Anda di halaman 1dari 19

TELAAH MATERI AKIDAH AKHLAK DI SMP/MTS KELAS

VII SEMESTER 1 “AQIDAH ISLAM”

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Telaah
Materi Akidah Akhlak”

Dosen Pengampu :

Syamhadi, SY, M,Pd.

Disusun oleh :

Sri Purnamawati 12101179


Fazira Azhimu Khalilah 12101182
Selvina Azahra 12101187
Sovia 12101204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONTIANAK

2023
‫ٱلر ۡح َٰمن ه‬
‫ِب ۡسم ٱَّللهِ ه‬
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ِح ِمي‬ ِ ِ
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.

Makalah ini penulis buat untuk membahas tentang “Aqidah Islam”


untuk memenuhi tugas mata kuliah “Telaah Materi Akidah Akhlak” yang
diampu oleh Bapak Syamhadi, SY, M,Pd.

Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan


makalah ini, karena Penulis juga masih dalam proses belajar untuk itu Kami
berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pontianak, 23 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
D. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Aqidah Islam ...................................................................................... 3
B. Dasar-dasar Aqidah Islam ................................................................................... 4
C. Tujuan mempelajari aqidah islam ...................................................................... 8
D. Pengertian iman, islam, dan ihsan..................................................................... 10
E. Hubungan iman, islam, dan ihsan ..................................................................... 12
RANGKUMAN ............................................................................................................... 14
BAB III............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dunia pendidikan Islam materi dalam suatu pembelajaran
menjadi salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran. Di Indonesia,
materi ilmu agama yang dimaksudkan adalah Akidah, al-Quran, Hadis,
Fikih, Akhlaq, Sejarah Islam, dan Bahasa Arab. Namun, tetap yang menjadi
pondasi ilmu agama Islam adalah pendidikah akidah.Secara umum, ruang
lingkup pengajaran agama Islam itu meliputi rukun Iman yang enam, yaitu
Iman kepada Allah, Iman kepada Rasul- Nya,Iman kepada malaikat-Nya,
Iman kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Rasul Allah dan Iman
kepada qadha danqadar. Tentu saja termasuk segala sesuatu yang berkaitan
dengan iman tersebut seperti masalah kematian, syaithan, jin, iblis, azab
kubur, alam barzakh dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan pengajaran ini tentu disesuaikan dengan tingkat


perkembangan peserta didik. Dasar agama Islam memiliki tiga tingkatan
yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun- rukun
yang membangunnya. Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka
yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak (lahir) dan
mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal
batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri,
maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.Ketiga
konsep di atas, yaitu islam, iman dan dan ihsan telah menjadi pokok ajaran
agama Islam sendiri yang juga sangat berperan penting dalam proses
pendidikan Islam. (Hadi, 2022)

Sebagai generasi emas shalih/shalihah, perlu bagi kita memperkuat


keimanan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap materi akidah
Islam. Hal ini bertujuan untuk memperkuat keimanan dalam diri. Sehingga
setiap amal perbuatan sehari-hari berlandaskan materi keimanan yang wajib

1
dilakukan demi terjaganya kualitas generasi yang beradab. Maka dari itu
pada makalah ini penulis akan membahas seputar aqidah islam dan
pembahasannya.

B. Pembatasan Masalah
Dari banyaknya pembahasan yang beragam, Penulis membatasi masalah
yang kami bahas agar pembahasannya berfokus pada :

1. Apa pengertian aqidah islam?


2. Apa saja dasar-dasar aqidah islam?
3. Apa tujuan mempelajari aqidah islam?
4. Apa pengertian iman, islam, dan ihsan?
5. Apa kaitan iman, islam, dan ihsan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui, memahami, dan
menambah wawasan tentang aqidah islam, dasar-dasar aqidah islam, tujuan
mempelajari aqidah islam, pengertian iamn, islam, dan ihsan, hubungan
antara iman, islam, dan ihsan.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, pembatasan masalah,
dan sistematika penulisan.
Bab II. Pembahasan, terdiri dari 4 sub judul yaitu :
A. Pengertian Aqidah Islam
B. Dasar-dasar Aqidah Islam
C. Tujuan mempelajari aqidah islam
D. Pengertian iman, islam, dan ihsan
E. Hubungan iman, islam, dan ihsan

Bab III Penutup, menjelaskan kesimpulan dan saran dari makalah


yang dibuat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah Islam


Makna akidah secara bahasa berasal dari kata ( ‫ عقيدة‬- ‫) عقد – يعقد‬
yang berarti ikatan, atau perjanjian. Para ulama memberi pengertian aqidah
sebagai berikut :

Artinya : Sesuatu yang terikat kepadanya hati dan hati


nurani

Dalam Al Qur’an kata aqidah sering disebutkan, antara lain di dalam


surat Al-Maidah ayat 1 :

‫يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓواْ أَ ۡوفُواْ بِ ۡٱلعُقُو ِۚ ِد‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman penuhilah


aqad-aqad itu.

Adapun yang dimaksud akidah adalah janji atau keyakinan kepada


Allah Swt. Menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan
yang harus dipegang oleh orang yang mempercayainya. Secara umum
akidah dapat digunakan oleh ajaran Islam ataupun akidah di luar Islam,
sehingga ada istilah akidah Islam, akidah Nasrani, akidah Yahudi, dan
akidah- akidah yang lainnya. Dengan begitu kita juga bisa simpulkan ada
akidah yang benar atau lurus dan ada akidah yang sesat atau salah. Maka,
Akidah Islam (al-akidah al-Islamiyah) bisa diartikan sebagai pokok-pokok
kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang
beragama Islam (muslim). (Fauzi, 2020)

Aqidah artinya: Simpulan, yakni kepercayaan yang tersimpul dihati.


Aqaid adalah Jama’ dari aqidah. I’tiqad berarti kepercayaan. Dengan
demikian dapatlah disimpulkan bahwa perkataan: aqaid, i’tiqad adalah

3
kepercayaan (keimanan) yang tersimpul dalam hati. Ilmu Tahuid terkadang
disebut juga “ilmu Aqaid” dan Ilmu I’tiqad”, karena ilmu ini membahas
masalah- masalah yang berhubungan dengan keyakinan yang terpatri dalam
hati. (Nawawi, 2017)

Akidah dalam pengertian terminologi adalah iman, keyakinan yang


menjadi pegangan hidup bagi setiap pemeluk agama Islam. Oleh karena itu,
akidah selalu dikaitkan dengan rukun iman atau arkan al-iman yang
merupakan asas bagi ajaran agama Islam. Pengertian iman yang bersifat
khusus terbatas pada rukun iman yang enam. Dan pengertian ini merupakan
penafsiran atau penjelasan Rasulullah SAW terhadap makna iman dalam
Hadis ketika Jibri AS datang dalam wujud manusia untuk bertanya kepada
Nabi SAW tentang Islam, iman dan ihsan. (Apriyani, 2015)

Kata Islam berasal dari BahasaArab adalah bentuk masdar dari kata
kerja Yang secara,etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat,
selamat”. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : Kedamaian,
kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam
sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai,
patuhdan berserah diri.Dari uraian kata-kata itu pengertian Islam dapat
dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.

Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri


(kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya
dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya,
demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di
akhirat. (Hadi, 2022)

B. Dasar-dasar Aqidah Islam


Dasar hukum akidah Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Karena itu, akidah Islam bersifat tauqifi artinya tidak dapat ditetapkan
kecuali berdasarkan dengan dalil syar’i yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Selain itu, tidak seorangpun mengetahui tentang Allah. Tentang segala yang
wajib bagi- Nya dan yang harus disucikan dari-Nya melainkan Allah
sendiri. Dan tidak seorangpun setelah Allah yang mengetahui tentang Allah

4
selain Rasulullah. Karena itu, pengambilan sumber dan dasar akidah hanya
terbatas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah Saw. :

Artinya: “Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu


tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu)
Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (Hadits Shahih Lighairihi,
H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm)
Maka, apapun yang ditunjukkan Al-Qur’an dan As-Sunnah harus
diimani, diyakini dan diamalkan dalam perbuatan. Sedangkan yang tidak
ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As- Sunnah maka harus ditinggalkan.
Karena itu, Allah menjamin orang-orang yang berpegang teguh terhadap
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, berjalan dengan kesatuan kata dalam
manhaj yang benar, dan tidak bercerai-berai. Allah berfirman:

ِ‫صمواْ ِِب ۡب ِل ه‬ ۡ
َِ ‫ٱَّلل‬
ْ‫َجيعٗا َوَل تَ َف هرقُوا‬ َ ُ ِ َ‫َوٱعت‬

Artinya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali


(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (QS.
Ali-Imran [3] : 103).
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw. dengan perantara Malaikat Jibril. Melalui al-Qur’an
inilah Allah Swt. menuangkan firman-firmanNya berkenaan dengan
konsep akidah yang benar, harus diyakini dan dijalani secara mutlak
serta tidak boleh ditawar oleh semua umat Islam. Di dalam al- Qur’an
banyak terdapat ayat-ayat yang berisi tentang tauhid, diantaranya adalah
QS. Al- Ikhlas (112) ayat 1-4 dan An-Nisa’ (4) ayat 136:
ُۢ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ۡ ‫ٱَّلل ٱل ه‬
‫َح ُد‬َ ‫ص َم ُد ََل يَلد َوََل يُولَد َوََل يَ ُكن لههُۥ ُك ُف ًوا أ‬ ُ‫َح ٌد ه‬ ‫قُ ۡل ُه َو ه‬
َ ‫ٱَّللُ أ‬

Katakanlah: (1) "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (2) Allah


adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-
Nya. (3) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.

5
(4) dan tidak ada suatu apapun yang setara dengan Dia."
(QS. Al-Ikhlas [112] :1-4)

b. Al-Hadis
Hadis ialah segala ucapan, perbuatan, dan takrir (sikap diam) Nabi
Muhammad Saw. Islam telah menegaskan bahwa hadis menjadi hukum
Islam kedua (setelah Al-Qur’an), baik sumber hukum dalam akidah
maupun dalam semua persoalan hidup. Hadis dijadikan dasar hukum
kedua setelah Al-Qur’an, karena :
1. Semua yang disandarkan kepada Nabi Saw. adalah wahyu dari
Allah, bukan sekedar memperturutkan nafsu saja. Sebagaimana
firman Allah Swt. :
ۡ ‫ى إِ ۡن هو إِهل و‬ ۡ ِ
‫وحى‬
َ ُ‫ي‬ ٗ‫ي‬ ‫ح‬ َ َ ُ ٰٓ َ ‫َوَما يَنط ُق َع ِن‬
‫و‬َ‫ٱۡل‬
Artinya : “dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS.
An-Najm [53] : 3-4)

2. Allah Swt. telah memberi petunjuk kepada manusia, agar


mengikuti kebenaran yang disampaikan Rasulullah Saw.,
sebagaimana firman-Nya :
َۖ ۡ
‫ٱَّللَ َش ِدي ُد‬ ‫ول فَ ُخ ُذوهُ َوَما ََنَى ُك ۡم َعنهُ فَٱنتَ ُهواْ َوٱته ُقواْ ه‬
‫ٱَّللَ إِ هن ه‬ ُ ‫َوَمآٰ ءَاتَى ُك ُم ٱل هر ُس‬
ۡ
‫اب‬ِ ‫ٱلعِ َق‬

Artinya :“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka


terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah.“ (QS. Al-Hasyr [59] :7)

3. Banyak hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-


Qur’an yang masih bersifat global, termasuk masalah akidah
Islam. Sebagaimana firman Allah Swt. Berikut :

‫ٱَّللَ َو ََل ت ُ ۡش ِر ُكواْ ِبِۦه ش َۡئٔ ۖا‬


‫ٱعبُدُواْ ه‬
ۡ ‫۞و‬
َ

6
Artinya : ”Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. (QS.
An-Nisa’ [4] :36)
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah untuk menyembah Allah
Swt. saja dan larangan menyekutukan Dia dengan apapun, tetapi tidak
menjelaskan bagaimana cara menyembah Allah Swt. secara rinci dan
bagaimana pula sikap yang tergolong menyekutukan. Tata cara
menyembah Allah Swt. dan berbagai bentuk perbuatan menyekutukan-
Nya dapat dipahami melalui hadis Nabi Muhammad Saw., sehingga
fungsi hadis untuk memperjelas maksud ayat Al-Qur’an. Sebagai contoh
hadis yang menjelaskan bentuk- bentuk menyekutukan Allah Swt.;
memuja patung, minta tolong kepada roh nenek moyang dan membuat
sesaji untuk jin atau setan. Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang
akidah adalah sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah r.a. berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam pada suatu hari bersama dengan para sahabat, lalu
datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian
bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari
berbangkit".(HR. Bukhori)

Ibnu Numair berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallallahu


'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meninggal dalam
keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk
neraka." Dan aku berkata, "Saya dan orang yang meninggal
dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun
(niscaya) masuk surga.” (HR. Muslim)

7
Jika kita cermati beberapa hadis di atas, maka kita akan temui bahwa
isinya tidak ada yang menyalahi isi dari al-Qur’an dalam hal ini berkaitan
dengan akidah yang secara umum disebut dengan keimanan. Hal ini
semakin memperkuat keyakinan kita bahwa hadis adalah sumber hukum
kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani oleh umat Islam baik dalam
hal akidah ataupun yang lainnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain. (Fauzi, 2020)

C. Tujuan mempelajari aqidah islam


Akidah itu tujuan utamanya memberi didikan yang baik dalam
menempuh jalan kehidupan, menyucikan jiwa lalu mengarahkannya
kejurusan yang tertentu untuk mencapai puncak dari sifat-sifat yang tinggi
dan luhur dan lebih utama lagi supaya diusahakan agar sampai tingkat
ma‟rifat yang tinggi. (Apriyani, 2015)

Akidah Islam sangat penting dipelajari dan dipahami bagi setiap


muslim, sehingga akan menjadi sebab kuat imannya dan istiqamah
mengamalkan Islam. Dengan demikian tujuan mempelajari akidah Islam
sebagai berikut:

1. Untuk memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang telah ada


sejak manusia lahir
Dengan mengetahui dasar ketuhanan manusia yang telah
memberikan kesaksiansejak lahir bahwa Allah Swt. sebagai tuhannya,
maka perlunya kita meningkatkan keimanan melalui amal kebaikan agar
senantiasa mendapatkan ridha Allah Swt. serta diberikan keselamatan di
dunia dan akhirat. Secara fitrah manusia adalah makhluk yang
berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia cenderung mengakui adanya
Tuhan. Dengan naluri berketuhanan, manusia berusaha untuk mencari
Tuhannya. Kemampuan akal dan ilmu yang berbeda-beda
memungkinkan manusia akan keliru mengenal Tuhan. Dengan akidah
Islam, naluri atau kecenderungan manusia akan keyakinan adanya
Tuhan Yang Maha Kuasa dapat berkembang dengan benar. Allah Swt.
berfirman sebagai berikut :

8
‫ت‬ ۡ ‫وإِ ۡذ أَخ َذ ربُّك ِم ُۢن ب ِِن ءادم ِمن ظُهوِرِه ۡم ذُ ِريهت ه ۡم وأ َۡشهده ۡم علَ ٰٓى أَنف ِس ِه ۡم أَل‬
‫َس‬
ُ ُ َ ََُ َ َُ ُ َ َ َ ٰٓ َ َ َ َ َ

‫ني‬ ِ‫بِربِ ُك َۖۡم قَالُواْ ب لَى َش ِه ۡد َنٰٓ أَن تَ ُقولُواْ ي ۡوم ۡٱل ِقيم ِة إِ هن ُكنها َع ۡن ه َذا غَ ِفل‬
َ َ ََ َ َ َ َ

Artinya: “dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari


sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka
menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu
tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah
terhadap ini.” (QS. Al-A’raf [7]: 172)

2. Untuk menghindarkan diri dari kemusyrikan


Di antara tujuan seseorang mempelajari aqidah yang benar adalah
agar tidak terjadi penyimpangan dan tersesat dari jalan yang telah Allah
tentukan. Untuk mencegah manusia dari kesyirikan perlu adanya
tuntunan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Kemungkinan manusia terperosok ke dalam kesyirikan selalu
terbuka, baik syirik jaly (terang-terangan) berupa perbuatan, maupun
syirik khafy (tersembunyi) di dalam hati. Dengan mempelajari akidah
Islam, manusia akan terpelihara dari perbuatan syirik. Karena inilah
jalan lurus yang ditetapkan Allah untuk diikuti hamba-hamba-Nya.
Allah berfirman:
َۖ
‫ٱلسبُ َل فَ تَ َف هر َق بِ ُك ۡم َعن َسبِيلِ ِهۦ ذَلِ ُك ۡم‬ ۡ
ُّ ْ‫ص َر ِطي ُمستَ ِقيمٗا فَٱتهبِعُوهُ َوَل تَتهبِعُوا‬
ِ ‫وأَ هن َه َذا‬
َ
‫صى ُكم بِ ِهۦ ل ََعله ُك ۡم تَته ُقو َن‬
‫َو ه‬

Artinya: “dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka


ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia
memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-
An’am [6]: 153).

3. Untuk menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan


Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa
akal pikiran. Pendapat-pendapat atau faham-faham yang semata-mata

9
didasarkan pada akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu
sendiri oleh karena itu akal fikiran perlu dibimbing oleh akidah Islam
agar manusia terhindar dari kehidupan yang sesat.

D. Pengertian iman, islam, dan ihsan


1. Iman

Menurut bahasa ‫ اميانا‬-‫ يؤمن‬-‫امن‬ berarti percaya. Sedangkan

menurut istilah iman itu adalah:

“Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan


dengan lisan dan dilaksanakan dengan anggota badan
(perbuatan).”

Jika seseorang sudah mengimani seluruh ajaran Islam, maka orang


tersebut sudah dapat dikatakan mukmin (orang yang beriman). Iman
terdiri atas tiga tingkatan:
1. Tingkatan mengenal, artinya seseorang baru mengenal sesuatu yang
diimani.
2. Tingkat kesadaran, artinya iman seseorang sudah lebih tinggi karena
sesuatu yang diimani disadari oleh alasan tertentu.
3. Tingkat haqqul yakin, artinya iman yang tertinggi, seseorang
mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan tertentu
tapi diikuti dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah Swt.
2. Islam

Islam secara bahasa ‫اسالما‬ - ‫ اسلم – يسلم‬tunduk, patuh, menyerah


diri dan selamat. Sedangkan menurut istilah Islam ialah agama yang
mengajarkan agar manusia tunduk patuh dan berserah diri sepenuhnya
kepada Allah SWT. Ajaran Islam harus diyakini kebenarannya. Allah
menjamin kebenaran tersebut sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali
Imran (3) ayat :19 berikut :

10
ُۗ ِ ۡ ِ ِ ِ ِ
ٰٓ‫ٱۡل ۡسلَ ُم‬ َ ‫إ هن ٱلد‬
‫ين عن َد ه‬
‫ٱَّلل‬

Artinya : “sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah


adalah agama Islam.”

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. berikut :

Artinya: “…Kabarkanlah kepadaku tentang Islam?”.


Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam menjawab:
"Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan- Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan puasa
Ramadlan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu
bepergian kepadanya.”...(HR. Bukhari)

Dari pengertian ini Islam mencakup 5 hal :


1. Bersyahadat dengan 2 kalimat syahadat
2. Menegakkan shalat
3. Puasa di bulan Ramadhan
4. Menunaikan zakat
5. Haji jika mampu
Kelima kalimat tersebut terangkum dengan apa yang disebut dengan
rukun Islam. Karena itu kewajiban setiap muslim adalah melaksanakan
rukun Islam tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ihsan

Ihsan berasal dari bahasa arab ‫ احسان‬- ‫احسن – حيسن‬ yang artinya

adalah berbuat baik, berbakti atau mengabdikan diri. Sedangkan


menurut istilah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah Swt.
dengan dilandasi kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah
yakni berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, sesama
manusia maupun bagi makhluk lain. Semua perbuatan itu dilakukan

11
semata- mata karena Allah, seolah-olah orang yang melakukan
perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah. Orang yang telah
menerapkan hal ini disebut dengan muhsin. Hal ini terungkap dalam
hadits Rasulullah Saw. :

Artinya : “ Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan itu?” Beliau


menjawab: "Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu
melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu."”(HR. Muslim).
Dengan kata lain, dalam beribadah kita harus benar-benar ikhlas,
khusyuk dan tunduk hanya kepada Allah. Ihsan ada empat macam,
yaitu:
1. Ihsan terhadap Allah
2. Ihsan terhadap diri sendiri
3. Ihsan terhadap sesama manusia
4. Ihsan terhadap makhluk lain (alam lingkungan). (Fauzi, 2020)

E. Hubungan iman, islam, dan ihsan


Secara teori iman, Islam, dan ihsan dapat dibedakan namun dari segi
prakteknya tidak dapat dipisahkan. Satu dan lainnya saling mengisi, iman
menyangkut aspek keyakinan dalam hati yaitu kepercayaan atau keyakinan,
sedangkan Islam artinya keselamatan, kesentosaan, patuh, dan tunduk dan
ihsan artinya selalu berbuat baik karena merasa diperhatikan oleh Allah.
Beribadah agar mendapatkan perhatian dari sang Khaliq, sehingga dapat
diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi
laranganNya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa
bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas
kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari Tuhan, sebisa mungkin
kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan perhatian dan
ridho- Nya. Inilah hakikat dari ihsan. (Hadi, 2022)

Hubungan iman, Islam, dan ihsan tidak bisa dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Artinya, jika seseorang mengaku berakidah Islam /sebagai
muslim, maka harus ada tiga unsur pokok ini didalam dirinya yaitu iman,

12
Islam, dan ihsan. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat. Iman
menekankan pada akidah dan keyakinan(amal batin). Ilmu yang
membahasnya adalah ilmu tauhid, yaitu hal-hal yang diyakini oleh seorang
yang mukallaf (orang yang telah dewasa yang wajib menjalankan hukum-
hukum agama) yang terdiri dari ketuhanan, kenabian dan hal-hal yang
sam’iyyat (masalah yang ghaib). Islam lebih menekankan amal lahir,
tindakan yang nyata sebagai bukti keimanannya.

Ilmu yang membahasnya adalah ilmu fikih, yaitu ilmu tentang


hukum-hukum syari’at praktis yang diwajibkan Allah Swt. untuk
dilaksanakan oleh kaum muslimin. Ihsan adalah perwujudan dari iman dan
Islam seseorang, sekaligus sebagai cermin kadar iman dan Islam seseorang.
Rukun ihsan berisi tentang pelaksanaan ibadah dengan khusuk, rendah hati,
ikhlas, menghadirkan hati, menghadirkan keagungan Allah Swt. merasa
dilihat Allah Swt. baik ketika diam maupun bergerak. Ilmu yang
membahasnya adalah ilmu tasawuf, yaitu tentang ilmu akhlak batin yang
merupakan hal-hal yang menyelamatkan, wajib dijadikan hiasan oleh
seorang hamba, dan hal-hal yang merusak yang harus ditinggalkan, untuk
meraih akhlak yang terpuji. Seseorang yang kadar keimanannya tinggi akan
melakukan rukun Islam yang lima dengan penuh keikhlasan dan
kekhusukan. (Fauzi, 2020)

13
RANGKUMAN

a. Akidah Islamiyah adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini


kebenarannya oleh setiap muslim.
b. Dasar akidah Islamiyah adalah al-Qur’an dan al-Hadis.
c. Pondasi akidah Islamiyah adalah keyakinan kepada Allah Swt. sebagai
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Segalanya.
d. Tiga unsur yang tidak mungkin dipisahkan dalam akidah Islamiyah adalah
iman, Islam, dan ihsan
e. Iman adalah bentuk keyakinan, Islam sebagai bentuk ibadah, dan Ihsan
sebagai bentuk perbuatan baik kepada Allah maupun kepada sesama.
f. Islam dan ihsan adalah implementasi dari keimanan dalam kehidupan
sehari-hari

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
satu dengan lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui Allah
di sisi-Nya, sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah
Islam. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan
kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan
cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah dan barometer
tingkat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Maka Islam tidak sah
tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan
adalah mustahil tanpa iman, dan iman pun tidak akan terwujud tanpa adanya
Islam.

Peranan aqidah atau kepercayaan didalam hati dan jiwa itu adalah
tepat-setepatnya jalan yang wajib dilalui untuk menimbulkan unsur-unsur
kebaikan yang dengan persendikan itu akan terciptalah kesempurnaan
kehidupan. Allah telah menciptakan aqidah yang merupakan kesatuan yang
tidak akan berubah-ubah karena pergantian zaman atau tempat, tidak pula
berganti-ganti karena perbedaab golongan atau masyarakat. Sebab aqidah
itu mempunyai pengaruh yang kuat dan kemanfaatan yang nyata terhadap
kehidupan pribadi kehidupan masyarakat. Dengan beriman kepada Allah
maka dengan sendirinya akan memancarkan perasaan kesucian membangun
kesadaran untuk selalu mengingat kepada Allah dan berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, D. L. (2015) ‘Menanamkan Nilai-Nilai Akidah Pada Anak Dalam


Keluarga’, Dk, 53(9), pp. 1689–1699.

Fauzi, A. (2020) Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas Vii, Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.

Hadi, N. (2022) ‘Islam, Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘In An-Nawawi:
Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi
SAW’, Intelektual, 9(April), p. 196. Available at: https://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/intelektua.

Nawawi, N. (2017) Aqidah Islam: Dasar Keikhlasan Beramal Shalih.

16

Anda mungkin juga menyukai