Bank ARTHA 31 Desember mengeluarkan rekening koran yang ditujukan kepada PT. BIMA yang
menunjukan saldo sebesar Rp.1.550.000,-.
Jika dibandingkan dengan saldo kas di bank yang tercatat dibuku besar PT. BIMA nampak perbedaan
saldo yaitu menunjukan jumlah sebesar Rp.1.035.000,-.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata perbedaan yang terjadi disebabkan karena adanya transaksi-
transaksi sebgai berikut :
Cek yang ditarik PT. BIMA senilai Rp.815.000,- untuk dicairkan ke bank sudah dicatat dalam
pembukuan perusahaan. Namun nyatanya belum diuangkan ke Bank
Adanya Wesel tagih yang ditagihkan melalui Bank ARTHA telah dapat tertagih dan dikreditkan dalam
rekening PT BIMA sebesar Rp.500.000,-
Setoran dana dari PT. BIMA ke bank dibukukan sebesar Rp.1.250.000,- namun belum disetorkan oleh
pihak perusahaan.
Sebuah cek dari pelanggan yang di kliringkan ke bank dengan nominal sebesar Rp.825.000,- ternyata
kosong.
Kesalah bank pada saat mencatat pembukuan atas transaksi penarikan dana melalui cek yang ditarik
PT. BINTANG pada rekening PT. BIMA sebesar Rp.525.000,-
Cek-cek yang sudah ditarik PT. BIMA sebagai berikut : no 2231 Rp.1.500.000, NO 2342 Rp. 750.000,
N0. 2355 Rp. 125.000,- N0. 2441 Rp. 125.000,- No. 2770 Rp. 500.000,- Rp, 3150 Rp, 575.000,-
ternyata belum diuangkan oleh penerima cek
Bank telah mendebet Rek PT BIMA untuk beban cetak buku Rp 100,000,-, Beban jasa giro Rp
250.000,-beban adm Rp 50.000,- dan semua ini beelum dicatat PT BIMA.
akuntanonline.com
Kasus Kedua :
PT. AKUN menerima rekening koran dari Bank DEBET per 31 Juli 2016 yang
menunjukkan jumlah saldo senilai Rp. 1.220.000.
Kemudian pada tanggal 1 Juli 2016 perkiraan bank di buku besar PT. AKUN
menunjukkan saldo sebesar Rp. 2.303.000. Pada bulan Juli 2016 buku
penerimaan kas PT. AKUN menunjukkan jumlah sebesar Rp. 4.730.000.
sedangkan buku pengeluaran kas pada PT. AKUN menunjukkan jumlah
sebesar Rp. 6.572.725. Data yang berhubungan rekonsiliasi bank adalah
sebagai berikut:
akuntanonline.com
2. Dicatat pada posisi dikredit oleh bank, jasa giro bulan Juli
2016 sebesar Rp. 7.425
3. Cek Nomor 10203 sebesar Rp. 157.000 dicatat dalam
laporan buku pengeluaran sebesar Rp.175.000.
4. Sedangkan cek nomor 10217 sebesar Rp. 240.000
dibukukan sebesar Rp.24.000. Seluruhnya untuk pembelian
barang dagangan.
5. Adanya setoran kas senilai Rp.925.000 pada tanggal 31 Juli
2016 belum dicatat dalam rekening koran bank karena kas bank
sudah tutup.
6. Pihak bank telah membebankan biaya administrasi untuk
bulan Juli 2016 sebesar Rp. 1.000 dan ongkos buku cek sebesar
Rp, 650. Namun jumlah tersebut belum dibukukan oleh PT.
AKUN .
7. Bank telah mengkredit rekening PT. AKUN atas kiriman
uang sebesar Rp. 199.950 yang diterima dari pelanggan untuk
melunasi hutangnya.
8. Setoran cek yang diterima dari PT. AKUN senilai Rp. 120.000
pada tanggal 28 Juli 2016 telah ditolak oleh pihak bank, karena
saldo tidak mencukupi.
Diminta :
1. Kerjakan Bank Rekonsiliasi per 31 Juli 2016 untuk
mencocokkan saldo menurut rekening koran dengan saldo
menurut perkiraan bank.
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.
Berikut laporan rekonsiliasi nya
akuntanonline.c
om
2. Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada
tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
a. Harga beli
b. Biaya perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi pembelian
d. Biaya balik nama
e. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian.
4. Alat-alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan seperti
drei, pukul besi, dan lain-lain. Karena harga perolehannya relatif kecil maka biasanya alat-
alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlakukan seperti :
1. Pada waktu pembelian dikapitalisasin, kemudian setiap akhir periode dihitung fisiknya,
selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode itu dan rekening alat-alat kerja di kredit
2. Dikapitalisasi sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan
normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya
7. Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap
fungsi yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, biaya
balik nama, dan biaya angkut.
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan (Returnable Container)
Yang termasuk dalam tempat barang yang dapat dikembalikan (Returnable Container)
adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual seperti botol,
drum, tangki, dan lain-lain. Apabila tempat barang itu bisa dikembalikan maka harga jual
tidak termasuk harga tempat barang tersebut. Contoh mengenai pencatatan tempat barang :
Misalnya pabrik makanan A menjual minuman sebanyak 1,000 botol dengan harga jual
per botol Rp. 100,00. Uang tanggungan botol sebesar 50,00 per botol. Jurnal untuk mencatat
penjualan tersebut yakni :
Perhitungan :
Harga jual : Rp. 100,00 x 1.000 = Rp. 100.000.00
Tanggungan botol : Rp. 50,00 x 1.000 = Rp. 50.000.00
Rp. 150.000.00
Dalam hal penjualan dengan tunai maka uang tanggungan yang diterima di kredit kan ke
rekening uang tanggungan botol. Pengembalian botol-botol tersebut ke perusahaan dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :
Cadangan tempat barang Rp. 50.000.00
Piutang (kas) Rp. 50.000.00
Apabila tempat barang tidak dikembalikan maka uang tanggungan botol ini menjadi milik
perusahaan. Bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus
melunasinya. Uang tanggungan botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga
perolehan botol atau mungkin lebih besar. Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp. 50.00
per botol, jika pembeli tidak mengembalikan botol dalam maka jurnal yang dibuat adalah :
Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan
mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang
dijadikan penukar.
2. Ditukar Dengan aktiva Tetap yang Lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara menukar, atau sering disebut
dengan “tukar tambah”, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru,
baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Ada masalah yang timbul
bila harga pasar aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku
aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah
tersebut, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya
pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran
akan dipisahkan menjadi dua yaitu :
a. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan
gedung, dan lain-lain.
b. Pertukaran aktiva tetap sejenis
Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya
sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B. Dalam hubungannya
dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK no 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul
akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh
diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aktiva yang
diperoleh
3. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan
dibebankan sebagai biaya bunga
4. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatanya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Apbila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah
dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva aktiva dan modal terlalu kecil,
juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang
diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Misalnya PT Y menerima hadiah
berupa tanah dan gedung yang dinilai sebagai berikut :
Tanah Rp. 2.500.000,00
Gedung Rp. 4.000.000,00
Rp. 6.500.000,00
Jurnal yang dibuat oleh PT Y untuk mencatat hadiah yang diterima adalah sebagai berikut :
Apabila dilakukan dengan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat adalah
semua biaya-biaya langsung untuk membuat aktiva itu ditambah dengan kenaikan
biaya factory overhead. Sedangkan dengan cara yang kedua harga pokok aktiva merupakan
jumlah semua biaya langsung ditambah dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang dibuat
itu.
Perhitungan :
Harga perolehan suku cadang yang diganti :
20% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
Akumulasi depresiasi : 70% x Rp.2000.000,00 = Rp. 1.400.000,00
Rugi besar nilai buku suku cadang tersebut = Rp. 600.000,00
Pemasangan suku cadang yang baru dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Mesin Rp. 3.000.000,00
Kas Rp. 3.000.000,00
Perhitungan depresiasi sesudah adanya penggantian suku cadang di atas menjadi berubah.
3. Perbaikan (Betterment/Improvement)
Perbaikan adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh
kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti reparasi
biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat sebagai aktiva baru.
4. Penambahan (Addition)
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti
penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir dan lain-lain. Akhir-akhir ini sering
terdapat tambahan mesin yang dipasang dalam pabrik untuk menghilangkan (mengurangi)
pencemaran. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi satu dengan mesin maka biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu merupakan suatu penambahan.
G. Pemberhentian Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan ataupun
karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Misalnya : mesin yang dibeli pada tanggal 1
Februari 2005 dengan harga Rp. 3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga
Rp. 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis
lurus, taksiran nilai residu Rp. 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 Juli 2009 dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :
Depresiasi 6 bulan :
6/12 x 1/5 x Rp.(3.200.000,00-200.000,00) = Rp. 300.000,00
H. Asuransi Kebakaran
Perusahaan biasanya mengasuransikan harta bendanya terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian ini dinyatakan dalam polis. Perusahaan
asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran maksimum sebesar jumlah
pertanggunagn yang dinyatakan dalam polis. Misalnya PT F mengasuransikan gedungnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp. 5.000.000,00. Pada tanggal 20 Oktober 2006
gedung tersebut terbaka habis. Setelah dinilai, disetujui nilai gedung pada saat terbakar
sebesar Rp. 5.500,000,00 (harga pasar). Karena jumlah kerugian (Rp.5.500.000,00) lebih
besar dari jumlah pertanggungan maka yang diganti oleh perusahaan asuransi hanya sebesar
jumlah pertanggungannya (Rp. 5.000.000,00). Apabila jumlah kerugian di bawah jumlah
pertanggungan maka perusahaan asuransi akan mengganti seluruh kerugian.
I. Asuransi Bersama
Syarat asuransi bersama adalah syarat yang menyatakan bahwa apabila harta benda
diasuransikan (dipertangungkan) dengan jumlah yang lebih rendah daripada suatu persentase
tertentu dari harga pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahaan
yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan
selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut.
Misalnya : mesin diasuransikan sebesar Rp. 1.500.000,00. Pada suatu ketika mesin tersebut
terbakar, dan kerugian yang timbul sebesar Rp. 1.200.000,00. Pada saat kebakaran, harga
pasar mesin tersebut sebesar Rp. 3.000.000,00. Polis asuransi menyebutkan syarat asuransi
bersama 80%. Maka kerugian akan ditanggung sebagai :
Perusahaan asuransi =
Rp. 1.500.000,00 x Rp. 1.200.000,00 = Rp. 750.00,00
80% x Rp. 3000.000,00
J. Polis Gabungan
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu
akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut
pada saat terjadinya kebakaran. Misalnya : polis asuransi dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp. 3.000.000,00 untuk mesin-mesin dan gedung, dengan syarat asuransi bersama
80%. Pada saat kebakaran, harga pasar mesin sebesar Rp. 2.000.000,00 dan gedung Rp.
4.000.000,00. Kebakaran melanda gedung dan perhitungan ganti rugi untuk gedung sebagai
berikut :
Pertanggungan Rp. 3.000.000,00 dialokasikan kepada :
Asuransi di bayar di muka adalah premi untuk 2 buah polis sebagai berikut :
a. Untuk mesin dan perabot jumlah pertanggungan Rp. 280.000,00 tanggal 1 Juli 2005, jangka
waktu 3 tahun, premi Rp. 12.000,00
b. Untuk gedung, jumlah pertanggungan Rp. 3.360.000,00, tanggal 1 Januari 2005, jangka
waktu 3 tahun dengan syarat asuransi bersama 80%, premi Rp. 96.000,00
GOOD IN TRANSIT
Barang disebut dalam perjalanan ketika barang tersebut di tangan pembawa
(seperti melalui kereta api, truk, atau perusahaan penerbangan) pada tanggal
pernyataan.
Good in transit merupakan kategori persediaan berdasarkan syarat
pengiriman yaitu
1. FOB Shipping point yaitu kepemilikan barang diakui ketika pembeli
menerima barang di gudang penjual sehingga ongkos angkut dan risiko
perjalanan barang dagang ditanggung oleh pembeli
2. FOB Destination yaitu pengakuan transaksi jual beli diakui ketika sampai
pada gudang pembeli sehingga ongkos angkut dan risiko pengiriman
barang dagang ditanggung oleh penjual.