Anda di halaman 1dari 11

MUQADDIMAH Dalam kajian ilmu sejarah, tentang masuknya Islam di Indonesia masih debatable.

Oleh karena itu perlu ada penjelasan lenih dahulu tentang penegrtian masuk, antara lain: 1. Dalam arti sentuhan (ada hubungan dan ada pemukiman Muslim). 2. Dalam arti sudah berkembang adanya komunitas masyarakat Islam. 3. Dalam arti sudah berdiri Islamic State (Negara/kerajaan Islam). Selain itu juga masing-masing pendapat penggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari sumber barat, dan timur. Disamping jiga berkembang dari sudut pandang Eropa Sentrisme dan Indonesia Sentrisme. Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia. 1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7: 1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al masudi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera. 2. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China. 3. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M. 4. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M. 5. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya. 6. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia. 7. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti Tang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim). 8. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M). 1. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11: 1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riqah yang berangka tahun (dimasehikan 1082) 2. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13: 1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.

2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M. 3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13. 4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia. Siapakah Pembawa Islam ke Indonesia? Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia. Gujarat (India) Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain: 1. ukiran batu nisan gaya Gujarat. 2. Adat istiadat dan budaya India islam. Persia Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain: 1. Gelar Syah bagi raja-raja di Indonesia. 2. Pengaruh aliran Wihdatul Wujud (Syeh Siti Jenar). 3. Pengaruh madzab Syiah (Tabut Hasan dan Husen). Arab Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain: 1. Menurut al Masudi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka. 2. munculnya nama kampong Arab dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam. China Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain : 1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).

2. Beberapa makam China muslim. 3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China. Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989) Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia 1. Perdagangan dan Perkawinan Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam). 2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat bawah dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur). 3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau: a. Ulama keliling menyebarkan agama Sinkretisasi/lambing-lambang budaya). Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan

b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid. Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya. Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi ukhuwah (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya hubungan ukhuwah itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam melawan colonial.

Proses Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


Faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung perkembangan persebaran agama Islam di Indonesia, sehingga cepat diterima masyarakat Indonesia, antara lain:

1. 2. 3. 4. 5.

Syarat masuk agama Islam tidak begitu sulit. (cukup mengucapkan kalimat syahadat) Islam terbuka dalam arti penyebaran Islam dapat dilakukan oleh setiap muslim Upacara dalam agama Islam lebih sederhana dibandingkan dengan upacara agama Hindu Agama Islam tidak mengenal sistem kasta Agama Islam tidak menentang tradisi/adat yang sudah ada di Indonesia

Proses Islamisasi : 1. Secara ekonomis, Islam mengajarkan adanya kesejahteraan sosial dengan adanya kewajiban zakat bagi yang mampu (mempererat hubungan dagang)
2. Secara politis, kemunduran dan jatuhnya kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit 3. Peran para ulama, kyai, dan Dai dalam penyebaran agama Islam (contohnya Wali Sanga)

SALURAN PENYEBARAN ISLAM


Proses Islamisasi di Indonesia melalui beberapa saluran atau cara, antara lain:

1. Perdagangan
terjalinnya hubungan antar pedagang memungkinkan terjadinya kontak budaya yang saling mempengaruhi. 2. Perkawinan diantara pedagang Islam dengan pedagang Indonesia atau keluarganya terjadi perkawinan yang kemudian pengaruh Islam masuk hingga keluarga-keluarga lainnya. 3. Pendidikan, dilakukan di pesantren oleh para muibaligh 4. Melalui tasawuf, tasawuf adalah ajaran tentang cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan tokoh tasawuf : Hamzah Fansuri dan Nurruddin Ar raniri 5. Kesenian seperti seni ukir, seni tari, seni pahat, arsitektur, seni wayang dll Sunan Bonang dengan gamelan bonangnya, Sunan Kalijaga dengan wayang 6. Politik, yaitu dilakukan oleh raja-raja, yang meminta rakyatnya supaya memeluk agama Islam

SUMBER SEJARAH PERSEBARAN ISLAMDI INDONESIA


A. Berita dari luar negeri 1.

Berita dari Arab. Para pedagang Arab menyebut Kerajaan Sriwijaya dengan sebutan Zabag, Zabay atau Sribusa

2. Berita 3.

dari Eropa. Marco Polo pada tahun 1292 singgah di Samudera Pasai.

Berita dari India. Para pedagang dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam persebaran Islam di Indonesia

4. Berita dari Cina. Catatan dari Ma Huan, ia menyatakan bahwa pada tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam di pantai utara Jawa. Dinasti Tang menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah ada pemukiman pedagang Arab di Baros 5. Berita dari Tome Pires. Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyatakan bahwa daerah-daerah di pantai utara Sumatera dan timur Selat Malaka sudah banyak masyarakat dan kerajaan Islam.
B. Berita dari dalam negeri 1. Batu Leran di Tuban, Jawa Timur. Bertuliskan huruf Arab. Makam wanita Islam yang bernama Fatima binti Maimun, diperkirakan berasal dari abad ke-11 2. Makam Sultan Malik al Saleh (1297) yang mendapat pengaruh dari Mesir. 3. Makam

Malik Ibrahim yang terletak di Gresik.

4. Nisan kubur di Troloyo, Trowulan. Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai daerah Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Hal disebabkan oleh: v Indonesia v Faktor

terdiri dari banyak pulau

politik:

di berbagai wilayah Indonesia kedatangan Islam terdapat kerajaankerajaan Hindu-Budha. v


Faktor ekonomi: ajaran Islam lebih cepat diterima oleh masyarakat pantai (maritim) daripada masyarakat pedalaman.

Peran Ulama dalam penyebaran Agama Islam di Indonesia Penyebaran agama Islam di Indonesia,khususnya di Pulau Jawa, dilakukan oleh juru dakwah Wali Sanga. Wali Sanga semuanya bergelar Sunan, suatu singkatan dari
Susuhunan, artinya yang dijunjung tinggi

Nama-nama wali Sanga: 1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Persia dan berkedudukan di Gresik (Sunan Gresik) 2. Sunan Ampel, semula bernama Raden Rahmat dan berkedudukan di Ampel, Surabaya 3. Sunan Bonang, semula bernama Mahdum Ibrahim adalah putra Raden Rahmat yang berkedudukan di Bonang, Surabaya (Sunan Bonang) 4. Sunan Drajat, semula bernama Syarifudin adalah putra Raden Rahmat berkedudukan di Drajat (Sunan Drajat) 5. Sunan Giri, semula bernama Raden Paku, murid Sunan Ampel, berkedudukan di Giri, Gresik (menyiarkan agama Islam sampai Maluku) 6. Sunan Muria, semula bernama Raden Umar Said, berkedudukan di Gunung Muria, di daerah Kudus 7. Sunan kalijaga, semula bernama Joko Said, berkedudukan di Kadilangu dekat Demak
8. Sunan Kudus, semula bernama Jaffar Sidiq, berkedudukan di Kudus 9. Sunan Gunung Jati, semula bernama Syarif Hidayatullah, berkedudukan di Cirebon Selain anggota dewan Wali sanga, sebenarnya masih banyak anggota wali yang memiliki andil dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Beberapa wali yang dimaksud adalah:

1. Sunan Bayat 2. Sunan Geseng 3. Syeh Siti Jenar atau Syeh Lemah Abang (dihukum mati oleh anggota dewan wali karena dituduh menyebarkan ajaran Panteisme) 4. dll Peran Wali
Selain berperan sebagai penyebar agama Islam, Wali Sanga juga berperan sebagai berikut: 1. Penasehat raja-raja Islam 2. Pendukung kerajaan-kerajaan Islam 3. Pemimpin kerajaan Islam (Sunan Gunung Jati dari Cirebon) 4. Pengembang kebudayaan daerah yang disesuaikan dengan agama Islam

Peran Ulama dalam penyebaran agama Islam selain Wali Sanga

1. Datuk Ribandang dan Datuk Sulaeman, menyiarkan agama Islam ke Gowa, Sulawesi Selatan 2. Datuk Ribandang dan Tuan Tunggang Parang, menyiarkan agama Islam di Kutai, Kalimantan Timur 3. Penghulu Demak, menyiarkan agama Islam di Banjarmasin, Kalimantan Selatan

Pengaruh Masuknya Budaya Islam di Indonesia


Pengaruh masuknya Islam dalam bidang religi (agama), sosial budaya, politik dan kesenian Dalam bidang politik, pengaruh Islam ditandai dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Besarnya pengaruh Islam dalam bidang politik mendorong Islam untuk masuk dalam bidang sosial budaya masyarakat Indonesia

Perkembangan pengaruh Islam di Indonesia dapat diketahui dari berbagai peninggalan sejarah bercorak Islam seperti masjid, keraton, nisan, kaligrafi dan karya sastra.

Masjid

Bentuk dasar masjid adalah sebuah bangunan bujur sangkar, yang pada sisi sebelah barat terdapat mihrab, yaitu tempat berdiri seorang imam pada waktu memimpin sholat berjamaah Masjid-masjid kuno di Indonesia bentuknya masih menunjukkan gaya Indonesia asli. Atapnya menggunakan atap tumpang (bersusun), seperti masjid Demak, Masjid Agung Banten, Masjid Baiturrahman Aceh. Masjid kuno di Jawa dilengkapi dengan gapura seperti pada keraton atau candi.

Menara Masjid Kudus bentuknya menyerupai Candi langgam Hindu Masjid dilengkapi dengan bedug dan kentongan. Kedua benda ini merupakan warisan budaya nenek moyang dari zaman prasejarah.

Keraton
Keraton artinya tempat tinggal ratu atau raja. Dari tempat ini ratu atau raja mengendalikan pemerintahan. Tata letak keraton kerajaan Islam di Jawa mengikuti kebiasaan yang sudah ada sebelumnya.

Bangunan keraton dilengkapi dengan masjid yang terletak di sebelah barat.

Seni bangunan masjid dan keraton di Indonesia merupakan perpaduan antara kebudayaan tradisional dengan kebudayaan Islam

Nisan

Nisan adalah batu atau kayu yang terdapat pada makam dan berfungsi sebagai tanda bahwa ada seseorang yang dimakamkan di tempat tersebut.

Batu nisan raja-raja Samudera Pasai dipesan dari India. Pada bagian muka, dipahatkan tulisan dengan huruf Arab. Di Pulau Jawa batu nisan yang tertua adalah nisan Fatima binti Maimun di Leran, Gresik.

Seni Kaligrafi
Kaligrafi adalah menulis indah dan disusun dalam aneka bentuk menarik dengan menggunakan bahasa Arab. Beraneka ragam hiasan kaligrafi dapat ditemukan di dinding masjid, batu nisan, keris, keramik, dan rumah-rumah.

Karya sastra
Sejalan dengan perkembangan Islam di Indonesia, maka perkembangan kesusasteraan maju pesat

Karya sastra peninggalan Islam:


1. Suluk, kata suluk berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan. Contoh: Syair Perahu karya Hamzah Fansuri, Suluk Wujil karya Sunan Bonang 2. Hikayat, contohnya; Hikayat Hamzah, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai 3. Tulisan Sejarah, contohnya; Sejarah Melayu karya Tun Muhammad. 4. Undang-Undang, contohnya Adat Mahkota Alam karya Sultan Iskandar Muda, Salokantara karya Sultan Trenggana dari Demak.

Sejarah Islam Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur. Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.

Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhalaberhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta Kabah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail. Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang dikenal sebagai as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam) dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah. Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam. Sejarah Islam di Indonesia Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) (Sumber: wikipedia) Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafii. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang

Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab. Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besarbesaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lilalamin. Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah terutama Belanda menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi. Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani. Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren

(madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafii. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).(Sumber : ummah.com)

Anda mungkin juga menyukai