Anda di halaman 1dari 12

GELOMBANG ISLAMISASI DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : M.A Hermawan H.S.I

Kelompok 3 :

1. Indana Zulfa Muntafi’ah (224110402302)


2. Nila Fi Afiz Ziha (224110402310)
3. Ratna Eka Septiana (224110402316)
4. Wahyu Bambang (224110402328)
Purnama

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2023
1. Latar Belakang

Subjek tentang asal usul,kedatangan,dan penyebaran Islam pada masa awal di


Indonesia dan Nusantara (Asia Tenggara secara keseluruhan) merupakan pembahasan
klasik yang terus berlanjut sampai sekarang. Terlepas dari perdebatan yang terus
berlangsung itu, satu argumen penting bahwa proses islamisasi di Indonesia mesti dilihat
dari perspektif global dan lokal sekaligus. Dari perspektif global,islamisasi di Indonesia
harus dipahami sebagai bagian yang tak terpisahkan dari dinamika dan perubahan yang
terjadi dalam dunia Islam secara global,dan bahkan di Eropa..
Namun pada saat yang sama, proses Islamisasi dan intensifikasi pembentukan identitas
dan tradisi Islam di Nusantara mestilah memperhitungkan historiografi lokal .Dengan
adanya perspektif global dan lokal,kita akan dapat memiliki pemahaman yang lebih
akurat tentang Islamisasi dan pembentukan identitas Islam di Indonesia.1
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini memaksa Islam sebagai
pendatang,untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan
penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinnya dalam pengakuan
dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watak Islam yang pluralistis yang dimiliki
semenjal awal kelahirannya.2
Secara umum ada dua pendapat mengenai kapan masuknya Islam ke Nusantara, tetapi
sebelumnya harus dipahami pengertian tiga istilah yang dikemukan oleh sejarawan
Indonesia Taufik Abdullah yaitu “Islam datang”, “Islam berkembang” dan “Islam
Menjadi Kekuatan politik”. Hal ini disebabkan kalau tidak dipahami secara cermat akan
menimbulkan kerancuan dalam memahami Islam masuk ke Nusantara. Pemahaman
istilah yang pertama bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah (abad ke
7 atau 8 M). pendapat ini dianut oleh sebagian besar sejarawan muslim Indonesia dan
Malaysia antara lain S.Q. Fattimi; A. Hasyimi; Hamka; Sayyid Mohammad Naquib Al-
Attas dan sejarawan yang ikut hadir dan mendukung diseminar “Islam Masuk dan
Berkembang di Nusantara” baik ketika dilaksanakan di Medan maupun di Aceh. Dan juga
mendapat dukungan dari beberapa sejarawan dari Barat yaiu Van Leur dan T.W
menghubungkan Teluk Parsi, India, dan Argumentasi yang dikemukakan oleh pendapat

1
Azra Azyumardi,”Islam Nusantara;Jaringan Global dan Lokal,”Cet.1(Bandung:Penerbit Mizan,2002)
2
Ahmad Sugiri,”Proses Islamisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di Indonesia”,dalam AL-Qalam,Majalah
Ilmiah Bidang Keagamaan dan kemasyarakatan,No.59/XI/1996,(Serang:IAIN SGD,1996)hlm 43
yang pertama adalah sejak abad ke 4 M telah ada jalur transportasi yang daratan Cina. Di
daratan Cina ini ada catatan tentang kedatangan orang Islam pertama pada awal
pemerintahan Dinasti Tang (618-907 M), yaitu orang Persia (615 M); utusan yang datang
kedua adalah terjadi pada tahun 655 M kemudian terdapat pula utusann ketiga orang
Persia pada tahun 681M. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah dikirim 17 utusan
diplomatic kepada pemerintahan Cina yaitu antara tahun 661-751 M. Dari hubungan ini
terbentuklah beberapa pemukiman masyarakat muslim di pesisir pantai di Cina dan waktu
itu sudah ada orang Cina yang memeluk Islam.3
2. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia
Awal sejarah Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia tampak sangat problematis dan
rumit. Banyak masalah yang muncul mulai dari asal usul dan juga perkembangan awal
Islam di kawasan ini. Masalah itu tidak hanya karena perbedaan tentang apa yang
dimaksud dengan Islam,tetapi yang lebih pentimg adalah sedikit data yang
memungkinkan kita merekonstruksi suatu sejarah yang dapat dipercaya
(reliable).Terdapat banyak ketidaksepakatan antara para sarjana dengan peneliti mengenai
makna “Islam” yang sesungguhnya,maka sebagai konsekuensinya juga tidak ada
kesepakatan tentang penetrasinya ke Nusantara.
Masalah itu kian muncul semakin rumit karena kerangka acuan tertentu digunakan
secara sadar ataupun tidak sadar,terutama oleh para sarjana dan peneliti Barat terhadap
kajian Islam di Kepulauan Melayu-Indonesia. Roff menegaskan bahwa ada keinginan
besar di kalangan pengkaji Barat semenjak masa penjajahan sampai saat ini4
Terjadi perbedaan pendapat para sejarawan untuk menjawab tentang siapa yang
pertama kali membawa Islam ke Indonesia,apakah orang Arab atau orang India? Menurut
Snouck Horgounje, orang India lah yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia
menjelang akhir abad ke-13 Masehi. Pendapat ini sekaligus menjawab dari daerah mana
Islam berasal. Pendapat ini didukung oleh Van Bonkel seorang Profesor asal Belanda
dengan menunjukkan adanya pengaruh bahasa Tamil dalam bahasa Indonesia yaitu
adanya istilah “lebai” yang berasal dari “labbai” atau “lappai” yang artinya pedagang
dalam bahasa Tamil.5
3
Abdul Aziz Thabba, op.cit, hlm. 115
4
Taufik Abdullah, Sejarah Dan Masyarakat : Lintasan Historis Islam di Indonesia, ( Jakarta :: Yayasan Obor
Indonesia, 1994), hlm. 1
5
Hadji Muhammad Said,Mentjari Kepastian Tentang Daerah,Mula dan Tjara Masuknja Agama Islam ke
Indonesia dalam Risalah Seminar:Sedjarah Masuknja Islam ke Indonesia (Medan:Panitia Seminar Sedjarah
Masuknja Islam ke Indonesia,1963),p.220.
Meski sama-sama mendukung pendapat Snouck Horgrounje, O’Sullivan tidak
sepakat bahwa adanya istilah bahasa Tamil dalam bahasa Melayu menjadi alasan bahwa
orang Indialah yang membawa Islam ke Indonesia.Pendapat tentang orang Indialah yang
pertama kali membawa Islam ke Indonesia juga di dukung oleh G.E Marrison, namun
menurutnya bukan dari Gujarat melainkan dari India Selatan, pantai Koromandel.
Menurutnya keberadaan batu-batu nisan dari Gujarat tidak berarti Islam dari Gujarat.
Diantara alasan Marrison adalah:
a. Jika diyakini Islam berasal dari Gujarat maka bagaimana dengan fakta bahwa Islam
sudah berada di Indonesia sebelum Malikul Saleh mangkat yaitu tahun 1297. Bilapun
ada kemungkinan Islam telah berada di Gujarat 1297 bagaimana pula dengan temuan
Marcopolo yang menyebutkan bahwa penduduk Cambay di tahun 1298 masih kafir.6
b. Catatan Ibn Batutah tentang indahnya bangunan masjid yang dibangun saudagar-
saudagar pendatang di Cambay pada tahun 1325 Masehi.
c. Adanya jalur dagang di zaman lampau, saudagar-saudagar Arab telah giat lalu-
lalang di perairan Arab dan Indonesia dengan persinggahan di Srilangka. Oleh
karenanya Islam sampai ke India bersamaan dengan kedatangan saudara Arab ke
India.
d. Temuan Ibn Batutah bahwa Indonesia, Asia Selatan, Asia Tenggara dan India
Utara penganut Mazhab Syafi’i, sedangkan orang Gujarat adalah Sunni atau
Syi’ah.7
Sedangkan Husayn Nainar, sarjana India yang berpendapat bahwa orang-orang
Indialah pembawa Islam pertama ke Indonesia didasarkan pada pandangannya bahwa
adanya pengaruh India yang sudah meluas dan tertanam di Indonesia. Berbeda dengan
Snock menurutnya Islam sudah sampai ke Indonesia pada abad pertama Nabi dan bahkan
mungkin ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup.8

3. Pola Penyebaran Islam di Indonesia

Islam, dikenal sebagai suatu agama mayoritas dianut penduduk di Indonesia, memiliki
beragam pola-pola penyebarannya, di antaranya lewat jalur-jalur sebagai berikut:

6
Ibid.,p.,222.
7
Fauziah Nasution,kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia,Vol.11,(Mawaizh;Jurnal Dakwah dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan,2020)28-29
8
Hadji Muhammad Said,Mentjari Kepastian,.p.221.
1. Perdagangan.
Proses penyebaran Islam di Nusantara pertama kali melalui saluran perdagangan.
Pada abad ke-7 hingga abad ke-16 M, kaum saudagar muslim dari berbagai belahan
dunia seperti Arab, Persia (Iran), India, bahkan Cina, singgah di berbagai pelabuhan
di Nusantara untuk melakukan transaksi perdagangan. Relasi niaga ini kemudian
memunculkan interaksi antara para pedagang asing yang beragama Islam itu dengan
orang-orang Nusantara di berbagai tempat yang disinggahi. Tidak sedikit para
saudagar muslim itu yang menetap di daerah-daerah pesisir di Nusantara. Lambat-
laun, tempat yang mereka tinggali berkembang menjadi perkampungan muslim.
Interaksi yang sering muncul saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya.
Pengaruh ini membuat pergeseran dalam sistem kehidupan bermasyarakat di
Nusantara, termasuk dalam hal kepercayaan.

2. Perkawinan.

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap yang pertama. Para pedagang lama
kelamaan mulai menetap, baik untuk sementara maupun permanen. Lambat laun para
pedagang ini membentuk perkampungan- perkampungan yang dikenal dengan nama
Pekojan. Pada tahap selanjutnya para pedagang ini ada yang mulai membentuk
keluarga dengan cara menikahi para penduduk lokal, misalnya antara Raden Rahmat
(Sunan Ampel) dengan Nyai Manila. Namun proses ini tidak begitu mudah,
mengingat perkawinan dengan orang penganut berhala dianggap kurang sah, karena
itu wanita tersebut harus masuk Islam terlebih dahulu.

Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana, karena tidak memerlukan upacara.
Cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat. Adanya proses ini menyebabkan
penyebaran agama Islam berjalan lancar karena keluarga hasil perkawinan akan
membentuk keluarga muslim. Selain itu, tidak mustahil dari pihak keluarga kedua
mempelai timbul ketertarikkan untuk masuk agama Islam. Dalam beberapa babad
diceritakan adanya proses ini, misalnya Maulana Ishak menikahi Putri Blambangan
dan melahirkan Sunan Giri. Dalam Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara
Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati, Babad Tuban menceritakan tentang
perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh
Ngabdurahman.

3. Pendidikan
Kaum wali, ulama, ustadz, syekh, guru agama, tokoh masyarakat, hingga para
pemimpin muslim memiliki peran besar dalam persebaran Islam di Nusantara.
Mereka menyebarkan islam dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai
tempat untuk memperdalam ajaran Islam. Murid atau santri yang telah mempelajari
ilmu agama dan kemudian keluar dari pesantren untuk menyebarluaskan ajaran Islam
di tempat-tempat lain, atau mendirikan pesantren sendiri sehingga semakin
memperluas proses Islamisasi di Indonesia

4. Tasawuf.

Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT. dan
memperoleh ridha-Nya. Saluran tasawuf termasuk yang berperan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena sifat tasawuf yang
memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan dengan alam
pikiran masyarakatnya. Bukti-bukti mengenai hal ini dapat kita ketahui dari Sejarah
Banten, Babad, Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-raja Pasai. Tasawuf masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M dan mazhab yang paling berpengaruh adalah Mazhab
Syafi’i

5. Politik

Pengaruh Raja dalam persebaran Islam di Nusantara sangat besar. Jika seorang
raja sudah memeluk agama Islam, maka warga istana dan rakyat di wilayah kerajaan
itu akan berbondong-bondong turut masuk Islam. Salah satu contohnya adalah
Kesultanan Demak. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, adalah pangeran dari
Majapahit. Raden Patah berguru kepada Wali Songo dan kemudian masuk Islam
hingga akhirnya mendirikan Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di
Jawa. Berdirinya Kesultanan Demak dengan Raden Patah sebagai rajanya yang telah
masuk Islam kemudian berbondong-bondong diikuti oleh sebagian besar rakyatnya.
Kehadiran Kesultanan Demak pada akhirnya meruntuhkan Kerajaan Majapahit dan
semakin banyak orang yang memeluk Islam.9

6. Seni dan Budaya

9
Binarto,”Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia”,Jurnal Pendidikan,Vol. 1No 2 (2018)
Islamisasi melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara
seperti, seni bangunan, seni pahat, atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang
paling terkenal adalah pertunjukkan wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan
salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana wayang.
Sementara untuk musik, banyak dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang
yang paling populer adalah Tombo Ati, hingga hari ini masih dinyanyikan orang.

4. Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Masa Orde Baru ( ORBA) polemik tentang periode masuknya Islam ke


Indonesia menghangat antara sejarawan Islam dengan “Sejarawan Istana” Back Up
Ideologis kaum abangan dengan rezim ORBA yang dinilai memusuhi Islam hingga
tahun 1980-an dengan mereduksi peran Islam dalam sejarah Indonesia. Sikap ini
diukur dari upaya memlihara imajinasi kebesaran Hindu dengan propaganda kuno
bahwa perkembangan Islam abad sebelumnya disatukan oleh Sumpah Palapa. Konsep
yang digadang-gadang adalah masuknya Islam pada abad ke-13 dan menafikan
perkembangan Islam abad-abad sebelumnya.

Gerakan Budi Utomo dikukuhkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, setiap


tanggal 20 Mei. Padahal data sejarah menunjukkan bahwa hingga kongres di Solo
tahun 1931 organisasi ini membatasi keanggotaanya hanya pada kalangan aristokrat
jawa dan menolak cita-cita persatuan Indonesia dan tetap mempertahankan jawanisme
hingga akhirnya membubarkan diri karena tidak sesuai dengan semangat zaman. Pada
tanggal 17-24 Juni 1916 dalam kongres pertamanya di Bandung,telah
memasyarakatkan istilah “nasional” dan mempelopori tuntutan Indonesia merdeka. 10
Perseteruan ini membuat para sejarawan menyerukan “pelurusan sejarah” yang telah
banyak dibelokkan.Pembahasan tentang awal Islam datang ke Indonesia, sebenarnya
telah selesai pada tahun 1963 dengan diselenggarakannya “Seminar Nasional
Masuknya Islam ke Indonesia”, dengan koordinator Mukti Ali dan dihadiri para ahli
sejarah

Pembahasan tentang beberapa aspek yang berkaitan dengan kedatangan Islamdi


Indonesia telah “melahirkan” beberapa teori yaitu:

a. Teori Arab

10
Ibid,.pp.2-3.
Teori ini didukung oleh Krawfurl, Keijzer, Nieman, de Hollender, J. C. Van
Leur,Thomas W. Arnold, al-Attas, HAMKA, Djajadiningrat, Mukti Ali dan tokoh yang
paling gigih mempertahankan teori ini adalah Naquib al-Attas.11 Teori ini menyatakan
bahwa Islam datang ke Indonesia langsung dari Arab pada abad ke 7-8 Masehi.
HAMKA secara tegas menyatakan Islam datang ke Indonesia pada tahun 674 Masehi.
dibawa oleh pedagangpedagang Arab. Juneid Parinduri menyatakan daerah Barus
Tapanuli (Barus-Sibolga kab. TAPTENG). Ini dibuktikan dengan adanya makam yang
bertulis HaMim yang diartikan tahun 670 Masehi.12

Teori ini mendapat perhatian dan pembenaran dalam seminar-seminar sejarah


masuknya Agama Islam ke Indonesia (1963); sejarah Islam di Minangkabau (1969);
sejarah Islam Riau (1975); sejarah masuknya Islam ke Kalimantan (1976), dan
dibicarakan pula pada seminar pendahuluan sejarah Islam di Indonesia. Teori ini
menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, dibawa oleh pedagang-pedagang
Arab pada abad pertama hijriah. Teori yang menyatakan bahwa Barus adalah daerah
pertama yang disinggahi pedagang-pedagang muslim Arab ini dibuktikan dengan
penemuan arkeolog akan sumber-sumber epigrafi yang berbentuk batu nisan. Dari
sekian banyak batu nisan hanya 38 buah yang mempunyai tulisan. 36 buah tersebar di
Kompleks Makam Ibrahim, Kompleks Makam Ambar, Kompleks Makam Maqdum,
Kompleks Makam Mahligai dan makam Papan Tinggi sedangkan dua lagi ada di
museum Medan.13

b. Teori Gujarat India


Para sarjana dari Belanda memegang teori bahwa asal muasal Islam di nusantara
adalah anak benua India, Gujarat dan Malabar. Teori ini dikemukan oleh Pojnappel,
menurutnya orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di
India yang kemudian membawa Islam ke nusantara. Teori ini kemudian dikembangan
oleh Snouck Hurgronje, menurutnya ulama-ulama Gujaratlah penyebar Islam pertama
di Nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab. Meski tidak menyebutkan
secara eksplisit daerah mana yang pertama kali didatangi Islam tapi menurutnya abad

11
Moeflih Hasbullah,Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung:
Ciptapustaka Media, 2018), p. 12.
12
Ibid.,pp.4-5
13
Guillot,Claude,Barus Seribu Tahun Yang Lalu,cetakan,ke-2(Jakarta:Gramedia,2017)p.297
ke-12 adalah periode paling mungkin permulaan penyebaran Islam di nusantara. Alasan
Snouck menyebutkan teori ini adalah:
1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam ke Indonesia;
2) Hubungan dagang India-Indonesia telah lama terjalin
3) Inkripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera menunjukkan hubungan
antara Sumatera dan Gujarat.14
Pendapat Snouck ini didukung oleh Moqutte yang menyimpulkan tempat asal Islam
adalah Gujarat. Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatannya akan batu nisan di
Pasai, dan di Gresik Jawa Timur yang sama bentuknya dengan batu nisan di Cambay
Gujarat. Pendapat Moquette ini didukung oleh Kern, Winstedt, Bosquet,
Vlekke,Gonda,Schrieke dan Hall. Sementara Pijnapel mengemukakan tiga argumen
untuk teori ini;
1) Alasan Mazhab fiqh.
Menurutnya dua wilayah India; Gujarat dan Malabar adalah yang pertama
kali menganut Mazhab Syafi’iyah sebelum dibawa dan berkembang di Asia
Tenggara.
2) Alasan politik
Dengan keruntuhan kekuasaan Baghdad, banyak para Sufi yang kemudian
melakukan perjalanan ke wilayah Asia Tenggara melalui India.
3) Alasan arkeologi
Berupa batu nisan yang ditemukan memiliki kesamaan dengan batu nisan
dari India.

c) Teori Benggali (Bangladesh)


Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori ini mengatakanbahwa Islam yang
datang ke Nusantara berasal dari Benggali.Teori ini didasarkan tokoh-tokoh terkemuka
di Pasai adalahorang-orang keturunan dari Benggali. Selain itu, ia
jugamengemukakan bahwa batu nisan Malik al-Saleh memilikibanyak persamaan
dengan batu nisan di Benggali.

d) Teori Persia

14
Thomas W.Arnold,”The Preaching of Islam,edisi Indonesia Sejarah Dakwah Islam”,terj.A. Nawawi Rambe
(Jakarta;Widjaya,1982)p.319
Pendukung Teori Persia ini adalah P.A. Husein Jayadiningratdan M. Dahlan
Mansur. Menurut teori Persia, Islam masuk keIndonesia dibawa oleh orang-orang
Persia. Dasar dari teori Persia ini adanya perkumpulan orang-orang Persia di Acehsejak
abad ke-15. Pada saat itu pemakaian gelar Syah yang biasa digunakan di Persia, juga
pernah digunakan raja-raja.Selain itu, terdapat persamaan budaya antara
masyarakatIndonesia dengan Persia. Contohnya, peringatan hari Asyurapada tanggal
10 Muharram atas wafatnya cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husen.

e). Teori Pantai Coromandel (India)

Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Morrison. Menurut teori ini,
Islam datang ke Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Dasar teori
ini ketidakmungkinan Gujarat menjadi sumber penyebar Islam ketika itu. Alasannya,
Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara wilayah
Timur Tengah dengan wilayah Nusantara.15

PENUTUP

A. Kesimpulan

15
Rosita Baiti,Abdur Razaq,”Teori Dan Proses Islamisasi di Indonesia”,Jurnal Pendidikan,Vol 15 No 2
(Desember,2014)
Perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu :
Singgahnya pedagang-pedagang islam di Pelabuhan-pelabuhan Nusantara,
Sumbernya adalah berita luar negeri terutama Cina, Adanya komunitaskomunitras
Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita
asing juga makammakam Islam dan Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam.
Sedangkan proses masuknya islam di indonesia berkembang ada enam yaitu:
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik dan di tambah
dengan saluran dakwah menurut referensi lain. Dari saluran di ataslah Islam bisa
menjangkau hampir ke seluruh pelosok Indonesia yang salah satu pengaruhnya diakui
sebagai kebudayaan Indonesia sampai sekarang seperti pengaruh bahasa, nama, adat-
istiadat dan pengaruh kesenian. Sebab itu, masuknya Islam di nusantara tidak
merusak tatanan kebudayaan melainkan mengakomodir yang direkonstruksi
formulasinya dalam ajaran Islam. Teori tentang masuknya Islam ke Indonesia ada
6,yaitu: (1) Teori Arab,(2) Teori Gujarat India, (3)Teori Benggali, (4) Teori Persia,
(5)Teori Pantai coromandel

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi,”Islam Nusantara,Jaringan,Global,dan Lokal “Cet 1


(Bandung:,Penerbit Mizan,2002)
Sugiri,Ahmad ,”Proses Islamisasi dan Percaturan Politik Umat Islam di
Indonesia”,dalam AL-Qalam,Majalah Ilmiah Bidang Keagamaan dan
kemasyarakatan,No.59/XI/1996,(Serang:IAIN SGD,1996)
Abdullah Taufik , Sejarah Dan Masyarakat : Lintasan Historis Islam di Indonesia,
( Jakarta :: Yayasan Obor Indonesia, 1994)
Hadji Muhammad Said,Mentjari Kepastian Tentang Daerah,Mula dan Tjara
Masuknja Agama Islam ke Indonesia dalam Risalah Seminar:Sedjarah
Masuknja Islam ke Indonesia (Medan:Panitia Seminar Sedjarah Masuknja Islam
ke Indonesia,1963)
Nasution Fauziah,”Kedatangan dan Perkembangan Islam di Indonesia”,Vol.11
(Mawardi:Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan,2020)
Binarto,”Teori dan Proses Islamisasi di Indonesia”,Jurnal Pendidikan,Vol. 1No 2
(2018)
Hasbullah Moeflih ,Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia (Bandung: Cipta Pustaka Media, 2018).
Claude,Guillot,Barus Seribu Tahun Yang Lalu, cet ke 2(Jakarta:Gramedia,2017)
Arnold Thomas ,”The Preaching of Islam,edisi Indonesia Sejarah Dakwah
Islam”,terj.A. Nawawi Rambe (Jakarta;Widjaya,1982)
Baiti , Razaq,”Teori Dan Proses Islamisasi di Indonesia”,Jurnal Pendidikan,Vol 15
No 2 (Desember,2014)

Anda mungkin juga menyukai