Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) DAN NOMOR PENGUKUHAN


PENGUSAHA KENA PAJAK (NPPKP)”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu: Muhammmad Orinaldi, S.E., M.S.Ak.

Oleh Kelompok 1:

Reni Yulianti (501200046)

Tri Utami (501200383)

Putri Prabandari Kinasih (501200610)

Muhammad Alfianto (501180189)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kesempatan serta Rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya dalam mata kuliah Perpajakan.
Makalah yang berjudul “Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP)” ini telah penulis susun secara
maksimal dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis banyak
berterimakasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas
segala bantuan dan dukungannya selama ini.
Karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Terima kasih.

Jambi, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Pengertian NPWP dan NPPKP ................................................................................ 3

B. Kewajiban Mendaftarkan diri dan melaporkan Usaha ........................................... 3

C. Pendaftaran NPWP dan NPPKP .............................................................................. 5

D. Penghapusan NPWP dan Pencabutan NPPKP ....................................................... 7

E. Sanksi-Sanksi Yang Berhubungan Dengan NPWP dan NPPKP ........................... 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10

B. Saran ........................................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan suatu sarana administrasi


perpajakan yang di gunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.
Oleh karena itu, setiap subjek pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan syarat
objektif di wajibkan untuk mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
Berdasarkan ketentuan dan peraturan perpajakan bagi setiap subjek yang telah
memenuhi syarat subjektif dan obejektif wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan
Nomor Pokok Wajib Pajak. Sebagaimana telah di jelaskan dalam pasal 1(2) Undang-
undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2000 dan kemudian
diubah kembali dalam Undang- undang No.28 Tahun 2008 (selanjutnya disebut
dengan Undang-undang KUP) menyebutkan bahwa: “ setiap wajib pajak yang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan wajib pajak mendaftarkan diri pada kantor
direktorat jendral pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib pajak.
Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) merupakan identitas
kepada pengusaha yang telah di kukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. Artinya
pengusaha yang telah di kukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak bisa memungut
atau memotong pajak atas kegiatan usahanya yang berkaiatan dengan Pajak
Pertambahan Nilai. Sedangkan terhadap Pengusaha yang menjalankan kegiatan usaha
dan penghasilannya telah melebihi batas untuk di kukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak wajib mendaftarkan diri untuk di kukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Dalam rangka upaya meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri agar mendapatkan NPWP dan

1
melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(PKP). Direktur Jenderal Pajak telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor: PER-160/PJ/2007, tanggal 14 November 2007, tentang : Perubahan atas
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak. 1
Masalah pendaftaran dan penghapusan NPWP serta pengukuhan dan
pencabutan NPPKP adalah menarik untuk ditulis karena merupakan sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya di bidang perpajakan. Berdasarkan masalah tersebut, makalah ini
akan membahas tentang bagaimana bisa dikatakan terhutang pajak, tata cara
pendaftaran dan penghapusan NPWP serta pengukuhan dan pencabutan PKP, dan
sanksi sanksi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana saat terhutang pajak ?


2. Bagaimana prosedur pembuatan NPWP dan NPPKP ?
3. Bagaimana penghapusan NPWP dan NPPKP ?
4. Apa saja sanksi-sanksi ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana saat terhutang pajak.


2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembuatan NPWP dan NPPKP.
3. Untuk mengetahui bagaimana penghapusan NPWP dan NPPKP.
4. Untuk mengetahui apa saja sanksi-sanksi nya.

1
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-160/PJ/2007, tanggal 14 November 2007, tentang :
Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian NPWP dan NPPKP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Sedangkan, PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya. Terhadap Wajib Pajak ini, di samping memiliki NPWP juga
diberikan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). Pengusaha adalah
orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
Fungsi NPWP yaitu sebagai sarana dalam administrasi perpajakan, tanda
pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya dan Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan. Fungsi Pengukuhan PKP antara lain sebagai identitas PKP
yang bersangkutan, pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang
PPN dan PPnBM, dan Sarana dalam pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai
& Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

B. Kewajiban Mendaftarkan diri dan melaporkan Usaha

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan


objektif wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP atau

3
KP2KP) yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak, tempat
kedudukan Wajib Pajak, atau kegiatan usaha Wajib Pajak.
Persyaratan subjektif merupakan persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang -Undang Pajak Penghasilan.
Sedangkan, persyaratan objektif merupakan persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang -Undang Pajak
Penghasilan.
 Berikut yang wajib memiliki NPWP, yaitu:

1. Perorangan Pribadi: yang dapat memilih dan mendaftarkan diri agar


memeroleh NPWP Pribadi.
2. Wanita yang Sudah Menikah: Wanita yang berkehidupan terpisah
berdasarkan putusan hakim, terdapat kehendak secara tertulis dari perjanjian
pemisahan penghasilan serta harta. Juga memilih dalam mengurus pajak
terpisah dari suami walau tidak ada perjanjian.
3. Badan atau Perusahaan: yang berorientasi pada profit, berkewajiban dalam
hal pembayaran, pemotongan, pemungutan pajak.
4. Badan atau Perusahaan: yang tidak berorientasi pada profit, berkewajiban
dalam hal pemotongan dan pemungutan pajak.
5. Bendahara: yang ditunjuk dalam hal pemotongan dan pemungutan pajak.

 Yang wajib melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah :


1. Orang pribadi sebagai Usahawan dan Badan wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
2. Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil (yaitu pengusaha yang jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) sebagaimana

4
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun
2009, yang:
a. memilih sebagai PKP, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk
dikukuhkan sebagai PKP;
b. tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak
dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah
melampaui batasan yang ditentukan sebagai Pengusaha Kecil,
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling
lambat akhir masa pajak berikutnya.

Saat dimulainya kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak adalah pada saat
telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sebagai Wajib Pajak dan
sehubungan dengan adanya perbuatan, keadaan, maupun peristiwa yang
menimbulkan adanya pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, ataupun dalam Tahun Pajak.

C. Pendaftaran NPWP dan NPPKP

Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau


Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) Dengan Sistem e-Registration :
1. Permohonan Wajib Pajak. Wajib Pajak termasuk Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau melaporkan kegiatan usaha
untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) melalui Sistem e-
Registration.
2. Wajib Pajak mengisi formulir permohonan pendaftaran Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
pada Sistem e-Registration.

5
3. Wajib Pajak mencetak sendiri. Wajib Pajak dapat mencetak sendiri Formulir
Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (PKP) serta Surat Keterangan Terdaftar Sementara
(SKTS) yang diterbitkan dari Sistem e-Registration.
4. Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS). Surat Keterangan Terdaftar
Sementara (SKTS) berlaku terhitung sejak pendaftaran melalui Sistem
eRegistration dilakukan sampai dengan diterbitkan surat Keterangan
Terdaftar (SKT) oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
5. Penggunaan Surat Keterangan Terdaftar Sementara (STKS). Surat
Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS) hanya berlaku untuk pembayaran,
pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain serta tidak dapat
dipergunakan untuk melakukan kegiatan diluar bidang perpajakan.
6. Kantor pelayanan pajak Menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atas
permohonan dan/atau pelaporan kegiatan usaha, Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar
(SKT), Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP).
7. Penerbitan Paling Lama 1 (satu) hari. Penerbitan Surat Keterangan Terdaftar
(SKT), Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan/atau Surat
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) harus dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak paling lama 1 (satu) hari kerja sejak informasi pendaftaran
dan/atau pengukuhan melalui Sistem e- Registration diterima Kantor
Pelayanan Pajak, sepanjang permohonan pendaftaran Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan/atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) diisi
secara lengkap.
8. Notifikasi. Dalam hal proses penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan/atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) telah selesai, kepada Wajib Pajak
dikirimkan notifikasi melalui Sistem e Registration.

6
D. Penghapusan NPWP dan Pencabutan NPPKP

Sebagaimana kewajiban Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri dan melaporkan


usahanya maka dalam hal penghapusan NPWP dan pencabutan PKP pun harus
memperhatikan asas kedua dari The Four Maxims yaitu certainty (kepastian hukum).
Dalam asas certainty ini, kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai
subyek – obyek, besarnya pajak, dan juga ketentuan menganai waktu pembayarannya.
Untuk mewujudkan asas certainty, maka dalam Pasal 2 ayat (6) dan ayat (8) UU
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( KUP ) Jo. KEP-161/PJ/2001 Jo. PER-
160/PJ/2007, diatur ketentuan tentang penghapusan NPWP dan pencabutan PKP.2
 Direktorat Jenderal Pajak dapat mengambil keputusan Penghapusan Nomor
Pokok Wajib Pajak apabila:

1. Wajib pajak dan/atau ahli waris wajib pajak mengajukan permohonan


penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak. Tindakan ini dapat dilakukan
apabila wajib pajak sudah tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
persyaratan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
2. Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap telah menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia.
3. Wajib Pajak badan telah dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan
usaha.
4. Oleh Direktorat Jenderal Pajak dianggap perlu untuk menghapuskan Nomor
Pokok Wajib Pajak dari wajib pajak bersangkutan yang tidak lagi memenuhi
persyaratan subjektif dan persyaratan objektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-160/PJ/2007, tanggal 14 November 2007, tentang
Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu
Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak, serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

7
 Adapun ketentuan / persayaratan suatu Perusahaan Kena Pajak (PKP) dapat
dicabut status pengukuhan PKP nya diantaranya:
1. Sesuai Pasal 11 ayat (1) PMK-182/PMK.03/2015, pencabutan pengukuhan
PKP dilakukan terhadap PKP yang sudah tidak memenuhi persyaratan
subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
2. Sesuai Pasal 11 ayat (2) PMK-182/PMK.03/2015, pencabutan pengukuhan
PKP dilakukan dalam hal: PKP dengan status Wajib Pajak non efektif; PKP
yang tidak diketahui keberadaan dan/atau kegiatan usahanya; PKP
menyalahgunakan pengukuhan PKP; PKP pindah alamat ke wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak lain; PKP yang sudah tidak memenuhi persyaratan
sebagai PKP; atau PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak
Pertambahan Nilai di tempat lain.

E. Sanksi-Sanksi Yang Berhubungan Dengan NPWP dan NPPKP

Bila Wajib Pajak dengan sengaja tidak memiliki NPWP atau


menyalahgunakannya dan menimbulkan kerugian bagi negara, hati-hati karena dapat
terkena sanksi pidana penjara 6 bulan hingga 6 tahun penjara. Selain itu, denda tidak
memiliki NPWP paling sedikit 2x lipat jumlah pajak terutang yang belum atau kurang
dibayar.

Jika pengusaha yang memiliki omzet lebih dari Rp 4.800.000, namun tidak
mengukuhkan diri untuk sebagai PKP maka pihak fiskus dapat melakukan
pengukuhan PKP secara jabatan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU KUP,
kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan
dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 tahun
sebelum dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Contoh:

8
PT X telah memiliki omzet melebihi Rp 4.800.000 sejak tahun 2014 namun
tidak mendaftarkan diri untuk menjadi PKP, kemudian fiskus mengetahui omzet PT
X melebihi Rp 4.800.000 dari laporan keuangan dalam lampiran SPT yang
dilaporkan. Sehingga fiskus melakukan pemeriksaan pada tahun 2020 dan hasilnya
pada 1 September 2020 PT X ditetapkan sebagai PKP secara jabatan. Maka PT X
yang telah menjadi PKP X memiliki kewajiban untuk menghitung, menyetor dan
melapor PPN yang terutang sejak 5 tahun kebelakang yaitu mulai 1 Agustus 2015.
PKP X wajib membayar PPN yang terutang selama 5 tahun ke belakang yang telah
ditetapkan oleh pihak fiskus.

Kewajiban perpajakannya akan ditagih oleh fiskus atau Direktur Jenderal


Pajak sampai dengan lima tahun ke belakang sejak seharusnya dia memenuhi syarat
untuk memiliki NPWP atau dikukuhkan sebagai PKP ditambah sanksi seperti yang
disebutkan dalam Pasal 13 ayat (2) UU KUP yaitu berupa bunga sebesar 2% per
bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya
SKPKB.

Tidak hanya itu, PPN ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sesuai Pasal 14 ayat (4) UU KUP sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
yang ditagih melalui Surat Tagihan Pajak (STP), sebagai konsekuensi dari penarikan
kewajiban perpajakan yang seharusnya dilaksanakan oleh WP atau PKP sampai
dengan lima tahun ke belakang.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana
dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Sedangkan, PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
Fungsi NPWP yaitu sebagai sarana dalam administrasi perpajakan, tanda
pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya dan Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan. Fungsi Pengukuhan PKP antara lain sebagai identitas PKP
yang bersangkutan, pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang
PPN dan PPnBM, dan Sarana dalam pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai
& Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada maka Wajib Pajak dan/atau Pengusaha Kena Pajak
(PKP) dapat untuk mendaftarkan diri dan/atau melaporkan kegiatan usahanya melalui
jaringan sistem informasi yang terhubung langsung secara online dengan Direktorat
Jenderal Pajak dengan Sistem e-Registration.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi sumber
pengetahuan dan informasi bagi pembaca mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

10
DAFTAR PUSTAKA

Doyok Abuyamin.2010.“Nomor Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pengukuhan


Pengusaha Kena Pajak”. Jurnal Wawasan Hukum.Vol.22 No.1

Luberty Pandiangan.(2002).Pemahaman Praktis Undang-Undang Perpajakan.


Jakarta:Erlangga.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-160/PJ/2007, tanggal 14 November


2007, tentang : Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-160/PJ/2007, tanggal 14 November


2007, tentang Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
161/PJ/2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata
Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta Pengukuhan
dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

Anda mungkin juga menyukai