Anda di halaman 1dari 17

HAK DAN KEWAJIBAN SERTA KONSEP PENGUKUHAN WAJIB PAJAK (WP)

DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

Dosen Pengampu: Latifah Hanum, S.E.,M.S.A., Ak.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Muhammad Ridho Abdillah 225030401111034


Aisyafarras Alfianida 225030401111036
Nur Holidiya Arifiyanti 225030400111041
Rivan Alvandra Rafliansyah 225030400111048
Ilham Jamalluddin Najib 225030407111088
Nurhaliza Fitri 225030407111094
Rasa Semara Amadia 225030407111095

PRODI S1 PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua dan tak lupa pula salam dan salawat kepada Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah membawakan ajaran yang benar sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul perpajakan proporsional, perpajakan progresif, dan keadilan dalam
perpajakan.

Adapun tujuan penulisan makalah perpajakan proporsional, perpajakan progresif, dan


keadilan dalam perpajakan.ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Administrasi Perpajakan yang diberikan oleh Ibu Latifah Hanum, S.E.,M.S.A.,Ak. Selaku
dosen mata kuliah Sistem Administrasi Perpajakan.

Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Latifah Hanum, S.E.,M.S.A.,Ak. Selaku dosen
mata kuliah Sistem Administrasi Perpajakan yang telah memberikan pengajaran kepada
kami, sehingga bisa menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata kuliah yang
kami tekuni, serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
makalah ini.

Namun, kami menyadari makalah perpajakan proporsional, perpajakan progresif, dan


keadilan dalam perpajakan. ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 30 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak.......................................................................................6
2.2 Konsep Pengukuhan Wajib Pajak (WP)............................................................................8
2.2.1 Pengertian Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP)……………… ……………...8
2.2.2 Fungsi NPWP dan Pengukuhan PKP……………..…………… ……………...9
2.2.3 Kewajiban Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha……… ………..…...12
2.3 Konsep Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP).......................................................12
2.3.1 Pengusaha Kena Pajak (PKP) Menurut UU PPN……….....… ……………...13
2.3.2 Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha………..………… ………..…...13
2.3.3 Kewajiban dan Hak Pengusaha Kena Pajak (PKP)...………… ………..…...14
BAB III...............................................................................................................................................16
KESIMPULAN..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hak dan kewajiban wajib pajak merupakan hal yang didapat dan hal yang wajib
dilakukan wajib pajak. Hak dan kewajiban wajib pajak timbul pada saat diberlakukannya
undang undang. Pada dasarnya hak dak kewajiban wajib pajak itu melaporkan dirinya
sebagai wajib pajak dan mendapat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) serta melaporkan
usahanya dan mendapat PKP (pengusaha kena pajak) yang kemudian wajib pajak
menyampaikan surat pemberitauhan untuk diperiksa. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
menurut Undang-Undang diatur dalam UU Nomor 28 tahun 2007. Setiap Wajib Pajak yang
telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP atau KP2KP). Wajib Pajak orang pribadi Non Usahawan  (yang
tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas), apabila jumlah penghasilannya sampai
dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP), wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir
bulan berikutnya. Sedangkan, bagi wajib Pajak orang pribadi sebagai Usahawan (yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha
tertentu) dan Wajib Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
paling lama 1 (satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan. Tata cara pengukuhan dan
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sejak 2 januari 2001 diatur dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-161/PJ/2001, yang diterbitkan pada tanggal 21
Februari 2001. Dalam keputusan Ditjen Pajak tersebut, Pengusaha kena pajak terdaftar
diberikan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, yaitu surat yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak yang diberikan identitas dan kewajiban perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja hak dan kewajiban wajib pajak?
2. Bagaimana konsep pengukuhan Wajib Pajak (WP)?
3. Bagaimana konsep pengukuhan Pengusaha Kena Pajak(PKP)?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak
2. Untuk mengetahui konsep pengukuhan Wajib Pajak (WP)
3. Untuk mengetahui konsep pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak dan kewajiban wajib pajak merupakan hal yang didapat dan hal yang wajib
dilakukan wajib pajak. Hak dan kewajiban wajib pajak timbul pada saat diberlakukannya
undang undang. Pada dasarnya hak dak kewajiban wajib pajak itu melaporkan dirinya
sebagai wajib pajak dan mendapat NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) serta melaporkan
usahanya dan mendapat PKP (pengusaha kena pajak) yang kemudian wajib pajak
menyampaikan surat pemberitauhan untuk diperiksa. Kewajiban dan Hak Wajib Pajak
menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 Pasal 2 adalah sebagai berikut:

Kewajiban Wajib Pajak

1. Mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan.
2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, serta
menandatangani dan menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak.
4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
7. Menyelenggarakan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, dan melakukan pencatatan
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
8. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang terutang pajak,
Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, Memberikan keterangan lain yang
diperlukan apabila diperiksa.

Hak-hak Wajib Pajak

1. Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa.


2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dengan kriteria
tertentu.
3. Memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan tahunan
Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada
Direktorat Jenderal Pajak.
4. Membetulkan Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan
menyampaikan secara tertulis, dengan syarat Direktorat Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
5. Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
6. Mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat ketetapan pajak kurang bayar
b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan
c. Surat ketetapan pajak nihil
d. Surat ketetapan pajak lebih bayar
e. Pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga
berdasarkan ketentuan peratuaran perundang-undangan
perpajakan.
7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas surat
keputusan keberatan.
8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak
dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
9. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga
atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam hal wajib
pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan tahunan Pajak
Penghasilan

2.2 Konsep Pengukuhan Wajib Pajak (WP)

2.2.1 Pengertian NPWP

NPWP adalah identitas atau tanda pengenal diri dari Wajib Pajak yang digunakan
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan untuk melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan. Sedangkan, PKP atau Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan perubahannya.
Selain memiliki NPWP, Wajib Pajak tersebut juga diberikan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (SPPKP). Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam
bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

2.2.2 Fungsi NPWP dan Pengukuhan PKP

Fungsi NPWP antara lain :

1. Sarana dalam administrasi perpajakan;


2. Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya; dan
3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi perpajakan

Dan, fungsi Pengukuhan PKP antara lain :


1. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan;
2. Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PPnBM; dan
3. Sarana dalam pemenuhan kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM).

2.2.3 Kewajiban Mendaftarkan Diri dan Melaporkan Usaha

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif wajib
mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP atau KP2KP) yang wilayah
kerjanya meliputi:

a. tempat tinggal Wajib Pajak;


b. tempat kedudukan Wajib Pajak; atau
c. kegiatan usaha Wajib Pajak.

Persyaratan subjektif merupakan persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai


subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. Sedangkan, persyaratan objektif
merupakan persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Pajak Penghasilan.

1.   Orang Pribadi Non Usahawan


Wajib Pajak orang pribadi Non Usahawan (yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas), apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang
disetahunkan telah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya.
Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula terhadap wanita kawin yang dikenakan pajak
secara terpisah, karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. Wajib Pajak
orang pribadi selain yang disebutkan di atas yang memerlukan NPWP dapat mengajukan
permohonan untuk memperoleh NPWP.
Wanita kawin yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan tidak hidup terpisah atau tidak
melakukan pemisahan penghasilan dan harta, hak dan kewajiban perpajakannya
digabungkan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan suaminya. Namun
demikian wanita kawin tersebut di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban
perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

2.   Orang Pribadi sebagai Usahawan dan Badan


Wajib Pajak orang pribadi sebagai Usahawan (yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas termasuk Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu) dan Wajib
Pajak badan, wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 (satu)
bulan setelah usaha mulai dijalankan. Yang dimaksud dengan Wajib Pajak orang pribadi
pengusaha tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang
mengatur mengenai Orang Pribadi Pengusaha Tertentu. Yang dimaksud dengan Wajib
Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

3.   NPWP Bagi Wanita Kawin


Wajib Pajak orang pribadi, termasuk wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena:

1. hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;


2. menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta;
atau
3. memilih melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya meskipun tidak terdapat keputusan hakim atau tidak terdapat perjanjian
pemisahan penghasilan dan harta, yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
dan memperoleh penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak atau yang tidak
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas wajib mendaftarkan diri pada KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan tempat kegiatan
usaha Wajib Pajak, dan kepada Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi adalah wanita kawin yang dikenai pajak secara
terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta, dan wanita kawin yang memilih melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya secara terpisah, permohonan juga harus dilampiri dengan:

a. fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak suami;


b. fotokopi Kartu Keluarga; dan
c. fotokopi surat perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, atau surat pernyataan
menghendaki melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari
hak dan kewajiban perpajakan suami.

Apabila wanita kawin yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari suaminya dan anak yang belum dewasa,
harus melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan Nomor
Pokok Wajib Pajak suami atau kepala keluarga.
 
Yang wajib melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP adalah :

1. Orang pribadi sebagai Usahawan dan Badan wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
2. Wajib Pajak sebagai Pengusaha Kecil (yaitu pengusaha yang jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan brutonya tidak lebih dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 42 Tahun 2009, yang:
a.  memilih sebagai PKP, wajib mengajukan pernyataan tertulis untuk
dikukuhkan sebagai PKP;

b.  tidak memilih sebagai PKP tetapi sampai dengan suatu masa pajak dalam
suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto telah melampaui batasan yang
ditentukan sebagai Pengusaha Kecil, wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya

2.3 Konsep Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

2.3.1 Pengusaha Kena Pajak menurut UU PPN


Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan undang
undang.Pemberlakuan pengusaha kena pajak memiliki peran yang penting sebagai bentuk
untuk mengetahui identitas pengusaha kena pajak dan berguna untuk melaksanakan hak dan
kewajiban pajak pertambahan nilai dan pajak pertambahan atas barang mewah serta sebagai
bentuk pengawasan terhadap administrasi perpajakan yang telah memenuhi syarat sebagai
pengusaha kena pajak. Keuntungan dari adanya pengusaha kena pajak ialah sebagai bukti
bahwa pengelolaan bisnis atau industri tersebut sudah baik dan legal secara
hukum.Konsekuensi jika badan hukum dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundangan-Undangan perpajakan.

Pengusaha yang wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak adalah Pengusaha yang melakukan:
1. Penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak didalam Daerah
Pabean
2. Ekspor Barang Kena Pajak berwujud, Ekspor Jasa kena Pajak, dan ekspor Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud

Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP


Pengusaha tersebut wajib memungut, menyetorkan, dan melaporkan Pajak
Pertambahan NIlai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang terutang
2.3.2 Pendaftaran dan pelaporan kegiatan usaha
Tata cara pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sejak 2
januari 2001 diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-161/PJ/2001, yang
diterbitkan pada tanggal 21 Februari 2001. Dalam keputusan Ditjen Pajak tersebut,
Pengusaha kena pajak terdaftar diberikan surat pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, yaitu
surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang diberikan identitas dan kewajiban
perpajakan Pengusaha Kena Pajak.

Tata Cara Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


1. Jangka Waktu Pelaporan
a) Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak bagi yang memenuhi ketentuan sebagai pengusaha kena pajak
b) Pengusaha kecil yang memilih sebagai Pengusaha kena pajak, wajib
mengajukan pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha kena pajak
c) Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak secara jabatan

Pengusaha yang melaporkan kegiatan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha


Kena Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke
Kantor Pelayanan Pajak. Sedangkan Kantor Pelayanan Pajak Menerbitkan Surat Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, paling lama 3 hari kerja berikutnya, setelah pelaporan beserta
persyaratannya diterima secara lengkap.

Dalam hal wajib pajak melakukan pendaftaran sekaligus melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, maka kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, Surat
Keterangan Terdaftar, dan surat Pengukuhan Pengusaha kena pajak diterbitkan secara
bersamaan, paling lama 3 hari kerja berikutnya, setelah persyaratannya diterima secara
lengkap.

2. Perubahan Data Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha Kena pajak harus memberikan informasi setiap perubahan data dan
identitasnya kepada Kantor Pajak dan Kantor Pajak memeriksa dan memperbarui informasi
data Pengusaha Kena Pajak.

3. Ketentuan pengusaha kena pajak yang pindah


- Surat Pindah
- Kartu Nomor pokok Wajib Pajak dan Surat Keterangan Terdaftar

4. Ketentuan Pencabutan Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak


- Mengisi formulir yang ditentukan
- Tidak melebihi batas jumlah peredaran bruto untuk pengusaha kecil, maka Pengusaha Kena
Pajak dapat mengajukan permohonan pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena
Pajak paling lambat 1 bulan setelah berakhirnya tahun buku yang bersangkutan
- Bertujuan untuk kepentingan tata usaha perpajakan, tanpa menghilangkan kewajiban
perpajakan yang harus dilakukan

Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (VAT Numbers)


Nomor Identifikasi Pengusaha Kena Pajak (Taxable Persons Identification Number)
sangat penting dalam administrasi PPn. Kegunaan nomor identifikasi yang unik dapat
memudahkan otoritas pajak untuk melakukan pengawasan dan kemudahan dalam
administrasi pajak.
Pengusaha Kena Pajak yang telah terdaftar yaitu yang telah tercatat dalam tata usaha
Kantor Pelayanan Pajak dan telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak. PKP
selanjutnya diberikan surat pengukuhan di dalamnya, termasuk pemberian Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak/NPPKP yang merupakan identitas dari PKP yang
bersangkutan. Indonesia menggunakan NPPKP sama dengan NPWP, yang berlaku untuk
semua jenis pajak, yaitu Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dan untuk
korespondensi dengan otoritas pajak

2.3.3 Kewajiban dan Hak Pengusaha Kena Pajak


1. Kewajiban Pengusaha kena Pajak
a. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
b. Memungut PPN yang terutang
c. Menerbitkan faktur pajak
d. Membuat pencatatan atau pembukuan atas kegiatan usahanya
e. Melaporkan perhitungan pajak melalui surat pemberitahuan pajak yaitu SPT masa
PPN paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak

2. Hak Pengusaha Kena Pajak


a. Mengkreditkan pajak masukan
b. Kompensasi atau restitusi atas kelebihan pajak
c. Mengajukan keberatan dan banding
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai