Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU,

MENGEMBANGKAN, DAN MENGAMALKANNYA

Mata Kuliah : AlK III & IPTEK

Dosen Pengampu : Mohammad Ahyan Yusuf Syabani, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :

Liset Ayuni ( 190701004 )

Novvira Pramita Rusiandi ( 190701019 )

Hesty Eka Pratiwi ( 190701041 )

Ach. Rizal Firdaus ( 16711029 )

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat-kan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di yaumul qiyamah nanti.
Maksud dan tujuan kami menyelesaikan tugas makalah ini ialah tak lain
untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan pada mata kuliah Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan III & IPTEK serta merupakan tanggung jawab kami pada
tugas yang diberikan.
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, dimana kami sadar
bahwasannya kami-pun hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan. Sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah ‘Azza Wa Jalla,
sehingga dalam pembuatannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa kami nanti guna evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan
pembuatan tugas makalah ini ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat
bahkan hikmah bagi penyusun, pembaca maupun bagi seluruh mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Gresik.

Gresik, 26 April 2021


DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................................

Kata pengantar.......................................................................................................i

Daftar isi................................................................................................................ii

Bab I : Pendahuluan...............................................................................................1

1.1 Latar belakang......................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................2

Bab II : Pembahasan..............................................................................................3

2.1 Keutamaan iman,ilmu dan amal...........................................................3


2.2 Kedudukan ulama dalam islam.............................................................6

Bab III : Penutup...................................................................................................10

3.1 Kesimpulan...........................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................10

Daftar pustaka........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak
dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal
Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Mencari ilmu merupakan
kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik.
Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib
(fardhu).
Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2).
Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan
diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi
tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para
ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga
pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-
Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang
bertaqwa. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir seseorang sehingga
dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan.
Orang yang menghargai ilmu dan mengamalkannya dengan baik maka hidupnya
akan menjadi damai dan sejahtera. Tak jarang manusia menyepelekan ilmu sebab
untuk menuntut ilmu memerlukan biaya dan waktu yang lama. Mereka adalah orang-
orang yang tidak bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu. Apabila
kita telah membuka hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan
berguna, maka dengan sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena
kebutuhan hidup selalu berkaitan dengan ilmu. Mencari ilmu adalah kebutuhan yang
akan menjadi kewajiban bila sudah ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat
penting karena akan menjadi bekal manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap
sebagai agama pemersatu bangsa dan agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita
sebagai umat muslim akan menjadi orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu.
Sebab Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Tuntutlah ilmu meskipun
sampai ke negeri Cina”. Sabda nabi tersebut menunjukkan bahwa ilmu sangatlah
berharga. Ilmu yang kita miliki baru akan berharga bila sudah diamalkan di jalan
Allah. Dengan demikian kita akan mampu meningkatkan amal ibadah kita kepada
Allah SWT.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul makalah “Kewajiban
Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini

1
adalah “Bagaiman perintah menuntut ilmu dalam Islam” yang kami uraikan sebagai
berikut ;
1) Bagaimana keutamaan orang berilmu?
2) Bagaimana kedudukan ulama dalam Islam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1) untuk mengetahui perintah menuntut ilmu dalam Islam;
2) untuk mengetahui keutamaan orang berilmu; dan
3) untuk mengetahui kedudukan ulama dalam Islam.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan
penulis khususnya, dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang kewajiban
menuntut ilmu, mengembangkan, dan mengamalkannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keutamaan Iman,ilmu dan amal


 Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut
istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian
iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar
ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan
itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)
sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan
lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Agama sebagai pedoman, sering juga agama sebagai peradaban yang ekslusif.
Agama menjadi pengikat atas cara-cara yang dianggap paling mendekatkan pada
kebenaran, maka tidak jarang pertentangan dan konfrontasi agama-agama yang
memiliki kencenderungan yang sama dan berbeda sekaligus. Agama sebagai
peletak peradaban menjadi penting karena dalam agama aspek kultur dan doktrin
menjadi satu, hingga muncul peradaban seperti Islam Syah, Protestan dan lain
sebagainya. Sebaga upaya pendekatan diri pada kebenaran, bentuk kepercayaan
atau iman juga tidak jauh dari pandangan keagamaan tentang konsep ke-Tuhan-
nan itu sendiri.
Pengambaran Tuhan secara mitologi, seperti memnyerupakan bentuk Tuhan
dengan benda-benda yang menjadi objeknya, akan menunjukan bahwa tuhan
lemah, karena Tuhan sebagai subjek penciptakaan yang "diserupakan" dengan
objek yang diciptakan-Nya. Dalam pegabaran ini menimbulkan suatu paradigma
yang kontradiktif dengan keadaan Tuhan, pendangan ini salah dan jelas
pandangan ini menimbulkan suatu distorsi tentang keyakinan yang menimbulkan
nilai yang menjadi sumber kebenaran.

‫ب الَّ ِذي أَ ْنزَ َل ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن‬ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬َ ‫ض َّل‬ َ ‫يَ ْكفُرْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد‬

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang
Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. an-Nisa’: 136)

1
 Ilmu
Kata ilmu berasal dari kata kerja ‘alima, yang berarti memperoleh hakikat
ilmu, mengetahui, dan yakin. Ilmu, yang dalam bentuk jamaknya adalah ‘ulum,
artinya ialah memahami sesuatu dengan hakikatnya, dan itu berarti keyakinan dan
pengetahuan. Jadi ilmu merupakan aspek teoritis dari pengetahuan. Dengan
pengetahuan inilah manusia melakukan perbuatan amalnya. Jika manusia
mempunyai ilmu tapi miskin amalnya maka ilmu tersebut menjadi sia-sia.
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang
apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut
sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh
paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
Bahwa ilmu akan mengangkat derajat manusia pada tingkat yang lebih tinggi,
sudah menjadi suatu kenyataan yang koheren, karena seorang yang berilmu
secara bersamaan akan berada pada kedekatannya kepada kebenaran. Ilmu
menjadi alat manusia dalam upaya-upaya kebenaran, meski dalam penafsiran
ilmu dengan alam pikiran dan pengalaman manusia masih memiliki ruang
kebinasaan, karena manusia yang dalam keterbatasannya sebagai objek Tuhan.
 Amal
Secara bahasa "amal" berasal dari bahasa Arab yang berarti perbuatan atau
tindakan, sedangkan saleh berarti yang baik atau yang patut. Menurut istilah,
amal saleh ialah perbuatan baik yang memberikan manfaat kepada pelakunya di
dunia dan balasan pahala yang berlipat di akhirat.
Pengertian amal dalam pandangan Islam adalah setiap amal saleh, atau setiap
perbuatan kebajikan yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan demikian, amal
dalam Islam tidak hanya terbatas pada ibadah, sebagaimana ilmu dalam Islam
tidak hanya terbatas pada ilmu fikih dan hukum-hukum agama. Ilmu dalam dalam
ini mencakup semua yang bermanfaat bagi manusia seperti meliputi ilmu agama,
ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lain. Ilmu-ilmu ini jika dikembangkan dengan
benar dan baik maka memberikan dampak yang positif bagi peradaban manusia.
Misalnya pengembangan sains akan memberikan kemudahan dalam lapangan
praktis manusia. Demikian juga pengembangan ilmu-ilmu sosial akan
memberikan solusi untuk pemecahan masalah-masalah di masyarakat.

Kemudian Adapun hubungan anatara iman,ilmu dan amal ialah sebagai berikut ;

1. Antara Ilmu dan Iman


lmu dan iman merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya.
Dengan ilmu keimanan kita akan lebih berbobot. Begitu pula sebaliknya dengan
iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong, riya 'dan sifat
tercela lainnya hingga menghindari dalam pengaplikasian ilmunya untuk
kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Karena hakikat dari ilmu
yang sebenarnya adalah mendekatkan orang tersebut kepada Allah SWT sang
pemiliknya.

2
2. Antara Amal dan Iman
Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang yang
beriman kepada Allah SWT harus mengaplikasikan keimanannya dalam bentuk
amal sholeh. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan bunga tanpa aroma
keharuman. Dan amal tanpa suatu keimanan seperti memegang api dengan
tangan yang hampa.

3. Antara Ilmu dan Amal


Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah
pemimpin dan pembimbing perbuatan. Dalam semua aspek kegiatan manusia
harus mengikuti ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau perbuatan lainnya.
Yang kedua, jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Karena,
suatu perbuatan yang akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Dan
ilmu itu sendiri bukti sebagai akan merekomendasikan derajat kemanfaatannya.
Keduanya tidak dapat tertib dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang
saling melengkapi dalam kehidupan manusia yakni bertholabul ilmi dan
mengamalkannya.
Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang
sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal
kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt
semata. Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan
amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa,
sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman
dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.
Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu
menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya,
karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga
tidak mengerjakan seperti dalam (Q.S. Ash – Shaf : 3) yang menerangkan bahwa
orang alim dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain.
Dibawah naungan dan lindungan Allah swt.
۟ ُ‫َكبُ َر م ْقتًا ِعن َد ٱهَّلل ِ أَن تَقُول‬
َ‫وا َما اَل تَ ْف َعلُون‬ َ
Artinya:

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan. (Q.S. Ash – Shaf : 3)

2.2 Kedudukan ulama dalam islam


Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka
sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan
pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan
menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka

3
mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta
derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi
kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.
Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan
melanjutkan peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada Allah
dan ketaatan kepada-Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta membela
agama Allah. Mereka berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah dan hamba-
hamba-Nya dalam memberi nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta untuk
menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi jalan.
Sufyan bin ‘Uyainah berkata ;
“Manusia yang paling agung kedudukannya adalah yang menjadi perantara
antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para Nabi dan ulama.”
Di dalam menafsirkan ayat yang berkaitan tentang kedudukan ulama Sayyid
Quṭub menjelaskan bahwa ulama mempunyai kedudukan yang istimewa di hadapan
Allah SWT, kesaksian mereka disandingkan seperti kesaksiannya para malaikat,
sebagaimana dalam menafsirkan Q.S Ali ‘Imran ayat 18, sebagai berikut.
Setelah itu Allah mempersandingkan kesaksian para malaikat-Nya dan kesaksian
orang-orang berilmu dengan kesaksian-Nya. Allah SWT. bersaksi bahwasanya tiada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakan keadilan. Para
malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang demikian itu merupakan keistimewaan
yang besar bagi para ulama dalam kedudukannya, yaitu dalam segala hal dan keadaan,
ayat ini untuk menjelaskan martabat orang-orang berilmu.
Kemudian Sayyid Quṭub menafsirkan Q.S al-Mujādalah ayat 11 tentang
kedudukan orang yang berilmu. Ayat ini hanya menganjurkan supaya memberi
tempat kepada orang yang datang, juga menganjurkan agar mentaati perintah jika
orang yang duduk diminta beranjak dari tempat duduknya, yaitu perintah yang datang
langsung dari pemimpin yang bertanggung jawab dalam mengatur jama‘ah, bukan
perintah dari orang yang baru datang. Juga menjanjikan kedudukan yang tinggi bagi
orang yang mentaati perintah berdiri dari tempatnya tersebut dan mengosongkannya
bagi orang lain. Itulah balasan atas ketawaduan dan kepatuhannya atas perintah
berdiri. Konteks di atas ialah konteks kedekatan dengan Rasulallah SAW guna
menerima ilmu di majlisnya. Ayat di atas mengajarkan kepada mereka bahwa
keimananlah yang mendorong mereka berlapang dada dan mentaati perintah. Ilmulah
yang membina jiwa, lalu ia berendah hati dan taat. Kemudian iman dan ilmu
mengantarakan seseorang kepada derajat yang tinggi di sisi Allah. Derajat ini
merupakan imbalan atas tempat yang diberikannya dengan suka hati dan atas
kepatuhan kepada perintah Rasulallah SAW. Dan Allah memberikan balasan
berdasarkan ilmu dan pengetahuan akan hakikat perbuatanmu dan atas motivasi yang
ada dibalik perbuatan itu.

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu Adalah Bunga-bunga Ibadah . Kita harus memahami juga untuk apa kita
hidup di dunia ini. Allah menciptakan makhluknya hanya untuk beriman dan
bertakwa kepadaNya. Jadi semua hal di dunia yang telah dan akan kita lakukan,
semua ditujukan hanya pada Allah. Setiap hal di dunia memerlukan ilmu. Sebab
kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal. Dengan akal maka manusia dapat
berpikir dan mempergunakan pikirannya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu
Menuntut ilmu sebaiknya jangan dianggap kewajiban tetapi sebuah kebutuhan
yang asasi dan sangat penting. Menuntut ilmu dapat mengembangkan pola berpikir
seseorang sehingga dapat memudahkan dalam menjalani kehidupan. Orang yang
menghargai ilmu dan mengamalkannya dengan baik maka hidupnya akan menjadi
damai dan sejahtera. Tak jarang manusia menyepelekan ilmu sebab untuk menuntut
ilmu memerlukan biaya dan waktu yang lama. Mereka adalah orang-orang yang tidak
bisa membuka hati dan pikirannya untuk menerima ilmu. Apabila kita telah membuka
hati dan pikiran kita untuk menerima bahwa ilmu itu ada dan berguna, maka dengan
sendirinya diri kita akan terbiasa menuntut ilmu karena kebutuhan hidup selalu
berkaitan dengan ilmu.
Mencari ilmu adalah kebutuhan yang akan menjadi kewajiban bila sudah
ditanamkan dalam hati. Hal tersebut sangat penting karena akan menjadi bekal
manusia di dunia dan di akherat. Islam dianggap sebagai agama pemersatu bangsa dan
agama Islam sebagai rahmatan lil alamin. Kita sebagai umat muslim akan menjadi
orang yang merugi bila tidak menuntut ilmu.

3.2 Saran
Untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu pengetahuan harus didasari dengan
keimanan dan ketakwaan kedapa Allah swt. Agar dapat memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.

5
DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqolani Ibnu Hajar, 2006, Ringkasan Targhib wa Tarhib. Jakarta: pustaka Azam

Asy-Syuhud Syaikh Ali bin Nayif. 2009, Shahih Fadhilah Amal. Solo: PT Aqwam

Armawati, Aar. (2017). Kedudukan dan Peran Ulama dalam Perspektif Al-Quran. Jurnal Al-
Fath. Vol. 11 No. 01

Anda mungkin juga menyukai