Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah perpajakan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Dosen pembimbing
Zikri Aidilla Syarli, S.E, M. Ak

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9
M Refsin Alfarisi (12170315014)
M Ridwan Alghazali (12170312428)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami persembahkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat,
bimbingan, dan hidayah-Nya makalah ini dapat diselesaikan sehingga dapat di persembahkan
kepada dosen dan para pembaca. Adapun judul dari makalah ini membahas tentang
“KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN”.
Makalah ini merupakan hasil kerja kelompok yang semaksimal mungkin sesuai
dengan tenaga dan kemampuan kelompok sembilan. Namun, kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahannya.
Di samping itu, dalam menyelesaikan makalah ini banyak terdapat halangan dan
rintangan yang dialami. Namun berkat bantuan dari teman-teman dan juga bimbingan dosen,
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami. Semoga makalah ini bermanfaat untuk
kita semua.

Pekanbaru, 24 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB 1..............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang..................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................6
C. Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
A. DASAR HUKUM.............................................................................................................7
B. PENGERTIAN-PENGERTIAN.......................................................................................7
C. TAHUN PAJAK...............................................................................................................9
D. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK................................................................................10
E. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK..........................................................11
F. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)..............................................................................13
G. SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN PEMBAYARAN PAJAK............................14
H. SURAT KETETAPAN PAJAK......................................................................................14
I. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)....................................15
J. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)..........16
K. SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)..........................................16
L. SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)............................................................17
M. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)................................................................................17
N. KEDALUWARSA PENAGIHAN PAJAK....................................................................18
O. PEMERIKSAAN............................................................................................................18
P. PENYIDIKAN................................................................................................................19
Q. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK...................................................................19
R. SANKSI PERPAJAKAN................................................................................................20
S. SANKSI PIDANA..........................................................................................................21
BAB III..........................................................................................................................................22
PENUTUP.....................................................................................................................................22
A. Kesimpulan.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak adalah salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang memiliki peran sentral
dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara. Seiring dengan perubahan
dinamika ekonomi global dan perkembangan teknologi informasi, topik perpajakan
menjadi semakin penting dan kompleks.
Pajak bukan hanya tentang pengumpulan dana bagi pemerintah, tetapi juga
mencakup aspek-aspek ekonomi, sosial, dan politik yang berdampak langsung pada
individu, bisnis, dan masyarakat pada umumnya.
Pajak memiliki peran utama dalam pembiayaan berbagai program dan proyek
pemerintah, termasuk pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan keamanan sosial. Oleh
karena itu, pemahaman yang mendalam tentang perpajakan sangatlah penting. Selain itu,
perpajakan juga menjadi alat kebijakan yang digunakan untuk mengendalikan inflasi,
mengatasi ketidaksetaraan ekonomi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Di tengah perubahan-perubahan ini, pemahaman dasar-dasar perpajakan menjadi
kunci dalam membuat keputusan ekonomi yang cerdas, baik bagi individu, bisnis,
maupun pemerintah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
timbul masalah-masalah yang dirumuskan dalam makalah ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan tentang dasar hukum pajak!
2. Jelaskan tentang pengertian-pengertian ketentuan umum dan tata cara perpajakan!
3. Jelaskan tentang tahun pajak!
4. Jelaskan nomor pokok wajib pajak (NPWP)!
5. Jelaskan tentang pengukuhan pengusaha kena pajak!
6. Jelaskan tentang surat pemberitahuan (SPT)!
7. Jelaskan tentang surat setoran pajak (SSP) dan pembayaran pajak!
8. Jelaskan tentang surat ketetapan pajak!
9. Jelaskan tentang surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)!
10. Jelaskan tentang surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (AKPKBT)!
11. Jelaskan tentang surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)!
12. Jelaskan tentang surat ketatapan pajak nihil (SKPN)!
13. Jelaskan tentang surat tagihan pajak!
14. Jelaskan tentang kedaluwarsa penagihan pajak!
15. Jelaskan tentang pemeriksaan!
16. Jelaskan tentang penyidikan!
17. Jelaskan tentang kewajiban dan hak wajib pajak!
18. Jelaskan tentang perpajakan!
19. Jelaskan tentang pidana!

C. Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perpajakan dan untuk mengetahui
materi mengenai dasar-dasar perpajakan, pajak negara, dan pajak daerah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DASAR HUKUM
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Undang-
Undang No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
No. 16 Tahun 2009.

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN
Dalam pembahasan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan akan dijumpai
pengertian-pengertian atau istilah-istilah yang sudah baku. Pengertian-pengertian atau
istilah-istilah tersebut, antara lain:
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarya
kemakmuran rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha
milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
4. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu
tertentu sebagaimana ditentukan dalam undang-undang KUP. Masa Pajak sama dengan 1
(satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.
5. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tähun kalender.
6. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
7. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa
Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
8. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
9. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang
dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,
yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
10. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dongan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak
yang terutang.
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
12. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,
tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang
atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja
yang dapat menimbulkan kergian pada pendapatan negara.
13. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang
perpajakan.
14. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
15. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang
kebenaran penulisan dan penghitungannya.

C. TAHUN PAJAK
Pada umumnya Tahun Pajak sama dengan tahun takwim atau tahun kalender.
Akan tetapi Wajib Pajak dapat mengunakan Tahun Pajak tidak sama dengan tahun
takwim dengan syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan
melapor/memberitahukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat. Cara
menentukan suatu Tahun Pajak adalah sebagai berikut:
1. Tahun Pajak Sama dengan Tahun Takwim.
Pembukaan dimulai 1 Januari 2016 dan berakhir 31 Desember 2016 disebut Tahun Pajak
2016.
2. Tahun Pajak Tidak Sama dengan Tahun Takwim.
a. Pembukuan dimulai 1 Juli 2016 dan berakhir 30 Juni 2017. Disebut Tahun Pajak 2016
karena 6 bulan pertama jatuh pada tahun 2016.
b. Pembukuan dimulai 1 April 2016 dan berakhir 31 Maret 2017. Disebut Tahun Pajak
2016 karena lebih dari 6 bulan jatuh pada tahun 2016.

D. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK


1. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal
diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
2. Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
3. Pencantuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan
mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.
4. Pendaftaran NPWF
Setiap Wajib Pajak yang telah memenubi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak dan kepada
Wajib Pajak diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Yang dimaksud dengan "persyaratan subjektif' adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya. "Persyaratan objektif" adalah persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984
dan perubahannya.
5. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. Pidana tersebut ditambahkan 1
(satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tinda pidana di
bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
6. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPW adalah tindakan menghapuskan NPW dari administrasi Kantor
Pelayanan Pajak. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak apabila:
a. Wajib Pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Wajib Pajak badan dalam rangka likuidasi atau pembubaran karena penghentian atau
penggabungan usaha.
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
e. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan Nomor Pokok
Wajib Pajak dari Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
7. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama merupakan Kode Wajib
Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
Formatya adalah sebagai berkut: XX. XXX. XXX. X- XXX. XXX

E. PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Udang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya. Setiap Wajib Pajak sebagai
Pengusaha yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
1. Fungsi Pengukuhan PKP.
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
b. Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah.
c. Pengawasan administrasi perpajakan.
2. Tempat Pengukuhan PKP
Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP pada:
a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau
tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Dalam hal tempat tinggal atau tempat kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib
Pajak berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.
3. Pencabutan Pengukuhan PKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
melakukan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:
a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP termasuk PKP yang jumlah peredaran
dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran
dan/atau penerimaan bruto untuk Pengusaha Kecil.
c. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di tempat lain.
d. PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.
4. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dạn paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.

F. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)


1. Pengertian SPT
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek
Pajak, dan atau harta dan kewajiban menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (Marsyahrul, 2005: 46 dan Pudyatmoko, 2009: 133). Dalam rangka
pemenuhan self assessment system, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung dan
menetapkan sendiri pajaknya. Untuk itu ada instrumen berupa berkas yang digunakan
untuk menghitung dan menetapkan pajak tersebut. Itulah yang dimaksud sebagai SPT.
Surat Pemberitahuan (SPT) dibedakan menjadi 2 (dua) hal, yakni Surat
Pemberitahuan Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan. SPT masa adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu masa pajak tertentu. Sementara untuk SPT Tahunan adalah
Surat Pemberitahuan untuk satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.
Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia
dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat
wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan. Bagi wajib pajak yang telah mendapat izin Menteri
Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
mata uang selain rupiah, pengusaha itu wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam
bahasa Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan. Wajib pajak sebagaimana dimaksud harus
mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
2. Fungsi SPT
Menurut Mardiasmo (2011: 31-32), fungsi SPT bagi wajib pajak Pajak
Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun
pajak,
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukn objek pajak,
c. Harta dan kewajiban dan/atau,
d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

G. SURAT SETORAN PAJAK (SSP) DAN PEMBAYARAN PAJAK


1. Pengertian

Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menter Keuangan.

2. Fungsi SSP

SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah disahkan oleh
pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau apabila telah mendapatkan
validasi.

Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak

a. Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

b. Kantor Pos.

H. SURAT KETETAPAN PAJAK


Surat kettapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

I. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)


1. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih
harus dibayar.
2. Penerbitan SKPKB
SKPKB diterbitkan apabila:
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar.
b. Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran.
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya dikompensasikan
selish lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen).
d. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga
idak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.
e. Kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan.
4. Sanksi Administrasi
a. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e maka jumlah
kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
b. Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2b, 2c, dan 2d, maka dikenakan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
1) 50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
2) 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau
kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan.
3) 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
5. Fungsi SKPKB
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPInya.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi.
c. Alat untuk menagih pajak.

J. SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)


1. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
2. Penerbitan SKPKBT
SKPBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
3. Fungsi SKPKBT
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPTnya.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi.
c. Alat untuk menagih pajak.
4. Sanksi SKPKBT
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBI ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan berdasarkan
keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

K. SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)


1. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
2. Penerbitan SKPLB
SKPLB diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan, jumiah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlal pajak yang terutang. Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan untuk:
a. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.
b. Pajak Pertambahan Nilai apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebin besar
daripada jumlah pajak yang terutang.
3. Fungsi SKPLB
Sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.

L. SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)


1. Pengertian
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
2. Penerbitan SKPN
SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit pajak atau
jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

M. SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)


1. Pengertian
Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau
sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
2. Penerbitan STP
STP dikeluarkan apabila:
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis
dan/atau salah hitung.
c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
d. Pengusaha yang telah dikukunkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waltu.
e. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi
faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama dan tanda tangan).
f. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan
faktur pajak.
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduks dan telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Ayat (6a) Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Fungsi STP
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.
b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

N. KEDALUWARSA PENAGIHAN PAJAK


Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Kedaluwarsa
penagihan pajak tertangguh apabila:
1. Diterbitkan Surat Paksa.
2. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.
3. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud dalam. atau
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

O. PEMERIKSAAN
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan Pemeriksaan dengan tujuan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
1. Pengertian
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/
atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. Sasaran Pemeriksaan
Yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyelidikan adalah untuk mencari adanya:
a. Interpretasi undang-undang yang tidak benar.
b. Kesalahan hitung.
c. Penggelapan secara khusus dari penghasilan.
d. Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya, yang dilakukan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.

P. PENYIDIKAN
1. Pengertian
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan.
tersangkanya.
Penyidikan tindak pidana bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8/1981 tentang KUHAP.
2. Penyidik
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai
penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Q. KEWAJIBAN DAN HAK WAJIB PAJAK


KEWAJIBAN WAJIB PAJAK
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukkan ke Kantor
Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
5. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
6. Jika diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakan,
maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan
pemeriksaan.
HAK-HAK WAJB PAJAK
1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.
2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPI.
5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.

R. SANKSI PERPAJAKAN
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak tidak
melanggar norma perpajakan.
Dalam undang-undang perpajakan dikenal dua macam sanksi, yaitu Sanksi
Administrasi dan Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma perpajakan
ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan sanksi
pidana saja, dan ada pula yang diancam dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana adalah:
Sanksi administrasi
Merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa bunga dan
kenaikan.
Sanksi pidana
Merupakan siksaan atau penderitan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum
yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi.
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi administrasi,
yaitu berupa denda, bunga, dan kenaikan.

S. SANKSI PIDANA
Ketentuan sanksi pidana
Menurut ketentuan dalam undang-undang perpajakan ada 3 macam sanksi pidana, yaitu:
denda pidana, kurungan, dan penjara.
Denda pidana
Berbeda dengan sanksi berupa denda administrasi yang hanya diancam/ dikenakan
kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan peraturan perpajakan, sanksi berupa denda
pidana selain dikenakan kepada Wajib Pajak ada juga yang diancamkan kepada pejabat pajak
atau kepada pihak ketiga yang melanggar norma. Denda pidana dikenakan kepada tindak
pidana yang bersifat pelanggaran maupun bersifat kejahatan.
Pidana kurungan
Pidana kurungan hanya diancamkan kepada tindak pidana yang bersifat pelanggaran.
Dapat ditujukan kepada Wajib Pajak, dan pihak ketiga. Karena pidana kurungan
diancamkan kepada si pelanggar norma itu ketentuannya sama dengan vạng diancamkan
dengan denda pidana, maka masalahnya hanya ketentuan mengenai denda pidana sekian
itu diganti dengan pidana kurungan selama-lamanya sekian.
Pidana penjara
Pidana penjara seperti halnya pidana kurungan, merupakan hukuman perampasan kemer-
dekaan. Pidana penjara diancamkan terhadap kejahatan. Ancaman pidana penjara tidak
ada yang ditujukan kepada pihak ketiga, adanya kepada pejabat dan kepada Wajib Pajak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perpajakan merupakan sistem yang kompleks yang mengatur pengumpulan dana
oleh pemerintah untuk mendukung berbagai program dan layanan publik.Pentingnya
Perpajakan, perpajakan adalah salah satu sumber pendapatan utama pemerintah, yang
digunakan untuk membiayai layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
dan lainnya. Ketentuan Umum, terdapat ketentuan umum yang mengatur berbagai aspek
perpajakan, termasuk pengenaan pajak, kewajiban perpajakan, dan hak serta tanggung
jawab wajib pajak.
Tata Cara Perpajakan, prosedur dan tata cara penghitungan serta pelaporan pajak
dapat berbeda-beda tergantung pada jenis pajak dan hukum pajak yang berlaku.
Pemahaman yang baik tentang tata cara ini sangat penting untuk mematuhi kewajiban
perpajakan dan mencegah potensi sanksi.Sumber Informasi, wajib pajak perlu mengacu
pada sumber informasi yang sah, seperti peraturan perpajakan, panduan dari otoritas
pajak, dan bantuan dari profesional perpajakan jika diperlukan.
Perubahan dalam Perpajakan, peraturan perpajakan dapat berubah seiring waktu,
oleh karena itu, penting untuk selalu memperbarui pengetahuan tentang perkembangan
terbaru dalam perpajakan. Pentingnya Kepatuhan, pepatuhan perpajakan adalah kunci
untuk menghindari masalah hukum dan sanksi perpajakan. Wajib pajak perlu memahami
kewajiban mereka dan melaksanakannya dengan benar

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2019. Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Resmi, Siti. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat.
Waluyo, 2007. Perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7, Penerbit Salemba Empat , Jakarta:
Salemba Empat
Ngadiman. 2009. Perpajakan. Surakarta: Sebelas Maret University Press

Anda mungkin juga menyukai