Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dzaky Fauzan Hilmy Adityawarman

NIM : 201724007
Kelas : 2C-TPTL

Cara Kerja Water Treament dalam Limbah B3


Water Treatment Plant Limbah B3, Water Treatment Plant adalah sebuah
system yang difungsikan untuk mengolah air dari kualitas air baku (influent) yang
tercemar agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standart yang di
inginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi. Biasanya digunakan pada limbah
pertanian, pengolahan air limbah perkotaan, dan pengolahan air limbah industri,
termasuk juga aktivitas pertambangan. Kemampuan dalam pengolahan limbah
cair (waste water treatment) sangatlah penting untuk dikembangkan mengingat akibat
yang sangat besar, akibat dari kemajuan teknologi dan perkembangan industri serta
bisa juga menghasilkan dampak resiko yang tinggi terhadap rusak nya ekosistem
alam. Hal ini karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri mengandung
sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya dan beracun yang dapat mencemari badan air,
merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan mahkluk
hidup. santikaPencemaran yang terjadi adalah karena kebocoran limbah cair atau
bahan kimia industri, penggunaan pestisida, kecelakaan kendaraan pengangkut
limbah bahan berbahaya dan beracun (transforter limbah B3), serta limbah industri
yang langsung di buang ke lingkungan dengan tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Pelatihan ini juga akan membahas secara spesifik teknologi pengolahan limbah cair
dan termasuk di dalamnya cara untuk mengimprovisasi keefektifan sistem
pengolahannya, mengingat pengelolaan untuk bidang ini sangat kompleks. Dimana
diketahui banyak dari beberapa sektor industri seperti: petrokimia, oil & gas, pulp &
paper, industri makanan, minuman, termasuk gedung bertingkat, rumah sakit,
perkantoran besar, mall dan lainnya dituntut secara berkala melakukan evaluasi
Sistem WWT yang ada dalam pengolahan limbah B3 nya demi memperoleh
performance Sistem WWT yang baik, efektif dan efisien
Water Treatment Plant, pada dasarnya dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:

1. Penyaringan dan Pengendapan


Penyaringan dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan air baku dari zat-zat,
seperti: sampah, daun, rumput, pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenis zat.

2. Koagulasi
Koagulasi adalah proses pencamuran bahan kimia kedalam air agar kotoran dalam air
yang berupa padatan resuspensi misalnya zat warna organik, lumpur halus, bakteri
dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.

3. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan flok sebagai akibat gabungan dari koloid-
koloid dalam air baku (air sungai) dengan koagulan. Pembentukan flok akan terjadi
dengan baik jika di tambahkan koagulan kedalam air baku (air sungai) kemudian
dilakukan pengadukan lambat.

4. Sedimentasi
Setelah proses koagulasi dan flokulasi, air tersebut di diamkan sampai gumpalan
kotoran yang terjadi mengendap semua. Setelah kotoran mengendap air akan tampak
lebih jernih.

5. Filtrasi
Pada proses pengendapan tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua.
Butiran gumpalan kotoran kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan
mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang
dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses
penyaringan. Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan
kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir silika atau menggunakan
teknologi membran.

6. Desinfeksi
Pemberian desinfektan (gas khlor) pada air hasil penyaringan bertujuan agar dapat
mereduksi konsentrasi bakteri secara umum dan menghilangkan bakteri pathogen
(bakteri penyebeb penyakit).

Berikut ini teknologi filter air dalam Water Treatment Plant :


Reverse Osmosis, Sea Water DesalinationTreatment, Brackish Water Treatment,
Ultrafiltration Water Treatment, Mineral Water Treatment, Ozonation
WaterTreatment, Demineralizer Water Treatment
1. Parameter Fisik Pada Air
Parameter fisik air biasanya di lihat dari unsur yang berhubungan dengan indra
manusia seperti penglihatan, sentuhan, rasa dan penciuman, yang meliputi Turbidity
(kekeruhan), warna, bau, rasa dan suhu. Sistem pengolahan yang biasa di gunakan
adalah Sistem Sedimentasi (Pengenda-pan), Filtrasi dan penambahan desinfektan.

2. Parameter Kimia Pada Air


Senyawa kimia yang sering di temukan pada air adalah Fe, Mn, Ca, Mg, Na, SO4,
CO3. Jika air memiliki kandungan senyawa kimia yang berlebihan (tidak masuk
standart konsumsi yang aman), Pengolahan dapat dilakukan dengan sistem filtrasi
dengan menggunakan media tertentu misalnya system Reverse Osmosis atau
Demineralier dan Softener.

3. Parameter Biologi Pada Air


Parameternya dilihat berdasarkan adanya mikroorganisme yang ada di dalam air. Bila
jumlah mikro-organisme di dalam air berlebihan biasanya akan mengganggu
kesehatan bila di konsumsi. Pengola-han dapat dilakukan dengan menggunakan
desinfektan atau alat yang biasa digunakan, misalnya in-jeksi Chlor, System UV dan
System Ozone (O3).

Terdapat banyak metode pengolahan air limbah B3 di industri, tiga metode yang
paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
dan incineration.

Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan
utama dari chemical conditioning ialah menstabilkan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur, mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air
dalam lumpur, mendestruksi organisme pathogen, memanfaatkan hasil samping
proses chemical conditioningyang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane
yang dihasilkan pada proses digestion, mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke
lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan
ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya
merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-
watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickenerdan centrifuge,
beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal
ini.

2. Treatment, stabilization, and conditioning


Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim
dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini
ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat
treatment,polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

3. De-watering and drying


De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan
air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini
umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying
bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi
sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atauinjection well.

Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan
sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi
toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses
pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut
seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses
solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan,
yaitu:

1. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam


limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
2. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi
bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada
tingkat mikroskopik.
3. Precipitation
4. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara
elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
5. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapkannya ke bahan padat.
6. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi
senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang
sama sekali.

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan


bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum
mixing, in-situ mixing, danplant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi
diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-
04/BAPEDAL/09/1995.

Anda mungkin juga menyukai