Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perpajakan


Dengan Dosen Pengampuh Asnidar S.E., M.Ak

KELOMPOK 2 :

ALFIRA (C0221559)
RASMA (C0221560)
NURSAKIA (C0221539)
RAJINA (C0221544)
ALDI (C0221541)
SILAHUDDIN (C0221533)
MUHAMMAD SUPYAN (C0221572)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE

2023
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

berkat dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat dapat menyelesaikan makalah ini

yang membahas tentang “Pengusaha Kena Pajak (PKP)”. Adapun makalah ini

telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai

pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak

lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa

ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh

karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-

lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami

sehingga kami dapat memperbaiki makalah menjadi lebih baik dari sekarang ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat

diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap

pembaca.

Majene, 10 Maret 2023

Penulis

ii
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakan............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian...................................................................... 2

BAB II PEMBAHSAN............................................................................... 3

A. Pengertian Pengusaha Kena Pajak (PKP).................................. 3

B. Tata Cara Pelaporan Dan Pengukuhan PKP.............................. 4

C. Fungsi Pengukuhan PKP............................................................ 6

D. Pencabutan Pengukuhan PKP.................................................... 11

E. Sanksi PKP Yang Tidak Melaksanakan Ketentuan................... 12

BAB III PENUTUP..................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................... 13

B. Saran ............................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

iii
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu aset pemasukkan bagi negara dan tidak dapat

dipungkiri bahwa sebagian besar sumber pembiayaan negara berasal dari sektor

pajak. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk

membiayai pengeluaran rutin dan ’surplus’nya digunakan untuk public saving

yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment (Soemitro,

1974). Penerimaan dari sektor pajak sangat mendukung terlaksananya

pembangunan di berbagai sektor sebagai wujud pelayanan pemerintah kepada

masyarakat. Pemahaman akan peraturan perpajakan menjadi sangat penting bagi

para wajib pajak agar bisa menghitung kewajiban pajaknya dengan tepat serta

mengerti bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya yang terkait dengan

pajak. Apalagi dengan sistem self assesment seperti yang diterapkan di Indonesia.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

Nomor:197/PMK.03/2013, wajib pajak badan yang sudah dikukuhkan sebagai

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki omzet lebih dari 4,8 miliyar pertahun

wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), namun bagi wajib

pajak badan yang memiliki omzet dibawah 4,8 milyar diperbolehkan tidak

memiliki Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP). Nomor Pokok

Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) sendiri merupakan identitas bagi setiap wajib

pajak badan yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang dikenai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan undang - undang Pajak Pertambahan

1
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

Nilai (PPN). Pengusaha Kena pajak (PKP) adalah pengusaha yang diwajibkan

memungut, menyetor, dan melapor Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengusaha kena pajak (PKP)?

2. Bagaimana tata cara pelaporan dan pengukuhan PKP?

3. Apa fungsi pengukuhan PKP?

4. Bagaimana pencabutan pengukuhan PKP?

5. Bagaimana sanksi PKP yang tidak melaksanakan ketentuan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian pengusaha kena pajak (PKP).

2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pelaporan dan pengukuhan PKP.

3. Untuk mengetahui fungsi pengukuhan PKP.

4. Untuk mengetahui bagaimana pencabutan pengukuhan PKP.

5. Untuk mengetahui sanksi PKP yang tidak melaksanakan ketentuan.

2
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor

barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan

barang tidak berwujud, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari lua.

Sedangkan Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan

penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang

dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN)

1983 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang

memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Pengusaha Kena pajak (PKP) sendiri adalah orang pribadi atau badan

hukum atau usaha yang menyerahkan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa

Kena Pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang - undang PPN

(Pasal 3A UU PPN). Perusahaan merupakan salah satu bentuk badan hukum yang

berkewajiban membayar pajak, dimana dalam usahanya lebih berorientasi pada

keuntungan perusahaan demi kelangsungan perusahaan tersebut. Keuntungan

perusahaan dapat diperoleh apabila harga jual lebih tinggi dari biaya output, baik

biaya oprasional atau non oprasional. Semua aktivitas perusahaan, baik penjualan

produk maupun pembelian bahan baku harus dilaporkan setiap bulan, dalam

bentuk Laporan Keuangan yang menjadi sumber informasi terkait bagi

perusahaan.

3
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

B. Tata Cara Pelaporan dan Pengukuhan PKP

Pada dasarnya, Pengusaha Kena Pajak mencakup pengusaha orang

pribadi dan badan. Sebuah badan otomatis dikenai kewajiban menjadi Pengusaha

Kena Pajak apabila menyerahkan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak,

tanpa memandang omzet (peredaran bruto) pertahun. Untuk itulah, ketika sebuah

badan melakukan pendaftaran memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

maka ia juga akan dikukuhkan sebagai PKP dan memperoleh Nomor Pengukuhan

PKP (NPPKP) apabila usahanya mencakup seperti yang disebutkan di atas.

Lain halnya dengan orang pribadi. Ketika orang pribadi melakukan usaha

dimana terdapat penyerahan BKP dan atau JKP, seharusnya, orang pribadi

tersebut juga otomatis akan menjadi PKP. Hanya saja, kantor pajak akan

memantau peredaran usaha berdasarkan SPT masa yang dilaporkan. Bila dalam

satu tahun tidak melebihi batasan omzet sebagaimana diatur dengan Peraturan

Menteri Keuangan, maka status PKP dapat dicabut dan beralih kepada Pengusaha

Kecil, dimana kewajiban untuk memungut dan menyetor PPN akan hilang.

Namun demikian, apabila tahun berikutnya omzetnya sudah melebihi batas

pengusaha kecil, orang pribadi tersebut wajib melakukan permohonan

pengukuhan PKP lagi.

Wajib Pajak (WP) mengisi formulir pendaftaran dan menyampaikan

secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor

Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) setempat. Untuk WP

Orang Pribadi yang menjalankan usaha yang dibutuhkan adalah KTP bagi

penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing. Sedangkan untuk WP Badan,

persyaratannya yakni :

4
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

1. Akte pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukkan dari kantor

pusat bagi BUT (Bentuk Usaha Tetap);

2. KTP bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi orang asing sebagai

penanggung jawab;

3. NPWP pimpinan/penanggung jawab Badan.

Untuk WP Orang pribadi dan WP Badan yang melaporkan usahanya

untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, persyaratan tambahan yang

diminta antara lain SIUP dan keterangan domisili dari pengelola

gedung/kelurahan. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak ini harus melalui

pembuktian alamat dari WP tersebut.

Pengusaha yang dikenai PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP

yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha

dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP. Pengusaha

orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha berbeda dengan

tempat tinggal, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP ke

KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, juga

wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha dilakukan.

Pengusaha kecil yang memlilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib

mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP. Pengusaha kecil

yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu

masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui

batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib melaporkan usahanya

untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya.

5
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

C. Fungsi Pengukuhan PKP

Ada 2 fungsi utama dari pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), yaitu

sebagai identitas PKP yang bersangkutan dan sebagai pengawasan dalam

melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPn BM. Adapun Hak

dan Kewajiban PKP adalah sebagai berikut :

1. Hak-Hak Pengusaha Kena Pajak

a. Hak untuk melakukan pengkreditan pajak masukan

Sesuai dengan mekanisme PPN, pajak masukan dalam suatu masa

pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang

sama. Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga belum

melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan

dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang telah

dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib dibayar kembali oleh

Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak tersebut

mengalami keadaan gagal berproduksi dalam jangka waktu paling lama 3

(tiga) tahun sejak Masa Pajak Pengkreditan Pajak Masukan dimulai.

b. Hak untuk melakukan kompensasi

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat

dikreditkan lebih besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan

kelebihan pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Atas

kelebihan Pajak Masukan tersebut, dapat diajukan permohonan

pengembalian pada akhir tahun buku.

6
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

c. Hak Untuk melakukan restitusi

Kelebihan Pajak Masukan dapat diajukan permohonan

pengembalian (restitusi) pada setiap Masa Pajak oleh:

1) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak

Berwujud;

2) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak

Pertambahan Nilai;

3) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak

dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Pajak Pertambahan Nilainya

tidak dipungut;

4) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud;

5) Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Jasa Kena Pajak; dan/atau

6) Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi.

Pengembalian kelebihan Pajak Masukan kepada Pengusaha Kena

Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a sampai dengan huruf e,

yang mempunyai kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak berisiko rendah,

dilakukan dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

dan Perubahannya.

7
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

2. Kewajiban PKP

a. Pelaporan Usaha

Kewajiban pengusaha yang dalam kegiatan usaha atau

pekerjaannya menyerahkan BKP dan atau JKP dan atau, mengekspor BKP

adalah melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKPberdasarkan pasal

3A ayat (1) UU PPN Jo. Pasal 2 ayat (2) UU KUP. Karena kewajiban

melaporkan usaha merupakan kewajiban PKP, kewajiban ini timbul

bersamaan dengan timbulnya status PKP menurut undang-undang.

b. Memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang

Untuk menghitung PPN yang terutang adalah dengan mengalikan

tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP). PKP wajib menyetorkan :

1) PPN yang dihitung sendiri melalui pengkreditan pajak masukan dan

pajak keluaran. Yang disetor adalah selisih pajak masukan dan pajak

keluaran, bila pajak masukan lebih kecil daripada pajak keluaran.

2) PPnBM yang dipungut oleh PKP Pabrikan BKP yang tergolong mewah.

3) PPN/PPnBM yang ditetapkan oleh DJP dalam SKPKB, SKPKBT, dan

STP

PPN dan PPnBM yang terutang disetorkan oleh PKP ke Bank

Persepsi/ kantor pos paling lama akhir bulan berikutnya sebelum

penyampaian SPT masa PPN. Untuk PPN yang terutang dalam surat

ketetapan, mengikuti aturan dalam KUP, sedangkan untuk PPN atas impor,

dilunasi pada saat pembayaran bea masuk.

PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan

dalam SPT Masa dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat

8
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. PPN dan

PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah

dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.

c. Pembuatan faktur pajak

Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh

Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Pengusaha Kena

Pajak wajib membuat Faktur pada:

1) Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena

Pajak;

2) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi

sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan

Jasa Kena Pajak;

3) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian

tahap pekerjaan; atau

4) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak

meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena

Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan

kalender yang disebut dengan Faktur Pajak gabungan.

Di dalam mekanisme perdagangan, dikenal istilah nota retur untuk

barang yang dikembalikan kepada supplier. PPN mengakomodir masalah

tersebut dengan dasar hukum pasal 5A UU PPN; “Pajak Pertambahan Nilai

9
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas

penyerahan Barang Kena Pajak yang dikembalikan dapat dikurangkan dari

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan

atas Barang Mewah yang terutang dalam Masa Pajak terjadinya

pengembalian Barang Kena Pajak tersebut.”

d. Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara

teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi

harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga

perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun

laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun

Pajak tersebut. Yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah Wajib

Pajak (WP) Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang

peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00

(Empat milyar delapan ratus juta rupiah).

Dari isi UU KUP di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa batasan

omzet pengusaha kecil untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah sebesar Rp

4.8 Milyar sama dengan batasan melakukan pembukuan, dengan demikian

PKP wajib melakukan pembukuan. Manfaat lainnya adalah apabila ada

pemriksaan dari kantor pajak, terutama terkait restitusi PPN maka akan

memudahkan penghitungan pajak terutang.

10
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

D. Pencabutan Pengukuhan PKP

Ada beberapa alasan kenapa dilakukan Pencabutan Pengukuhan PKP,

diantaranya : PKP pindah alamat; WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi;

dan PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP. Penghapusan

NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.

Verifikasi dalam rangka mencabut pengukuhan PKP secara jabatan atau

berdasarkan permohonan PKP terhadap :

1. PKP orang pribadi yang telah meninggal dunia;

2. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain; TUGAS

MAKALAH SEMINAR PERPAJAKAN Pengusaha Kena Pajak 7;

3. PKP yang pindah alamat tempat tinggal, tempat kedudukan dan/atau tempat

kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lainnya;

4. PKP yang jumlah peredaran usaha dan/atau penerimaan brutonya untuk 1

(satu) tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran usaha dan/atau

penerimaan bruto untuk pengusaha kecil dan tidak memilih untuk menjadi

PKP;

5. PKP selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif) dan secara

nyata tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha;

6. Pengusaha Kena Pajak yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN untuk Masa

Pajak Januari sampai dengan Desember;

7. PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN yang pajak keluaran dan pajak

masukannya nihil untuk Masa Pajak Januari sampai dengan Desember; atau

8. PKP bentuk usaha tetap (BUT) yang telah menghentikan kegiatan usahanya di

Indonesia.

11
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan juga dapat dilaksanakan

setelah Dirjen Pajak melakukan Verifikasi atas hasil sensus pajak nasional, hasil

konfirmasi lapangan setelah pengukuhan PKP, atau hasil kegiatan lain yang

dilaksanakan oleh Dirjen Pajak. Verifikasi dalam rangka pencabutan pengukuhan

PKP dilakukan untuk tertib administrasi dan/atau menguji pemenuhan persyaratan

subjektif dan objektif sebagai Pengusaha Kena Pajak.

E. Sanksi Pkp Yang Tidak Melaksanakan Ketentuan

Berikut dijelaskan beberapa sanksi bagi Pengusaha Kena Pajak yang

tidak melaksanakan ketentuan.

1. PKP yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT, tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya

tidak benar.

Bila menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut

merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali, didenda paling

sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan

paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang

dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama

1 (satu) tahun.

2. PKP yang dengan sengaja : Tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai Pengusaha Kena Pajak; atau menyalahgunakan Nomor Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak; tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT

dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau tidak

menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau

12
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan

denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang

dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau

kurang dibayar.

Apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum

lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang

dijatuhkan, dikenai pidana 2 (dua) kali lipat dari ancaman pidana di atas.

3. PKP yang tidak membuat Faktur Pajak

PKP dikenai sanksi administrasi sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak

apabila tidak membuat Faktur Pajak, tidak mengisi Faktur Pajak secara

lengkap, dan melaporkan Faktur Pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan

Faktur Pajak.

13
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak

berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) 1983 dan

perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan.

2. Pengusaha yang dikenai PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha

dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.

Pengusaha orang pribadi atau badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha

berbeda dengan tempat tinggal, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan

sebagai PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

tempat kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan

usaha dilakukan.

3. Fungsi dari pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), yaitu sebagai identitas

PKP yang bersangkutan dan sebagai pengawasan dalam melaksanakan hak dan

kewajiban PKP di bidang PPN dan PPn BM.

4. Alasan kenapa dilakukan Pencabutan Pengukuhan PKP, yaitu : PKP pindah

alamat; WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi; dan PKP lainnya yang

tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.

13
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

B. Saran

Saran penulis terkait dengan Pengusah Kena Pajak agar kiranya Kantor

Pelayanan Pajak bisa lebih meningkatkan pembinaan kepada Pengusaha Kena

Pajak (PKP), agar menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus

dibayar tepat pada waktunya. Selain itu Kantor Pelayanan Pajak harus lebih

meningkatkan penyuluhan dan pembinaan kepada pelaku usaha yang belum

mengerti tentang perpajakan. Hal tersebut bertujuan untuk menambah

pengetahuan pelaku usaha tentang pajak serta prosedur pemungutan dan

pembayaran yang benar.

14
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT | MAKALAH PERPAJAKAN

DAFTAR PUSTAKA

Efrayim Suryadi. 2019. Materi sosialisasi E-faktur Pajak. Direktorat Jenderal

pajak : Jakarta.

Komalawati. 2014. Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak. Citra

Aditya Bakti : Bandung.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak

dan Kewajiban Perpajakan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/ PMK.03/2012 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008 Tentang

Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara

Pendaftaran, Pemberian, dan Penghapusan NPWP serta Pengukuhan

dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Seri KUP- Verifikasi Dalam Rangka Pengukuhan

PKP.

15

Anda mungkin juga menyukai