Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SPT, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK

Dosen Pengampu: ATIKA PURNAMASARI, S.E.,M.Ak.

Disusun Oleh:
Sahrul Fujiana 2116220016
Chaerul Anwar 2116220013
Yayu Utami 2116220025

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PUTERA PERDANA INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah PERPAJAKAN 1, dengan judul: " SPT,
PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK" .

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan kritik, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai pihak. Akhirnya,
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Tangerang, 02 September 2022

Hormat Kami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................……………………………………………………... i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.............………………………………………………........... 1
Latar Belakang…............................……………………………………………………... 1
1.1 Rumusan Masalah…….............………………………………………………........... 2
1.2 Tujuan Penulisan……………. .……………………………………......................... 2
BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………..................... 3
2.1 Pengertian SPT ……………… …………………………….................................... 3
2.2 Fungsi SPT …………..............…………………................................................. 12
2.3 Cara lapor SPT pajak …………………………………………............................... 12
2.4 Sanksi bagi yang telat lapor SPT…………………………………........................... 13
2.5 Contoh kasus ………................………................................................................ 15
BAB III: PENUTUP…...................………………………………………………......… 18
3.1 Kesimpulan …………..............……………………………………………….......… 18
3.2 Saran………………................. ………………………………………………....….. 18
DAFTAR PUSTAKA….................………………………………………………......…. 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber penghasilan penting negara yang berasal dari rakyat. Karena
pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting, maka pajak dipungut dari
warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan
penagihannya. Untuk mewujudkan sebuah kenaikan pendapatan negara, pemerintah
melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak adalah dengan melakukan reformasi perpajakan, yaitu dengan melakukan
reformasi terhadap Peraturan Perundang-undangan Perpajakan serta sistem administrasi
perpajakan, agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak
yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan sosial dan
memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (WP) (Rysaka., et al, 2014).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
berupa uang yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang dapat dipaksakan sesuai
peraturan perundang-undangan dengan tidak mendapat imbalan secara langsung untuk
keperluan negara dalam menyelenggarakan pemeritahan demi mencapai kesejahteraan umum
Perkembangan era globalisasi sekarang ditandai dengan berbagai macam perubahan dalam
segala macam aspek kehidupan manusia. Dengan berkembangnya teknologi tersebut
didukung juga dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka hal itu berdampak pada pola
perkembangan dan kemajuan di bidang kearsipan yang baik. Seiring dengan berjalan waktu,
teknologi kearsipan tentu saja bersifat praktis dan memiliki tingkat risiko yang lebih kecil.
Teknologi kearsipan yang lebih canggih yaitu arsip teknolgi yang digunakan oleh berbagai
instansi-instansi. Arsip teknologia juga dimanfaatkan oleh Departemen Keuangan untuk
mendokumentasikan semua arsip-arsipnya. Ini merupakan suatu pembaharuan dalam sistem
perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Berbagai terobosan yang terkait dengan aplikasi teknologi dalam kegiatan perpajakan
terus dilakukan guna memudahkan, meningkatkan serta mengoptimalkan pelayanan kepada
Wajib Pajak dengan mempermudah tata cara pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) baik SPT
Masa maupun SPT Tahunan. Dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No 16 Tahun 2002

1
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa: “Penyampaian
Surat Pemberitahuan dapat dikirim melalui Kantor Pos secara tercatat atau dengan cara lain
yang diatur dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pajak”. Untuk menjawab dan menyingkapi
meningkatnya kebutuhan Wajib Pajak di seluruh Indonesia dengan meningkatnya pelayanan
yang semakin baik dan keinginan mengurangi beban proses administrasi laporan pajak
menggunakan kertas (Suhardi dan Inasius, 2015).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dan fungsi SPT?
2. Berapa jangka waktu pelaporan SPT?
3. Sampai kapan batas waktu penyampaian SPT?
4. Sanksi apa yang diberian apabila terjai keterlambatan pembayaran dan pelaporan?

1.3 Tujuan penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “akuntansi
perpajakan.” Dan sebagai acuan referensi untuk belajar mengenai SPT (Surat
Pembberitahuan Tahunan).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SPT

SPT pajak adalah singkatan dari Surat Pemberitahuan Tahunan. Pasal 1 huruf f Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 1994 menyebutkan bahwa pengertian
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan yang menurut
perundang-undangan perpajakan.

SPT Tahunan PPh wajib dilaporkan baik oleh pribadi maupun badan usaha. SPT wajib
dilaporkan oleh wajib pajak paling lambat 3 bulan setelah tahun pajak berakhir. Artinya,
Anda harus melaporkan SPT selambat-lambatnya akhir Maret setiap tahunnya.
Ini berlaku untuk wajib pajak pribadi atau pekerja. Sedangkan untuk wajib pajak berbentuk
badan usaha, SPT pajak online maupun offline harus dilaporkan selambat-lambatnya empat
bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau bulan April.

Menurut aturan undang-undang, ada 2 jenis SPT yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT
Masa dipakai untuk melaporkan pajak dalam jangka waktu tertentu (bulanan). Yang termasuk
SPT Masa adalah PPh 21, 22, 23, 25, 26, PPh Pasal 4 Ayat 2, PPh pasal 15, Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPnBM) dan Pemungut
PPN.

Sedangkan SPT Tahunan adalah SPT yang wajib dilaporkan setiap tahun atau pada akhir
periode tahun pajak. SPT Tahunan dibagi menjadi 2 yakni SPT Tahunan Perorangan (terdiri
atas 3 jenis formulir) dan SPT Badan.

1. SPT Masa

SPT Masa atau disebut juga dengan SPT Bulanan merupakan SPT (Surat Pemberitahuan)
yang digunakan untuk melaporkan pajak yang telah dipotong atau dipungut setiap bulannya.
Secara sederhananya, SPT ini adalah bentuk laporan atas pajak dari pihak lain yang
dilaporkan oleh wajib pajak yang memungut dan melakukan pemotongan. Contohnya yaitu
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang mana mengharuskan seorang pengusaha atau pemberi
kerja untuk memotong pajak atas gaji karyawan. Konsultan pajak Serpong adalah solusi tepat
untuk setiap urusan perpajakan anda.

3
Tidak semua jenis pajak dilaporkan dengan menggunakan SPT Masa atau SPT Bulanan.
Sebagai wajib pajak, tentu anda harus mengetahui jenis-jenis pajak yang menggunakan SPT
Masa. Berikut ini beberapa jenis pajak yang menggunakan pelaporan SPT Masa, meliputi:

1. SPT Masa PPh Pasal 21/26

Jenis Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26 merupakan surat pemberitahuan atas
pemotongan atau pemungutan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak.

Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sedangkan
PPh Pasal 26 untuk orang pribadi subjek pajak luar negeri.

Surat pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21/26 ini berbentuk Formulir SPT
PPh 1721. Jenis Formulir 1721 ini terbagi menjadi dua yakni 1721 A1 (untuk karyawan
swasta) dan 1721 A2 (untuk pegawai negeri).

Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 21/26 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, dan batas
waktu lapor Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21/26 adalah pada tanggal 20.

2. SPT Masa PPh Pasal 22

Jenis Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah jenis SPT atas
pemotongan pajak penghasilan pada wajib pajak badan usaha tertentu, baik milik pemerintah
maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-impor.

Surat Pemberitahuan Masa PPh 22 ini berbentuk Formulir SPT Masa PPh Pasal 22.

Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 22 adalah pada hari berikutnya setelah pajak
dipungut, dan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 22 adalah pada
hari kerja akhir minggu berikutnya.

3. SPT Masa PPh Pasal 23/26

Jenis Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 23/26 adalah jenis SPT atas
pajak penghasilan yang dikenakan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan,
selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Jika PPh 23 dikenakan pada wajib
ajak dalam negeri, sedangkan PPh 26 dikenakan pada wajib pajak luar negeri.

Surat Pemberitahuan Masa PPh 23/26 ini berbentuk Formulir SPT Masa PPh Pasal
23/26.

Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 23/26 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, dan batas
waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 23/26 adalah tanggal 20.

4
4. SPT Masa PPh Pasal 15

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 15 adalah jenis SPT atas pajak
penghasilan yang dikenakan atau dipungut dari wajib pajak yang bergerak di bidang industri-
industri tertentu yang ditetapkan dalam UU Pajak Penghasilan.

Surat Pemberitahuan Masa PPh 15 berbentuk Formulir SPT Masa PPh Pasal 15.

Batas waktu pembayaran PPh Pasal 15 adalah tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporan
Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 15 adalah tanggal 20.

5. SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2

Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 4 ayat 2 merupakan pembayaran pajak penghasilan
final yang dikenakan atas beberapa jenis penghasilan yang didapatkan dan pemotongan
pajaknya bersifat final serta tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang.

Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 4 ayat 2 berbentuk Formulir SPT Masa PPh Pasal
4 ayat 2.

Batas waktu pembayaran PPh Pasal 4 ayat 2 adalah tanggal 10 bulan berikutnya, dan
batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 4 ayat 2 adalah tanggal 20.

6. SPT Masa PPh Pasal 25

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan ini merupakan jenis SPT angsuran
pembayaran pajak penghasilan yang berlaku bagi wajib pajak pribadi maupun wajib pajak
badan. Jenis SPT Masa PPh Pasal 25 ini berbentuk Surat Setoran Pajak (SSP).

Batas waktu pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ini setiap tanggal 15 bulan
berikutnya, dan batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan PPh Pasal 25 adalah setiap
tanggal 20.

7. SPT Masa PPN Dan PPnBM

 Bagi PPN dan PPn BM bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP), batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Sedangkan untuk batas waktu
pelaporan SPT Masa-nya adalah pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya
Masa Pajak.
 untuk PPN dan PPn BM bagi Bendaharawan, batas waktu pembayaran/penyetoran
pajak adalah pada tanggal 7 bulan berikutnya, sedangkan untuk batas waktu pelaporan
SPT Masa-nya adalah pada tanggal 14 bulan berikutnya.

5
 Bagi PPN dan PPn BM bagi Pemungut Non Bendaharawan, maka batas waktu
pembayaran/penyetoran pajak adalah pada tanggal 15 bulan berikutnya, sedangkan
untuk batas waktu pelaporan SPT Masa-nya adalah pada tanggal 20 bulan berikutnya.

a. Bentuk dan isi SPT PPh


1. PPh 21 2. PPh 22

3. PPh 23/26 4. PPh 25

6
5. PPh 15 6. PPh 4 ayat 2

b. Bentuk dan Isi SPT Masa PPN

SPT Masa PPN merupakan sebuah form yang digunakan oleh Wajib Pajak Badan
untuk melaporkan penghitungan jumlah pajak baik untuk melapor Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) maupun Pajak Penjualan Bar ang Mewah (PPnBM) yang terhutang.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor


9/PMK.03/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
243/PMK.03/2014 Tentang Surat Pemberitahuan, bentuk SPT terbagi menjadi dua, yakni
dalam bentuk hardcopy (formulir dalam bentuk kertas) dan dokumen elektronik.

Meski terdapat dua bentuk SPT Masa PPN, namun kini Pengusaha Kena Pajak (PKP)
wajib melaporkan SPT Masa PPN menggunakan dokumen elektronik melalui e-Filing. Hal
tersebut pun terdapat pada Pasal 3A Ayat (3) PMK Nomor 243/PMK.03/2014.

Sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak, kini
SPT Masa PPN disebut juga dengan SPT Masa PPN 1111. Induk SPT Masa PPN 1111, yakni
formulir 1111 (F.1.2.32.04) dan Lampiran SPT Masa PPN 1111 terdiri dari:

 Formulir 1111 AB: formulir Rekapitulasi Penyerahan dan Perolehan (D.1.2.32.07).


 Formulir 1111 A1: formulir Daftar Ekspor BKP Berwujud, BKP Tidak Berwujud
dan/atau JKP (D.1.2.32.08).
 Formulir 1111 A2: formulir Daftar Pajak Keluaran atas Penyerahan Dalam Negeri
dengan Faktur Pajak (D.1.2.32.09).

7
 Formulir 1111 B1: formulir Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas
Impor BKP dan Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari Luar Daerah Pabean
(D.1.2.32.10).
 Formulir 1111 B2: formulir Daftar Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan atas
Perolehan BKP/JKP Dalam Negeri (D.1.2.32.11).
 Formulir 1111 B3: formulir Daftar Pajak Masukan yang Tidak Dikreditkan atau yang
Mendapat Fasilitas (D.1.2.32.12).

Isi SPT Masa PPN 1111 (induk)

Berdasarkan PMK Nomor 243/PMK.03/2014, isi SPT Masa PPN harus memuat data
sebagai berikut:

 Jenis Pajak.
 Nama wajib pajak serta NPWP-nya.
 Tanda tangan WP atau kuasa dari WP.
 Jumlah penyerahan.
 Jumlah DPP.
 Jumlah pajak keluaran (penjualan).
 Jumlah pajak masukan (pembelian) yang bisa dikreditkan.
 Jumlah kekurangan/kelebihan pajak.
 Tanggal penyetoran.
 Data lainnya terkait kegiatan usaha wajib pajak/PKP.

8
2. SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan surat yang digunakan para Wajib Pajak untuk melaporkan
segala bentuk perhitungan dan pembayaran pajak, baik untuk objek pajak maupun bukan
pajanhk. Selain itu, Surat Pemberitahuan Tahunan atau SPT dapat digunakan untuk
melaporkan harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pajak. SPT Tahunan memiliki 2 jenis yaitu SPT Tahunan pribadi dan SPT Tahunan
Badan.

a. Jenis formulir SPT tahunan


Sementara formulir SPT terbagi menjadi empat, yaitu 1770 SS, 1770S, 1770, dan
1771. Berikut penjelasannya:
1. SPT Tahunan nomor 1770SS untuk wajib pajak dengan penghasilan kotor tidak lebih
dari 60 juta, selain itu ia bekerja hanya untuk satu perusahaan atau lembaga sepanjang
setahun.

2. SPT Tahunan nomor 1770S untuk Wajib Pajak yang berstatus karyawan yang
berpenghasilan kotor lebih dari 60.000.000 atau bekerja untuk dua atau lebih
perusahaan dalam rentang waktu setahun.

9
3. SPT Tahunan nomor 1770 diperuntukkan bagi pegawai dengan penghasilan lain atau
penghasilan tambahan baik kurang Rp 60 juta atau lebih Rp 60 juta per tahun. Jenis
SPT ini juga diperuntukkan bagi wajib pajak non pegawai.

4. SPT Tahunan nomor 1771 bagi Wajib Pajak Badan hanya memiliki satu jenis
formulir, yaitu formulir SPT 1771, berbeda dengan lapor SPT Tahunan pribadi yang
memiliki lebih dari satu formulir. Badan usaha atau perusahaan yang menggunakan
SPT 1771 ini diberlakukan untuk Badan Usaha seperti Perseroan Terbatas (PT),

10
Commanditer Venture (CV), Usaha Dagang (UD), organisasi, yayasan dan
perkumpulan. 

b. Batas Waktu Pembayaran, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak

1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi (OP)
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 3 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
 Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan adalah WP OP
yang dalam satu tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto
tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan. 
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan
a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir
Tahun Pajak
 Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh
harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

11
2.2 Fungsi SPT

Banyak orang yang belum memahami dengan baik apa fungsi SPT. SPT memiliki fungsi
baik bagi wajib pajak, petugas pajak maupun pemotong pajaknya. Apa saja?

 Bagi wajib pajak, SPT adalah bentuk laporan pertanggung jawaban atas perhitungan
jumlah pajak yang dibayarkan termasuk penjelasan apakah pembayaran pajak
dilakukan sendiri atau pihak lain. SPT juga menjelaskan apakah pajak tersebut
dipungut dari pribadi atau badan
 Bagi PKP atau pengusaha kena pajak, SPT berfungsi sebagai alat pelaporan dan
pertanggungjawaban pajaknya. Di dalamnya terdapat informasi pajak PPN dan
PPnBM, hal-hal yang berhubungan dengan pengkreditan PM (Pajak Masuk) terhadap
PK (Pajak Keluaran)
 Pihak pemotong pajak. Bagi pemotong pajak seperti perusahaan, adanya SPT menjadi
bukti pertanggungjawaban bahwa pajak karyawan yang bekerja di perusahaan
tersebut sudah dibayarkan
 Bagi petugas pajak. Bagi petugas pajak, SPT berfungsi sebagai alat penguji kepatuhan
wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Selain itu, SPT juga
merupakan bentuk pelaksanaan fungsi pengawasan dari petugas pajak itu sendiri.

Setiap jenis pajak dilaporkan dengan menggunakan formulir yang berbeda-beda,


tergantung pada jenis pajak yang Anda laporkan. Apabila SPT tidak dilaporkan sampai batas
waktu yang sudah ditentukan, maka sanksi bisa dikenakan kepada wajib pajak yang
bersangkutan. Untuk menghindari hal ini, lakukan pelaporan segera ke KPP Pratama di kota
Anda.

2.3 Cara Lapor SPT Pajak

Cara lapor SPT pajak secara umum ada 3 jenis yakni secara offline, online maupun
lewat pos. Simak uraian lengkapnya berikut ini:

1. Melaporkan SPT Secara Offline

Ini merupakan cara lapor SPT pajak konvensional yakni dengan datang langsung ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama yang ada di kota Anda. Sesampainya di sana, Anda
akan diminta melengkapi formulir SPT tahun dengan jelas, lengkap dan benar.

12
Setelah diisi, serahkan formulir kepada petugas. Setelah proses selesai, Anda akan menerima
bukti pelaporan yang sebaiknya disimpan seandainya nanti dibutuhkan lagi.

2. Melaporkan SPT Secara Online

Saat ini Anda bisa melaporkan SPT tanpa harus repot-repot datang ke kantor pajak.
Cara lapor pajak online dengan mengakses halaman situs web dirjen pajak di
https://djponline.pajak.go.id.
Tapi sebelumnya, Anda harus memiliki EFIN atau Electronic Filing Identification
Number yang bisa didapatkan dengan datang ke kantor pajak. Setelah mendapatkan EFIN,
jangan lupa aktivasi akun Anda terlebih dahulu dan lakukan pelaporan SPT sesuai dengan
langkah-langkah yang tertera pada halaman situs.

3. Melaporkan SPT Lewat Pos

Bagi Anda yang tinggal jauh dari kantor pajak, pelaporan SPT bisa dilakukan melalui
ekspedisi atau POS. Caranya cukup mudah yakni siapkan formulir SPT tahunan Anda dan
masukkan ke dalam amplop tertutup.

Kirimkan berkas tersebut ke KPP tempat Anda akan melaporkan pajak. Pada bagian
luar amplop, jangan lupa tempelkan lembar informasi yang bisa Anda unduh di situs web
pajak.

Lalu bagaimana jika berkas sampai ke KPP lewat dari tanggal yang ditentukan (lewat
dari tanggal 31 Maret untuk wajib pajak pribadi dan 31 April untuk badan usaha)?
Tidak perlu khawatir karena pelaporan Anda tetap dihitung dari saat berkas dikirimkan (cap
pos) jadi Anda tidak akan dikenakan denda apapun.

2.4 Sanksi Bagi yang Telat Lapor SPT

Bagi para Wajib Pajak yang telat melaporkan SPT, maka akan dikenakan sanksi yang
berupa denda. Setiap Wajib Pajak perlu memeriksa denda mana yang perlu dibayarkan
terlebih dahulu, apakah denda telat melaporkan SPT atau ada juga denda telat membayar
pajak. Berikut denda yang harus dibayarkan untuk wajib pajak yang telat melaporkan SPT :

13
1. Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yaitu sebesar Rp 100.000 per
SPT Masa Pajak
2. Denda telat lapor SPT bagi Wajib Pajak Badan yaitu sebesar Rp 1.000.000 per SPT
Tahunan Pajak
3. Sanksi administrasi untuk SPT Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi sebesar Rp
500.000 per SPT Masa Pajak dan Rp 100.000 per SPT Masa Pajak untuk SPT dengan
masa lainnya.
4. Denda telat bayar pajak sebesar 2% per bulan dari waktu biaya pajak yang belum
dibayarkan. Denda telat bayar pajak memiliki waktu yang dihitung dari sejak tanggal
jatuh tempo hingga tanggal pembayaran pajak tersebut. Jika anda terlambat
membayar dari batas waktunya maka hitungan bayar dendanya dihitung 1 bulan
penuh.

Membayar pajak merupakan kewajiban yang harus dipatuhi oleh seluruh warga negara.
Pajak bersifat wajib dengan menetapkan sanksi bagi mereka yang tidak melakukan
pembayaran pajak dengan tujuan Wajib Pajak semakin patuh untuk melakukan kewajiban
perpajakan.

Maka dari itu, agar terhindar dari sanksi - sanksi tersebut, WP harus mematuhi segala
peraturan perpajakan yang ada dengan mengisi SPT dengan jujur, menyetor dan melapor SPT
tepat waktu, mengisi faktur dengan lengkap, Hindari segala aktivitas yang memicu tindak
pidana perpajakan, serta gunakan aplikasi MPN Pajakku untuk melakukan pembayaran, bea
dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) semudah mengisi pulsa dan untuk
pelaporan pajak secara elektronik yang real time, dapat multi npwp dan multi pasal, dengan
bukti penerimaan elektronik yang sah.

Dalam pengenaan sanksi administrasi terdapat pengecualian sanksi atas lapor Pajak
Pribadi. Berikut kondisi atau situasi yang dapat dikecualikan pengenaan sanksi administrasi :

 Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) telah dinyatakan meninggal dunia


 Wajib Pajak Orang Pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas.
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai WNA (warga negara asing) dan
tidak lagi bertempat tinggal di wilayah Indonesi.
 Bendahara yang sudah tidak lagi melakukan pembayaran

14
 Wajib Pajak yang terkena bencana dan ketentuannya telah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
 Wajib Pajak lain sebagaimana yang telah diatur ataupun sesuai dengan PMK
(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 186/PMK.03/2007).

2.5 Contoh Kasus

1. Berikut contoh soal SPT PPN 1111


PT Amin Sejahtera adalah perusahaan yang melakukan kegiatan penjualan mobil bekas
secara eceran (PKP kegiatan tertentu). Selama Februari 2011, PT Amin Sejahtera melakukan
transaksi penyerahan sebagai berikut:

1. 5 Februari, menyerahkan mobil bekas sebanyak 1 unit ke Tuan Ito Bahagia dengan
harga Rp60.000.000 dengan kode dan nomor seri Faktur Pajak 010.000-11.00000008.
2. 12 Februari, menyerahkan mobil bekas sebanyak 3 unit ke PT Taksi Makmur seharga
Rp210.000.000 dengan kode dan nomor seri Faktur Pajak 010.000-11.00000009.
3. 23 Februari, menyerahkan mobil bekas sebanyak 2 unit ke Tuan Arista Jaya dengan
harga Rp180.000.000 dengan kode dan nomor seri Faktur Pajak 010.000-
11.00000010.

Transaksi lain yang dilakukan oleh PKP selama Februari 2011 adalah sebagai berikut:

1. 1 Februari, membayar sewa toko ke PT Rental Ceria sebesar Rp11.000.000 (termasuk


PPN sebesar Rp1.000.000).
2. 7 Februari, membeli perlengkapan kantor dari PT Cakra Raya dengan harga
Rp15.000.000 dan membayar PPN sebesar Rp1.500.000. Kode dan nomor seri Faktur
Pajak yang diterbitkan PT Cakra Raya adalah 010.000-11.00000055.
3. 25 Februari, menerbitkan Nota Retur dengan nomor NR-00005 atas perlengkapan
kantor yang dikembalikan ke PT Cakra Raya karena tidak memenuhi spesifikasi yang
dipersyaratkan sebesar Rp5.000.000 dengan nilai PPN Rp500.000.
4. 26 Februari, menerima Nota Retur dengan nomor RET-0012 tertanggal 24 Februari
2011 atas pengembalian 1 unit mobil bekas yang dijual ke PT Taksi Makmur dengan
DPP sebesar Rp70.000.000 dan PPN sebesar Rp7.000.000.
5. Mendirikan sebuah bangunan permanen untuk toko penjualan mobil bekas dengan
luas bangunan 450 meter persegi. Pada bulan Februari telah dilakukan pemasangan
pondasi dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp50.000.000.

15
Jawaban dari soal SPT Masa PPN Februari 2011 oleh PT Amin Sejahtera adalah
sebagai berikut:

2. Contoh Soal SPT 1770 S


Berikut adalah contoh soal SPT:
Rama adalah seorang pegawai negeri sipil (PNS) dengan penghasilan bruto sebulan
Rp10.000.000 dan pengurangan penghasilan sebesar Rp1.000.000.
Rama mempunyai istri bernama Rina, ia adalah seorang karyawan di perusahaan swasta
dengan penghasilan bruto sebulan Rp8.000.000 dan pengurangan penghasilan sebesar
Rp500.000.
Per 1 Januari 2018, Rama dan Rina telah memiliki satu anak yang menjadi
tanggungannya (K/1). Rina memilih untuk ikut suaminya dalam hal kewajiban perpajakan
(status KK).
Perhitungan PPh terutang:

16
Pelaporan SPT Tahunan Orang Pribadi 2018 (Suami Istri):

3. Mengenal Formulir 1771 untuk Wajib Pajak Badan


Formulir 1771 adalah formulir yang dikhususkan untuk pajak penghasilan suatu badan.
Formulir 1771 berlaku bagi badan usaha seperti PT (Perseroan Terbatas, CV (Comanditer
Venture), UD (Usaha Dagang), Yayasan, Organisasi, atau Perkumpulan.
Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No.PER-19/PJ/2014, formulir 1771 meliputi formulir
Induk SPT Tahunan PPh badan yang terdiri atas dua halaman.
Formulir ini juga terdiri dari enam lampiran, mulai dari lampiran I-VI. Berikut ini
penjelasan terkait formulir 1771 lampiran I-VI.

1. Formulir 1771 I, formulir ini berisi laporan keuangan komersial dan penghitungan
penghasilan neto fiskal.
2. Formulir 1771 II, berisi perincian harga pokok penjualan (HPP), biaya usaha secara
komersial, dan biaya dari luar usaha.
3. Formulir 1771 III, formulir ini diisi untuk melaporkan kredit pajak dalam negeri.
4. Formulir 1771 IV, diisi untuk melaporkan jumlah penghasilan yang dikenakan PPh
final, jumlah PPh final yang dibayarkan dan jumlah penghasilan yang bukan
merupakan objek PPh selama tahun pajak yang bersangkutan.
5. Formulir 1771 V, untuk melaporkan daftar pemegang saham atau pemilik modal dan
jumlah dividen yang dibagikan serta daftar susunan pengurus maupun komisaris.
6. Formulir 1771 VI, digunakan untuk melaporkan daftar penyertaan modal pada
perusahaan afiliasi, daftar utang dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi,
daftar piutang ke pemegang saham dan/atau perusahaan afialisi.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 SPT merupakan surat laporan penghitungan dan/atau pembayaran pajak atas objek
pajak/bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
 SPT terbagi menjadi 2 jenis, yakni SPT Tahunan dan SPT Masa.
 Berdasarkan jenis pajak, SPT juga terbagi menjadi 2, yakni SPT PPh dan SPT PPN.
 Bentuk SPT berdasarkan PER-29/PJ/2015 tentang Bentuk, Isi, dan Tata Cara
Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai
(SPT Masa PPN), terbagi menjadi 2, yaitu dalam bentuk formulir kertas (hardcopy)
dan dokumen elektronik.
 Kini seluruh PKP wajib membuat SPT Masa PPN 1111 (induk) dalam bentuk
dokumen elektronik.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis kepada beberapa pihak dalam
penerapan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik, sebagai berikut :
1. Penting bagi wajib pajak paham mengenai perpajakan untuk memudahkan dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Diharapkan pemerintah dapat memberikan
sosialisasi perpajakan secara merata dan intensif kepada Wajib Pajak. Pemahaman
mengenai pengetahuan perpajakan dapat menumbuhkan rasa kesadaran akan
pentingnya melaksanakan kewajiban membayar pajak. Selain itu juga dapat
membantu memaksimalkan berjalannya sistem administrasi perpajakan yang ada.
2. Menurut pendapat saya, adanya penerapan e-SPT dapat membantu Wajib Pajak dalam
melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya dengan cepat, tepat, dan akurat.
Namun dalam aplikasi e-SPT ini masih terdapat kekurangan seperti halnya dalam
proses impor data harta yang terkadang terdapat beberapa data yang menyebabkan
terjadinya kegagalan dalam proses impor data harta. Untuk menghindari terjadinya
kegagalan dalam proses impor data harta dapat dilakukan pengecekan ulang terhadap
penulisan data harta yang akan diimpor. Selain itu data yang akan diimpor harus
sesuai dengan format data yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Diharapkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat menyempurnakan aplikasi e-SPT

18
ini dengan menampilkan secara detail apa yang menjadi kesalahan dalam penulisan
data harta yang akan 65 diimpor, sehingga dapat meminimalkan terjadinya kesalahan
yang sama pada pengimporan data harta lainnya oleh Wajib Pajak.
3. Diharapkan Wajib Pajak dapat berperan aktif dalam pemenuhan kewajiban, memiliki
kejujuran yang tinggi saat pelaporan terutangnya pajak, serta menyadari pentingnya
membayar pajak. Sesuai dengan sistem pemungutan pajak yang berlaku yaitu Self
Assessment System

19
DAFTAR PUSTAKA

B. Ilyas, Wirawan, Waluyo, 2000. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat Tujuh, Jakarta
https://pintek.id/blog/pengertian-fungsi-spt-pajak-dan-cara-melaporkannya/
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/bentuk-dan-isi-spt-masa-ppn
https://www.pajakku.com/read/5d5140abb5a5a42af9eda9af/Batas-Waktu-Pelaporan-
Penyetoran-dan-Pembayaran-Pajak
https://nasional.kontan.co.id/news/tinggal-seminggu-ini-cara-lapor-spt-pajak-secara-mudah-
di-djp-online
https://www.online-pajak.com/seputar-efaktur-ppn/spt-masa-ppn
https://www.jurnal.id/id/blog/spt-pajak/
https://www.pajak.go.id/id/batas-waktu-pembayaran-penyetoran-dan-pelaporan-pajak
https://www.hipajak.id/artikel-pengertian-spt-tahunan-surat-pemberitahuan-tahunan
https://atpetsi.or.id/old/contoh-perhitungan-pajak-dan-pengisian-spt-tahunan-suami-istri/
#.YyNs2XZBzDc

20

Anda mungkin juga menyukai