hingga Islam Di
Indonesia, (Jawa Timur: Madani Media, 2018), h. 282
8
Ibid., h. 283
9
Drg. H. Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,
(Jakarta: Lentera, 1996), h. 9.
adalah W.F. Stutterheim dalam bukunya De Islam en Zijn Konst In de
Archipel, menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 M yang didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama dari
kerajaan Samudra Pasai, yaitu Al-Malik Al-Shalih pada tahun 1297 M.
Menurut W.F. Stutterheim, relief nisan tersebut bersifat Hinduistis yang
mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Atas
alasan inilah W.F. Stutterheim tidak berbeda dengan Snouck Hurgronje,
berasal dari Gujarat.10
Bila dilihat dari perspektif sejarah, kesultanan Perlak berdiri pada
tahun 840 M dan berakhir pada tahun 1292 M. Sebelum kesultanan
Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah berdiri negeri Perlak
yang raja dan rakyat- nya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He
La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan
pengikutnya. Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang dari
Timur Tengah menuju pantai Sumatra yang dipimpin oleh Nakhoda
Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk ber- dagang sekaligus
membawa sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa dan
menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad,
raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan
Budha), yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk
Islam.11
Adapun para raja Kerajaan Perlak adalah sebagai berikut.
a. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (840-864 M)
b. Sultan Alaiddin Maulana Abdur Rahim Syah (864-888 M)
c. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888-913 M)
d. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 Terjadi
Pergolakan (918-928)

10
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, h. 75-76.
11
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 48
e. Sultan Makhdum Alauddin Malik Abdul Kadir Syah Johan
Berdaulat (928-932 M)
f. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan
g. Berdaulat (932-956 M) Sultan Makhdum Abdul Malik Ibrahim Shah
Johan Berdaulat (956-983 M).12

2. Kerajaan Ternate (1257)


Pulau Ternate merupakan sebuah pulau gunung api seluas 40 km
persegi, terletak di Maluku Utara. Penduduknya berasal dari Halmahera
yang datang ke Ternate. Dalam sejarahnya, Ternate merupakan daerah
terkenal penghasil rempah-rempah. Oleh karena itu, banyak pedagang
asing dari India, Arab, Cina, dan Melayu yang datang untuk berdagang.
Sebagai wakil masyarakat yang berhubungan dengan para pedagang
tersebut adalah para kepala marga (momole).13
Dalam sejarah Indonesia, kesultanan Ternate merupakan salah sat di
antara kerajaan Islam tertua di Indonesia, dikenal juga dengan nam
kerajaan Gapi. Akan tetapi, nama Ternate jauh lebih populer dibanding
Gag Diperkirakan, Islam sudah lama masuk secara diam-diam ke
Ternate melal jalur perdagangan. Hal ini ditandai dengan banyaknya
pedagang Arab yang datang ke wilayah tersebut untuk berdagang, dan
bahkan ada yang bermukim.
Secara resmi, raja Ternate yang diketah memeluk Islam adalah
Kolano Marhum (1465-1486 M), raja Ternate ke-18 Sejak saat itu, Islam
dianut semua lapisan masyarakat, bahkan diserap ke dalam
kelembagaan kerajaan. Kesultanan Ternate dapat dipandang sebagai
kerajaan Islam pertama di bagian Timur Kepulauan Indonesia. Setelah
Kolano Marhum meninggal dunia, singgasana kerajaan digantikan oleh
anaknya bernama Zainal Abidin (1486-1500).14

12
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 332
13
Kesultanan Ternate
14
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 136
3. Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)
Kerajaan Islam Samudra Pasai adalah kerajaan kembar yang terletak
di pesisir Timur Laut Aceh. Kerajaan Samudra Pasai didirikan pada awal
atau pertengahan abad ke-13 M oleh Sultan Al-Malik Al-Shalih (1261-
1297 M). Kemunculan kerajaan Samudra Pasai adalah hasil dari proses
Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-
pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya.15 Bukti
berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M didukung adanya
nisan kuburan terbuat dari granit asal Samudra Pasal Dan nisan tersebut
dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan
Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun,
1297 M.
Pendiri kerajaan Samudra Pasai ialah Sultan Al-Malik Al-Shalih,
sekaligus sebagai raja pertama. Hal ini dapat diketahui melalui tradisi
Hikura Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas
beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya para
sarjana Belanda, seper Snouck Hurgronje, J.P Moquette, J.L. Moens, J.
Hushoff, G.P Rouffaer, H.K. Cowan, dan lain-lain.16 Selain itu, bukti-
bukti arkeologis keberadaan kerajaan ini adalah ditemukannya makam
raja-raja Pasai di Kampung Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak
di reruntuhan bangunan pusat kerajaan Samudra Pasai di desa
Beuringin, kecamatan Samudra sekitar 17 km sebelah timur
Lhokseumawe.
Adapun raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Samudra
Pasai sebagai berikut.
a. Sultan Malik Al-Zhahir (1297-1326 M).

15
Uka Tjandrasasmita (ed), Sejarah Nasional Indonesia 3, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984), h. 3.
16
Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi, "Proses Islamisasi dan Munculnya Kerajaan-
Kerajaan Islam di Aceh", dalam A. Hasjmy (ed), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia, h. 420.
b. Sultan Mahmud Malik Al-Zhahir (1326-1345 M).
c. Sultan Manshur Malik Al-Zhahir (1345-1346 M).
d. Sultan Ahmad Malik Al-Zhahir (1346-1383 M).
e. Sultan Zainal Abidin Malik Al-Zhahir (1383-1405 M).
f. Sultan Nahrasiyah (1405 M).
g. Sultan Abu Zaid Malik Al-Zhahir (1455 M).
h. Sultan Mahmud Malik Al-Zhahir (1455-1477 M).
i. Sultan Zainal Abidin (1477-1500 M).
j. Sultan Abdullah Malik Al-Zhahir (1500-1513 M).
k. Sultan Zainal Abidin (1513-1524 M).17

Kerajaan Samudra Pasai berakhir tahun 1524 M, ketika direbut oleh


kerajaan Aceh Darussalam dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat
Syah.

4. Kerajaan Gowa- Tallo (1300-1945)


Penyebaran Islam di Indonesia pada awalnya tidak bisa dilepaskan
dari aktivitas perdagangan. Demikian, halnya dengan kedatangan Islam
di Gowa. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh para pedagang
dimungkinkan karena di dalam ajaran Islam tidak dibedakan antara
tugas keagamaan seorang muslim, sebagai penyebar nilai-nilai
kebenaran, dan profesinya sebagai pedagang. Setiap muslim, apa pun
profesinya, dituntut untuk menyampaikan ajaran Islam ekalipun satu
ayat.
Sekalipun para pedagang muslim sudah berada di Sulawesi Selatan
sejak akhir abad ke-15 M, namun tidak diperoleh keterangan secara
pasti, baik dari sumber lokal maupun sumber dari luar. Tentang
terjadinya konversi ke dalam Islam oleh salah seorang raja setempat
pada masa itu bahwa yang terjadi pada agama Katolik. Agaknya, inilah
yang menjadi faktor pendorong para pedagang Melayu mengundang

17
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 332-333
tiga orang mubaligh dari Koto Tangah (Kota Tengah) Minangkabau18 ke
Makassar untuk mengislamkan elite kerajaan Gowa- Tallo. Inisiatif
untuk mendatangkan mubaligh khusus ke Makassar sudah ada sejak
Anakkodah Bonang (Nakhodah Bonang), Ia adalah seorang ulama dari
Minangkabau sekaligus pedagang yang berada di Gowa pada
pertengahan abad ke-15 M atau sekitar tahun 1525 M.
Keberhasilan penyebaran Islam terjadi setelah memasuki awal abad
ke-17 M dengan kehadiran tiga orang mubaligh yang bergelar datuk dari
Minangkabau.19
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Graaf dan Pigeaud bahwa
Datuk Bandang sebelum ke Makassar lebih dahulu belajar di Giri. Datuk
ri Bandang dan temannya yang lain, ketika tiba di Makassar, tidak
langsung melaksanak misinya, tetapi lebih dahulu menyusun strategi
dakwah. Mereka menanyaka kepada orang-orang Melayu yang sudah
lama bermukim di Makassar tentang yang paling dihormati. Setelah
mendapat penjelasan, mereka berangkat ke Luw untuk menemui Datuk
Luwu', La Patiware Daeng Parabu. Datuk Luwu' adalah raja yang paling
dihormati karena kerajaannya dianggap kerajaan tertua dan tempat asal
nenek moyang raja-raja Sulawesi Selatan. Kedatangan Datuk Telle
mendapat sambutan hangat dari Datuk Luwu', La Patiware Daeng
Parabu.
Penyebaran Islam yang dilakukan kerajaan Gowa-Tallo di seluruh
Sulawesi Selatan, bahkan sampai ke bagian timur Indonesia, telah
memberikan pengaruh dan perubahan terhadap kehidupan sosial-
masyarakat yang meliputi segala bidang; baik aspek politik,
pemerintahan, ekonomi maupun sosial-budaya. Tentu saja perubahan ini
mengarah pada Islamisasi segala aspek kehidupan tersebut. Karena

18
Andi Zainal Abidin, Sejarah Sulawesi Selatan, (Makassar: Hasanuddin University Press,
1999), h. 228-231.
19
Ahmad Sewang, "Empat Abad Islam di Sulawesi Selatan". Makalah Seminar
Internasional dan Festival Kebudayaan, Pusat Kajian Islam (Centre For Middle Eastern Studies)
Divisi Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora PKP Unhas dan Pemkot Makassar, 5-7 September 2007.
begitu kuatnya pengaruh Islam yang dikembangkan oleh para mubaligh
dengan dukungan para raja-raja yang telah memeluk Islam maka rakyat
kerajaan berbondong-bondong memeluk Islam tanpa dipaksa ataupun
diancam.20
Kondisi semacam ini dapat dilihat dari proses Islamisasi di Sulawesi
Selatan yang dimulai pada abad ke-17 M dapat mengubah sendi-sendi
Pangngadakkan (Makassar) atau Pangngaderreng (Bugis) yang
menyebabkan pranata-pranata kehidupan sosial-budaya orang Makassar
dan Bugis, Mandar, dan lain-lain memperoleh warna baru. Karena
syariah telah masuk pula menjadi salah satu dari sendi-sendi adat
istiadat mereka.

5. Kerajaan Malaka (1405-1511)


Secara geografis, letak kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu
berada di Semenanjung Malaya dengan ibukota di Malaka. Letak
tersebut berpengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan
pemerintahan, kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagang dan penyebaran Islam di
Asia Tenggara, ketika kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan.
Kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan
kebudayaan Islam di sekitar perairan Indonesia. Kerajaan Malaka
terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan
Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk
wilayah Majapahit.
Sejak kerajaan Malaka berkuasa, jalur perdagangan internasional
yang melalui Selat Malaka semakin ramai. Bersamaan dengan
melemahnya kekuatan pan ek dalam hal perdagangan. Tidak adanya
saingan di wilayah tersebut, mendorong Majapahit dan Samudra Pasai,
kerajaan Malaka tidak memiliki persaingan perdag kerajaan Malaka

20
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 147
membuat aturan-aturan bagi kapal yang sedang melintasi dan kehi bea
cukai untuk setiap barang yang datang dari wilayah barat (luar negeri)
sebesar berlabuh di Semenanjung Malaya. Aturan tersebut adalah
diberlakukan pajak 6% dan upeti untuk pedagang yang berasal dari
wilayah Timur (dalam negeri). dengan Tingkat keorganisasian
pelabuhan ditingkatkan dengan membuat peraturan tentang syarat-
syarat kapal yang berlabuh, kewajiban melaporkan nama jabatan.

6. Kerajaan Islam Cirebon (1430-1677)


Kesultanan Cirebon adalah sebuah kesultanan Islam ternama di
Jawa Barat pada abad ke-15 dan 16 M, dan sekaligus pangkalan penting
dalam jalur perdagangan dan pelayaran antarpulau. Lokasinya di pantai
utara Pulau Jawa ng merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan
Jawa Barat, membuatnya menjadi pelabuhan dan "jembatan" antara
kebudayaan Jawa dan Sunda hingga tercipta suatu kebudayaan yang
khas, yaitu kebudayaan Cirebon ng tidak didominasi kebudayaan Jawa
maupun kebudayaan Sunda.21
Berdasarkan keterangan Tomé Pires, sebenarnya Cirebon sudah
memiliki pedukuhan Islam pertama di Jawa Barat, berarti bisa dikatakan
bahwa Cirebon lah pintu gerbang masuknya Islam di Jawa Barat.22
Berikut raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Cirebon,
antara lain sebagai berikut:
1. Pangeran Cakrabuana/Sultan Cirebon I (1445-1479)
2. Sunan Gunung Jati/ Sultan Cirebon II (1479-1568)
3. Fatahillah/Sultan Cirebon III (1568-1570)
4. Panembahan Ratu I/Sultan Cirebon IV (1570-1649)
5. Panembahan Ratu II/Panembahan Giriliya/ Sultan Cirebon V (1649-
1677)

21
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 173
22
Jakiyatul Miskiya, "Proses Islamisasi di Cirebon Tahun 1479-1568", skripsi,
(Yogyakarta: UNY, 2002), h. 1
Sesuai dengan teori siklus Ibnu Khaldun, ternyata kesultanan Cirebon
pun mengalami masa kemundurannya. Berdasarkan keterangan
Siddique, kesultanan Cirebon telah mengalami kemerosotan karena
pihak asing, sejak tahun 1681- 1940. Beberapa perjanjian dengan VOC
telah mendukung adanya kemunduran itu, antara lain, 7 Januari 1681,
isinya bahwa ekonomi-perdagangan dimonopol VOC, seperti pakaian
dan opium; dan pada 8 September 1688 yang ditanda- tangani Sultan
Sepuh I, Sultan Anom, dan Pangeran Tohpati tentang pengakuan dan
pembagian cacah. Dampak internalnya, timbul perpecahan dalam
kesultanan Cirebon.

7. Kerajaan Demak (1478-1554)


Sebagaimana telah disebutkan dalam bab terdahulu, perkem- bangan
Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi Raja
Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada penguasa- penguasa Islam
di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasa- an yang
independen.23
Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di
pantai utara Jawa (pesisir). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya
merupakan kadipaten dari kerajaan Majapahit, kemudian muncul
sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran Majapahit.24
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di Pulau
Jawa dan Indonesia pada umumnya. Walaupun demikian, tidak berumur
panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan
kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan
Demak beralih ke kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.
Salah satu peninggalan bersejarah kerajaan Demak ialah Masjid Agung
Demak, yang menurut cerita tutur didirikan oleh Walisongo.

23
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 210
24
M.C. Ricklefs, A History of Modem Indonesia Since c. 1200, (Stanford University Press,
2002)
Adapun para Sultan Kerajaan Demak adalah:
a. Raden Fatah (Sultan Fatah) (1478-1518 M)
b. Adipati Yunus (1518-1521 M)
c. Sultan Trenggono (1521-1546 M)
d. Sunan Prawoto (1546-1546 M)

8. Kerajaan Islam Banten (1526-1813)


Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang
merupakan bagian dari kerajaan Sunda. Sebagai bandar dagang di
pesisir utara Jawa bagian barat, Banten diperkirakan muncul pada masa
kerajaan Sunda. Dalam buku kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho
yang ditulis oleh Ma Huan yang terbit pada tahun 1416, dalam Ying-Yai
Sheng-Lan (Catatan Umum Pantai-Pantai Samudra) bahwa Banten
disebut dengan nama Shun-t'a (Sunda). Demikian pula halnya dalam
berbagai sumber Cina yang dihimpun oleh Groeneveldt, salah satu
daerah di Indonesia yang mereka kenal pada masa dinasti Ming adalah
Sun-la, yang dianggap lafal Cina untuk Sunda.25
Sementara itu, dalam sumber asing lainnya, nama Banten dalam
catatan Tires (1512-1515) menyebut "Bantam sebagai salah sato
pelabolan pening keja Sunda, di samping "Pomdam" (Pontand),
"Chegade" (Cigede), "Tram (Tangerang), "Calapa" (Sunda Kelapa), dan
"Chemano" (Cimanuk).26 Sebagaimana diungkapkan Tomé Pires dalam
Suma Oriental-nya seben berikut.
The kingdom of Sunda has its ports. The first is the port of Bantam.
Junks anchor in this port. It is (a) trading (port). There is a good city on
the river. The y has a captain, a very important person. This port trades
with the Maldive almds and with the islands of Sumatra on the Panchur

25
Supratikno Rahardjo dkk., Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan,
(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2011), h. 32.
26
Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), h. 206.
side. This port is almost the most important of all; a river empties there
by the sea. It has a great deal of nice and foodstuffs and pepper. 27
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu itu Banten
me- rupakan bagian dari wilayah kerajaan Sunda yang Hinduistis dan
berupa kota pelabuhan yang letaknya di ujung barat sehingga
merupakan kota pelabuhan pertama yang dikunjungi Tomé Pires dalam
perjalanannya menyusuri pesisir atara Pulau Jawa. Kota pelabuhan ini
terletak di tepi sungai. Kotanya sendiri rupanya ditata secara teratur dan
rapi sehingga dinilainya sebagai kota yang baik (a good city).28
Masuknya pedagang-pedagang asing, terutama para pedagang
muslim ke wilayah Banten telah mengakibatkan perubahan dalam
pemerintahan. Diperkirakan masuknya agama Islam di Banten sejak
abad ke-7 M. Akan tetapi, perkembangan Islam di Banten sebagai
lembaga politik, baru dimulai sejak abad ke-15 M dengan berdirinya
kesultanan Banten. Pedagang-pedagang muslim yang masuk ke wilayah
Banten tidak hanya melakukan aktivitas perdagangan, tetapi i mereka
juga menyebarkan agama Islam atau yang disebut dengan dakwah.

9. Kerajaan Pajang (1568-1586)


Kerajaan Pajang adalah kerajaan Islam yang ada di Pulau Jawa.
Meskipun pemerintahannya tidak begitu lama, tetapi kerajaan Pajang
pernah berkuasa. Kerajaan Pajang mestinya muncul sebelum runtuhnya
kerajaan Majapahit. Karena Majapahit masih berkuasa maka kerajaan
Pajang belum begitu di- perhatikan. Pada abad ke-14 M, Pajang sudah
disebut dalam kitab Negara- kertagama karena dikunjungi oleh Hayam
Wuruk dalam perjalanannya me- meriksa bagian barat. Antara abad ke-
11 dan 14 M di Jawa Tengah Selatan tidak ada kerajaan, tetapi Majapahit
masih berkuasa sampai ke sana.

27
Armando Cortesão, The Suma Oriental of Tomé Pires, h. 170.
28
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta: Amzah, 2019), h.
183.
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris
kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura
sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah
pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasan dan
kebesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram.
Sultan atau raja pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang
berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh Raja Demak
ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di
Pajang, setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya.
Kediaman penguasa Pajang itu, menurut Babad dibangun dengan
mencontoh kraton Demak.
Pada tahun 1546, Sultan Demak meninggal dunia. Setelah itu
muncul kekacauan di ibu kota. Konon, Jaka Tingkir yang tela menjadi
penguasa Pajang itu dengan segera mengambil alih kekuasaan pewaris
tahta kesultanan, susuhunan Prawoto, dibunuh oleh keme- nakannya,
Aria Penangsang yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang
(Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, ia memerintahkan agar semua benda pusaka Demak
dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh
di pulau Jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya. Pada masanya sejarah Islam
di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik pindah dari pesisir
(Demak) ke pedalaman. Peralihan pusat politik itu membawa akibat
yang sangat besar dalam perkembang- an peradaban Islam di Jawa.29
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusastraan dan nini
kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat Jalilaun
dikenal di pedalaman Jawa, Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir
menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman. Sultan Pajang meninggal
dunia tahun 1587 dan dimakamkan Dich B di Butuh, suatu daerah di

29
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers,
2016), h. 212-213
sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunya,
Aria Pangiri, anak susuhunan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu, Aria
Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di kraton Pajang,
Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari
Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa,
dijadikan penguasa di Jipang.

10. Kerajaan Mataram Islam (1588-1680)


Kerajaan Islam Mataram didirikan oleh Panembahan Senopati.
Setelah permohonan Senopati Mataram atas penguasa Pajang berupa
pusaka kerajaan dikabulkan, keinginannya untuk menjadi raja
sebenarnya telah terpenuhi. Sebab dalam tradisi Jawa, penyerahan
seperti itu berarti penyerahan kekuasaan. Senopati berkuasa sampai
tahun 1601 M. Sepeninggalnya, ia digantikan oleh putranya yang
bernama Mas Jolang yang terkenal dengan Sultan Seda Ing Krapyak
yang meme- rintah sampai tahun 1613 M. Sultan Seda ing Krapyak
kemudian digantikan oleh Sultan Agung yang bergelar Sultan Agung
Hanyokrokusuma Sayidin Panataagama Khalifatullah ing Tanah Jawi
(1613-1646 M).30
Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak bersenjata
antara Kerajaan Mataram Islam dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun
1646 M, Sultan Agung digantikan oleh putranya, yaitu Amangkurat I.
Pada masanya terjadi perang saudara dengan Pangeran Alit yang
mendapat dukungan dari para ulama. Akibatnya antara pendukungnya
dibantai pada tahun 1647 M. Pemberontakan itu kemudian diteruskan
oleh Raden Kajoran 1677 dan 1678 M. Pemberontakan-pemberontakan
seperti itulah yang meruntuhkan kerajaan Islam Mataram.31
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret (1647), tidak
jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan,

30
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2018), h. 337.
31
Ibid,. h. 338
melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang Dipertuan . Ia wafat
di Tegalarum (1677) sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Kekacauan
politik dimulai pada Amangkurat II sampai Pakubuwana II dan baru
dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian
wilayah Mataram menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755. Berakhirlah era
Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah .
PENUTUP

Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang
Muslim dari Arab, India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan
penuh dengan ramah tamah menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik
pada orang-orang Muslim terlebih agama yang mereka anut. Begitu banyak pula
para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi akhlak mereka sehingga
pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang menjadi faktor utama
berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya hingga zaman
imperialisme barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak hanya
diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama
berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi pun umat
Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat Muslim di
Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Masruraini, Bahaking Rama, Muhammad Rusydi Rasyid. 2022. Perkembangan


Pendidikan Islam Pada Masa Awal Hingga Lahirnya Kerajaan Islam Di
Aceh: Lembaga Dan Tokohnya. Jurnal Ilmu Pendidikan dan Kearifan Lokal
(JIPKL), 2 (4), 210

Nasution, Fauziah. 2020. Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia.


Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan, 11 (1): 26

Pulungan Suyuthi. 2019. Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia. Jakarta: Amzah.

Yakub, M. 2013. Perkembangan Islam Indonesia. Jurnal Studi Agama dan


Pemikiran Islam, 7 (1): 135

Yatim, Badri. 2016. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
Rajawali Pers.

Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Peradaban Islam Prakenabian Hingga


Islam Di Indonesia. Jawa Timur: Madani Media.

Anda mungkin juga menyukai