Anda di halaman 1dari 16

Kasus

Bank ARTHA 31 Desember mengeluarkan rekening koran yang ditujukan kepada PT. BIMA yang
menunjukan saldo sebesar Rp.1.550.000,-.

Jika dibandingkan dengan saldo kas di bank yang tercatat dibuku besar PT. BIMA nampak perbedaan
saldo yaitu menunjukan jumlah sebesar Rp.1.035.000,-.

Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata perbedaan yang terjadi disebabkan karena adanya transaksi-
transaksi sebgai berikut :

Kirim uang dari langganan untuk pelunansan utangnya sebesar Rp.750.000,-

Setoran dalam perjalanan Deposit In Transit sejumlah Rp.2.500.000,-

Cek yang ditarik PT. BIMA senilai Rp.815.000,- untuk dicairkan ke bank sudah dicatat dalam
pembukuan perusahaan. Namun nyatanya belum diuangkan ke Bank

Adanya Wesel tagih yang ditagihkan melalui Bank ARTHA telah dapat tertagih dan dikreditkan dalam
rekening PT BIMA sebesar Rp.500.000,-

Setoran dana dari PT. BIMA ke bank dibukukan sebesar Rp.1.250.000,- namun belum disetorkan oleh
pihak perusahaan.

Sebuah cek dari pelanggan yang di kliringkan ke bank dengan nominal sebesar Rp.825.000,- ternyata
kosong.

Kesalah bank pada saat mencatat pembukuan atas transaksi penarikan dana melalui cek yang ditarik
PT. BINTANG pada rekening PT. BIMA sebesar Rp.525.000,-

Cek-cek yang sudah ditarik PT. BIMA sebagai berikut : no 2231 Rp.1.500.000, NO 2342 Rp. 750.000,
N0. 2355 Rp. 125.000,- N0. 2441 Rp. 125.000,- No. 2770 Rp. 500.000,- Rp, 3150 Rp, 575.000,-
ternyata belum diuangkan oleh penerima cek

Bank telah mendebet Rek PT BIMA untuk beban cetak buku Rp 100,000,-, Beban jasa giro Rp
250.000,-beban adm Rp 50.000,- dan semua ini beelum dicatat PT BIMA.

Dari data di atas buatlah REKONSILIASINYA


Dibawah ini adalah laporan rekonsiliasi

akuntanonline.com

Dan dibawah ini adalah jurnal penyesuaianya


akuntanonline.com

Kasus Kedua :
PT. AKUN menerima rekening koran dari Bank DEBET per 31 Juli 2016 yang
menunjukkan jumlah saldo senilai Rp. 1.220.000.

Kemudian pada tanggal 1 Juli 2016 perkiraan bank di buku besar PT. AKUN
menunjukkan saldo sebesar Rp. 2.303.000. Pada bulan Juli 2016 buku
penerimaan kas PT. AKUN menunjukkan jumlah sebesar Rp. 4.730.000.
sedangkan buku pengeluaran kas pada PT. AKUN menunjukkan jumlah
sebesar Rp. 6.572.725. Data yang berhubungan rekonsiliasi bank adalah
sebagai berikut:

1.Cek-cek yang beredar :

akuntanonline.com


2. Dicatat pada posisi dikredit oleh bank, jasa giro bulan Juli
2016 sebesar Rp. 7.425
3. Cek Nomor 10203 sebesar Rp. 157.000 dicatat dalam
laporan buku pengeluaran sebesar Rp.175.000.
4. Sedangkan cek nomor 10217 sebesar Rp. 240.000
dibukukan sebesar Rp.24.000. Seluruhnya untuk pembelian
barang dagangan.
5. Adanya setoran kas senilai Rp.925.000 pada tanggal 31 Juli
2016 belum dicatat dalam rekening koran bank karena kas bank
sudah tutup.
6. Pihak bank telah membebankan biaya administrasi untuk
bulan Juli 2016 sebesar Rp. 1.000 dan ongkos buku cek sebesar
Rp, 650. Namun jumlah tersebut belum dibukukan oleh PT.
AKUN .
7. Bank telah mengkredit rekening PT. AKUN atas kiriman
uang sebesar Rp. 199.950 yang diterima dari pelanggan untuk
melunasi hutangnya.
8. Setoran cek yang diterima dari PT. AKUN senilai Rp. 120.000
pada tanggal 28 Juli 2016 telah ditolak oleh pihak bank, karena
saldo tidak mencukupi.
Diminta :


1. Kerjakan Bank Rekonsiliasi per 31 Juli 2016 untuk
mencocokkan saldo menurut rekening koran dengan saldo
menurut perkiraan bank.
2. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.
Berikut laporan rekonsiliasi nya
akuntanonline.c
om

Berikut ini adalah Jurnal Penyesuaiannya.


akuntanonline.co
m

Aktiva Tetap Berwujud


AKTIVA TETAP BERWUJUD "PEROLEHAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERHENTIAN"

A. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud


Aktiva tetap berwujud merupakan aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen
menunjukkan sifat dimana aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang relatif cukup lama.
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-
macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin-mesin, dan alat-alat, kendaraan, dan lain-lain.
Dari macam aktiva tetap berwujud untuk tujuan akuntansi dilakukan pengelempokan yakni :
1. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian,
dan peternakan
2. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunannya bisa diganti
dengan aktiva yang sejenisnya, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan, dan
lain-lain
3. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak
dapat diganti dengan aktiva yang sejenis, misalnya sumber-sumber alam seperti
pertambangan, hutan, dan lain-lain
Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya, sedangkan aktiva tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga
perolehannya.

B. Pengeluaran-pengeluaran Modal dan Pendapatan


Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan
perolehan dan penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pengeluaran modal (Capital Expenditures) yakni, pengeluaran-pengeluaran untuk
memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi
2. Pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditures) yakni, pengeluaran-pengeluaran yang
bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening
biaya

Jadi dasar pertimbangan dalam pencatatan pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap


adalah berapa lama manfaat pengeluaran tersebut dapat dirasakan, hanya satu periode atau
lebih dari satu periode akuntansi.

C. Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud


Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap
dipakai harus dikapitalisasi. Jenis aktiva bermacam-macam, oleh karena itu masing-masing
jenis mempunyai masalah-masalah khusus yaitu :
1. Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dala
rekening tanah. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
a. harga beli
b. komisi pembelian
c. biaya balik nama
d. biaya penelitian tanah
e. iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
f. biaya merobohkan bangunan lama
g. biaya peralatan tanah, pembersihan dan pembagian
h. pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah

2. Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada
tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah :
a. Harga beli
b. Biaya perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c. Komisi pembelian
d. Biaya balik nama
e. Pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian.

3. Mesin dan Alat-alat


Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah :
a. Harga beli
b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli
c. Biaya angkut
d. Asuransi selama dalam perjalanan
e. Biaya pemasangan
f. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin

4. Alat-alat Kerja
Alat-alat kerja yang dimiliki bisa berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan seperti
drei, pukul besi, dan lain-lain. Karena harga perolehannya relatif kecil maka biasanya alat-
alat ini tidak didepresiasi tetapi diperlakukan seperti :
1. Pada waktu pembelian dikapitalisasin, kemudian setiap akhir periode dihitung fisiknya,
selisihnya dicatat sebagai biaya untuk periode itu dan rekening alat-alat kerja di kredit
2. Dikapitalisasi sebagai aktiva dengan jumlah tertentu dan dianggap sebagai persediaan
normal, kemudian setiap kali pembelian baru dibebankan sebagai biaya

5. Pattern dan Dies (Cetakan-cetakan)


Cetakan-cetakan yang dipakai untuk produksi dalam beberapa periode dicatat dalam
rekening aktiva tetap dan didepresiasi selama umur ekonomisnya.

6. Perabot dan Alat-alat Kantor


Pembelian atau pembuatan alat-alat ini harus dipisah-pisahkan untuk fungsi-fungsi
produksi, penjualan, dan administrasi, sehingga deprisiasinya dapat dibebankan pada masing-
masing fungsi tersebut. Yang termasuk harga perolehan perabot atau alat-alat kantor adalah
harga beli, biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.

7. Kendaraan
Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap
fungsi yang berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, biaya
balik nama, dan biaya angkut.
8. Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan (Returnable Container)
Yang termasuk dalam tempat barang yang dapat dikembalikan (Returnable Container)
adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual seperti botol,
drum, tangki, dan lain-lain. Apabila tempat barang itu bisa dikembalikan maka harga jual
tidak termasuk harga tempat barang tersebut. Contoh mengenai pencatatan tempat barang :
Misalnya pabrik makanan A menjual minuman sebanyak 1,000 botol dengan harga jual
per botol Rp. 100,00. Uang tanggungan botol sebesar 50,00 per botol. Jurnal untuk mencatat
penjualan tersebut yakni :

Piutang Rp. 75.000.00


Penjualan Rp. 50.000.00
Cadangan tempat barang Rp. 25.000.00

Perhitungan :
Harga jual : Rp. 100,00 x 1.000 = Rp. 100.000.00
Tanggungan botol : Rp. 50,00 x 1.000 = Rp. 50.000.00
Rp. 150.000.00
Dalam hal penjualan dengan tunai maka uang tanggungan yang diterima di kredit kan ke
rekening uang tanggungan botol. Pengembalian botol-botol tersebut ke perusahaan dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :
Cadangan tempat barang Rp. 50.000.00
Piutang (kas) Rp. 50.000.00
Apabila tempat barang tidak dikembalikan maka uang tanggungan botol ini menjadi milik
perusahaan. Bila pembeli belum membayar uang tanggungan botol maka pembeli harus
melunasinya. Uang tanggungan botol yang dibebankan pada pembeli mungkin sebesar harga
perolehan botol atau mungkin lebih besar. Misalnya harga perolehan botol sebesar Rp. 50.00
per botol, jika pembeli tidak mengembalikan botol dalam maka jurnal yang dibuat adalah :

Kas Rp. 50.000.00


Piutang Rp. 50.000.00
Jurnal diatas dibuat dalam hal pembeli belum membayar uang tanggungan botol pada saat
membeli minuman. Jika uang tanggungan botol sudah dibayar maka jurnal di atas tidak perlu
dibuat. Tempat barang (botol) yang tidak dikembalikan dihapuskan dan rekening tempat
barang dengan jurnal sebagai berikut :
Cadangan tempat barang Rp. 50.000.00
Tempat barang Rp. 50.000

D. Cara-cara Perolehan Aktiva Tetap


Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara
perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Masing-masing perolehan antara
lain :
1. Pembelian tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku
dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar
aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam
perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan, dan biaya percobaan.
2. Pembelian secara lumpsum atau gabungan
Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga
perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Menurut PSAK no 16 :
“harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva
yang bersangkutan”.

E. Perolehan Melalui Pertukaran


1. Ditukar dengan surat-surat berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan,
dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar.
Kadang-kadang harga pasar surat berharga dan aktiva tetap yang ditukar kedua-duanya tidak
diketahui, dalam keadaan seperti ini nilai pertukaran ditentukan oleh keputusan pimpinan
perusahaan. Nilai pertukaran ini dipakai sebagai dasar pencatatan harga perolehan aktiva
tetap dan ilai-nilai surat-surat berharga yang dikeluarkan. Pertukaran aktiva tetap dengan
saham atau obligasi perusahaan akan dicatat dalam rekening modal saham atau utang obligasi
sebesar nilai nominalnya, selisih nilai pertukaran dengan nilai nominal dicatat dalam rekening
agio/disagio.
Misalnya PT X menukar sebuah mesin dengan 1.000 lembar saham biasa, noninal @Rp.
10.000.00. Pada saat pertukaran, harga pasar saham sebesar Rp. 11.000.00 per lembar.
Pertukaran dengan mesin dengan saham ini dicatat engan jurnal :
Mesin Rp. 11.000.000
Modal saham biasa Rp. 10.000.00
Agio saham Rp. 1.000.000

Apabila dalam pertukaran ini perusahaan menambah dengan uang maka harga perolehan
mesin adalah jumlah uang yang dibayarkan ditambah dengan harga pasar surat berharga yang
dijadikan penukar.
2. Ditukar Dengan aktiva Tetap yang Lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara menukar, atau sering disebut
dengan “tukar tambah”, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru,
baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Ada masalah yang timbul
bila harga pasar aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku
aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah
tersebut, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya
pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran
akan dipisahkan menjadi dua yaitu :
a. Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan
gedung, dan lain-lain.
b. Pertukaran aktiva tetap sejenis
Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya
sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B. Dalam hubungannya
dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK no 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul
akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh
diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aktiva yang
diperoleh
3. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan
aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas dinyatakan
maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan
dibebankan sebagai biaya bunga
4. Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi pencatatanya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan. Apbila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah
dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva aktiva dan modal terlalu kecil,
juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang
diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya. Misalnya PT Y menerima hadiah
berupa tanah dan gedung yang dinilai sebagai berikut :
Tanah Rp. 2.500.000,00
Gedung Rp. 4.000.000,00
Rp. 6.500.000,00

Jurnal yang dibuat oleh PT Y untuk mencatat hadiah yang diterima adalah sebagai berikut :

Tanah Rp. 2.500.000,00


Gedung Rp. 4.000.000,00
Modal – Hadiah Rp. 6.500.000,00

Apabila dalam penerimaan hadiah tersebut PT Y mengeluarkan biaya sebesar Rp.


100.000,00 maka modal hadiah akan dikredit dengan jumlah Rp. 6.400.000,00.

Jurnal untuk mencatat penerimaan hadiah tersebut adalah sebagai berikut :


Tanah Rp. 2.500.000,00
Gedung Rp. 4.000.000,00
Modal – Hadiah Rp. 6.400.000,00
Kas Rp. 100.000,00

5. Aktiva yang Dibuat Sendiri


Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung seperti bahan,
upah langsung dan factory overhead langsung tidak menimbulkan masalah dalam
menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Tetapi biaya factory overhead tidak langsung
menimbulkan pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada aktiva yang
dikerjakan itu. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membebankan biaya factory
overheadyaitu:
a. Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat
b. Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan aktiva dan produksi

Apabila dilakukan dengan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat adalah
semua biaya-biaya langsung untuk membuat aktiva itu ditambah dengan kenaikan
biaya factory overhead. Sedangkan dengan cara yang kedua harga pokok aktiva merupakan
jumlah semua biaya langsung ditambah dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang dibuat
itu.

F. Biaya-biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Tetap


Aktifa tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan
pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokkan menjadi :
1. Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinnya biasa,
jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Kenyataanya, sering terjadi biaya reparasi dan
pemeliharaan yang sulit dipisah-pisahkan, sehingga dalam akuntansi dipakai satu rekening
untuk mencatat biaya reparasi dan pemeliharaan. Karena biaya reparasi dan pemeliharaan itu
sering terjadi (berulang-ulang), dapat disimpulkan bahwa manfaat biaya-biaya tersebut hanya
dalam periode terjadinya, sehingga dapat dicatat sebagai biaya (pengeluaran pendapatan).
Ada dua cara untuk mencatat biaya reparasi besar yaitu :
a. Menambah harga perolehan aktiva tetap, apabila biaya ini dikeluarkan untuk menaikkan nilai
kegunaan aktiva dan tidak menambah umurnya
b. Mengurangi akumulasi depresiasi, apabila biaya ini dikeluarkan untuk memperpanjang umur
aktiva tetap dan mungkin juga nilai residunya.
2. Penggantian
Pengganian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian
aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama, misalnya penggantian dinamo mesin.
Penggantian bagian-bagian aktiva yang biayanya kecil diperlakukan dengan cara yang sama
seperti reparasi kecil. Apabila bagian-bagian yang diganti itu biayanya cukup besar, maka
harga perolehan bagian itu dihapuskan dari rekening aktiva dan diganti dengan harga
perolehan yang baru. Misalnya mesin harga perolehannya Rp. 10.000.000,00 sesudah
didepresiasi 70%, sebuah suku cadang yang diperkirakan harga perolehannya sebesar 20%
dari harga perolehan mesin diganti dengan suku cadang yang baru, harganya Rp.
3.000.000,00. Jurnal untuk mencatat penggantian suku cadang tersebut sebagai berikut :

Akumulasi depresiasi – Mesin Rp. 1.400.000,00


Rugi penggantian suku cadang Rp. 600.000,00
Mesin Rp. 2.000.000,00

Perhitungan :
Harga perolehan suku cadang yang diganti :
20% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
Akumulasi depresiasi : 70% x Rp.2000.000,00 = Rp. 1.400.000,00
Rugi besar nilai buku suku cadang tersebut = Rp. 600.000,00
Pemasangan suku cadang yang baru dicatat dengan jurnal sebagai berikut :
Mesin Rp. 3.000.000,00
Kas Rp. 3.000.000,00

Perhitungan depresiasi sesudah adanya penggantian suku cadang di atas menjadi berubah.
3. Perbaikan (Betterment/Improvement)
Perbaikan adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh
kegunaan yang lebih besar. Perbaikan yang biayanya kecil dapat diperlakukan seperti reparasi
biasa, tetapi perbaikan yang memakan biaya yang besar dicatat sebagai aktiva baru.
4. Penambahan (Addition)
Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti
penambahan ruang dalam bangunan, ruang parkir dan lain-lain. Akhir-akhir ini sering
terdapat tambahan mesin yang dipasang dalam pabrik untuk menghilangkan (mengurangi)
pencemaran. Apabila alat tambahan itu dipasang menjadi satu dengan mesin maka biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh dan memasang alat itu merupakan suatu penambahan.

5. Penyusunan Kembali aktiva Tetap (Rearrangement)


Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route
produksi, atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat
penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus
dikapitalisasi.

G. Pemberhentian Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan ataupun
karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakaian maka semua rekening yang
berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan. Misalnya : mesin yang dibeli pada tanggal 1
Februari 2005 dengan harga Rp. 3.200.000,00, pada tanggal 1 Juli 2009 dijual dengan harga
Rp. 650.000,00. Mesin tersebut ditaksir umurnya 5 tahun dan depresiasinya dengan cara garis
lurus, taksiran nilai residu Rp. 200.000,00. Penjualan mesin pada tanggal 1 Juli 2009 dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :

Depresiasi mesin Rp. 300.000,00


Akumulasi depresiasi mesin Rp. 300.000,00

Depresiasi 6 bulan :
6/12 x 1/5 x Rp.(3.200.000,00-200.000,00) = Rp. 300.000,00

Kas Rp. 650.000,00


Akumulasi depresiasi mesin Rp. 2.650.000,00
Mesin Rp. 3.200.000,00
Laba penjualan mesin Rp. 100.000,00
Perhitungan :
Harga jual Rp. 650.000,00
Nilai buku mesin :
Harga perolehan Rp. 3.200.000,00
Akumulasi depresiasi :
2005 : 11 bulan = Rp. 550.000,00
2006 : 12 bulan = Rp. 600.000,00
2007 : 12 bulan = Rp. 600.000,00
2008 : 12 bulan = Rp. 600.000,00
2009 : 6 bulan = Rp. 300.000,00
Rp. 2.650.000,00
Rp. 550.000,00
Laba penjualan aktiva tetap Rp. 100.000,00

H. Asuransi Kebakaran
Perusahaan biasanya mengasuransikan harta bendanya terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian ini dinyatakan dalam polis. Perusahaan
asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran maksimum sebesar jumlah
pertanggunagn yang dinyatakan dalam polis. Misalnya PT F mengasuransikan gedungnya
dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp. 5.000.000,00. Pada tanggal 20 Oktober 2006
gedung tersebut terbaka habis. Setelah dinilai, disetujui nilai gedung pada saat terbakar
sebesar Rp. 5.500,000,00 (harga pasar). Karena jumlah kerugian (Rp.5.500.000,00) lebih
besar dari jumlah pertanggungan maka yang diganti oleh perusahaan asuransi hanya sebesar
jumlah pertanggungannya (Rp. 5.000.000,00). Apabila jumlah kerugian di bawah jumlah
pertanggungan maka perusahaan asuransi akan mengganti seluruh kerugian.

I. Asuransi Bersama
Syarat asuransi bersama adalah syarat yang menyatakan bahwa apabila harta benda
diasuransikan (dipertangungkan) dengan jumlah yang lebih rendah daripada suatu persentase
tertentu dari harga pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahaan
yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan
selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut.
Misalnya : mesin diasuransikan sebesar Rp. 1.500.000,00. Pada suatu ketika mesin tersebut
terbakar, dan kerugian yang timbul sebesar Rp. 1.200.000,00. Pada saat kebakaran, harga
pasar mesin tersebut sebesar Rp. 3.000.000,00. Polis asuransi menyebutkan syarat asuransi
bersama 80%. Maka kerugian akan ditanggung sebagai :

Jumlah pertanggungan : Rp. 1.500.000,00


Coinsurance requirement : 80% x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 2.400.000,00
Selisih jumlah pertanggungan dengan coinsurance requirement :
Rp. 2.400.000,00 – Rp. 1.500.000,00 = Rp. 900.000,00

Perusahaan asuransi =
Rp. 1.500.000,00 x Rp. 1.200.000,00 = Rp. 750.00,00
80% x Rp. 3000.000,00

Pihak yang mengasuransikan =


Rp. 900.000,00 x Rp. 1.200.000,00 = Rp. 450.000,00
80% x Rp. 3000.000,00

Jumlah kerugian Rp. 1.200.000,00

J. Polis Gabungan
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu
akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut
pada saat terjadinya kebakaran. Misalnya : polis asuransi dengan jumlah pertanggungan
sebesar Rp. 3.000.000,00 untuk mesin-mesin dan gedung, dengan syarat asuransi bersama
80%. Pada saat kebakaran, harga pasar mesin sebesar Rp. 2.000.000,00 dan gedung Rp.
4.000.000,00. Kebakaran melanda gedung dan perhitungan ganti rugi untuk gedung sebagai
berikut :
Pertanggungan Rp. 3.000.000,00 dialokasikan kepada :

Mesin = 2.000.000 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00


6.000.000
Gedung = 4.000.000 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
6.000.000

Coinsurance requirement : 80% x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 3.200.000,00


Perhitungan rumus coinsurance :
2.000.000 x Rp. 4.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
3.200.000
Karena jumlah pertanggungan yang dialokasikan untuk gedung (Rp. 20.000.000,00) lebih
rendah dari kerugian (Rp.4000.000,00) dan hasil perhitungan dengan rumus asuransi bersama
(Rp. 2.500.000,00), maka ganti ruginya sebesar Rp. 2.000.000,00

K. Pencatatan Asuransi Kebakaran


Apabila terjadi kebakaran atas harta yang diasuransikan maka langkah-langkah yang
dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah :
1. Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar (jika ada)
2. Menentukan nilai buku aktiva yang terbakar
3. Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat
terjadinya kebakaran
4. Membebankan nilai buku aktiva yang terbakar dan biaya-biya yang timbul pada saat
kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran
5. Menentukan jumlah yang akan diterima dari perusahaan asuransi
6. Rekening kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva
yang terbakar
7. Menutup saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau
laba dari kebakaran

Contoh melakukan pencatatan kerugian kebakaran :


Misalnya beberapa rekening dalam buku-buku PT Mujur pada tanggal 1 Januari 2006
menunjukkan saldo-saldo sebagai berikut :
Asuransi dibayar di muka Rp. 74.000.000,00
Mesin dan perabot (umur ekonomis 4 tahun) Rp. 480.000,00
Akumulasi depresiasi mesin dan perabot Rp. 240.000,00
Gedung (umur ekonomis 30 tahun) Rp. 6.000.000,00
Akumulasi depresiasi gedung Rp. 2.000.000,00

Asuransi di bayar di muka adalah premi untuk 2 buah polis sebagai berikut :
a. Untuk mesin dan perabot jumlah pertanggungan Rp. 280.000,00 tanggal 1 Juli 2005, jangka
waktu 3 tahun, premi Rp. 12.000,00
b. Untuk gedung, jumlah pertanggungan Rp. 3.360.000,00, tanggal 1 Januari 2005, jangka
waktu 3 tahun dengan syarat asuransi bersama 80%, premi Rp. 96.000,00

GOOD IN TRANSIT
 Barang disebut dalam perjalanan ketika barang tersebut di tangan pembawa
(seperti melalui kereta api, truk, atau perusahaan penerbangan) pada tanggal
pernyataan.
 Good in transit merupakan kategori persediaan berdasarkan syarat
pengiriman yaitu
1. FOB Shipping point yaitu kepemilikan barang diakui ketika pembeli
menerima barang di gudang penjual sehingga ongkos angkut dan risiko
perjalanan barang dagang ditanggung oleh pembeli
2. FOB Destination yaitu pengakuan transaksi jual beli diakui ketika sampai
pada gudang pembeli sehingga ongkos angkut dan risiko pengiriman
barang dagang ditanggung oleh penjual.

Anda mungkin juga menyukai