Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPAJAKAN 2

PAJAK PENGHASILAN BADAN


Dosen Pengampu : Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR.

Disusun Oleh:

PUAN MAHARANTI
NIM: C1C020082

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
petunjuk dan Ridho-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini, khususnya Bapak Dr. Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si., CIQnR selaku dosen
pengampu mata kuliah perpajakan 2. Sehingga penulis dapat menyelesaikan MAKALAH
PERPAJAKAN 2 PAJAK PENGHASILAN BADAN. Makalah ini penulis susun berdasarkan
pengetahuan yang penulis peroleh dari buku Perpajakan dan media internet dengan harapan yang
membaca dapat memahami tentang isi makalah ini.

Terlepas dari itu semua, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah Pajak Penghasilan
Badan ini jauh dari kata sempurna, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi
penelitian yang disajikan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna memperbaiki makalah ini agar
menjadi lebih baik kedepannya.

Terakhir semoga dengan segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan, karya tulis ini
dapat bermanfaat untuk semua guna mengetahui lebih jauh tentang Pajak Penghasilan Badan.
Demikian laporan ini penulis susun dalam waktu yang telah di rencanakan. Kritik dan saran
pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan agar penyusunan laporan selanjutnya
dapat lebih baik.

Jambi, 22 April 2022

(Puan Maharanti)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2

D. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 2

BAB II ............................................................................................................................................ 3
ISI DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
A. Pajak Penghasilan Badan ..................................................................................................... 3

B. Subjek Pajak Penghasilan Badan ......................................................................................... 3

C. Objek Pajak Penghasilan Badan .......................................................................................... 4

D. Norma Perhitungan Pajak Penghasilan Badan ..................................................................... 4

E. Pembukuan Pajak Penghasilan Badan ................................................................................. 6

F. Tarif Pajak Penghasilan Badan ............................................................................................ 7

BAB III........................................................................................................................................... 9
PENUTUP ...................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

B. Saran .................................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Negara yang sangat penting guna
pembangunan Negara. Hampir keseluruhan dari kegiatan jual beli barang dan pemberian jasa
dikenakan pajak, sehingga tidak heran jika penerimaan dari sektor perpajakan sangat penting
bagi aktivitas negara. Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang melakukan pengoptimalan
dalam penerimaan dan pemungutan pajak.
Pengusaha tidak bisa dipisahkan dari kewajibannya untuk membayar pajak, terutama pajak
Badan atau pajak perusahaan. Jenis pajak ini dikenakan atas penghasilan suatu Badan atau
perusahaan yang biasanya sangat berbeda-beda, tergantung bidang dan kebijakan usahanya.
Pajak Penghasilan Badan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
suatu perusahaan. Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU
PPh), penghasilan suatu badan atau perusahaan yang dimaksud adalah: “Setiap penambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Badan, baik dari dalam
maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya menambah kekayaan,
konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat dipaparkan berdasarkan latar belakang adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pajak penghasilan badan?
2. Bagaimana subjek pajak penghasilan badan?
3. Bagaimana objek pajak penghasilan badan?
4. Bagaimana norma perhitungan pajak penghasilan badan?
5. Bagaimana pembukuan pajak penghasilan badan?
6. Bagaimana tarif pajak penghasilan badan?

1
C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Mendeskripsikan pajak penghasilan badan
2. Menjabarkan subjek pajak penghasilan badan
3. Menjabarkan objek pajak penghasilan badan
4. Memaparkan norma perhitungan pajak penghasilan badan
5. Menjelaskan pembukuan pajak penghasilan badan
6. Menjabarkan tarif pajak penghasilan badan

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi bahan
referensi mengenai Pajak Penghasilan Badan, serta juga diharapkan sebagai sarana
pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis bagi penulis lainnya dalam
menyusun makalah ke depannya.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis makalah ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan penulis tentang Pajak Penghasilan Badan.
b. Bagi penulis selanjutnya makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan teori mengenai Pajak Penghasilan Badan bagi yang ingin
melanjutkan penelitian ini.

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan Badan

Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan sendiri
memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung dengan jumlah omzet yang
diterima oleh wajib pajak badan.

B. Subjek Pajak Penghasilan Badan

Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas
negara.
Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP),
yang termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:

1) Perseroan Terbatas (PT) 11) Perkumpulan

2) Perseroan Lainnya 12) Yayasan

3) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 13) Organisasi Masyarakat

4) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) 14) Organisasi Sosial Politik

5) Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) 15) Organisasi lainnya dengan nama dan

6) Firma bentuk apapun

7) Kongsi 16) Lembaga dan bentuk badan lainnya

8) Koperasi 17) Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

9) Dana Pensiun 18) Bentuk Usaha Tetap

10) Persekutuan

3
C. Objek Pajak Penghasilan Badan

Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi Subjek Badan
dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam maupun dari
luar negeri.
Penghasilan yang sebagai objek PPh Badan sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1)
Undang-Undang PPh ini meliputi:
1) Hadiah dari kegiatan dan penghargaan
2) Laba usaha
3) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan bangunan)
4) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
5) Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
6) Dividen
7) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
8) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
9) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan
10) Peraturan Pemerintah
11) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
12) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
13) Iuran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
14) Penghasilan dari usaha berbasis syariah
15) Surplus Bank Indonesia

D. Norma Perhitungan Pajak Penghasilan Badan

Sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU KUP, (1) Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Selanjutnya, Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban
menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang
pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan

4
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi
yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Pada Pasal 14 ayat (2) dan (3) UU PPh diatur bahwa, Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh menghitung
penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dengan
syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Wajib Pajak yang menghitung penghasilan
netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto wajib
menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan neto yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus. Penggunaan
Norma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:
 Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap, atau
 Pembukuan atau catatan peredaran bruto wajib pajak ternyata diselenggarakan secara
tidak benar.
Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau data lain,
dan dengan memperhatikan kewajaran. Norma Penghitungan akan sangat membantu Wajib
Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung penghasilan
neto.
Penghitungan Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan Pembukuan
secara lengkap juga dapat dilakukan oleh Petugas Pajak dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. Hal ini diatur pada Pada Pasal 14 ayat (5) UU PPh yaitu,
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang ternyata tidak
atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau tidak
memperlihatkan pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya maka penghasilan netonya
dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan peredaran brutonya dihitung
dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5
E. Pembukuan Pajak Penghasilan Badan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap
Tahun Pajak berakhir. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
 Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia;
 Wajib Pajak badan di Indonesia.
Berikut ini beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan pembukuan
atau pencatatan:
1) Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia
atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3) Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Pajak.
4) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang.
5) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.

Jika Wajib Pajak dikecualikan dari kewajiban pembukuan dan diwajibkan melakukan
pencatatan, pencatatan harus mencakup seluruh data yang dikumpulkan secara teratur tentang
peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan Objek Pajak dan/atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.

6
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik
atau secara aplikasi online wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan
Wajib Pajak badan.

F. Tarif Pajak Penghasilan Badan

 Tarif PPh Badan


UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat (1) bagian b menyatakan
bahwa tarif pajak yang dikenakan secara umum kepada WP Badan adalah sebesar 28%
sejak 2009. Kemudian tarif PPh Badan turun menjadi 25%. Tarif ini mulai
diberlakukan untuk tahun pajak 2010.
Melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 1/2020, tarif PPh Badan terbaru
diturunkan. Tarif PPh Badan terbaru sesuai Pasal 2 PP No. 30/2020 yang sudah ditetapkan
menjadi UU No. 2 Tahun 2020 tersebut adalah:
 Tarif PPh Badan terbaru WP Badan dalam negeri dan berbentuk Badan Usaha
Tetap (BUT):
 22% berlaku pada 2020 dan 2021
 20% berlaku pada 2022

Sedangkan khusus untuk WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk), akan


mendapatkan tarif PPh Badan terbaru 3% lebih rendah dari penurunan PPh Badan secara
umum tersebut. Syarat Perusahaan Terbuka atau Perusahaan Tbk dapat tarif 3%
lebih rendah dari PPh Badan secara umum tersebut adalah:
 Wajib Pajak Dalam Negeri
 Berbentuk Perseroan Tbk
 Jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia
paling sedikit 40%

7
 Memenuhi persyaratan tertentu yang diatur dalam keterntuan peraturan perundang-
undangan perpajakan

 Aturan PPh Badan Terbaru dalam UU HPP


Seperti diketahui, pemerintah dan DPR telah menyepakati Rancangan Undang-Undang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP) dan disahkan pada 7 Oktober 2021.
Setelah RUU HPP ini sisahkan menjadi, berikutnya dalam kurun waktu 30 hari setelah
DPR mengesahkan RUU HPP menjadi undang-undang, Presiden Joko Widodo (Jokowi)
akan menandatanganinya dan diundangkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkum-HAM).
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak
2022. Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh Badan versi
peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar 20%. Jadi, pemerintah
membatalkan penurunan tarif PPh Badan dari rencana semula hanya sebesar 20% pada
2022. Atau dengan kata lain, pengenaan PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020
dan 2021 itu diperpanjang lagi mulai 2022.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan sendiri
memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung dengan jumlah omzet yang
diterima oleh wajib pajak badan. Subjek PPh Badan merupakan Badan Usaha yang diberikan
kewajiban untuk membayar pajak dalam periode bulan atau tahun dan disetor ke kas negara.
Subjek Badan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
contohnya PT, CV, BUMD, BUMD dan lainnya. Objek PPh Badan adalah penghasilan yang
diterima atau diperoleh badan. Penghasilan sebagai objek PPh dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-
Undang PPh contohnya laba usaha, royalti, Dividen dan lainnya. Pembukuan dengan stelsel
kas dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak tertentu. Yaitu Wajib Pajak badan yang memiliki
peredaran bruto dari usaha tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Stelsel kas merupakan suatu metode penghitungan
yang didasarkan pada transaksi secara tunai.
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022.
Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh Badan versi peraturan
sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar 20%. Jadi, pemerintah membatalkan
penurunan tarif PPh Badan dari rencana semula hanya sebesar 20% pada 2022. Atau dengan
kata lain, pengenaan PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020 dan 2021 itu diperpanjang
lagi mulai 2022.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa
sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

9
Penulis harap, teman teman selalu mempelajari ilmu–ilmu Akuntansi dan Perpajakan
dengan baik dan mengapkikasikannya dikehidupan sehari-hari serta dunia kerja maupun di
lingkungan masyarakat agar kita selalu bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan agama.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya. (2021). Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan): Jenis, Tarif, Hitung, Bayar dan Lapor
Pajak. https://klikpajak.id/. Diakses Pada 22 April 2022.

Fitriya. (2022). Tarif PPh Badan Terbaru sesuai UU HPP. https://klikpajak.id/. Diakses Pada 22
April 2022.

Mardismo. (2019). Perpajakan – Edisi Terbaru 2019. Yogyakarta: ANDI.

Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 11 - Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai