Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Islam di

Indonesia
Disusun oleh :
1. Adam Wildan (201111033)
2. Dheastyane S.N (201111041)
3. Ramadhani (201111060)
1 Masuknya Islam di Indonesia

C
Materi yang 2 Teori-Teori Masuknya Islam di Indonesia
O
N
T
akan dibahas
E
N 3 Saluran dan Cara-cata Islamisasi di Indonesia
T
S

4 Sebab-sebab Islamisasi dapat


Berkembang cepat di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia

Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan.


Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya

01
mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para
Tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung
mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama
Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti
yang dilakukan oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia
karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.
Menurut Snouck Horgounje, orang Indialah yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia
menjelang akhir abad ke-13 Masehi. Pendapat ini sekaligus menjawab dari daerah mana Islam
berasal. Pendapat ini didukung oleh Van Bonkel seorang Profesor asal Belanda dengan
menunjukkan adanya pengaruh bahasa Tamil dalam bahasa Indonesia yaitu adanya istilah “lebai”
yang berasal dari “labbai” atau “lappai” yang artinya pedagang dalam bahasa Tamil. Meski sama-
sama mendukung pendapat Snouck Horgrounje, O’Sullivan tidak sepakat bahwa adanya istilah
bahasa Tamil dalam bahasa Melayu menjadi alasan bahwa orang Indialah yang membawa Islam
ke Indonesia yang juga di dukung oleh G.E Marrison, namun menurutnya bukan dari Gujarat
melainkan dari India Selatan, pantai Koromandel. Menurutnya keberadaan batu-batu nisan dari
Gujarat tidak berarti Islam dari Gujarat.

Tregonning dalam bukunya “World History For Malaya, from Earliest time to 1551” berpendapat
Saudara Arab dan India adalah dua bangsa yang memegang peran penting dalam membawa
Islam ke Indonesia tapi masih belum terjawab, siapa yang memegang peranan utamanya. Dalam
pembahasannya lebih jauh Tregonning menunjukkan peranan Arab dalam pelayaran dan
perdagangan. Menurutnya lama sebelum Islam datang, pedagang Arab telah menguasai
perdagangan hampir di semua pelabuhan India, dan dari pelabuhan India inilah pedagang Arab
menguasai perdagangan rempah-rempah dan membawa Islam ke Asia Tenggara.
Te o r i - Te o r i M a s u k n y a I s l a m k e I n d o n e s i a
1. Teori Gujarat
Teori yang dicetuskan oleh G.W.J. Drewes yang lantas dikembangkan oleh
Snouck Hugronje, J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, J.P. Moquette, hingga Sucipto
Wirjosuparto ini meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para
pedagang dari Gujarat, India, pada abad ke-13 Masehi. Kaum saudagar

02 Gujarat datang melalui Selat Malaka dan menjalin kontak dengan orang-
orang lokal di bagian barat Nusantara yang kemudian melahirkan Kesultanan
Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia.
Salah satu bukti yang mendukung teori ini adalah ditemukannya makam
Malik As-Saleh dengan angka 1297. Nama asli Malik As-Saleh sebelum
masuk Islam adalah Marah Silu. Ia merupakan pendiri Kesultanan Samudera
Pasai di Aceh.
Dikutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita,
corak batu nisan Sultan Malik As-Saleh memiliki kemiripan dengan corak batu
nisan di Gujarat. Selain itu, hubungan dagang antara Nusantara dengan India
telah lama terjalin. Ditemukan pula batu nisan lain di pesisir utara Sumatera
bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau 27 September 1428 M. Makam ini memiliki
batu nisan serupa dari Cambay, Gujarat, dan menjadi nisan pula untuk makam
Maulana Malik Ibrahim, salah satu Walisongo, yang wafat tahun 1419.
2. Teori Makkah
Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari
Makkah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh
yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau Hamka, salah seorang
ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958,
saat orasi yang disampaikan pada dies natalis PerguruanTinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam
datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
Pandangan Hamka ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang
mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di
Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk
mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah
perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga
terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-
Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling
benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan
Buya Hamka.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan
asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya
pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro
sebagaihari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti
yangberkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda)
diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.

4. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina
atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang.
Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru
berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan,
menurut kronik masa Dinasti Tang di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir
Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Menurut sejumlah sumber lokal tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa,
yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya
disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja
Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko
Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti
“Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah
wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia. Bukti lainnya adalah masjid-
masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di
berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad
ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama
oleh para pelaut dan pedagang Cina.

Teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada
kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Meminjam
istilah Azyumardi Azra, sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam
kompleksitas yang artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal,
dan tidak dalam waktu yang bersamaan.
Saluran dan Cara-Cara-cara
Islamisasi di Indonesia
1. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat,

03
Tenggara dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim
(Arab, Persia, India) turut serta mengambil bagiannya di Indonesia.
Penggunaan saluran islamisasi melalui perdagangan itu sangat
menguntungkan. Hal ini menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia
dan pedagang. Dimulai dari kedatangan para pedagang di pusat-pusat
perdagangan seperti pelabuhan (bandar). Para pedagang ini selanjutnya ada
yang tinggal, baik untuk sementara waktu maupun menetap, di kota-kota
bandar ini, terutama yang berfungsi sebagai ibukota kerajaan.
Biasanya para pedagang menempati pemukimannya atas izin penguasa
setempat. Sehingga ada kawasan yang disebut Pacinan (kawasan
perkampungan orang Cina), Pakojan (tempat bermukim para pedagang
Muslim dari berbagai negeri Islam). Demikian pula ada kampung Melayu,
kampung Jawa, kampung Banda, yang menjadi tempat pemukiman para
pedagang dari berbagai daerah di Nusantara.
Di beberapa tempat, para bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir
utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan hanya karena faktor politik
dalam negeri yang sedang goyah, tetapi terutama karena faktor hubungan
ekonomi dengan pedagang-pedagang Muslim. Dalam perkembangan
selanjutnya, mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan
kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

2. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan.
Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara
dua individu, yang membentuk keluarga menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti
mementuk masyarakat muslim. Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang
atau saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan
Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi
dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari sudut
ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan
pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi
istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah
setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul
kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal magis.
Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke 13 yaitu masa perkembangan
dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam, dan baru
berkembang pesat sekitar abad ke 17. Pengaruh ajaran tasawuf banyak dijumpai dalam seni
sastra berupa babad dan hikayat. Ajaran ini terutama berkembang di Jawa karena ajaran Islam
melalui tasawuf disesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama
Hindu. Adapun tokoh tasawuf nusantara yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin as-
Sumatrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.

4. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para santri. Pada umumnya di
pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka
setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu
maka akan kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan,
menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan
semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat
pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon,
masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh
lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh
masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam.
Seni gamelan juga dapat mengundang masyarakat untuk melihat
pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan Islam.

6. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi
Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya
memeluk agama Islam.
Sebab-sebab Islamisasi Cepat
Berkembang di Indonesia
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang
memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan
martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana

04
dalam sistem kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang diyakinkan bahwa
dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang
lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga
sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia keturunan
bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup
rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi,
bersikap adil, sehingga toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di
kenal dunia dewasa ini.
Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan
Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan
kuno Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik.
Seperti kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan
kesenian, yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang di warnai oleh pertarugan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-penguasa
Indonesia, serta oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang
beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-
negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka sebagai senjata
ampuh untuk emlawan dan menumbangkankekuatan Hindu, agar mendapat dukungan kuat dari
seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman di
bangkitkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, maupun kepulauan Indonesia
lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak
sebagai suatu kekuatan yang dahsyat.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar
kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke China, India, dan Teluk
Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang tidak
sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya,
baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar. Ternyata orang-orang yang terlibat
dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa
negara-negara bagian, pejabat negara dan kaum bangsawan.Karena perdagangan melalui lautan
Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab, maka para pedagang Indonesia yang
terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai ageb-agen barang Indonesia yang
akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak
berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka.
Beberapa faktor lain yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh
mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama Islam.
2. Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta.
Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan golongan dalam
masyarakat. Setiap anggota masyarakat mempunyai kedudukan yang sama
sebagai hamba Allah SWT.
3. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai (tanpa
melalui kekerasan).
4. Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih
erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling
mempengaruhi dan saling pengertian.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana
Kesimpulan
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Beberapa teori
diantaranya yaitu, teori Gurajat yang meyakini bahwa Islam dibawa ke Nusantara
oleh para pedagang dari Gurajat India, Teori Makkah yang meyakini masuknya
Islam ke Indonesia dari Makkah atau Arab, Teori Persia yang meyakini proses

05
kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari Persia atau Parsi (kini Iran), dan
Teori Cina yang meyakini bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal
dari para perantau Cina.
Saluran Islamisasi di Indonesia melalui beberapa cara, yaitu melalui saluran
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.
Beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia adalah faktor agama, politik, dan ekonomi. Faktor-factor tersebutlah yang
membuat agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan
masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja. Faktor lainnya yaitu,
Syarat untuk masuk agama Islam dikenal adanya perbedaan golongan dalam
masyarakat, Setiap anggota masyarakat mempunyai kedudukan yang sama
sebagai hamba Allah SWT, Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang
relatif dalam (tanpa melalui kekerasan), dan Sifat bangsa Indonesia yang ramah
tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain.
Saran

06
Walaupun teori-teori tentang masuknya Islam ke Indonesia mempunyai
kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Namun, kami harap
pembaca dapat menambah ilmu dan terus mempelajari sejarah.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai