Anda di halaman 1dari 26

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan yang diampu oleh
Bapak Wisnu Ari Purwana Putra, M.E

Disusun oleh:

1. Amelia Dwi Nur Azizah (1860405222093)


2. Hana Firjatul Wasitah (1860405222105)
3. Putri Aminatus Zuhriyah (1860405222088)
4. Toriqko Putra Ardana (1860405222107)

Kelas MBS 3B

MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan”. Tujuan penulisan ini
untuk memenuhi tugas dari Ibu. makalah ini diharapkan dapat menjadi penambah
wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Wisnu Ari
Purwana Putra, M.E selaku dosen mata kuliah Perpajakan. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
demi kesempurnaan dari makalah ini.

Tulungagung, 30 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Peneliti ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
A. Dasar Hukum ............................................................................................... 4
B. Pengertian ..................................................................................................... 4
C. Tahun Pajak .................................................................................................. 5
D. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ............................................................ 6
E. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak............................................................. 7
F. Surat-surat dalam perpajakan ....................................................................... 8
G. Keberatan dan Banding .............................................................................. 11
H. Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan ....................... 14
I. Kadaluwarsa Penagihan Pajak ................................................................... 15
J. Pemeriksaan ............................................................................................... 15
K. Penyidikan .................................................................................................. 17
L. Kewajiban-kewajiban ................................................................................. 18
M. Sanksi-sanksi .......................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai alat pengatur ekonomi dan keuangan negara, sistem perpajakan
melibatkan berbagai ketentuan umum dan tata cara yang harus dipatuhi oleh
warga negara, perusahaan, dan entitas hukum lainnya. Seiring dengan
perkembangan ekonomi, perubahan teknologi, dan dinamika sosial, sistem
perpajakan juga mengalami evolusi yang signifikan. Saat ini Sistem perpajakan
yang lama dinilai sudah tidak efektif terhadap pewujudan kelangsungan dan dan
peningkatan pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan
kebijakan baru, pada UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Perubahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
wajib pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum.
Pemahaman terhadap ketentuan umum dan tata cara perpajakan tidak
lagi hanya menjadi domain akademisi dan praktisi perpajakan, tetapi juga
menjadi penting bagi warga negara yang ingin memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan benar dan efisien. Kompleksitas regulasi perpajakan,
termasuk kebijakan-kebijakan baru dan perubahan yang terjadi, menuntut
pemahaman yang lebih mendalam agar masyarakat dapat mematuhi aturan
dengan baik.
Dengan memahami prinsip-prinsip dasar perpajakan, kewajiban
pelaporan, serta dampak ekonomi dari perpajakan, pembaca diharapkan dapat
memperoleh wawasan yang lebih baik tentang betapa pentingnya peran pajak
dalam pembangunan negara dan bagaimana setiap individu dan entitas usaha
dapat berkontribusi dengan tepat dalam upaya pembangunan berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan ?

1
2. Apa saja pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan dalam
pembahasan ketentuan umum dan tata cara perpajakan?
3. Apa pengertian tahun pajak dalam ketentuan umum dan tata cara
perpajakan?
4. Apa yang dimaksud dengan NPWP?
5. Apa yang dimaksud dengan pengukuhan pengusaha kena pajak?
6. Apa saja surat-surat yang terdapat pada ketentuan umum dan tata cara
perpajakan?
7. Apa yang dimaksud keberatan dan banding pada ketentuan umum dan tata
cara perpajakan?
8. Apa yang dimaksud pembetulan, pengurangan, penghapusan, pembatalan
pada ketentuan umum dan tata cara perpajakan?
9. Apa pengertian dari kadaluwarsa penagihan pajak?
10. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan pada ketentuan umum dan tata
cara perpajakan?
11. Apa yang dimaksud dengan penyidikan pada ketentuan umum dan tata cara
perpajakan?
12. Apa yang dimaksud dengan kewajiban-kewajiban pada ketentuan umum
dan tata cara perpajakan?
13. Sanksi apa saja yang terdapat pada ketentuan umum dan tata cara
perpajakan?

C. Tujuan Peneliti
1. Untuk menganalisis dasar hukum yang menjadi landasan bagi ketentuan
umum dan tata cara perpajakan.
2. Untuk mengetahui pengertian-pengertian istilah yang digunakan dalam
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
3. Untuk mengetahui pengertian dari tahun pajak.
4. Menganalisis pengertian dan fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dalam
konteks ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

2
5. Menjelaskan proses pengukuhan pengusaha kena pajak dalam ketentuan umum
dan tata cara perpajakan.
6. Mengidentifikasi jenis-jenis surat yang terdapat dalam ketentuan umum dan tata
cara perpajakan.
7. Menganalisis konsep keberatan dan banding dalam ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
8. Menjelaskan makna dari pembetulan, pengurangan, penghapusan, dan pembatalan
dalam konteks ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
9. Menggambarkan pengertian kadaluwarsa penagihan pajak dalam ketentuan umum
dan tata cara perpajakan.
10. Menganalisis makna pemeriksaan dalam konteks ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
11. Menganalisis makna penyidikan dalam konteks ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.
12. Mengidentifikasi dan menjelaskan kewajiban-kewajiban yang diatur dalam
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
13. Menganalisis jenis-jenis sanksi yang terdapat dalam ketentuan umum dan tata cara
perpajakan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum
Dasar hukum Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali mengalami perubahan dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.1

B. Pengertian
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah suatu sistem
pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.2 Pada Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan akan dijumpai beberapa istilah, antara lain:
1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.3
2. Masa Pajak adalah jangka waktu untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam waktu tertentu sesuai dengan
Undang-undang KUP.
3. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib
pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
4. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayarkan pada waktu yang
telah ditentukan dalam masa pajak dalam tahun pajak ataupun dalam bagian

1
Pemerinntah Indonesia. Peratuaran Pemerintah Indonesia Nomor 50 Tahun 2022.
Tentang Tata Cara Perpajakan .
2
Ketentuan Umum Perpajakan 16 Dikbangspes Brigadir/PNS Gol. II Aministrasi
Keuangan
3
Mardiasmo, Perpajakan, edisi 2019 ( Yogyakarta: Andi: 2019)

4
tahun pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
5. Surat paksa adalah surat yang dikeluarkan untuk memberikan perintah
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
6. Kredit pajak untuk pajak penghasilan adalah pajak yang harus dibayar oleh
diri sendiri ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam surat tagihan
pajak.
7. Kredit pajak untuk pajak pertambahan nilai adalah pajak masukan yang
dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah
dikompensasikan yang dikurangkan dan pajak yang terutang.
8. Bukti permulaan adalah keadaan perbuatan dan bukti berupa keterangan
tulisan atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat
bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindakan pidana di bidang perpajakan.
9. Pemeriksaan bukti permulaan adalah pemeriksaan dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan.
10. Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak.
11. Penelitian dalam perpajakan dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian surat pemberitahuan dan lampirannya.

C. Tahun Pajak
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun takwim atau tahun
kalender, namun wajib pajak dapat menggunakan tahun pajak tidak sama
dengan tahun takwim dengan syarat konsisten (taat asas) selama 12 bulan, dan
melapor kepada Kantor Pelayanan Pajak setempat. Adapun cara menentukan
Tahun Pajak yaitu sebagai berikut:
1. Tahun Pajak Sama dengan Tahun Takwim
Pembukaan dimulai 1 Januari 2018 dan berakhir 31 Desember 2018 disebut
Tahun Pajak 2018.

5
2. Tahun Pajak Tidak Sama dengan Tahun Takwim
Pembukuan dimulai 1 Juli 2018 dan berakhir pada 31 Juni 2019. Disebut
Tahun Pajak 2018 karena 6 bulan pertama jatuh pada tahun 2018.

D. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)


1. Pengertian
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada
Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2. Fungsi NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.

3. Pencantuman NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak
diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

4. Pendaftaran NPWP
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Yang dimaksud
dengan "persyaratan subjektif" adalah persyaratan yang sesuai dengan
ketentuan mengenai subjek pajak dalam Undang-undang Pajak Penghasilan
1984 dan perubahannya. "Persyaratan objektif" adalah persyaratan bagi
subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan
untuk melakukan pemotongan pemungutan sesuai dengan ketentuan
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

5. Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau

6
menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
Pidana tersebut ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi tinda pidana di bidang perpajakan
sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.

6. Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP adalah tindakan menghapuskan NPWP dari
administrasi Kantor Pelayanan Pajak. Penghapusan NPWP dilakukan dalam
hal:
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak
meninggalkan warisan.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk
selamanya.
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP.

7. Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 (sembilan) digit pertama
merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit berikutnya merupakan
Kode Administrasi Perpajakan.
Formatnya adalah sebagai berikut: XX. XXX. XXX. X-XXX. XXX

E. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang. melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

7
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang- Udang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
1. Fungsi Pengukuhan PKP
a. Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
b. Melaksanakan hak dan kewajiban di bidang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
c. Pengawasan administrasi perpajakan.

2. Tempat Pengukuhan PKP


Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan sebagai PKP wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP pada:
a. Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan
Konsultasi Perpajakan yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
b. Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.4

3. Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:


a. PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain.
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP termasuk PKP yang
jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk suatu tahun buku
tidak melebihi bata jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk
Pengusaha Kecil.
c. PKP telah dipusatkan tempat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai di
tempat lain
d. PKP menyalahgunakan pengukuhan PKP.

F. Surat-surat dalam perpajakan


1. Surat Pemberitahuan (SPT)

4
Mardismo, perpajakan, edisi 2019 (Yogyakarta: Andi: 2019)

8
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau buka objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak, Pajak Penghasilan
adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan.

2. Surat Setoran Pajak (SSP) dan Pembayaran Pajak


Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak
yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan.
SSP berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi.

3. Surat Ketetapan Pajak


Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.

4. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. Fungsi SKPKB
sebagai berikut:
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya.
b. Sarana untuk mengenakan sanksi.
c. Alat untuk menagih pajak.

9
5. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan. Fungsi SKPKBT sebagai berikut:
a. Koreksi atas jumlah yang terutang menurut
b. Sarana untuk mengenakan sanksi
d. Alat untuk menagih pajak

6. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)


Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang. Fungsinya sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan
kelebihan pembayaran pajak.

7. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan pemeriksaan jumlah kredit
pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.

8. Surat Tagihan Pajak (STP)


Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan
pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Fungsi
STP sebagai berikut:
a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib
Pajak.
b. Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
c. Alat untuk menagih pajak.

10
G. Keberatan dan Banding
1. Tata Cara Penyelesaian Keberatan
Tertuang pada Pasal 25 UUD 1945.
a. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu :
1) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
4) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
5) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
b. Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Keberatan
sebagaimana dan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia
2) Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang
dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan
Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar
penghitungan.
3) Satu Surat Keberatan diajukan hanya untuk satu Surat Ketetapan
Pajak, untuk satu pemotongan pajak, atau untuk satu pemungutan
pajak.
4) Wajib pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan.
5) Diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim Surat
Ketetapan Pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan
pajak oleh pihak ketiga kecuali wajib pajak dapat menunjukkan
bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan
di luar kekuasaan Wajib Pajak (force majeur).

11
6) Surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal
surat keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat
keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
c. Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, maka
wajib melunasi pajak yang harus dibayar paling sedikit sejumlah yang
telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir pemeriksaan dan
sebelum surat keberatan disampaikan.
d. Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu
tiga bulan. Apabila surat keberatan yang diajukan Wajib Pajak belum
memenuhi persyaratan.
e. Surat Keberatan yang tidak memenuhi syarat tidak dapat
dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat Keputusan Keberatan.
f. Pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam
penyelesaian keberatan, kecuali seluruh kelengkapan tersebut berada
dipihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat pemeriksaan.
g. Direktorat Jenderal Pajak harus memberi keputusan dalam jangka waktu
12 bulan sejak Surat Keberatan diterima. Keputusan Direktorat Jenderal
Pajak berupa :
1) Mengabulkan seluruhnya
2) Mengabulkan Sebagian
3) Menolak
4) Menambah Besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar.
h. Apabila jangka waktu yang telah ditentukan telah terlampaui dan
direktur jenderal tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. Maka
keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan oleh Direktur Jenderal
Pajak dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai dengan
keberatan Wajib Pajak.
i. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan Sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan

12
bunga sebesar 2% per bulan untuk paling lama satu tahun dengan
ketentuan :
1) Untuk Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan dihitung sejak tanggal pembayaran
pajak sampai diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
2) Untuk Surat Ketetapan Pajak Nihil dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
sampai diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan.
j. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50%
(lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan
dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.5
k. Tetapi apabila kemudian Wajib Pajak mengajukan permohonan banding
atas Surat Keputusan Keberatan, sanksi tersebut tidak dikenakan.
l. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran akan
dikembalikan dan diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk
paling lama setahun.

2. Tata Cara Penyelesaian Banding


a. Pengajuan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas
Surat Keputusan Keberatan.
b. Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di
lingkungan peradilan tata usaha negara.
c. Permohonan banding diajukan paling lama 3 bulan sejak Surat
Keputusan Keberatan diterima, dengan cara tertulis dengan Bahasa
Indonesia, menyertakan alasan yang jelas, serta melampirkan Salinan
Surat Keputusan Keberatan.

5
Salim, Agus. DASAR-DASAR PERPAJAKAN (Sulawesi Tengah: LPP-Mitra Edukasi, 2019)
Hal 97

13
d. Jumlah pajak yang belum dibayar saat pengajuan permohonan banding
belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding
diterbitkan.
e. Jika permohonan ditolak atau diterima sebagian, Wajib Pajak dikenai
sanksi 100% dari pajak Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran
pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
f. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran akan
dikembalikan dan diberikan imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk
paling lama setahun.

H. Pembetulan, Pengurangan, Penghapusan, dan Pembatalan


1. Pembetulan
Atas permohonan Wajib Pajak, atau karena jabatannya, Direktur
Jenderal Pajak dapat membetulkan beberapa surat yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, hitung, atau kekeliruan penerapan
kebijakan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Surat-
surat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Surat Ketetapan Pajak (SKPKB, SKPKBT, SKPN, SKPLB)
b. Surat Tagihan Pajak
c. Surat Keputusan Pembetulan
d. Surat Keputusan Keberatan
e. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi
f. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi
g. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
h. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak
i. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau
j. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga

2. Pengurangan, Penghapusan, atau Pembatalan


Karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat ;

14
a. Mengurangi atau menghapus sanksi berupa bunga, denda, kenaikan
yang terutang atau yang dikenakan itu karena kekhilafan Wajib Pajak.
b. Mengurangi atau membatalkan surat ketetapan pajak yang salah.
c. Membatalkan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa penyampaian
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

Wajib Pajak dapat mengajukan pengurangan atau pembatalan surat


ketetapan apabila:
a. Wajib pajak tidak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak.
b. Keberatan yang diajukan wajib pajak tidak dipertimbangkan oleh
Direktur Jenderal Pajak karena tidak memenuhi syarat.

I. Kadaluwarsa Penagihan Pajak


Hak untuk melakukan penagihan pajak Termasuk bunga denda
kenaikan, dan biaya penagihan pajak kadaluwarsa setelah melampaui waktu 5
tahun terhitung sejak penerbitan STP, SKPKB, SKPKBT, SKP, SKK, Putusan
Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Kadaluwarsa penagihan pajak
tertangguh apabila:
1. Diterbitkan Surat Paksa.
2. Ada pengakuan hutang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak
langsung.
3. Diterbitkan Surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan pajak
kurang bayar tambahan sebagai mana dimaksud dalam, atau.
4. Dilakukan penyidikan tindak pidana Di bidang perpajakan.

J. Pemeriksaan
1. Pengertian
Pemeriksaan kegiatan yang bertujuan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan serta mematuhi peraturan perundang-
undangan perpajakan. Dengan melakukan beberapa rangkaian kegiatan

15
menghimpun dan mengolah data, keterangan atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan.

2. Sasaran Pemeriksaan
a. Mencari adanya Interpretasi undang-undang yang tidak benar.
b. Mendeteksi Kesalahan hitung.
c. Mendeteksi adanya penggelapan penghasilan secara khusus.
d. Mencari adanya pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya,
yang dilakukan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.

3. Kriteria, Ruang Lingkup, dan Jenis Pemeriksaan


Kriteria Pemeriksaan digunakan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan yang harus dilakukan terhadap Wajib
Pajak yang mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak.
Terdapat 2 kriteria pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Rutin
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang
diwajibkan oleh Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP).
Dapat menggunakan jenis pemeriksaan kantor maupun pemeriksaan
lapangan (Tempat Wajib Pajak).
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini dapat dilakukan berdasarkan data konkret (audit based
on data) dan Analisis Risiko dengan ruang lingkup satu jenis pajak dan
dapat dilakukan dengan jenis pemeriksaan kantor. Sedangkan yang
menggunakan analisis IDLP ini dapat digunakan untuk jenis beberapa
pajak dan menggunakan jenis pemeriksaan lapangan.
Ruang Lingkup dalam melaksanakan ketentuan perundang-undangan
perpajakan meliputi :
1) Penentuan
2) Pencocokan

16
3) Atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan
Pemeriksaan.

K. Penyidikan
1. Pengertian
Penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan merupakan prosedur
tindakan yang dilakukan penyidik guna mencari dan mengumpulkan bukti
yang dapat digunakan untuk memperjelas dan menemukan tersangka tindak
pidana dibidang perpajakan yang terjadi. Penyidikan tindak pidana bidang
perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 8/1981.
2. Penyidik
Penyidik dalam tindak pidana perpajakan adalah pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

3. Wewenang penyidik
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan bukti tersebut.

17
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan.
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan
atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa.
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang
perpajakan.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi.
j. Menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang
perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Kewajiban Penyidik
a. Memberitahukan dimulainya penyidikan, dan
b. menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui
penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Penghentian Penyidikan jika:
• untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri
Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan sejak tanggal surat permintaan.
• penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib
pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang
tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

L. Kewajiban-kewajiban
1. Kewajiban Pajak

18
a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP. Wajib Pajak yang telah
memenuhi syarat, wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak) pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
meliputi wilayah tempat tinggal Wajib Pajak.
b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP. Wajib Pajak
diwajibkan melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak sesuai dengan Pasal 3A ayat (1) UU PPN.
c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar. Wajib Pajak
berkewajiban menghitung besarnya pajak yang harus dibayar, dipotong,
atau dipungut menggunakan asas self-assessement.
d. Mengisi dengan benar SPT (Surat Pemberitahuan), dan memasukkan ke
kantor layanan pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.
e. Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.
f. Jika diperiksa wajib:
1) Memperlihatkan buku atau catatan yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, usaha yang dimiliki, daftar
pekerjaan bebas wajib pajak atau objek yang terkena pajak.
2) Memberikan izin untuk memasuki tempat yang dikiranya dapat
membantu pemeriksaan.
g. Wajib pajak memiliki kewajiban untuk merahasiakan pembukuan atau
dokumen keterangan. Apabila terdapat keperluan pemeriksaan, maka
kewajiban untuk merahasiakan tersebut ditiadakan.

2. Hak-hak Wajib Pajak


Berikut adalah hak-hak Wajib Pajak:6
a. Mengajukan surat keberatan dan surat banding.
b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.
c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.
d. Mengajukan permohonan penundaan dan penyampaian SPT.

6
Mardiasmo, Perpajakan, edisi 2019 ( Yogyakarta: Andi: 2019), hal. 69

19
e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran
pajak.
f. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam
surat keterangan pajak.
g. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
h. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta
pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.
i. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.
j. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.
k. Mengajukan keberatan dan banding.

3. Kewajiban Pembukuan/Pencatatan
Pembukuan adalah proses pencatatan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah perolehan dan
penyerahan barang dan jasa, yang kemudian ditutup dengan laporan
keuangan untuk periode pajak yang berlaku.
Pencatatan berisi data peredaran atau penerimaan yang dikumpulkan
secara teratur sebagai dasar penghitungan jumlah pajak terutang dan
termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak.
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak bada di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan. Sedangkan Wajib Pajak orang pribadi yang
menggunakan norma perhitungan penghasilan neto untuk menghitung
penghasilan netonya wajib melakukan pencatatan.

M. Sanksi-sanksi
Sanksi perpajakan merupakan jaminan agar Wajib Pajak memenuhi
tanggung jawabnya atau bisa digunakan sebagai alat pencegahan agar tidak
terjadi pelanggaran oleh Wajib Pajak. Berdasarkan undang-undang terdapat dua
jenis sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Pelanggar dapat
dikenai sanksi administrasi saja atau hanya sanksi pidana, namun ada beberapa
kasus dimana pelanggar dikena kedua sanksi.

20
Sanksi administrasi adalah pembayaran kerugian kepada negara
terutama yang berupa bunga maupun kenaikan harga. Berdasarkan undang-
undang perpajakan terdapat tiga jenis sanksi administrasi, yaitu denda,
kenaikan, dan bunga. Sedangkan sanksi pidana adalah hukuman atau
penderitaan yang digunakan agar norma dipatuhi dan menjadi solusi terakhir.
Terdapat tiga jenis sanksi pidana, yaitu:
1. Denda pidana, sanksi berupa denda pidana yang ditujukan kepada Wajib
Pajak yang melanggar ketentuan perpajakan, selain itu sanksi ini juga
ditujukan kepada pihak tiga atau pejabat pajak yang melanggar.
2. Pidana kurungan, sanksi kurungan yang ditujukan kepada Wajib Pajak dan
pihak ketiga sebagai ganti denda pidana. Pidana ini memiliki ketentuan yang
sama dengan denda pidana.
3. Pidana penjara, pidana ini ditujukan kepada pihak ketiga, tetapi ditujukan
kepada pejabat dan Wajib Pajak. Pidana penjara diancamkan terhadap
kejahatan.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan memiliki dasar hukum
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang perpajakan. Di dalamnya
disebutkan bahwa Wajib pajak merupakan orang pribadi yang telah memenuhi
syarat sebagai pembayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Setiap Wajib Pajak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang
berfungsi sebagai identitas dalam administrasi pajak. Apabila Wajib Pajak
memiliki usaha yang telah memenuhi syarat maka usahanya harus dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Dalam perpajakan terdapat berbagai macam surat yang harus diketahui
oleh Wajib Pajak. Surat-surat tersebut berfungsi sebagai tanda pembayaran
pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak. Dalam memenuhi
kewajibannya, Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan dan banding kepada
Direktur Jendral Pajak apabila mengalami kerugian disertai dengan alasan-
alasan yang jelas sebagai dasar perhitungan. Apabila terdapat kesalahan tulis,
hitung, atau kekeliruan penerapan kebijakan tertentu, Wajib Pajak dapat
mengajukan pembetulan, pengurangan, penghapusan, pembatalan kepada
Direktur Jendral Pajak.
Wajib Pajak pada dasarnya memiliki kewajiban dan hak-hak yang sudah
diatur dalam undang-undang perpajakan. Untuk menguji kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajibannya, petugas pajak dapat melakukan
pemeriksaan guna mengumpulkan data atau bukti secara objektif. Apabila
terjadi pelanggaran, maka petugas pajak dapat melakukan penyidikan untuk
memperjelas dan menemukan tersangka tindak pidana.

22
DAFTAR PUSTAKA

Lathifa, D. (2019). Hak dan kewajiban pajak. Online Pajak. https://www.online-


pajak.com/tentang-pajak-pribadi/hak-dan-kewajiban-wajib-pajak
Pemerintah Republik Indonesia. (2022). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Kewajiban
Perpajakan. 046489, 116.
Salim, Agus. 2019. DASAR-DASAR PERPAJAKAN. Sulawesi Tengah : LPP-Mitra
Edukasi.
Susila Adiyanta, F. (2022). Kewajiban Administrasi Perpajakan Wajib Pajak dalam
Sistem Self Assessment. Online Administrative Law & Governance Journal,
5(1), 2621–2781.

23

Anda mungkin juga menyukai