Kelas 1C
Disusun Oleh :
Adistia Prajani (201724001)
Mochammad Thoriq Makarim (201724018)
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun tujuan dari penulisan
makalah yang berjudul “ Sumber Ajaran Islam” ini yaitu untuk memenuhi tugas Bapak
Iwan Sanusi,S.Pd.I.,M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Iwan Sanusi,S.Pd.I.,M.Pd yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah ilmu dan pengetahuan mengenai
topik yang kami bahas dalam makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada seluruh pihak yang mendukung
agar terselesaikannya makalah ini dan juga berbagai sumber yang telah kami pakai
dalam makalah “ Sumber Ajaran Islam”ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari
bahwa makalah yang telah kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Dengan menyelesaikan tugas pembuatan makalah mengenai sumber ajaran islam,
banyak manfaat yang didapatkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan
informasi mengenai sumber ajaran islam kepada pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
Ajaran islam adalah pengembangan agama islam. Sumber ajaran islam memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat islam. Sumber ajaran islam adalah
dasar, acuan, atau pedoman syariat islam. Makalah ini membahas mengenai berbagai
sumber ajaran islam, yaitu Al-Qur’an, Hadits, dan ijtihad. Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian Al-quran, hadits, kandungan dan isi didalamnya, kedudukan
dan fungsi alquran, macam macam hadits, pengertian ijtihad, fungsi dan tujuan ijtihad,
syarat dan macam macam ijtihad, dan mengetahui fungsi dari ajaran islam dalam
kehidupan sehari hari. Metode penelitian makalah ini, dilakukan dengan metode
penelitian kepustakaan. Sistematika penulisan ini yaitu pendahuluan, pembahasan serta
penutupan.
Kata Kunci : Sumber Ajaran Islam, Al-Quran, Hadits, Ijtihad
ABSTRACT
The teachings of Islam are the development of islam. The source of Islamic teachings
has a very important role in the lives of Muslims. The source of Islamic teachings is
the basis, reference, or guidelines of Islamic . This paper discusses various sources of
Islamic teachings, namely the Qur'an, Hadist, and ijtihad. This paper aims to know the
understanding of the Quran, hadist, content and content in it, the position and
function of the various kinds of hadisth, understanding ijtihad, functions and purposes
of ijtihad, terms and kinds of ijtihad, and know the function of islamic teachings in
daily life. The research method of this paper, is done by literature research method.
The systematics of this writing are introduction, discussion and closure.
Keywords : The Source of Islamic Teachings, Al-Qur’an, Hadits, Ijtihad
iii
PENDAHULUAN
1
8. Apa saja dasar hukum ijtihad dan tujuan ijtihad ?
9. Apa saja syarat melakukan ijtihad ?
10. Apa saja macam macam dan bentuk dari ijtihad ?
11. Bagaimana fungsi ajaran islam dalam kehidupan bermasyarakat ?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
• Mengetahui dan memahami pengertian dari Al-Qur’an, mengetahui kandungan
dalam isi Al-Qur’an, dan memahami kedudukan juga fungsi dari Al-Qur’an.
• Mengetahui dan memahami pengertian dari hadis, mengenal macam macam
hadis, dan mengenali serta memahami bagaimana kedudukan dan fungsi hadis
terhadap Al-Qur’an.
• Mengetahui dan memahami pengertian dari ijtihad, tujuan ijtihad, syarat
melakukan ijtihad dan mengetahui macam macam bentuk dari ijtihad
• Mengetahui bagaimana fungsi ajaran islam dalam kehidupan bermasyarakat.
2
• PENUTUP
Dan bagian penutup ini, berisi kesimpulan serta saran dari Makalah mengenai
sumber ajaran islam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Al-Qur’an, bacaan sempurna lagi mulia.
5
2. Ibadah dan Muamalah
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah. Yang dimaksud
ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWT dengan
tunduk dan patuh kepadanya. Didalam alquran dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin
dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Firman Allah SWT
:
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : ibadah mahdah dan ghairu mahdah.
Ibadah mahdah artinya ibadah khusus ynag tata caranya sudah ditentukan seperti
shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah gairu mahdah tata caranya tidak
ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah SWT misalnya
silaturahim, belajar, bekerja, dsb. Al quran juga tidak hanya memberikan ajaran tentang
ibadah sebagai wujud kebutuhan manusia terhadap Allah SWT, tetapi juga mengatur
bagaimana memenuhi kebutuhan lain manusia dengan hubungannya dalam kehidupan.
Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut sebagai muamalah.
6
3. Akhlak
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku, tabiat, atau budi
pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia ynag muncul spontan dalam tingkah laku hidup sehari hari. Dalam konsep
Bahasa Indonesia, akhlak dapat disebut juga etika atau moral. Dari abu Hurairah
berkata ; rasulullah SAW bersabda ; “ bahwasannya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang baik “ (HR Ahmad ). Nabi Muhammad SAW adalah model dari suri
tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan akhlak mulia ( karimah ). Al quran
merupakan sumber dari ajaran tentang akhlak mulia itu.
4. Hukum
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al quran berisi kaidah kaidah dan ketentuan
ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat manusia. Tujuannya adalah untuk
memberikan pedoman kepada umat manusia agar kehidupannya aman, adil, tentram,
teratur. Ayat al quran yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah :
Ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat al quran adalah sebagai berikut :
a. Hukum perkawinan ( QS Al Baqarah :221, QS Al Maidah :5, QS An Nisa : 22-
24, an nur :2, al mumtahah : 10-11 )
b. Hukum waris antara lain dijelaskan dalam (Qs an-Nisa : 7-12 dan 176, Qs. Al
Baqarah : 180, QS Al maidah : 106 )
c. Hukum Perjanjian, antara lain dijelaskan dalam ( QSS Al-Baqarah : 279, 280
dan 282, QS Al Anfal : 56 dan 58, QS At Taubah :4)
d. Dan lain sebagainya
5. Sejarah/ kisah umat masa lalu
7
Al quran sebagai kitab suci umat manusia banyak menjelaskan tentang sejarah atau
kisah umat pada masa lalu. Sejarah tersebut dimaksudkan untuk menjadi ibrah (
pelajaran ) bagi umat islam. Ibrah tersebut menjadi petunjuk untuk dapat menjalani
kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk keridaan Allah SWT.
Al quran banyak menggambarkan umat umat terdahulu baik yang iman dan taat kepada
Allah SWT maupun yang ingkar dan maksiat kepadanya. Bagi umat yang beriman dan
taat kepada Allah SWT, Allah memberikan kebaikan dan keberkahan dalam hidup
mereka, sebaliknya bagi yang ngkar dan maksiat kepadanya Allah SWT telah
memberikan Azab nya.
Ayat yang berisi dorongan untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam
QS Al Mujadalah ayat 11 yaitu :
8
2.3 Kedudukan dan Fungsi Al-Quran
a. Kedudukan Al-Qur’an
Al Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan utama seluruh ajaran islam, baik
yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, denga nallah, dengan sesame
manusia dan dengan alam. QS An-Nisa 4:59, QS An-Nisa 4:105 Hadis riwayat
turmudzi dan abu daud. Namun untuk lebih jelasnya kedudukan al quran adalah
sebagai berikut :
1. Al-Qur’an sebagai sumber berbagai disiplin ilmu keislaman. Disiplin ilmu
yang bersumber dari Al-Qur’an di antaranya yaitu:
a. Ilmu Tauhid (Teologi)
b. Ilmu Hukum
c. Ilmu Tasawuf
d. Ilmu Filasafat Islam
e. Ilmu Sejarah Islam
f. Ilmu Pendidikan Islam
2. Al-Quran sebagai Wahyu Allah SWT yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah
wahyu Allah; tidak ada satu kata pun yang datang dari perkataan atau
pikiran Nabi.
3. Kitabul Naba wal akhbar (Berita dan Kabar) arinya, Al-Qur’an merupakan
khabar yang di bawah nabi yang datang dari Allah dan di sebarkan kepada
manusia.
4. Minhajul Hayah (Pedoman Hidup), sudah seharusnya setiap Muslim
menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan terhadap setiap problem yang di
hadapi.
5. Sebagai salah satu sebab masuknya orang arab ke agama Islam pada zaman
rasulallah dan masuknya orang-orang sekarang dan yang akan datang.
6. Al-Quran sebagai suatu yang bersifat Abadi artinya, Al-Qur’an itu tidak
akan terganti oleh kitab apapun sampai hari kiamat baik itu sebagai sumber
hukum, sumber ilmu pengetahuan dan lain-lain.
7. Al-Qur’an di nukil secara mutawattir artinya, Al-Qur’an disampaikan
kepada orang lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang
9
tidak mungkin bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang
dan berbeda-bedanya tempat tinggal mereka.
8. Al-Qur’an sebagai sumber hukum, seluruh mazhab sepakat Al-Qur’an
sebagai sumber utama dalam menetapkan hukum, dalam kata lain bahwa
Al-Qur’an menempati posisi awal dari tertib sumber hukum dalam
berhujjah.
9. Al-Qur’an di sampaikan kepada nabi Muhammad secara lisan artinya, baik
lafaz ataupun maknanya dari Allah SWT.
10. Al-Qur’an termaktub dalam Mushaf, artinya bahwa setiap wahyu Allah
yang lafaz dan maknanya berasal dari-Nya itu termaktub dalam Mushaf
(telah di bukukan).
11. Agama islam datang dengan al qur'annya membuka lebar-lebar mata
manusia agar mereka manyadari jati diri dan hakikat hidup di muka bumi.
b. Fungsi Al-Qur’an
1. Dari sudut subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana tersurat nama-
namanya dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk), Dalam al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi al-
Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Kedua, al-
Qur'an adalah petunjuk bagi orang-orang bertakwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-
orang yang beriman.4
b. Al-Furqon (pemisah), Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara
yang benar dan yang salah.
c. Al-Asyifa (obat). Dalam al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat
bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada (mungkin yang dimaksud disini adalah
penyakit Psikologis)
d. Al-Mau’izah (nasihat), Didalam Al-Qur’an di katakan bahwa ia berfungsi
sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa
10
2.4 Pengertian Hadits
1. Hadits Shahih
Kata shahih menurut bahasa dari kata shahha, yashihhu, suhhan wa
shihhatan wa shahahan, yang menurut bahasa berarti yang sehat, yang selamat,
yang benar, yang sah dan yang benar. Para ulama‟ biasa menyebut kata shahih
itu sebagai lawan kata dari kata saqim (sakit). Maka hadits shahih menurut
bahasa berarti hadits yang sah, hadits yang sehat atau hadits yang selamat.
Hadits Shahih didefinisikan oleh Ibnu Ash Shalah, sebagai berikut :
“Hadits yang disandarkan kepada Nabi saw yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan leh (perawi) yang adil dan dhabit hingga sampai
11
akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan tidak ber‟illat”. Ibnu Hajar al-Asqalani,
mendefinisikan lebih ringkas yaitu :
“Hadits yang diriwayatkan oleh orang–orang yang adil, sempurna
kedzabittannya, bersambung sanadnya, tidak ber‟illat dan tidak syadz”.
Dari kedua pengertian di atas maka dapat difahami bahwa hadits shahih
merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya
bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak
ada cacat atau rusak.
12
Artinya : “Dari Abu Hurairah Bahwasahnya Rasulullah SAW bersabda:
“sekiranya aku tidak menyusahkan ummatku tentulah aku menyuruh
mereka bersunggi (menyikat gigi) disetiap mengerjakan Sholat.”(HR.
Bukhari dan Tirmidzi)
c. Kehujjahan Hadist Shahih
Para Ulama’ sependapat bahwa hadist ahad yang shahih dapat dijadikan
hujjah untuk menetapkan syariat islam, namun mereka berbeda pendapat,
Apabila hadist kategori ini dijadikan untuk menetapkan soal-soal aqidah.
Perbedaan di atas berpangkal pada perbedaan penilaian mereka tentang
faedah yang diperoleh dari hadist ahad yang shahih, yaitu apakah hadist
semacam itu member faedah qoth‟i sebagaimana hadist mutawatir, maka
hadist-hadist tersebut dapat dijadikan hujjah untuk menetapkan masalah-
masalah aqidah.Akan tetapi yang menganggap hanya member faidah
zhanni, berarti hadist-hadist tersebut tidak dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan soal ini.
Para ulama dalam hal ini berbeda pendapat, sebagai berikut :
Pertama : menurut sebagian ulama bahwa hadist shahih tidak memberi
faidah qath‟i sehingga tidak bisa dijadikan hujjah untuk menetapkan soal
aqidah.
Kedua : menurut An-Nawawi bahwa hadist-hadist shahih yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim memberikan qaidah qath’i.
Ketiga : Pendapat Ibn Hazm, bahwa semua hadist shahih memberikan
faidah qath’i, tanpa dibedakan apakah diriwayatkan oleh kedua ulama di
atas atau bukan jika memenuhi syarat ke shahih-hannya, adalah sama dalam
memberikan faidahnya.
2. Hadits Hasan
Menurut pendapat Ibnu Hajar, ”Hadist hasan adalah hadist yang
dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttasil
sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil.”
Imam Tirmidzi mengartikan hadist hasan sebagai berikut : “Tiap-tiap
hadist yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta (pada
matan-nya) tidak ada kejanggalan (syadz) dan (hadist tersebut) diriwayatkan
pula melalui jalan lain”.
Dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa hadist Hasan tidak
memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya kurang kesempurnaan hafalannya.
Disamping itu pula hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih,
perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak kuat
hafalannya.
• Syarat-syarat Hadits Hasan
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suatu hadist yang dikategorikan
sebagai hadist hasan, yaitu:
a. Para perawinya yang adil,
b. Ke-Dhabith-an perawinya dibawah perawi Hadist shahih,
c. Sanad-sanadnya bersambung,
d. Tidak terdapat kejanggalan atau syadz,
e. Tidak mengandung ‘illat.
13
Para ulama hadist membagi Hasan menjadi dua bagian yaitu :
3. Hadits Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari
Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa
berarti Hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.
Secara Terminilogis, para ulama mendefinisikan secara berbeda-beda.
Akan tetapi pada dasarnya mengandung maksud yang sama, Pendapat An-
14
Nawawi : “Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih
dan syarat-syarat Hadist Hasan.”
c. Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara
bergantian.
Yang dimaksud bergantian disini adalah ke-Dhaifan tersebut
kadang-kadang terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan,
yang termasuk hadits yaitu:
1. Hadits Maqlub, ialah Hadits yang terjadi mukhalafah
(menyalahkan hadits lain), disebabkan mendahulukan
dan mengakhirkan.
Tukar menukar yang dikarenakan mendahulukan sesuatu
pada satu dan mengakhirkan pada tempat lain,
adakalanya terjadi pada matan hadits dan adakalanya
terjadi pada sanad hadits.
Contoh: Tukar menukar yang terjadi pada matan , Hadits
Muslim dari Abu Hurairah r.a Artinya: “... dan seseorang
yang bersedekah dengan sesuatu yang sedekah yang
disembunyikan, hingga tangan kanannya tak mengetahui
apa-apa yang telah dibelanjakan oleh tangan kirinya”.
15
Hadits ini terjadi pemutarbalikan dengan Hadits riwayat
Bukhari atau riwayat Muslim Sendiri, pada tempat lain,
yang berbunyi.
“(hingga tangan, kirinya tak mengetahui apa-apa yang
dibelanjakan tangan kanannya.)”. Tukar menukar pada
sanad dapat terjadi, misalnya rawi Ka‟ab bin Murrah
bertukar dengan Murrah bin Ka‟ab dan Muslim bin
Wahid, bertukar dengan Wahid dan Muslim.
2. Hadits Mudraf
Kata Mudraf menurut bahasa artinya yang
disisipkan.Secara terminologi hadits mudraf ialah hadits
yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
3. Hadits Mushahhaf
Hadits Muhahhaf ialah Hadits yang terdapat perbedaan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena
didalamnya terdapat beberapa huruf yang diubah.
Pengubahan ini juga bias terjadi pada lafadz atau pada
makna, sehingga maksud hadits menjadi jauh berbeda
dari makna, dan maksud semula.
16
f. Berhujjah dengan Hadits Dhaif
Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhaif bukan
maudhu. Adapun hadits dhaif bukan hadits maudhu‟ maka
diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk
berhujjah.
17
Rasulullah SAW adalah orang yang setiap perkataan dan perbuatannya
menjadi pedoman bagi manusia. Karena itu beliau ma’shum (senantiasa
mendapat petunjuk Allah SWT). Dengan demikian pada hakekatnya Sunnah
Rasul adalah petunjuk yang juga berasal dari Allah. Kalau Al Qur’an merupakan
petunjuk yang berupa kalimat-kalimat jadi, yang isi maupun redaksinya
langsung diwahyukan Allah, maka Sunnah Rasul adalah petunjuk dari Allah
yang di ilhamkan kepada beliau, kemudian beliau menyampaikannya kepada
umat dengan cara beliau sendiri.
Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, hadis berfungsi sebagai penafsir,
pensyarat dan penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila disimpulkan tentang
fungsi hadis dalam hubungan dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan At -Tafsir adalah menjelaskan maksud dari
Al-Qur’an Fungsi hadist dalam hal ini adalah merinci ayat secara global (
bayan al mujmal), membatasi ayat yang mutlak ( taqyid al muthlaq),
mengkhususkan ayat yang umum ( takhshish al’am) dan menjelaskan ayat
yang dirasa rumit
2) Bayan Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan ta’kid ( penegas hukum)
dan bayan al- itsbat adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh dan
memperkuat pernyataan Al-Qur’an. Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi
untuk memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an
3) Bayan Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah menjelaskan hukum yang
tidak disinggung langsung dalam Al-Qur’an. Bayan ini juga disebut dengan
bayan zaid ‘ala Al-Kitab Al-Karim. Hadits merupakan sebagai ketentuan
hukum dalam berbagai persoalan yang tidak ada dalam Al-Qur’an.
4) Bayan An-Nasakh
Secara bahasa an-naskh bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah
(menghilangkan), at-tahwil (memindahkan) atau at-tagyar (mengubah).
Menurut Ulama’ mutaqaddimin, yang dimaksud dengan bayan an-nasakh
adalah adanya dalil syara’ yang datang kemudian. Dan pengertian tersebut
menurut ulama’ yang setuju adanya fungsi bayan an nasakh, dapat dipahami
bahwa hadis sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat menghapus
ketentuan-ketentuan atau isi Al-Qur’an yang datang kemudian. Menurut
ulama mutaqoddimin mengartikan bayan an-nasakh ini adalah dalil syara’
yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada, karena datangnya
kemudian.
18
perkembangan sejalan dengan persoalan-persoalan baru yang terus
berkembang dikalangan Muslim.
19
Dari ayat di atas, memberikan keleluasan untuk menggunakan akal
pikiran bukan hawa nafsu untuk selalu berijtihad memahami dalil-dalil yang
bersifat zhanni yang Allah telah ciptakan.
- Tujuan dan Fungsi Ijtihad
Tujuan dan fungsi ijtihad adalah untuk mendapatkan solusi hukum, jika
terdapat suatu masalah yang harus diterapkan hukumnya, namun tidak
dijumpai pada Al-Qur’an dan Hadist.
Meski Al-Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak
berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al-Quran
maupun Al-Hadist. Selain itu, ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al-
Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan
terus berkembang dan dibutuhkan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan
Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat
tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji
apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam
Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus
mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran atau
Al-Hadits. Tapi jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau
tidak ada ketentuannya dalam Al-Quran dan Al-Hadist, pada saat itulah maka
umat Islam membutuhkan ketetapan Ijtihad. Akan tetapi yang berhak
membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al
Hadist.
20
berhubungan dengan sebab-sebab turunnya dan penjelasannya.
Dengan demikian setiap persoalan hukum dalam Al-Qur’an
dipelajari dalam hubungannya dengan keseluruhan persoalan
tersebut, karena ayat-ayat Al-Qur’an saling menafsirkan satu sama
lain, namun apabila dalam pemahamannya dipisahkan satu sama
lain, adanya kekeliruan penafsiran tidak dapat dihindarkan.
21
2.10 Macam-macam bentuk Ijtihad
1. Ijma’
Ijma’ yaitu kesepakatan atau sependapat dengan suatu hal mengenai hukum
syara’ dari suatu peristiwa setelah wafatnya Rasul.
2. Qiyas
Qiyas yaitu menyamakan,membandingkan atau menetapkan hukum suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan yang telah
ditetapkan hukunya berdasarkan nash.
3. Ihtisan
Ihtisan yaitu menunggalkan hukum yang telah ditetapkan pada suatu
peristiwa atau kejadian yang diteapkan berdasarkan dalil dan syara’.
4. Maslahah Mursalah
Adalah suatu kemaslahatan.
5. Urf
Kebiasaan yang dikenal orang banyak dan menjadi tradisi.
6. Istishab
Menetapkan hukum terhadap sesuatu berdasar keadaan sebelumnya
sehingga ada dalil yang menyebut perubahan tersebut.
22
kamu membuat kerusakan di muka bumi ini setelah Allah memperbaikinya
…” (QS al-A’raf: 56).
3. Ketiga, Islam mengandung ajaran-ajaran yang moderat, seimbang dan
lurus, atau al-din al-qayyim. Islam menyeimbangkan antara urusan dunia
dan akhirat. Allah berfirman: “Dan carilah pada apa-apa yang
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagiaanmu dalam (kenikmatan) dunia … (QS. al-
Qashash: 77). Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa suatu ketika
sekumpulan orang dari kalangan Sahabat Nabi berkunjung ke rumah-
rumah istri Nabi Muhammad Saw untuk bertanya tentang ibadah Nabi.
4. Keempat, agama mestinya berfungsi sebagai pemersatu umat yang
berbeda-beda, baik dari segi keagamaan, suku dan adat istiadat. karena
agama mengajarkan bagaimana berperilaku dan bersikap secara baik
terhadap orang-orang yang berbeda-beda itu. Pemersatuan umat yang
beragam ini telah dipraktikkan Nabi setelah memasuki Kota Madinah
tahun 622 H dengan membuat Piagam Madinah yang mempersatukan
umat Islam secara internal dan antara umat Islam dan umat-umat lain yang
ada di sana, khususnya Yahudi dan Nasrani. Atas dasar hal tersebut, apabila
ada pandangan, sikap dan prilaku seseorang yang cenderung
memecahbelah umat, bahkan menimbulkan konflik horisontal, kita harus
bersikap waspada, tidak perlu kita ikuti. Karena agama tidak mengajarkan
hal itu.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber ajaran islam merupakan segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam. Ajaran islam adalah pengembangan agama islam. Sumber ajaran
islam dapat dikatakan juga sebagai “ tempat yang darinya diperoleh ajaran ajaran islam
dari berbagai aspeknya”. Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber
utama hukum islam adalah al-qur’an dan hadis. Tetapi disamping itu pula para ulama
fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah al-qur’an dan
hadis.
Al-Qur’an adalah nama bagi kitab suci umat islam yang berfungsi sebagai petunjuk
hidup bagi seluruh umat muslim di dunia. al-Qur’an diwahyukan oleh Allah SWT
kepada nabi muhamad SAW. Isi kandungan dalam al quran yaitu Akidah ( kepercayaan
atau keyakinan ), ibadah dan muamalah, akhlak ( etika/moral), hukum ( untuk
memberikan pedoman bagi umat manusia), sejarah/kisah umat masa lalu, dan dasar
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedudukan al quran yaitu sebagai sumber disiplin
ilmu keislaman, sebagai wahyu allah SWT, sebagai pedoman hidup, dan lain sebagainya.
Sedangkan fungsi al quran sebagai petunjuk, pemisah, obat dan nasihat.
Al – Hadits merupakan sumber ajaran islam, yang kedua dari Al-Qur’an. Macam
macam hadits yaitu terdapat Hadits Shahih, hasan, dan hadits dhaif. Hadits dalam islam
memiliki kedudukan yang sangat urgen, dimana hadits merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Quran.
Ijtihad merupakan sebuah metode pengambilan ketetapan hukum mengenai masalah
masalah tertentu yang berkembang di masyarakat, yang dilakukan dengan mengacu
pada al quran dan sunnah atau hadits. Tujuan dan fungsi ijtihad adalah untuk
mendapatkan solusi hukum jika terdapat suatu masalah yang harus ditetapkan
hukumnya, namun tidak dijumpai pada al quran dan hadits. Syarat melakukan ijtihad
diantaranya faham Bahasa arab sepenuhnya dan mengetahui alquran. Macam macam
bentuk ijtihad yaitu ijma, qiyas, ihtisan, maslahah mursahah, dan urf. Macam macam
ijtihad menurut tingkatannya yaitu ijtihad muthalaq, ijtihad muntasib, ijtihad mahzab
atau fatwa, ijtihad dibidang tarjih.
Fungsi ajaran agama islam dalam kehidupan bermasyarakat yaitu sebagai system
keyakinan dan prinsip prinsip hukum serta petunjuk perilaku manusia, yang didasarkan
pada al quran, hadits, ijtihad dan ulama. Lalu sebagai jalan menuju ketenangan dan
keselamatan, islam juga mengandung ajaran yang moderat dan berfungsi sebagai
pemersatu.
3.2 Saran
Makalah ini menjelaskan mengenai sumber ajaran islam. Seperti Al-Quran, Hadits,
Ijtihad dan beberapa aspek didalamnya. Maka dari itu, marilah kita mengamalkan dan
menjadikan al quran, dan sumber ajaran islam lainnya sebagai pedoman hidup agar
menjadikan kita hamba yang lebih baik serta selamat di dunia maupun di akhirat.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, U., Quran, & Jakarta. (2013). BAB II (p. 15). Diakses dari Pustaka Litera
Antar Nusa website:
http://repository.uinbanten.ac.id/1316/4/BAB%20II.pdf
WJS. Purwadarminta. (1991). Kamus Umum Bahasa Indonesia ,Cet XII,974 .Jakarta:
Balaipustaka
Salim Muhaisin. (2000). Biografi al-Qur’an al- Karim, hal.1-2 . Surabaya : CV. DWI
MARGA
bacaanmadani. (2021, April 4). 6 Isi Pokok Kandungan Al-Qur’an. Diakses pada
April 2, 2021, from Bacaan Madani | Bacaan Islami dan Bacaan Masyarakat
Madani website: https://www.bacaanmadani.com/2017/10/6-isi-pokok-
kandungan-al-quran.html
Ali,Muhammad dan Didik Himmawan (2019). Peran Hadits Sebagai Sumber Aharan
Agama, Dalil Dalil Kehujjahan Hadits dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Quran.
http://jurnal.faiunwir.ac.id. Diakses pada 2 April 2021
25
26