Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SENGKETA PAJAK

Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar

DOSEN PENGAMPU :

AGUS ARDIKA I KD, SE, AK, M.Si

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. I Kadek Agus Prasetya Dharma Yasa (1934121017)


2. Ketut Adiyasa (1934121022)
3. Putu Agus Indra Anggita (1934121033)
4. Ni Made Sri Nita Agustini (1934121044)

PROGRAM D4 PERPAJAKAN
SEKOLAH VOKASI D4 AKUNTANSI PERPAJAKAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengurangan/
Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Makalah “Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar” ini disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Sengketa Pajak di Universitas Warmadewa. Selain itu,
kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Gugatan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Yth :

1. Bapak Agus Ardika I Kd, SE, AK, M.Si selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Sengketa Pajak yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada kami dalam
penyusunan makalah ini.
2. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam membantu proses penyususnan
makalah ini sehingga bisa selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan daan keterbatasan dalam
penyusunan sehingga makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Gianyar, 29 Mei 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 3

2.1 Definisi Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar............................. 3


2.2 Ruang Lingkup .............................................................................................................. 4
2.3 Dasar Hukum ................................................................................................................. 4
2.4 Prosedur Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar ........................... 4
2.5 Tata Cara Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak ..................................... 6

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sengketa Pajak adalah bidang Sengketa yang timbul dalam perpajakan antara wajib atau
penanggung pajak dengan pejabat yang pajak akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat
diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-
Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Sengketa pajak menjadi hal yang dihindari wajib pajak (WP). Namun, ada kalanya WP
harus menghadapi sengketa pajak. Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
sebenarnya telah mengatur cara penyelesaian sengketa pajak.
Penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat, sayangnya jumlah tunggakan
pajak juga semakin meningkat. Karena pada kenyataannya, masih banyak dijumpai wajib pajak
yang tidak membayar utang pajak sebagaimana mestinya. Terhadap tunggakan pajak ini maka
perlu dilakukan tindakan penangihan yang berkekuatan hukum, sehingga piutang pajak dapat
terealisasi. Berdasarkan pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah
disita. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak, bersama ini
perlu disampaikan petunjuk pelaksanaan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan
pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan Paja

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas yaitu :
1. Apa definisi Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar?
2. Apa Ruang Lingkup dari Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar?
3. Apa Dasar Hukum dari Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar ?
4. Bagaimana prosedur Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar?
5. Bagaimana Tata Cara Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak ?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui definisi Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup dari Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang
Tidak Benar
3. Untuk mengetahui Dasar Hukum dari Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak
Benar
4. Untuk mengetahui Bagaimana prosedur Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang
Tidak Benar
5. Untuk mengetahui Bagaimana Tata Cara Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar


Surat Ketetapan Pajak (SKP) terdiri dari :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
Pengertian Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak adalah surat keputusan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi mengenai :
a. Pengurangan atas jumlah pajak dalam surat ketetapan pajak (SKP) dan/atau sanksi
yang tidak benar sebagaimana tercantum dalam surat ketetapan pajak (SKP) atau Surat
Tagihan Pajak (STP); atau
b. Penolakan atas permohonan pengurangan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak
Pengertian Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak adalah surat keputusan yang
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang berisi mengenai :
a. Pembatalan atas surat ketetapan pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP); atau
b. Penolakan atas permohonan pembatalan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Pengertian Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak adalah:
a. Pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak (SKP) yang tidak benar.
b. Pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak (STP) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP yang tidak benar.
c. Pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan tanpa:
1. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
2.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No SE-17/PJ/2014
Tentang :
Petunjuk Pelaksanaan Pengurangan Atau Penghpusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan
Administrasi atau pembatalan Surat Ketetapan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan
Pajak
meliputi:
1. Prosedur penyelesaian surat permohonan Wajib Pajak yang meliputi:
a. Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga,
denda, dan kenaikan yang ter utang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib
Pajak atau bukan karena kesalahannya.
b. Surat permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak
benar.
c. Surat permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak sebagaimana
dimaksud Pasal14 Undang-Undang KUP yang tidak benar.
d. Surat permohonan pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau
verifikasi, yang dilaksanakan tanpa melakukan prosedur pemeriksaan atau verifikasi
berupa:
1. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau surat pemberitahuan hasil
verifikasi; dan/atau
2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi dengan
Wajib Pajak.
2. Prosedur penyelesaian secara jabatan yang meliputi:
a. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang ter utang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau
bukan karena kesalahannya.
b. Pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar.
c. Pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud Pasal 14
Undang-Undang KUP yang tidak benar.
d. Pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan atau verifikasi, yang
dilaksanakan tanpa melakukan prosedur pemeriksaan atau verifikasi berupa:

3
1. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan atau surat pemberitahuan
hasil verifikasi; dan/atau
2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan atau pembahasan akhir hasil verifikasi
dengan Wajib Pajak.

2.3 Dasar Hukum


Adapun Dasar Hukum Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak
dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau
Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak.
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-297/PJ./2002 tentang Pelimpahan
Wewenang Direktur Jenderal Pajak kepada para Pejabat di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-11/PJ/2013.

2.4 Prosedur Pengurangan/ Pembatalan STP/ SKP yang Tidak Benar


Adapun prosedur/ Pembatalan STP/SKP yang Tidak benar menurut Surat Edaran Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak No SE-17/PJ/2014
1. Prosedur
a. Prosedur penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
b. Prosedur penyelesaian permohonan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan
pajak yang tidak benar adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
c. Prosedur penyelesaian permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang KUP yang tidak
benar adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Ill Surat Edaran Direktur
4
Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
d. Prosedur penyelesaian permohonan pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan atau verifikasi adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran IV
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
e. Prosedur penyelesaian pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi secara
jabatan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran V Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
f. Prosedur penyelesaian pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang
tidak benar secara jabatan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VI Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
g. Prosedur penyelesaian pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang KUP yang tidak benar
secara jabatan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VII Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.
h. Prosedur penyelesaian pembatalan surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan
atau verifikasi secara jabatan adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran VIII
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

2. Lain-lain
a. Dalam hal Wajib Pajak diwakili atau menunjuk kuasa, unit kantor Direktorat
Jenderal Pajak menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
b. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat jangka waktu yang tidak dapat dipenuhi
sebagaimana yang telah diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, unit
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang bersangkutan agar memberikan penjelasan
atau keterangan.

5
c. Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini maka Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-02/PJ.07/2007 tentang Prosedur Penanganan
Pembetulan Ketetapan Pajak, Keberatan, Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi, dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak Yang Tidak
Benar Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah tidak berlaku sepanjang mengatur prosedur penanganan
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi dan pengurangan atau
pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
d. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak dan para Kepala Kantor
Pelayanan Pajak agar melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait atas
pelaksanaan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini dan melakukan sosialisasi
serta melakukan pengawasan pelaksanaannya.
e. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku setelah 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal ditetapkan.

2.5 Tata Cara Pengurangan Atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak

Wajib Pajak yang dikenakan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak oleh
Kantor Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh pengurangan atau Pembatalan.
Permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak

Permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak dilakukan dengan


menyampaikan surat permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan yang dapat dilakukan:

a. Secara langsung.

Penyampaian surat permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak secara


langsung ke Kantor Pelayanan Pajak dibagian Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) dan
diberikan bukti penerimaan surat yang diberikan oleh petugas yang ditunjuk di Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak
dikukuhkan.

b. Melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

Penyampaian surat permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak melalui pos

6
adalah penyampaian surat permohonan melalui pos yang mempunyai bukti pengiriman surat
secara tercatat.

c. Dengan cara lain.

Penyampaian surat permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak dengan cara
lain meliputi:

1. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

Perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir adalah perusahaan yang berbentuk badan hukum
yang memberikan jasa pengiriman surat jenis tertentu termasuk pengiriman surat
permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak ke Direktorat Jenderal Pajak.

2. E-Filing.

Penyampaian permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak melalui e-


filing yang ada di DJP Online

Penyampaian surat permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak


diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.

Bukti penerimaan surat, bukti pengiriman surat, dan Bukti Penerimaan Elektronik,
merupakan tanda bukti penerimaan surat permohonan Pengurangan Atau Pembatalan
Ketetapan Pajak.

Tanggal yang tercantum pada tanda bukti penerimaan surat permohonan Pengurangan Atau
Pembatalan Ketetapan Pajak merupakan tanggal surat permohonan diterima.

Permohonan Pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar dapat
diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.

Permohonan Pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang KUP yang tidak benar
dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.

Permohonan Pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:

1. Penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau

2. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.

hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu) kali

7
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
permohonan Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan.

Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan Atau Pembatalan
Ketetapan Pajak dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan Wajib Pajak atas Pengurangan Atau Pembatalan Ketetapan Pajak.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 8/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pengurangan atau Penghapusan Sanksi
Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan
Pajak, bersama ini perlu disampaikan petunjuk pelaksanaan pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi dan pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau Surat
Tagihan Pajak.
Surat Ketetapan Pajak (SKP) terdiri dari :
e. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
f. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
g. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
h. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

9
Daftar Pustaka
Pasal 1 dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.

Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 Tanggal 29 Desember 2011 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

PMK Nomor 8/PMK.03/2013 Tanggal 2 Januari 2013 Tentang Tata Cara Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan Atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak
atau Surat Tagihan Pajak.

10

Anda mungkin juga menyukai