Anda di halaman 1dari 14

Perpajakan

Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Oleh :

Deszlaria Putri Nindiatma 145030201111041

Gilda Maulina

Diana Permatasari

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Surat Ketetapan Pajak (SKP). Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan yang dibina oleh DR. Kariyoto, SE, MM,
Ak.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari


beberapa pihak, pada kesempatan saat ini penulis mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terutama
dosen yang telah bayak membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan


makalah ini. Bila masih terdapat kekurangan pada penulisan dan penyusunan
kata-kata dalam makalah ini mohon kritik dan sarannya yang bersifat
membangun, agar tugas ke depannya lebih baik dari yang sekarang ini.

Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi


semua orang yang membacanya dan dapat direalisasikan dalam kehidupan kita
ke depannya.

Malang, 7 Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Surat Ketetapan Pajak| 2


KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I BAGIAN AWAL
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Surat Ketetapan Pajak 5
2.2 Macam-Macam Surat Ketetapan Pajak (SKP) 5
2.3 Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak 5
2.4 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 6
2.5 Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan 7
2.6 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar 7
2.7 Surat Ketetapan Pajak Nihil 8
2.8 Penyampaian Surat Ketetapan Pajak 10
2.9 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak 10
2.10 Hak Mendahului 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 11
3.2 Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Surat Ketetapan Pajak| 3


Indonesia adalah negara berkembang yang sedang melaksanakan
pembangunan di segala bidang, diamana pembangunan yang dilakukan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Agar pembangunan yang dilaksananakn berjalan lancar dan sesuai dengan
apa yang diharapkan dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut
dikumpulkan dari berbagai potensi sumber daya yang dimiliki oleh Negara
Indonesia ini baik dari hasil sumber kekayaan alam seperti, minyak bumi
dan gas alam maupun dari sektor pajak.
Berbicara mengenai ketetapan pajak, pada umumnya tidak terlepas
dari subyek pajak yaitu mereka (orang atau badan) yang memenuhi syarat
subyektif, yaitu syarat yang melekat pada orang, badan atau organisasi
sesuai dengan apa yang ditentukan oleh undang-undangyang berlaku.
Sedangkan obyek pajak artinya mereka mempunyai potensi untuk dikenai
pajak, tetapi belum tentu dikenai pajak. Sementara , wajib pajak adalah
mereka (orang atau badan) yang selain memenuhi syarat subyektif, juga
harus memenuhi syarat obyektif. Jadi wajib pajak itu tidak hanya potensial
untuk dikenakan pajak, melainkan lebih dari itu memang sudah dikenakan
kewajiban untuk membayar utang pajak.
Di dalam menentukan besarnya pajak yang terutang sering terjadi
perselisihan antara wajib pajak dan petugas pajak. Perselisihan tersebut
terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara wajib pajak dan petugas
pajak mengenai suatu masalah seperti peraturan dan penafsiran fiskus
atas suatu fakta, dan kesalahan hitung atau tulis.
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Surat Ketetapan Pajak?
2. Apa saja macam-macam Surat Ketetapan Pajak?
3. Bagaimana tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak?
4. Apa dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)?
5. Apa dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar Tambahan?
6. Apa dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Lebih Bayar?
7. Apa tujuan diterbitnya Surat Ketetapan Pajak Nihil?
8. Bagaimana menyampakan Surat Ketetapan Pajak?
9. Bagaimana ketatapan pengembalian kelebihan pembayaran pajak?
10. Apa yang dimaksud dengan hak mendahului ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Surat Ketetapan Pajak
2. Mengetahui macam-macam Surat Ketetapan Pajak
3. Memahami tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak
4. Memahami dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)
5. Memahami dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan
6. Memahami dasar penerbitan Surat Ketatapan Pajak Lebih Bayar
7. Mengetahui tujuan diterbitnya Surat Ketetapan Pajak Nihil
8. Memahami penyampaian Surat Ketetapan Pajak
9. Memahami ketatapan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
10. Memahami yang dimaksud dengan hak mendahului

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surat Ketetapan Pajak

Surat Ketetapan Pajak| 4


Sebagai produk dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus
terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan atau
Wajib Pajak Orang Pribadi adalah berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi SKP Kuang,
SKP Kurang Bayar Tambahan, SKP Nihil, atau SKP Lebih Bayar.

2.2 Macam-Macam Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Terdapat beberapa macam SKP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
Undang-Undang KUP tahun 1984, yakni :
1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) : Yakni surat ketetapan yang meliputi
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar.
2 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) : Yakni surat ketetpan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus bayar.
3 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) : Yakni
surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan.
4 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) : Yakni surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
5 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKBLB) : Yakni surat ketetapan
pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
2.3 Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Sesuai Peraturan Menkeu No. 23/PMK.03/2008, Tata Cara Penerbitan
SKP ditetapkan sebagai berikut :
1 Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bgian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,
Direktur Jenderal Pajak Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan :
A Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
B Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
C Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
D Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
2 Direktur Jenderal Pajak tetap dapat menerbitkan :
A SKPKB atau
B SKPKBT
C Setelah jangka waktu 5 (lima) tahun terlampaui, dalam hal Direktur
Jendral Pajak menerima Putusan Pengadilan yang
telahmemperoleh kekuatan hokum tetap terhadap Wajib Pajak
yang dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan Negara.
3 Surat ketetapan pajak diterbitkan untuk suatu masa pajak, bagian
tahun pajak atau tahun pajak.

Surat Ketetapan Pajak| 5


4 Surat ketetapan pajak untuk suatu masa pajak diterbitkan sesuai
degan masa pajak yang tercakup dalam Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan atau PPN.
5 Surat ketetapan pajak untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak
diterbitkan srta dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Penghasilan.
2.4 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Sesuai Peraturan Dirjen Pajak No. 5 / PJ. / 2009 jo. Per-Menkeu No. 23 /
PMK.03/2008, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan
berdasarkan :
1 Hasil Penelitian terhadap keterangan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-undang KUP;
Keterangan lain termasuk :
a Risalah mengenai data perpajakan terkait dengan Wajib Pajak
yang tidak menyampaikan SPT dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang KUP dan
setelah ditegur secara tertulis SPT tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran ;
b Risalah mengenai temuan Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait
dengan pembuatan laporan sumir dalam hal berdasarkan hasil
Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak ditemukan adanya indikasi
tindak pidana di bidang perpajakan;
c Risalah mengenai temuan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam hal penyidikan dihentikan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 44A Undang Undang KUP
d Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum
tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya
yang dapat menimbulkan keruian pada pendapatan Negara.
2 Hasil Pemeriksaan terhadap ;
a Surat Pemberitahuan
b Kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) Undang-undang KUP, dan setelah ditegur
secara tertulis SPT tidak disampaikan pada waktunya
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
3 Hasil Pemeriksaan Bukti Permulan terhadap ;
a Wajib Pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana diatur
dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP;
Wajib Pajak badan yang dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan karena
tidak memenuhi ketentuan Pasal 19 ayat (3) dan ayat (3a) Undang-Undang
KUP, tetapi tidak ditemukan bukti permulaan bahwa Wajib Pajak melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.

2.5 Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan


Sesuai peraturan Dirjen Pajak N0. 5/PJ./2009 jo. Per-MenkeuNo.
23/PMK.03/2008, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
diterbitkan berdasarkan:

Surat Ketetapan Pajak| 6


a. Hasil Pemeriksaan atau Pemeriksaan Ulang terhadap data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang termasuk
data yang semula belum terungkap;
b. Hasil Penelitian atas Putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap terhadap Wajib Pajak yang dipidana karena
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara;
atau
c. Hasil penelitian terhadap keterangan tertulis dari Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
No.6/1983 tentang KUP beserta perubahannya.

Untuk menampung kemungkinan terjadinya satu SKPKB yang


ternyata telah ditetapkan lebih rendah atau pajak yang terutang dalam
satu SKPN ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan pengembalian
pajak yang tidak seharusnya sebagaimana telah ditetapkan dalam
SKPLB, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan SKPKBT
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

SKPKBT merupakan koreksi atas Surat Ketetapan Pajak sebelumnya.


SKPKBT baru diterbitkan apabila sudah pernah diterbitkan surat
ketetapan pajak. Pada prinsipnya untuk menerbitkan SKPKBT perlu
dilakukan pemeriksaan. Jika surat ketetapan pajak sebelumnya
diterbitkan berdasarkan pemeriksaan, perlu dilakukan pemeriksaan ulang
sebelum menerbitkan SKPKBT. Dam hal surat ketetapan pajak
sebelumnya diterbitkan berdasarkan keterangan lain, SKPKBT juga harus
diterbitkan berdasarkan pemeriksaan, tetapi bukan pemeriksaan ulang.
Penerbitan SKPKBT dilakukan dengan syarat adanya data baru termasuk
data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Dalam hal
masih ditemukan lagi data baru termasuk data yang semula belum
terungkap pada saat diterbitkan SKPKBT, dan/atau data baru termasuk
data yang semula belum terungkap yang diketahui kemudian oleh
Direktur Jenderal Pajak, SKPKBT masih dapat diterbitkan lagi.

2.6 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


Sesuai Pasal 17 Undang-Undang KUP dan Per- Dirjen Pajak No.
5/PJ./2009 jo. Per-Menkeu No.23/PMK.03/2008, Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar diterbitkan berdasarkan:
1. Hasil Penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas
permohonan Wajib Pajak di mana terdapat kelebihan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang;
2. Hasil Pemeriksaan terhadap Surat pemberitahuan terhadap jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada
jumlah pajak yang; atau
3. Hasil Pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak di mana terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak terutang.

2.7 Surat Ketetapan Pajak Nihil


Sesuai Pasal 17A Undang-Undang KUP ayat (1), Surat Ketetapan
Pajak Nihil ditentukan untuk:

Surat Ketetapan Pajak| 7


1. Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit pajak sama dengan pajak
yang terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak;
2. PPN apabila jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. Jika
terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang
terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut; atau
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak
terutang dan tidak ada pembayaran pajak.

2.7.1 Data Baru atau Data yang Semula Belum Terungkap (Novum)
Yaitu data yang:
a. Data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang
terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan waktu
penetapan semula, baik dalam SPT dan lampiran-lampirannya
maupun dalam pembukuan perusahaan.
b. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam SPT (termasuk
laporan keuangan); dan/atau data dan/atau memberikan
keterangan lain secara benar, lengkap, dan terinci sehingga
tidak memungkinkan diskus dapat menerapkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar
dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam


Surat Pemberitahuan atau mengungkapkannya pada waktu
pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau
mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga
membuat fiskus tidak mungkin menghitung besarnya jumlah pajak
yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang
ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal tersebut termasuk
dalam pengertian data yang semula belum terungkap.

Contoh:

1. Dalam Surat Pemberitahuan dan/ada laporan keuangan


tertulis adanya biaya iklan Rp10.000.000,00, sedangkan
sesungguhnya biaya tersebut terdiri atas Rp5.000.000,00
biaya iklan di media massa dan Rp5.000.000,00 sisanya
adalah sumbangan atau hadiah yang tidak boleh dibebankan
sebagai biaya.
Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak
tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak
melakukan koreksi ada pengeluaran berupa sumbangan atau
hadiah sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, data mengenai pengeluaran berupa sumbangan
atau hadiah tersebut tergolong data yang semula belum
terungkap.

2. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan keuangan


disebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa

Surat Ketetapan Pajak| 8


disertai dengan perincian harta pada setiap kelompok yang
dimaksud, demikian pula pada sesat pemeriksaan untuk
penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan
perincian tersebut sehingga fiskus tidak dapat meneliti
kebenaran pengelompokan dimaksud, misalnya harta yang
seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan kelompok 3, tetapi dikelompokkan ke dalam
kelompok 2. Akibatnya, atas kesalahan pengelompokan harta
tersebut tidak dilakukan koreksi, sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar. Apabila setelah itu diketahui
adanya data yang menyatakan bahwa pengelompokan harta
tersebut tidak benar, maka data tersebut termasuk data yang
semula belum terungkap.

3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian sejumlah


barang dari PKP lain dan atas pembelian tersebut oleh PKP
penjual diterbitkan faktur pajak. Barang-barang tersebut
sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usahanya, seperti
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran,
dan manajemen, dan sebagian lainnya tidak mempunyai
hubungan langsung. Seluruh faktur pajak tersebut dikreditkan
sebagai Pajak Masukan oleh PKP pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula PKP tidak
mengungkapkan rincian penggunaan barang tersebut dengan
benar sehingga tidak dilakukan koreksi atas pengkreditan
Pajak Masukan tersebut oleh fiskus, sebagai akibatnya PPN
yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila
setelah itu diketahui adanya data atau keterangan tentang
kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
dimaksud, data atau keterangan tersebut merupakan data
yang semula belum terungkap.

2.7.2 Nota Penghitungan


Surat ketetapan pajak harus diterbitkan berdasarkan nota
penghitungan, dengan cara sebagai berikut:
1. Penerbitan SKP harus dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari
sejak tanggal pembuatan nota penghitungan.
2. Nota penghitungan dibuat berdasarkan laporan hasil
Penelitian, Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan.
3. Nota penghitungan diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sejak tanggal laporan atau hasil Penelitian, Pemeriksaan,
Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.
4. Dalam hal Pemeriksaan, Pemeriksaan Ulang, atau
Pemeriksaan Bukti Permulaan dilakukan oleh Unit Pelaksana
Pemeriksaan selain Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar, surat ketetapan pajak harus diterbitkan paling
lambat 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal diterimanya nota
penghitungan beserta laporan atas hasil Pemeriksaan,
Pemeriksaan Ulang, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Surat Ketetapan Pajak| 9


2.8 Penyampaian Surat Ketetapan Pajak
Penyampaian surat ketetapan pajak dapat dilakukan secara langsung,
melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau melalui perusahaan jasa
ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.
2.9 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan pemayaran pajak
dikembalikan, namun jika ternyata Wajib Pajak mempunyai hutang pajak,
langsung di perhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang pajak
tersebut.

a. Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat adanya Surat Keputusan


Keberatan, Surat Pembetulan, Surat Keputusan Pembatalan
Ketetapann Pajak, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administratif,
Surat Keputusan Pengahpusan Sanksi Administratif, Putusan banding,
dan Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga dikembalikan kepada
Wajib Pajak dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak mempunyai
utang pajaklangsung diperhitungkan untuk melunasi hutang pajak
tersebu
b. Jika setelah dilakukan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya
terutang dengan jumlah kredit pajak menuntukkan jumlah selisih lebih
(jumlah kredit pajak > pajak terutang) atau telah dilakukan pembayaran
pajak yang seharusnya tidak terutang, Wajib Pajak berhak meminta
kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan cacatan Wajib pajak
tersebut tidak memiliki utang pajak.
c. Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak yang meliputi
semua jenis pajak baik dipusat maupun cabang-cabangnya, kelebihan
pembayaran tersebut harus diperhitungkan lebih dahulu dengan utang
pajak dan jika masih sisa lebih, akan dikembalikan kepada Wajib
Pajak.

Untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan ketertiban


administratif, batas waktu pengembalian kelebihan pembayaran pajak
ditetapkan paling lama 1 bulan :
a. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar dihitung sejak tanggal
diterimanya permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan
pembayaran pajak,
b. Untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, dihitung sejak tanggal
penerbitan,
c. Untuk Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pajak,
dihitung sejak tanggal penerbitan,
d. Untuk Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Pengurangan Administratif, Surat Penghapusan
Sanksi Administratif, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak dihutung sejak tanggal
penerbitan
e. Untuk Putusan Banding dihitung sejak diterimanya Pitusan Banding
oleh Kantor Derektorat Jendral Pajak yang berwenang melaksanakan
putusan pengadilan,
f. Untuk Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak diterimanya Putusan
Peninjauan Kembali oleh Kantor Derektorat Jendral Pajak yang
berwenang melaksanakan putusan pengadilan sampai dengan saat
diterbitkannya Surat Putusan Pengembalian Kelebihan pembayaran
Pajak.

Surat Ketetapan Pajak| 10


Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan
setelah jangka waktu yang ditemtukan (1 bulan), Pemerintah memberikan
imbalan bungan sebesar 2% per bulan atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak berakhirnya jangka waktu (1
bulan) sampai saat diterbitkannya Surat Keputusan Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak.

2.9.1 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak


dengan kriteria tertentu (Wajib Pajak Patuh)
Direktorat Jendral Pajak setelah melkukan penelitian atas
permohonan pengembalian kelebihan pajak dari wajib pajak
dengan kriteria tertentu menerbitkan SKPPKP paling lama 3 bulan
sejak permohonan diterima secara lengkap untuk pajak
penghasilan dan 1 bukan sejak permohonan diterima secara
lengkap untu pajak pertambahan nilai.
Direktorat Jendral Pajak dapat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak dengan kriteria tententu. Dan menerbitkan
surat ketetapan pajak dalam jangka waktu 5 tahun setelah
melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang telah
memperoleh pengembalian pendahuluan kelebihan pajak,Surat
ketetapan pajak tersebut berupa SKPKB atau SKPN atau SKPLB.

2.9.2 Pajak dengan kriteria tertentu yang tidak dapat diberikan


pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
Apabila :
a. terhadap Wajib Pajak tersebut dilakukan tindakan penyelidikan
tindak pidana dibidang perpajakan
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak
tertentu 2 Masa Pajak berturut-turut
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak
tertentu 3 Masa Pajak dalam 1 tahun kalender
d. terlambat memberitahuan Surat Pemberitahuan Tahunan
Apabila berdasarkan pemeriksaan Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu Direktorat Jendral pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Kurang Bayar, dimana jumlah kekurangan pajak
ditambah dengan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar
100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak.

Contoh :
Wajib Pajak telah memperoleh pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak sebesar Rp 80.000.000,00
Dari pemeriksaan diperoleh hasil:
a. Pajak penghasilan yang terutang Rp 100.000.000,00
b. Kredit pajak:
Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp 20.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp 40.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 90.000.000,00
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diterbitkan SKPKB
dengan perhitungan :
Pajak penghasilan yang terutang Rp 100.000.000,00
Kredit pajak:
Pajak Penghasilan Pasal 22 Rp 20.000.000,00

Surat Ketetapan Pajak| 11


Pajak Penghasilan Pasal 23 Rp 40.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 25 Rp 90.000.000,00 +
Rp 150.000.000,00
Jumlah pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak Rp 80.000.000,00 -

Jumlah pajak yang dapat dikreditkan Rp 70.000.000,00


Pajak yang tidak/kurang dibayar Rp 30.000.000,00
Sanksi administratif berupa kenaikan 100% Rp 30.000.000,00 +
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00

2.9.3 Pengembalian kelebihan pajak bagi Wajib Pajak yang


memenuhi persyaratan tertentu.
Wajib pajak yang memenuhi persyaratan terstentu adalah :
a. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas,
b. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha tau
pekerjaan bebas dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu,
c. Wajib Pajak badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah
lebih bayar sampai dengan jumlah tertentu,
d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai dengan jumlah
penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan jumlah
tertentu.

2.10 Hak Mendahului


Negara mempunyai hak mendahului untuk utang pajak atas barang-
barang milik Penanggung Pajak/Wajib Pajak. Udang-undang KUP
menetapkan kedudukan negara sebai kreditur preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahului barang-barang milik Penanggung Pajak yang
akan dilelang dimuka umum. Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan
setelah hutang pajak dilunasi. Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit,
bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang
ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib
Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kapada pemegang saham
atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
2.10.1 Ketentuan tentang hak mendahului meliputi :
Pokok pajak, sanksi administratif berupa bunga, denda,
kenaikan dan biaya penagihan pajak

2.10.2 Pengecualian atau Tidak Termasuk Hak Mendahului


a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu
penghukuman untuk melelang barang bergerak dan/atau
barang tidak bergerak
b. Biaya yang telah digunakan untuk menyelamatkan barang
dimaksud
c. Biaya perkara, yang hanya disebabkan pelelangan dan
penyelesaian suatu wasisan.

Surat Ketetapan Pajak| 12


2.10.3 Kedaluwarsa Hak Mendahului
Hak mendahului hilang setelah melampaui waktu 5 tahun
sejak tanggal terbitnya Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding Atau Putusan Peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai produk dari pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fiskus
terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan atau
Wajib Pajak Orang Pribadi adalah berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Dalam Pasal 1 Undang-Undang KUP tahun 1984, macam-macamnya yaitu

Surat Ketetapan Pajak| 13


yang meliputi SKP Kuang, SKP Kurang Bayar Tambahan, SKP Nihil, atau
SKP Lebih Bayar. Tata Cara Penerbitan SKP sesuai pada Peraturan
Menkeu No. 23/PMK.03/2008.
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Pohan, Chairil. 2014. Pembahasan Komprehensif: Perpajakan Indonesia


Teori dan Kasus. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Surat Ketetapan Pajak| 14

Anda mungkin juga menyukai