Anda di halaman 1dari 11

SURAT SETORAN PAJAK

Makalah Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Suprihati, SE., MM

Disusun Oleh :

Fauzyah Intan Puspita


NIM 2022DP015
Vita Febriana
NIM 2022DPK12

Kelompok : 2

Kelas : DP2A

INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS AAS INDONESIA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan yang berupa makalah dengan judul Surat Setoran Pajak.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan kami yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami berharap supaya makalah yang telah kami

buat ini dapat memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................1
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) ................................................................3
2.1.1 Tarif PPh Penilaian Kembali Aktiva Tetap...................................................4
2.1.2 Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan untuk Tujuan Perpajakan......7
2.1.3 Pengukuran Aktiva Tetap Berdasarkan PSAK Berbasis IFRS........................9
2.2 PENGGABUNGAN USAHA (MERGER)................................................................14
2.2.1 Dua Metode Pencatatan untuk Merger Perusahaan................................16
2.2.2 Aspek Pajak Merger Perusahaan..............................................................17
2.3 MENUNDA BIAYA PENYUSUTAN......................................................................18
BAB III...............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................20
3.2 SARAN..............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terhutan oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Menyadari peran perpajakan di negara kita yang sangat
besar yaitu hamper 80% dan sumber penerimaan negara Indonesia dari sektor pajak.
Mengingat pentingnya peranan pajak yang begitu besar, pemerintah sekarang ini
sedang menggalakkan gerakan sadar dan peduli pajak, yang mendorong masyarakat agar mau
dan mampu berpartisipasi secara aktif mendukung program yang sedang gencar disosialisakin
tersebut terutama dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
Setiap perusahaan yang ada, baik perusahaan jasa, perdagangan maupun industri
sekalipun yang memenuhi kriteria sebagai Wajib Pajak menurut ketentuan perpajakan tidak
terlepas dari kewajiban untuk membayar pajak. Salah satu kewajiban perpajakan yang harus
dilaksanakan Wajib Pajak yang ada di Indonesia adalah terlebih dahulu mendaftarkan diri
kepada KPP yang ditunjuk untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak, yang kemudian
Wajib Pajak harus memenuhi kewajiban selanjutnya yaitu mengisi serta menyampaikan SPT
maupun SSP baik itu Pajak Penghasilan maupun Pajak Pertambahan Nilai.
Sebagai perwujudan dari self assessment system, perhitungan dan pelaporan pajak
untuk setiap masa pajak wajib dilakukan oleh Wajib Pajak, baik itu Wajib Pajak Orang
Pribadi, Wajib Pajak Pengusaha dan Wajib Pajak Badan. Sebagai sarana pemahanan yang
lebih mendalam bagi Wajib Pajak mengenai arti pentingnya pembayar pajak, maka pada
makalah ini disampaikan tentang prosedur pengisian Surat Setoran Pajak, beserta batas waktu
pembayaran dan penyetoran kepada Kantor Pelayanan Pajak beserta sanksi yang mungkin
diberikan oleh fiskus (Pemerintah) kepada Wajib Pajak.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP)?


2. Fungsi surat setoran pajak (SSP)?
3. Tempat pembayaran dan penyetoran pajak?
4. Jangka waktu atau penyetoran pajak?
5. Tata cara menunda atau mengangsur pembayaran atas ketetapan pajak?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian surat seoran pajak.


2. Mengetahui fungsi surat setoran pajak.
3. Mengetahui tempat pembayaran dan penyetoran pajak.
4. Mengetahui jangka waktu atau penyetoran pajak.
5. Mengetahui tata cara menunda atau mengangsur pembayaran atas
ketetapan pajak.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

Surat Setoran Pajak menurut UU KUP No 28 Tahun 2007adalah Bukti pembayaran


atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah
dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
2. FUNGSI SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) adalah sebagai bukti pembayaran pajak

atau apabila telah mendapatakan validasi.

3. TEMPAT PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

Tempat pembayaran atau penyetoran pajak dapat melalui :

1. Kantor Pos.
2. Bank Badan Usaha Milik Negara.
3. Bank Badan Usaha Milik Daerah.
4. Tempat pembayaran lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
Contoh : Bank Swasta tertentu (Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BNI).
Bank tempat pembayaran pajak disebut juga dengan nama Bank Persepsi

4. JANGKA WAKTU ATAU PENYETORAN PAJAK

Jangka waktu pembayaran atau penyeoran pajak diatur sebagai berikut:


a. Pembayaran Masa
1. PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan, batas
akhir pembayarannya tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa berakhir
2. PPH pasal 4 ayat 2 yang harus dibayar sendiri, batas akhir pembayarannya
tanggal 15 bulan berikutnya setelah masa berakhir.
3. PPh pasal 15 yang dipotong oleh pemotong PPh, batas akhir pembayarannya
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
4. PPh pasal 15 yang harus dibayar sendiri , batas akhir pembayaran tanggal 15
bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
5. PPh pasal21 yang dipotong oleh pemotong PPh, batas akhir pembayaran
tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
6. PPh pasal 23 dan PPh pasal 26 yang diotong oleh pemotong pajak, batas akhir
pembayaran tanggal 10 bulan setelah masa berakhi.
7. PPh pasal 25 harus dibayar, batas akhir pembayaran tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir
8. PPh pasal22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor, batas akhir pembayaran
tanggal 15 bulan berikutnya saat pembayan biaya masuk dan dalam hal bea
masuk ditunda atau dibebakan, harus dilunasi pada saat penyelesaian dokumen
pemberitauan pabean import.
9. PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impr dipungut oleh Direktor
Jendral Bea masuk dan Cukai,batas akhir pembayaran dalam jangka waktu 1
hari kerja setelah dlakukan pemungutan pajak.
10. PPh Pasal 22 pemungutannya dlakukan oleh kuasa pengguna anggaran atau
pejabat penanda tangan Surat Perntah Membayar sebagai Pemungutan PPh
Pasal 22, harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran
kepada Pengusa Kena Pajak rekanan pemerintah melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara
11. PPh pasal 22 yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran,harus disetor paling
lama 7 hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran atas penyerahan barang
yang di biayai dari belanja Negara atau Daerah,menggunakan Surat Setoran
Pajak atan nama rekanan dan ditanda tangani oleh bendahara.
12. PPh pasa 22 pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu
sebagai Pemungutan Pajak,harus disetor paling lama tanggal 10 bulan
berikutnya.
13. PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak harus disetor
paling lamaakhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan sebelum
Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan.
14. PPn yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak terwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak terwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,paling lam tanggal 15 bulan
berikutnya setelah saat terutangnya pajak
15. PPn yang terutang atas kegiatan membangun sendiri harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
16. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh pejabat
Penandatangan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN, harus
disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada
Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara.
17. PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Bendahara Pengeluaran sebgai
pemungut PPN,batas pembayaran paling lama 7 hari setelah tanggal
pelaksanaan pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemrintah.
18. PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh pemungut
PPN yang ditunjuk selain Bendahara Pemerintah,harus disetor paling lama
tanggal 15 bulan berikutnya.
19. PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksu
dalam pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaloprkan beberapa
Masa Pajak dalm satu Surat Pemeritahuan masa,harus dibayar paling lama
pada akhir Masa Pajak terakhir.
20. Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria
tertuntu harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-
masing jenis pajak.
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapn Pajak
Kurang Bayar tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,Surat Keputusan
Pembetulan,Putusan banding, serta Putusa Peninjauan kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,harus dilunasi dalam jangka waktu 1 bulan
sejak tanggal ditertibkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan pajak
Penghasilan disampaikan.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak bertepatan dengan
hari libur termasuk sabtu atau hari libur nasional,pembayaran atau penyetoran pajak dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya. Hari libur nasional sebagaimana dimaksud termasuk
hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan cuti bersama secara nasional yang ditetapkan pleh Pemerintah. Setiap
keterlambatan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2% sebulan, yang dihitung dari tanggal
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 bulan.

5. TATA CARA MENUNDA ATAU MENGANGSUR PEMBYARAN ATAS

KETETAPAN PAJAK

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat
KeputusanPembetulan, Surat Keputusan Keberatan,Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali, yag menyebabkan jumlah pajak yang terutang bertambah, serta Pajak
Penghasilan Pasal 29, kepada Direktur Jendral Pajak.

Permohonan harus diajukan paling lama 9 hari kerja sebelum saat jatuh tempo
pembayaran utang pajak berakhir disertai dengan alasan dan bukti yang mendukung
permohonan. Wajib pajak yang mengajukan permohonan pengangsuran atau penundaan
pembayaran pajak harus memberikanjaminan yang dapat berupa gransi bank, surat/dokumen
bukti kepemilikan barang bergerak,penanggungan utang oleh pihak ketiga,sertifikat tanah,
atau sertifikat deposito.

Wajib pajang mengajukan permohonan pengangsuran pembayaran pajak setelah


melampaui batas waktu harus memberikan jaminan berupa garansi bank sebesar utang pajak
yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu pengangsuran

Direktur Jendral pajak menerbitkan surat keputusan atas permohonan tersebut berupa
menerima seluruhnya,menerima sebagian, atau menolak.

Surat keputusan ditertibkan paling lama 7 hari kerja setelah tanggal diterimanya
permohonan. Apabila jangka 7 hari kerja telah terlampaui dan Direktur Jendral Pajak tidak
menerbitkan suatu keputusan, permohonan disetujui sesuai dengan permohonan Wajib Pajak,
dan keputusan persetujuan pengangsuran pembayaran pajak atau keputusan persetujuan
penundaan pembayaran pajak harus diterbitkan paling lama 5 hari kerja setelah jangka 7 hari
kerja tersebut berakhir.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Surat Setoran Pajak adalah Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan. Fungsi surat setoran pajak
sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah mendapatkan validasi.
Jangka waktu atau penyetoran pajak ada tiga, yang pertama pembayaran masa, kedua
pembayaran pajak karena adanya STP,SKPKB,SKPKBT,SKP,SKK, dan putusan banding,
ketiga pembayaran kekurangan pajak setelah berakhirnya Tahun Pajak atau bagian Tahun
Pajak. Dalam pembayaran masa, batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak adalah tidak boleh melebihi 15 hari setelah saat
terutangnya pajak atau Masa pajak berakhir.
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih ada banyak kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan).

PER-30/PJ/2015 Tanggal 5 Agustus 2015 Tentang Perubahan Ke Tiga PER-38/PJ/2010


Tentang bentuk Surat Setoran Pajak (SSP)

PER-24/PJ/2013 Tanggal 2 Juli 2013 Tentang Perubahan Kedua PER-38/PJ/2010 Tentang


bentuk Surat Setoran Pajak (SSP)

PER-23/PJ/2010 Tanggal 22 April 2010 Tentang Perubahan PER-38/PJ/2010 Tentang bentuk


Surat Setoran Pajak (SSP)

PER-38/PJ/2009 Tanggal 23 Juni 2009 Tentang Bentuk Surat Setoran Paj

Anda mungkin juga menyukai