“STP,KEBERATAN,DAN BANDING”
KELOMPOK 6
OLEH:
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper mata kuliah
Perpajakan 1 tepat pada waktunya. Penulisan paper dengan materi STP,Keberatan, dan
banding ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami berharap paper tentang
Surat Ketetapan Pajak ini dapat menjadi referensi bagi pihak yang tertarik pada Ilmu
Ekonomi. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru dan
menambah pengetahuan setelah membaca paper ini.
Penulis menyadari paper ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya paper yang lebih baik lagi selanjutnya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada
paper ini, kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga
paper ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB 1 : PENDAHULUAN
BAB 2 : PEMBAHASAN
BAB 3: PENUTUP
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari STP
2. Mengetahui fungsi dari STP
3. Mengetahui sanksi administrasi dari STP
4. Mengetahui tata cara keberatan dan banding
5. Mengetahui cara penyelesaian banding
6. Mengetahui pengurangan ,pembatasan atau pembatalan
7. Mengetahui daluwarsa penagihan pajak
8. Mengetahui pemeriksaan penyidikan
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 STP adalah surat
untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda. Surat Tagihan Pajak ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat
Ketetapan Pajak (SKP), sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan
menggunakan surat paksa.
2
E. Sanksi administrasi berupa bunga pasal 19 ayat (3) yaitu bunga atas kekurangan
pembayaran akibat permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh (penundaan penyampaian SPT Tahunan) yang besarnya 2% sebulan
yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan SPT Tahunan sampai
dengan dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut, dan bagian dari bulan dihitung
penuh satu bulan.
F. Sanksi administrasi berupa bunga atas pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak
atau kurang dibayar, dan apabila dari hasil penelitian terhadap surat pemberitahuan
terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah hitung dan atau salah tulis, yang
besarnya 2% sebulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau bagian tahun pajak
atau tahun pajak sampai dengan diterbitkan STP.
Wajib Pajak hanya dapat mengajukan keberatan terhadap materi atau isi dari surat
ketetapan pajak, yang meliputi jumlah rugi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, jumlah besarnya pajak, atau terhadap materi atau isi
dari pemotongan atau pemungutan pajak. Sebagian besar Wajib Pajak melakukan
proses keberatan karena Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dianggap tidak adil. Dan
surat ketetapan pajak itu biasanya diterbitkan sebagai produk dari pemeriksaan pajak.
Keberatan umumnya didahului dengan proses pemeriksaan.
3
➢ Syarat Pengajuan Keberatan
1. Satu Keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/masa pajak;
2. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
3. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas;
4. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan
Wajib Pajak.
5. 1 (satu) keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak,
untuk 1 (satu) pemotongan pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan pajak;
6. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi, sebelum Surat
Keberatan disampaikan;
4
Jika lewat tiga bulan, surat keberatan tidak dianggap karena tidak memenuhi
syarat formal. Tetapi juga membolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulan jika
“dalam keadaan diluar kekuasaannya.” Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh
Wajib Pajak. Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
B. Banding
Apabila Wajib Pajak masih belum puas dengan Surat Keputusan Keberatan atas
keberatan yang diajukannya, maka Wajib Pajak masih dapat mengajukan banding ke
Badan Peradilan Pajak. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh
Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan
Banding, berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat
Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
➢ Syarat Pengajuan Banding
1. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
2. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan
yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan
diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
3. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.
5
pajak ini diatur dalam UU No.14 tahun 2002 mengenai pengadilan Pajak dan proses
hukumnya melibatkan keberatan, banding, sampai peninjauan kembali. Proses
banding pajak dapat diajukan langsung oleh wajib pajak yang terkait sendiri, ahli
waris, pengurus, ataupun kuasa hukum dari wajib pajak yang terkait. Namun ada 2
kemungkinan yang akan terjadi ketika proses berlangsung yaitu jika selama proses
banding berlangsung pemohon pengajuan banding meninggal dunia, maka proses
banding pajak tersebut bisa dilanjutkan oleh ahli waris wajib pajak yang terkait . Serta
Jika selama proses banding pajak berlangsung pemohon pengajuan melakukan
penggabungan, pemisahan, peleburan usaha maka proses banding pajak tersebut dapat
dilanjutkan oleh pihak yang menerima permintaan pertanggungjawaban atas
terjadinya kasus tersebut.
6
2.6. PENGURANGAN DAN PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
A. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
Pengertian Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak adalah surat
keputusan yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi mengenai :
1. Pengurangan atas jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak (SKP) dan/atau
sanksi yang tidak benar sebagaimana tercantum dalam surat ketetapan pajak
(SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP); atau
2. Penolakan atas permohonan pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
7
Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak
dan berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkan Surat
Ketetapan Pajak yang tidak benar, misalnya Wajib Pajak yang ditolak pengajuan
keberatannya karena tidak memenuhi persyaratan formal (memasukkan surat
keberatan tidak pada waktunya) meskipun persyaratan material terpenuhi. Demikian
juga, atas Surat Tagihan Pajak yang tidak benar dapat dilakukan pengurangan atau
pembatalan oleh Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan
Wajib Pajak.
9
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
tersebut.
D. Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan Surat
Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Apabila Kantor Pelayanan Pajak menerbitkan Surat Paksa, maka masa surat 5
tahun dimulai kembali sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa.
Permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh
tempo dapat diajukan oleh Wajib Pajak dengan menyatakan pengakuan utang pajak.
Sehingga dalam kasus ini daluwarsa penagihan pajak akan dihitung mulai dari tanggal
dimana surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diajukan
dan diterima Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
10
● Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan ini dilakukan paling lama enam bulan setelah wajib pajak
mendapatkan SPPL (Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan).
● Pemeriksaan kantor
Berbeda dengan pemeriksaan lapangan, jangka waktu dari pemeriksaan kantor
adalah empat bulan setelah memenuhi panggilan.
D. Penyidikan Pajak
Penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang
mengindikasikan bukti permulaan. Secara sederhana, bukti permulaan merupakan
keadaan, bukti, atau benda yang memberi petunjuk adanya suatu tindak pidana
perpajakan.Pasal 1 angka 31 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
penyidikan pajak atau lebih tepatnya penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan
adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti.
12
4. Berwenang untuk melakukan pemeriksaan terkait buku, catatan, serta
dokumen lainnya yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
5. Berwenang dalam kegiatan penggeledahan dalam tujuan untuk mendapatkan
bahan bukti pencatatan, pembukuan, serta dokumen lainnya, dan berwenang
melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut.
6. Berwenang untuk melakukan koordinasi atau meminta bantuan kepada tenaga
ahli dalam melaksanakan tugas penyidikan.
7. Berwenang meminta seseorang untuk berhenti atau meninggalkan ruangan
atau tempat yang bersangkutan saat berlangsungnya proses pemeriksaan dan
berwenang memeriksa identitas dari orang, benda, atau dokumen yang
dibawanya.
8. Berwenang untuk melakukan pemotretan terhadap seseorang yang berkaitan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan.
9. Berwenang untuk melakukan pemanggilan orang sebagai tersangka atau saksi
untuk dimintakan keterangannya.
10. Berwenang untuk menghentikan proses penyidikan.
11. Berwenang untuk melakukan tindakan lainnya demi kelancaran penyidikan.
Penyidik juga berwenang melakukan kolaborasi dengan Polri, Kejaksaan, serta
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dengan tujuan untuk
memberikan keadilan dan kepastian hukum yang menjunjung tinggi nilai integritas.
Tak hanya itu, dukungan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), dan lembaga perbankan juga diperlukan agar penegakan dari hukum
pidana ini berjalan efektif
Berdasarkan dengan Pasal 44B ayat (1) UU KUP, menyatakan bahwa Jaksa Agung
dapat mengehentikan proses penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan atas
permintaan Menteri Keuangan paling lama 6 bulan terhitung sejak tanggal surat
permintaan atas penghentian penyidikan.
13
Dan berdasarkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.03/2016, Pasal
6, 7, dan 8 menyatakan bahwa Menteri Keuangan dapat menyusun surat permintaan
penghentian penyidikan apabila Menteri Keuangan menyetujui permohonan penghentian
atas proses penyidikan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Namun, untuk penghentian proses penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan tidak
dapat dilakukan oleh Jaksa Agung apabila perkara pidana tersebut telah dilimpahkan
kepada pengadilan. Dan penghentian atas tindak pidana hanya dapat dilakukan apabila
Wajib Pajak telah melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayarkan atau yang
tidak seharusnya dikembalikan.
Selain itu, penghentian proses penyidikan juga dapat dilakukan apabila Wajib Pajak
telah membayar sanksi administrasi berupa denda 4 kali lipat dari jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayarkan, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
14
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data Direktorat Jendral Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) per
30 Desember 2019 realisasi tingkat kepatuhan pajak dari Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan berada di level 72,92% atau masih di bawah target yang ditetapkan pada awal tahun
lalu sebanyak 80%. Wajib pajak di Indonesia masih sering melakukan keterlambatan
pembayaran pajak, baik dengan alasan yang yang disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk
menegaskan kepada wajib pajak yang mengalami keterlambatan pembayaran pajak tersebut,
maka akan diberikan Surat Tagihan Pajak.
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 STP adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Surat
Tagihan Pajak ini mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak
(SKP), sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan menggunakan surat
paksa.
15
DAFTAR PUSTAKA
16