Anda di halaman 1dari 18

PPN dan PPnBM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas


pada Mata Perpajakan II
Dosen Pengampu: Abdul Gani, S.E., M.M

Oleh

Rahmad Arisandi (2018010097)


Kelas : AK 6 C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


POLITEKNIK UNGGUL LP3M

TAHUN 2023M/1443H
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah STATISTIKA sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja, jenis-
jenisSTATISTIKA, aplikasi dan perhitungan padaSTATISTIKA. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah STATISTIKA sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja, jenis-
jenisSTATISTIKA, aplikasi dan perhitungan padaSTATISTIKA. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangu
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah STATISTIKA sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian, prinsip kerja, jenis-
jenisSTATISTIKA, aplikasi dan perhitungan padaSTATISTIKA. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“PPN dan PPnBM” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam atas Nabi Muhammad
SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapat syafaat-Nya hingga akhir zaman.
Dalam Makalah ini kami membahas mengenai PPN dan PPnBM. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan II. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai PPN dan
PPnBM.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan untuk menjadi pelajaran
kami dalam menulis makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
baik penulis itu sendiri maupun pembaca.

Medan, 06 April 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)..................................................................................6
B. Faktur Pajak...............................................................................................................10
C. Penghitungan PPN.....................................................................................................11
D. PPnMB......................................................................................................................12
E. Pelapor PPN PPnBM.................................................................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

A.1 Latar Belakang


Pajak merupakan kewajiban warga negara yang menunjukan peran serta dari seluruh
masyarakat dalam pembiayaan pemerintah untuk menjalankan pemerintahan dan
pembangunan. Pajak telah terbukti menjadi sumber utama dalam APBN Indonesia yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembiayaan
pengeluaran negara yang bersumber dari pajak menunjukan adanya kemandirian bangsa
untuk mencapai cita-cita luhur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Pajak pada dasarnya merupakan peralihan sebagian kekayaan dari masyarakat kepada
negara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak. Peralihan kekayaan tersebut
membuat pajak dipandang dari dua sisi yang berbeda. Bagi masyarakat seringkali pajak
dinggap sebagai beban. Di sisi lain bagi pemerintah dan fiskus pajak harus dipungut
karena terbukti pajak memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan
pajak, baik dengan usaha intensifikasi maupun ekstensifikasi pajak.
Jenis pajak yang seringkali kita temui dikehidupan sehari-hari adalah PPN (Pajak
Pertambahan Nilai) dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah). Kedua jenis
pajak ini sangat memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan negara
ini, karena pajak tersebut yang sering atau acapkali kita bayarkan baik secara langsung
maupun tidak langsung dikehidupan sehari-hari.
Sebagai warga negara kita tidak hanya sekadar mengetahui secara sepintas tentang
PPN dan PPnBm, tetapi juga harus mendalami bagaimana sebenarnya kedua jenis pajak
ini serta seluk beluk yang menyangkut hal tersebut. Dengan kata lain agar tidak naïf
dalam hal-hal yang menyangkut kewajiban kita sebagai warga negara.

A.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar pemungutan PPN dalam objek, tarif dan perhitungannya?
2. Apa fungsi dan persayaratan mengenai faktur pajak?
3. Bagaimana cara perhitungan PPN, saat terhutang dan tentang pembayaran PPN?
4. Bagaimana dasar pengenaan PPnBM?
5. Bagaimana penerapan tarif dan pelaporan pada PPnBM?

A.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep dasar pemungutan PPN dalam objek, tariff dan
perhitungannya
2. Untuk mengetahui fungsi dan persyaratan faktur pajak
3. Untuk mengetahui cara perhitungan PPN, saat terhitung dan tentang pembayaran
PPN
4. Untuk mengetahui dasar pengenaan PPnBM
5. Untuk mengetahui tarif dan pelaporan pada PPnBM
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1 april 1985
untuk menggantikan Pajak Penjualan (PPn). Hal ini dituangkan dalam UU No 8 tahun
1983. PPN diatur dalam UU No 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPnBM, selanjutnya
diubah dengan UU No.11 tahun 1994, lalu diubah dengan UU No. 18 tahun 2000,
terakhir diubah lagi dengan UU No.42 tahun 2009.
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah
Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi (Siti
Resmi, 2012:1). Dalam Dirjen Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan
sebagai pajak yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan
pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah
Pabean.
Pada dasarnya semua barang merupakan Barang Kena Pajak, sehingga dikenakan
PPN, kecuali jenis barang yang diatur dalam Undang Undang PPN. Misalnya barang
hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,
barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, makanan
dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya
dan uang, emas batangan, dan surat-surat berharga. Ada juga barang yang merupakan
Barang Kena Pajak tetapi PPNnya dibebaskan, misalnya buku pelajaran umum dan buku
pelajaran agama dan barang-barang tertentunya.
.

A.4 Objek PPN


1. Penyerahan BKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak
maupun pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak
tetapi belum dikukuhkan.
2. Impor BKP. Pemungutan pajak saat impor BKP dilakukan melalui Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai.
3. Penyerahan JKP didalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean (jasa konsultan asing yang memberikan jasa
manajemen, jasa teknik dan jasa lain) didalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP, ekspor BKP dikenakan PPN, hanya jika yang
melakukan adalah pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP.
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP, pengusaha yang melakukan ekspor BKP tidak
berwujud adalah hanya pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena
pajak.
8. Ekspor JKP oleh PKP.
a. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya diigunakan sendiri atau
digunakan pihak lain.
b. Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak
untuk diperjual belikan sepanjang pajak masukan yang dibayar pada saat
perolehan menurut ketentuan dapat dikreditkan.
A.5 Bukan Objek PPN
a. Jenis Barang yang Tidak Dikenai PPN:
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
b. Jenis Jasa yang Tidak Dikenai PPN:
Jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasa pengiriman surat dengan
perangko, jasa keuangan, jasa asuransi, jasa keagamaan, jasa pendidikan, jasa
kesenian dan hiburan, jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan, jasa angkutan umum di
darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri, jasa tenaga kerja, jasa
perhotelan, jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum, jasa penyediaan tempat parker, jasa telepon umum
dengan menggunakan uang logam, jasa pengiriman uang dengan wesel pos dan jasa
boga atau katering.

A.6 Subjek Pajak


Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa,
atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

A.7 Bukan Subjek Pajak


Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, kecuali
pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 1 angka 15 UU PPN).

A.8 Tarif PPN


a. Tarif PPN adalah 10%.
Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah pabean/impor
BKP/penyerahan JKP di dalam daerah pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari
luar daerah pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.

Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat diubah menjadi paling
rendah 5% dan paling tinggi 15% yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan
perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa diturunkan.
Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan penerimaan pajak yang besar,
sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.

b. Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan Ekspor Jasa Kena Pajak.

A.9 Dasar Pengenaan PPN


a. Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak, tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.
b. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa
Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut Undang- Undang ini dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya
dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh
penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
c. Nilai Impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor Barang Kena Pajak.Nilai
Impor adalah CIF (Cost, Insurance, and Freight) + Bea Masuk.
d. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
e. Nilai Lain
Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan No.75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai
DPP dan Peraturan Menteri Keuangan No.102/PMK.11/2011 tentang nilai lain
sebagai DPP atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean, di dalam daerah pabean berupa film cerita impor dan penyerahan film cerita
impor.

B. Faktur Pajak
Menurut Siti Resmi (2012:52), faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh PKP yang melakukan penyerahan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena
pajak. Faktur pajak merupakan bukti pemungutan pajak dan dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Oleh karena itu, faktur pajak harus benar,
baik secara formal maupun secara materiil.

Faktur pajak wajib dibuat oleh pengusaha kena pajak untuk setiap :
a. Saat penyerahan barang kena pajak.
b. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak.
c. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan.
d. Saat pengusaha kena pajak rekana menyampaikan tagihan kepada Bendahara
Pemerintah sebagai Pemungut PPN.

B.1 Persyaratan Faktur Pajak


a. Nama, alamat, nomor pokok WP yang menyerahkan BKP atau JKP
b. Nama, alamat, nomor pokok WP pembeli BKP atau penerima JKP
c. Jenis barang atau jasa, jumlah HJ atau penggantian dan potongan harga
d. PPN yang dipungut
e. PPnBM yang dipungut
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak
g. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.

B.2 Fungsi Faktur Pajak


Adapun fungsi faktur pajak adalah :
a. Sebagai bukti pungut PPN yang dibuat oleh PKP atau Direktorat Jendral Bea dan
Cukai, baik karena penyerahan BKP atau JKP maupun Impor BKP.
b. Sebagai bukti pembayaran PPN yang telah dilakukan oleh pembeli BKP atau
penerima JKP kepada PKP atau Direktorat Bea dan Cukai.
c. Sebagai sarana pengawasan administrasi terhadap kewajiban perpajakan.

C. Penghitungan PPN
PPN dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak.
Mekanisme Perhitungan PPN dapat diuraikan sebagai berikut :
a. PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 UU PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak.
b. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran untuk
Masa Pajak yang sama.
c. Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak Masukan
tetap dapat dikreditkan.
d. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan, maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar
oleh Pengusaha Kena Pajak.
e. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dimintakan kembali atau dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya.
f. Apabila dalam suatu Masa Pajak, PKP selain melakukan penyerahan yang terutang
pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sepanjang bagian
penyerahan yang terutang pajak dapat diketahui dengan pasti dari pembukuannya,
maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak.
g. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pengusaha Kena Pajak selain melakukan
penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang
pajak, sedangkan Pajak Masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat
diketahui dengan pasti, maka jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan untuk
penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
h. Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha yang dikenakan
Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000, dapat dihitung dengan menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
i. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
Keluaran pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan
sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.

Contoh :
* PKP “A” menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) dengan Harga Jual Rp
25.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp25.000.000,00
= Rp2.500.000,00
PPN sebesar Rp2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh
Pengusaha Kena Pajak “A”.

* PKP “B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) dengan memperoleh
penggantian sebesar Rp20.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP “B”
= 10% x Rp20.000.000,00
= Rp 2.000.000,00
PPN sebesar Rp2.000.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang didapat oleh
Pengusaha Kena Pajak “B”.

* Bapak andre saputra simanjuntak mempunyai perusahaan yang memproduksi bahan


alkohol, dia melakukan penjualan sebesar Rp. 120.000.000,- dengan PPN sebesar 15%
Perhitungan :
= Rp. 120.000.000,- x 15%
= Rp. 18.000.000,-
Jadi pajak PPN yang dipungut oleh perusahaan bapak andre adalah Rp. 18.000.000,-

D. PPnMB
PPnBM adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP yang tergolong mewah
didalam daerah pabean.
D.1 Dasar Pengenaan PPnBM
a. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi.
b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah.
c. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.
d. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

PPnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah.
BKP yang tergolong mewah adalah :
a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu;
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
atau apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral serta mengganggu
ketertiban masyarakat.

D.2 Objek PPnMB


a. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.
b. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah

D.3 Penetapan Tarif


a. Tarif PPnBM dibedakan menjadi beberapa kelompok tarif yaitu tarif terendah sebesar
10% dan tarif tertinggi sebesar 200%. Perbedaan tersebut didasarkan pada
pengelompokkan BKP yang tergolong mewah yang atas penyerahannya dikenakan
juga PPnBM.
b. Tarif PPnBM ditetapkan sebesar 0% atas ekspor BKP yang tergolong mewah, karena
diekspor atau dikonsumsi di luar daerah Pabean.
E. Pelapor PPN PPnBM
1. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa
dan disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP yang telah
dilunasi segera dilaporkan ke KPP yang menerbitkan.
3. PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan:
a. Bendahara Pemerintah harus dilaporkan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas Impor, harus dilaporkan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

Untuk penyerahan tepung terigu oleh BULOG, maka PPN dan PPnBM dihitung sendiri
oleh PKP, harus dilaporkan dalam SPT Masa dan disampaikan kepada KPP setempat
paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

E.1 Saat Pembayaran/Penyetoran PPN/PPnBM


a. PPN dan PPnBM yang dihitung sendiri oleh PKP harus disetor paling lama akhir
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai disampaikan.
b. PPN dan PPnBM yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP harus
dibayar/disetor sesuai batas waktu yang tercantum dalam SKPKB, SKPKBT, dan STP
tersebut.
c. PPN/PPnBM atas Impor, harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran Bea
Masuk, dan apabila pembayaran Bea Masuk ditunda/ dibebaskan, harus dilunasi pada
saat penyelesaian dokumen Impor.
d. PPN/PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh:
1. Bendahara Pemerintah, harus disetor paling lama tanggal 7 (tujuh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang memungut PPN / PPnBM atas Impor,
harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan
pemungutan PPN pajak.

PPN dari penyerahan tepung terigu oleh Badan Urusan Logistik (BULOG), harus
dilunasi sendiri oleh PKP sebelum Surat Perintah Pengeluaran Barang (D.O) ditebus.

E.2 Sarana Pembayaran PPN dan PPnBM


a. Untuk membayar/menyetor PPN dan PPnBM digunakan formulir Surat Setoran Pajak
(SSP) yang tersedia di Kantor-kantor Pelayanan Pajak dan Kantor-kantor Pelayanan
Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di seluruh Indonesia.
b. Surat Setoran Pajak (SSP) menjadi lengkap dan sah bila jumlah PPN/ PPn BM yang
disetorkan telah sesuai dengan yang tercantum di dalam Daftar Nominatif Wajib
Pajak (DNWP) yang dibuat oleh: Bank penerima pembayaran, Kantor Pos dan Giro,
atau Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penerima setoran

Contoh Soal:

Pengusaha Kena Pajak “D” mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah
dengan Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif
20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tersebut adalah:
Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00
PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00

Kemudian PKP “D” menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari
suatu BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif
misalnya 35%. Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor
tersebut tidak dapat dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat
ditambahkan ke dalam harga BKP yang dihasilkan oleh PKP “D” atau dibebankan
sebagai biaya.

Misalnya PKP “D” menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP “X” dengan harga
jual Rp. 150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah :
Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00
PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00
PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00

PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak
masukan bagi PKP “D” dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 merupakan pajak
keluaran bagi PKP “D”. Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat
dikreditkan. Begitu pun dengan PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat
dikreditkan oleh PKP “X”

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
lebih menunjukan sebagai identitas dari suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi
daripada nama suatu jenis pajak, mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada
barang atau jasa tertentu yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut
sampai pada tingkat konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur
produksi maupun jalur distribusi. Meskipun demikian, pemungutan pajak secara
bertingkat ini tidak menimbulkan efek ganda karena adanya metode perolehan kembali
pajak yang telah dibayar (kredit bayar) oleh Pengusaha Kena Pajak sehingga persentase
beban pajak yang dipikul oleh konsumen tetap sama dengan tarif pajak yang berlaku.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa panjang pendek jalur produksi atau distribusi
tidak mempengaruhi persentase beban pajak yang dipikul oleh konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono, B. (1986). Pajak Pertambahan Nilai Impor. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rahayu, Siti Kurnia dan Ely Suhayati. (2010). Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Hukum Pajak Formal Pendaftaran, Pembayaran,
Pelaporan, Penetapan, Penagihan, Penyelesaian Sengketa, dan Tindak Pidana Pajak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siahaan, Marihot Pahala. (2010). Hukum Pajak Material Objek, Subjek, Dasar Pengenaan
Pajak, Tarif Pajak, dan Cara Perhitungan Pajak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai