Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Telaah
Materi Akidah Akhlak”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
PONTIANAK
2023
ٱلر ۡح َٰمن ه
ِب ۡسم ٱَّللهِ ه
KATA PENGANTAR
ٱلر ِح ِمي ِ ِ
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti yang dapat kita rasakan saat ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dilakukan demi terjaganya kualitas generasi yang beradab. Maka dari itu
pada makalah ini penulis akan membahas seputar aqidah islam dan
pembahasannya.
B. Pembatasan Masalah
Dari banyaknya pembahasan yang beragam, Penulis membatasi masalah
yang kami bahas agar pembahasannya berfokus pada :
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui, memahami, dan
menambah wawasan tentang aqidah islam, dasar-dasar aqidah islam, tujuan
mempelajari aqidah islam, pengertian iamn, islam, dan ihsan, hubungan
antara iman, islam, dan ihsan.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, pembatasan masalah,
dan sistematika penulisan.
Bab II. Pembahasan, terdiri dari 4 sub judul yaitu :
A. Pengertian Aqidah Islam
B. Dasar-dasar Aqidah Islam
C. Tujuan mempelajari aqidah islam
D. Pengertian iman, islam, dan ihsan
E. Hubungan iman, islam, dan ihsan
2
BAB II
PEMBAHASAN
يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ َٰٓواْ أَ ۡوفُواْ بِ ۡٱلعُقُو ِۚ ِد
3
kepercayaan (keimanan) yang tersimpul dalam hati. Ilmu Tahuid terkadang
disebut juga “ilmu Aqaid” dan Ilmu I’tiqad”, karena ilmu ini membahas
masalah- masalah yang berhubungan dengan keyakinan yang terpatri dalam
hati. (Nawawi, 2017)
Kata Islam berasal dari BahasaArab adalah bentuk masdar dari kata
kerja Yang secara,etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat,
selamat”. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : Kedamaian,
kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam
sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai,
patuhdan berserah diri.Dari uraian kata-kata itu pengertian Islam dapat
dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.
4
selain Rasulullah. Karena itu, pengambilan sumber dan dasar akidah hanya
terbatas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah Saw. :
ِصمواْ ِِب ۡب ِل ه ۡ
َِ ٱَّلل
َْجيعٗا َوَل تَ َف هرقُوا َ ُ ِ ََوٱعت
5
(4) dan tidak ada suatu apapun yang setara dengan Dia."
(QS. Al-Ikhlas [112] :1-4)
b. Al-Hadis
Hadis ialah segala ucapan, perbuatan, dan takrir (sikap diam) Nabi
Muhammad Saw. Islam telah menegaskan bahwa hadis menjadi hukum
Islam kedua (setelah Al-Qur’an), baik sumber hukum dalam akidah
maupun dalam semua persoalan hidup. Hadis dijadikan dasar hukum
kedua setelah Al-Qur’an, karena :
1. Semua yang disandarkan kepada Nabi Saw. adalah wahyu dari
Allah, bukan sekedar memperturutkan nafsu saja. Sebagaimana
firman Allah Swt. :
ۡ ى إِ ۡن هو إِهل و ۡ ِ
وحى
َ ُي ٗي ح َ َ ُ ٰٓ َ َوَما يَنط ُق َع ِن
وَٱۡل
Artinya : “dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya. ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS.
An-Najm [53] : 3-4)
6
Artinya : ”Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. (QS.
An-Nisa’ [4] :36)
Ayat tersebut menjelaskan tentang perintah untuk menyembah Allah
Swt. saja dan larangan menyekutukan Dia dengan apapun, tetapi tidak
menjelaskan bagaimana cara menyembah Allah Swt. secara rinci dan
bagaimana pula sikap yang tergolong menyekutukan. Tata cara
menyembah Allah Swt. dan berbagai bentuk perbuatan menyekutukan-
Nya dapat dipahami melalui hadis Nabi Muhammad Saw., sehingga
fungsi hadis untuk memperjelas maksud ayat Al-Qur’an. Sebagai contoh
hadis yang menjelaskan bentuk- bentuk menyekutukan Allah Swt.;
memuja patung, minta tolong kepada roh nenek moyang dan membuat
sesaji untuk jin atau setan. Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang
akidah adalah sebagai berikut:
7
Jika kita cermati beberapa hadis di atas, maka kita akan temui bahwa
isinya tidak ada yang menyalahi isi dari al-Qur’an dalam hal ini berkaitan
dengan akidah yang secara umum disebut dengan keimanan. Hal ini
semakin memperkuat keyakinan kita bahwa hadis adalah sumber hukum
kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani oleh umat Islam baik dalam
hal akidah ataupun yang lainnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain. (Fauzi, 2020)
8
ت ۡ وإِ ۡذ أَخ َذ ربُّك ِم ُۢن ب ِِن ءادم ِمن ظُهوِرِه ۡم ذُ ِريهت ه ۡم وأ َۡشهده ۡم علَ ٰٓى أَنف ِس ِه ۡم أَل
َس
ُ ُ َ ََُ َ َُ ُ َ َ َ ٰٓ َ َ َ َ َ
ني ِبِربِ ُك َۖۡم قَالُواْ ب لَى َش ِه ۡد َنٰٓ أَن تَ ُقولُواْ ي ۡوم ۡٱل ِقيم ِة إِ هن ُكنها َع ۡن ه َذا غَ ِفل
َ َ ََ َ َ َ َ
9
didasarkan pada akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu
sendiri oleh karena itu akal fikiran perlu dibimbing oleh akidah Islam
agar manusia terhindar dari kehidupan yang sesat.
10
ُۗ ِ ۡ ِ ِ ِ ِ
ٰٓٱۡل ۡسلَ ُم َ إ هن ٱلد
ين عن َد ه
ٱَّلل
Ihsan berasal dari bahasa arab احسان- احسن – حيسن yang artinya
11
semata- mata karena Allah, seolah-olah orang yang melakukan
perbuatan itu sedang berhadapan dengan Allah. Orang yang telah
menerapkan hal ini disebut dengan muhsin. Hal ini terungkap dalam
hadits Rasulullah Saw. :
Hubungan iman, Islam, dan ihsan tidak bisa dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Artinya, jika seseorang mengaku berakidah Islam /sebagai
muslim, maka harus ada tiga unsur pokok ini didalam dirinya yaitu iman,
12
Islam, dan ihsan. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat. Iman
menekankan pada akidah dan keyakinan(amal batin). Ilmu yang
membahasnya adalah ilmu tauhid, yaitu hal-hal yang diyakini oleh seorang
yang mukallaf (orang yang telah dewasa yang wajib menjalankan hukum-
hukum agama) yang terdiri dari ketuhanan, kenabian dan hal-hal yang
sam’iyyat (masalah yang ghaib). Islam lebih menekankan amal lahir,
tindakan yang nyata sebagai bukti keimanannya.
13
RANGKUMAN
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
satu dengan lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui Allah
di sisi-Nya, sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah
Islam. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan
kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan
cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah dan barometer
tingkat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Maka Islam tidak sah
tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan
adalah mustahil tanpa iman, dan iman pun tidak akan terwujud tanpa adanya
Islam.
Peranan aqidah atau kepercayaan didalam hati dan jiwa itu adalah
tepat-setepatnya jalan yang wajib dilalui untuk menimbulkan unsur-unsur
kebaikan yang dengan persendikan itu akan terciptalah kesempurnaan
kehidupan. Allah telah menciptakan aqidah yang merupakan kesatuan yang
tidak akan berubah-ubah karena pergantian zaman atau tempat, tidak pula
berganti-ganti karena perbedaab golongan atau masyarakat. Sebab aqidah
itu mempunyai pengaruh yang kuat dan kemanfaatan yang nyata terhadap
kehidupan pribadi kehidupan masyarakat. Dengan beriman kepada Allah
maka dengan sendirinya akan memancarkan perasaan kesucian membangun
kesadaran untuk selalu mengingat kepada Allah dan berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A. (2020) Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas Vii, Direktorat KSKK
Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Hadi, N. (2022) ‘Islam, Iman Dan Ihsan Dalam Kitab Matan Arba‘In An-Nawawi:
Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi
SAW’, Intelektual, 9(April), p. 196. Available at: https://ejournal.iai-
tribakti.ac.id/index.php/intelektua.
16