Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah perpajakan

PAJAK PENGHASILAN

Dosen pembimbing
Zikri Aidilla Syarli, S.E, M. Ak

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9
M Refsin Alfarisi (12170315014)
M Ridwan Alghazali (12170312428)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami persembahkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat,
bimbingan, dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan sehingga dapat di persembahkan
kepada dosen dan para pembaca. Adapun judul dari makalah ini membahas tentang “PAJAK
PENGHASILAN”.
Makalah ini merupakan hasil kerja kelompok yang semaksimal mungkin sesuai dengan
tenaga dan kemampuan kelompok sembilan. Namun, kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahannya.
Di samping itu, dalam menyelesaikan makalah ini banyak terdapat halangan dan
rintangan yang dialami. Namun berkat bantuan dari teman-teman dan juga bimbingan dosen,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua.

Pekanbaru, 08 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
C. Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II............................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6
A. SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK ......................................................................... 6
B. TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK ......................................................................... 7
C. OBJEK PAJAK ................................................................................................................ 7
D. DASAR PENGENAAN PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PENGHASILAN
KENA PAJAK ............................................................................................................................ 7
E. MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN
PEMBUKUAN ........................................................................................................................... 8
F. MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN ...... 9
G. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) ......................................................... 9
H. CARA MENGHITUNG PAJAK ..................................................................................... 9
I. PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN YANG
BERSIFAT FINAL ................................................................................................................. 10
J. CARA MELUNASI PAJAK ......................................................................................... 10
K. BENTUK USAHA TETAP ........................................................................................... 11
L. OBJEK PAJAK PENGHASILAN BUT ........................................................................ 12
M. PENENTUAN LABA BUT ........................................................................................... 13
N. PERLAKUAN PAJAK ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK DARI SUATU BUT
YANG DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA ........................................................... 13
BAB III ......................................................................................................................................... 15
PENUTUP..................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang memiliki peran sentral
dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara. Seiring dengan perubahan
dinamika ekonomi global dan perkembangan teknologi informasi, topik perpajakan
menjadi semakin penting dan kompleks.
Pajak bukan hanya tentang pengumpulan dana bagi pemerintah, tetapi juga
mencakup aspek-aspek ekonomi, sosial, dan politik yang berdampak langsung pada
individu, bisnis, dan masyarakat pada umumnya.
Pajak memiliki peran utama dalam pembiayaan berbagai program dan proyek
pemerintah, termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan keamanan sosial. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam tentang perpajakan sangatlah penting. Selain itu,
perpajakan juga menjadi alat kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan inflasi,
mengatasi ketidaksetaraan ekonomi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Di tengah perubahan-perubahan ini, pemahaman dasar-dasar perpajakan menjadi
kunci dalam membuat keputusan ekonomi yang cerdas, baik bagi individu, bisnis,
maupun pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka timbul
masalah-masalah yang dirumuskan dalam makalah ini, diantaranya adalah sebagai berikut
:
1. Jelaskan tentang subjek pajak dan wajib pajak!
2. Jelaskan tentang kewajiban pajak subjektif
3. Jelaskan tentang tidak termasuk subjek pajak
4. Jelaskan tentang objek pajak!
5. Jelaskan tentang tidak termasuk objek pajak!
6. Jelaskan tentang
7. Jelaskan tarif pajak!

C. Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perpajakan dan untuk mengetahui
materi mengenai pajak penghasilan
BAB II
PEMBAHASAN

A. SUBJEK PAJAK DAN WAJIB PAJAK


Yang menjadi Subjek Pajak adalah:
1.
a) Orang pribadi.
b) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.
2. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
BUMN/BUMD dengan nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif.
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari:
a) Subjek Pajak orang pribadi
b) Subjek Pajak badan
c) Subjek Pajak warisan
2. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
bentuk usaha tetap di Indonesia.
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari alam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di indonesia.
B. TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
Yang tidak termasuk subjek pajak adalah:
1. Kantor perwakilan negara asing.
2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan
orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama-sama mereka, dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.
b. Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
3. Organisasi internasional, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota.
4. Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:
a. Bukan warga Negara Indonesia.
b. Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.

C. OBJEK PAJAK
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

D. DASAR PENGENAAN PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PENGHASILAN


KENA PAJAK
Dasar Pengenaan Pajak
Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu harus diketahui dasar pengenaan pajaknya.
Untuk Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menjadi dasar
pengenaan pajak adalah Penghasilan Kena Pajak. Sementara itu, untuk Wajib Pajak luar
negeri adalah penghasilan bruto. Dalam bab ini yang akan dibahas hanya Wajib Pajak
dalam negeri saja. Untuk Wajib Pajak luar negeri akan dibahas pada bab PPh Pasal 26.
Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk Wajib Pajak badan dihitung sebesar penghasilan
neto. Sementara itu, untuk Wajib Pajak orang pribadi dihitung sebesar penghasilan neto
dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Secara singkat dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Penghasilan kena pajak (WP badan) = penghasilan neto
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi) = penghasilan neto – PTKP
Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Penghitungan besarnya Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap dapat dilakukan dengan dua cara ; yaitu:
1. Menggunakan pembukuan.
2. Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa,
yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas diwajibkan menyelenggarakan
pembukuan.

E. MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN


PEMBUKUAN
Untuk Wajib Pajak badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan
neto, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh
Undang-undang PPh. Sementara itu, untuk Wajib Pajak Orang Pribadi besarnya
Penghasilan Kena Pajak sama dengan penghasilan neto dikurangi dengan PTKP. Untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak dapat dirumuskan sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak (WP Orang Pribadi) = Penghasilan neto - PTKP
= (Penghasilan bruto - Biaya yang diperkenankan UU PPh) – PTKP
Penghasilan Kena Pajak (WP Badan)
= Penghasilan neto
= Penghasilan bruto - Biaya yang diperkenankan UU PPh
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan.

F. MENGHITUNG PENGHASILAN KENA PAJAK DENGAN MENGGUNAKAN


NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
Apabila dalam menghitung Penghasilan Kena Pajaknya Wajib Pajak menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, besarnya penghasilan neto adalah sama besarnya dengan
besarya (persentase) Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikalikan dengan jumlah
peredaran usaha atau penerimaan bruto pekerjaan bebas setahun.
Pedoman untuk menentukan penghasilan neto, dibuat dan disempurnakan terus-menerus
serta diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan pegangan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.

G. PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)


Besarnya PTKP setahun yang berlaku mulai 1 Januari 2016 adalah:
1. Rp54.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.
2. Rp4.500.000.00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
3. Rp54.000.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami, dengan syarat:
a. Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja
yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang PPh Pasal
21.
b. Pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami
atau anggota keluarga yang lain.
4. Rp4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya (maksimal 3 orang).

H. CARA MENGHITUNG PAJAK


Pajak Penghasilan (bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap) setahun
dihitung dengan cara mengalikan Penghasilan Kena Pajak dengan tarif pajak sebagaimana
diatur dalam UU PPh Pasal 17. Untuk menghitung PPh dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
Pajak Penghasilan (Wajib Pajak Badan) = Penghasilan Kena Pajak x tarif Pasal 17
= Penghasilan neto x tarif Pasal 17
= (Penghasilan bruto - biaya yang diperkenankan UU PPh) x tarif Pasal 17
Pajak Penghasilan (WP Orang Pribadi)
= Penghasilan kena pajak x tarif Pasal 17
= (Penghasilan neto - PTKP) x tarif Pasal 17
= [(Penghasilan bruto - biaya yang diperkenankan UU PPh) - PTKP] x tarif Pasal 17

I. PEMOTONGAN ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN YANG


BERSIFAT FINAL
Dalam ketentuan mengenai Pajak Penghasilan yang berlaku saat ini, ada beberapa jenis
penghasilan (objek pajak) yang dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak yang
bersifat final. Penghasilan yang dikenakan pemotongan atau pemungutan PPh yang bersifat
final, tetap dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT), hanya saja jumiahnya tidak
dijumlahkan dengan penghasilan lainnya. Pajak yang sudah dipotong tidak diperhitungkan
sebagai Kredit Pajak. Pembahasan mengenai pemotongan atau pemungutan PPh yang
bersifat final akan dikaitkan langsung dengan bab-bab selanjutnya.

J. CARA MELUNASI PAJAK


Pada dasarya, Wajib Pajak dapat menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan melatui
dua cara, yaitu:
1. Pelunasan pajak tahun berjalan, yaitu pelunasan pajak dalam Masa Pajak yang meliputi:
a. Pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak (PPh Pasal 25) untuk setiap Masa Pajak.
b. Pembayaran pajak melalui pemotongan/pemungutan pihak ketiga (orang pribadi
atau badan baik swasta maupun pemerintah) berupa kredit pajak yang dapat
diperhitungkan dengan jumlah pajak terutang selama Tahun Pajak.
2. Pelunasan pajak sesudah akhir tahun.
Pelunasan pajak sesudah Tahun Pajak berakhir dilakukan dengan cara:
a. Membayar pajak yang kurang disetor yaitu dengan menghitung sendiri jumlah
Pajak Penghasilan terutang untuk suatu Tahun Pajak dikurangi dengan jumlah
kredit pajak tahun yang bersangkutan.
b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau Surat
Tagihan Pajak yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila terdapat bukti
bahwa jumlah Pajak Penghasilan terutang tidak benar.

K. BENTUK USAHA TETAP


Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
BUT dapat berupa:
1. Tempat kedudukan manajemen
2. Cabang perusahaan
3. Kantor perwakilan
4. Gedung kantor
5. Pabrik
6. Bengkel
7. Gudang
8. Ruang untuk promosi dan penjualan
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam
10. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
11. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
12. Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan.
13. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
14. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas.
15. Agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia.
16. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
Bentuk Usaha Tetap dikenakan pajak atas penghasilan baik yang berasal dari usaha atau
kegiatan, maupun yang berasal dari harta yang dimiliki atau dikuasainya. Dengan
demikian, semua penghasilan tersebut dikenakan pajak penghasilan di Indonesia.

L. OBJEK PAJAK PENGHASILAN BUT


Yang menjadi objek pajak penghasilan BUT adalah:
1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau
dikuasai.
Sebagai contoh, Communitel Ltd. yang bergerak dalam usaha penjualan satelit komunikasi
mempunyai cabang di Jakarta dengan nama Communitel Indonesia apabila Communitel
Indonesia memperoleh laba melalui usaha penjualan satelit komunikasi maka atas laba
penjualan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan sebagai pajak atas penghasilan Wajib
Pajak BUT.
2. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemberian jasa
di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau dilakukan BUT di Indonesia
Sebagai contoh, New York Bank mempunyai cabang di Jakarta (New York Bank- India).
Apabila New York Bank memperoleh penghasilan berupa bunga as pinjaman yang
diberikan tanpa melalui New York Bank-Indonesia maka penghasilan bunga tersebut tetap
dianggap sebagai penghasilan BUT (New York Bank-Indonesia).
3. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam PPh Pasal 26 yang diterima atau diperoleh
kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan
yang memberikan penghasilan dimaksud.
Sebagai contoh, Foodz Inc. membuat perjanjian dengan PT Lezzat untuk menggunakan
merek dagang Foodz Inc. Atas penggunaan hak tersebut Foodz Inc. menerima imbalan
berupa royalti dari PT Lezzat. Dalam rangka pemasaran produk, Foodz Inc. juga
memberikan jasa manajemen kepada PT Lezzat melalui Foodz-Indonesia (BUTnya di
Indonesia). Dalam hal demikian, penggunaan merek dagang oleh PT Lezzat mempunyai
hubungan efektif dengan BUT di Indonesia. Oleh karena itu, penghasilan Foodz Inc. yang
berupa royalti diperlakukan sebagai penghasilan BUT (Foodz-Indonesia).

Catatan :
Di samping biaya-biaya yang berkenaan dengan poin 1, biaya-biaya atau pengeluaran
kantor pusat yang berkenaan dengan penghasilan sebagaimana dimaksud pada poin 2 dan
3 boleh dikurangkan dari penghasilan Bentuk Usaha Tetap.

M. PENENTUAN LABA BUT


Dalam menentukan besamya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah biaya yang
berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan Direktur Jenderal
Pajak.
2. Pembayaran oleh BUT kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankan
sebagai biaya adalah :
a. Royalti atau imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-
hak lainnya.
b. Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya.
c. Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan.
Sebagai konsekuensinya, atas pembayaran seperti tersebut di atas, yang diterima ata
diperoleh BUT dari kantor pusat tidak dianggap sebagai Objek Pajak, kecuali bunga yang
berkenaan dengan usaha perbankan.

N. PERLAKUAN PAJAK ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK DARI SUATU BUT


YANG DITANAMKAN KEMBALI DI INDONESIA
Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak penghasilan dari suatu Bentuk Usaha
Tetap di Indonesia, akan dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20% (bersifat final), kecuali
penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia. Penanaman kembali tersebut harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah dikurangi
Pajak Penghasilan dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan
dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri.
2. Perusahaan baru yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud
pada angka 1 harus secara aktif melakukan kegiatan usaha sesuai dengan akta
pendiriannya, paling lama 1 (satu) tahun sejak perusahaan tersebut didirikan.
3. Penanaman kembali dilakukan dalam Tahun Pajak berjalan atau paling lama Tahun
Pajak berikutnya dari Tahun Pajak diterima atau diperolehnya penghasilan tersebut.
4. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling singkat dalam
jangka waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan baru tersebut telah berproduks komersial.

Bentuk Usaha Tetap yang melakukan penanaman kembali wajib menyampaikan


pemberitahuan secara tertulis mengenai bentuk penanaman yang dilakukan kepada Dirjen
Pajak sebagai lampiran SPT Tahunan PPh Tahun Pajak diterima atau diperolehny
penghasilan yang bersangkutan. Contoh :
Foods-Indonesia yang merupakan bentuk usaha tetap mempunyai penghasilan kena paja
dalam tahun 2018 sebesar Rp1.000.000.000,00.
Perhitungan pajak atas BUT tersebut adalah sebagai berikut :
Penghasilan kena pajak PPh terutang 25% x Rp1.000.000.000,00= 250.000.000,00
Penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi dengan pajak penghasilan
Atas penghasilan tersebut akan dikenakan pajak lagi sebesar 20% x Rp750.000.000,00 atau
sama dengan Rp 150.000.000,00 (Rp1.000.000.000,00 - Rp 250.000.000,00) = Rp
750.000.000,00

Namun, apabila atas penghasilan kena pajak BUT sesudah dikurangi pajak penghasilan
tersebut (sebesar Rp750.000.000,00) ditanamkan kembali di Indonesia maka atas
penghasilan tersebut tidak dipotong pajak. Jadi tidak ada pemotongan pajak penghasilan
sebesar 20% atau sebesar Rp150.000.000,00.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penulisan makalah ini salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
penulisan kata maupun kalimat yang tepat. Dengan penulisan kata yang tepat maka
pembaca tidak akan mengalami salah tafsir terhadap kata dasar yang telah diberi imbuhan
dan isi dari tulisan tersebut dapat tersalurkan kepada pembaca, sehingga tujuan penulis
dapat tersampaikan kepada pembaca.

Pajak Penghasilan adalah salah satu jenis pajak yang dikenakan oleh pemerintah
terhadap pendapatan yang diterima oleh individu, perusahaan, atau entitas lainnya. Tujuan
utama dari pajak ini adalah untuk mendapatkan pendapatan bagi pemerintah guna
membiayai berbagai program dan layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, dan sebagainya.

Dalam makalah ini, kita telah membahas berbagai aspek terkait pajak penghasilan,
termasuk jenis-jenis pendapatan yang dapat dikenakan pajak, tarif pajak, serta berbagai
metode perhitungan dan pengurangan pajak yang dapat digunakan oleh individu dan
perusahaan untuk mengoptimalkan kewajiban pajak mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2019. Perpajakan. Yogyakarta: Andi


Suandy, erly. Hukum Pajak. 2005. Salemba Empat: Jakarta
Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta:
Salemba Empat
Ngadiman. 2009. Perpajakan. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Anda mungkin juga menyukai