Puji dan syukur pada Tuhan yang Mahakuasa karena atas ridho-Nya, Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dapat menyelesaikan modul-modul pelatihan Standar
Akuntansi Pemerintahan dilengkapi dengan slide.
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 telah menegaskan bahwa pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Sehubungan
dengan hal tersebut, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan telah terbit pada tanggal 13 Juni 2005. Standar akuntansi
pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam PP tersebut menjadi pedoman dalam
penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Standar akuntansi pemerintahan (SAP) merupakan hal yang baru dalam penyajian
pertanggung jawaban keuangan pemerintahan di Indonesia. Penyajian laporan
pertanggungjawaban keuangan tidak lagi hanya sekedar pelaksanaaan anggaran dan
realisasi tetapi lebih daripada itu. Dalam pertanggung jawaban pelaksanaan APBN/APBD
pemerintah harus menyajikan satu set laporan keuangan yang terdiri dari empat
komponen yang salaing berhubungan.
perlu
adanya
orang-orang
yang
memahami
Sap
kemudian
dapat
Perlu ditekankan bahwa modul-modul ini tidak bersifat otoritatif. Modul-modul ini
disusun untuk mempermudah pemahaman atas substansi yang tertuang dalam SAP. Isi
modul yang mungkin berbeda dengan SAP harus dipahami dalam konteks SAP. Uraianuraian dalam modul-modul yang dipahami berbeda dengan SAP harus dikonfirmasikan
ke SAP. Dengan demikian otoritas SAP tidak terpengaruh oleh kemungkinan pemahaman
yang berbeda dengan adanya modul ini.
Semoga modul ini menjadi sumbangan yang berharga dalam membangun pemahaman
bersama untuk perbaikan pengelolaan keuangan negara
Dengan ini juga diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berusaha keras
untuk menghasilkan modul ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Penyajian Laporan Keuangan ini disusun untuk memudahkan
pemahaman terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 01
tentang Penyajian Laporan Keuangan. Modul ini disusun sebagai bahan
pelatihan untuk pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan
mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat belajar mandiri (self study)
atas materi Penyajian Laporan Keuangan pada pemerintah pusat maupun
daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf SAP maupun
penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga diharapkan
dapat dijadikan rujukan dalam implementasi SAP yang berkaitan dengan
penyajian laporan keuangan.
Tujuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 01
adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan
laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar
entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna
laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh
pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur
laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. PSAP
Nomor 01 ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan
keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan
keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan.
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Peserta memahami tujuan penyajian laporan keuangan;
2. Peserta memahami pengertian dan unsur-unsur laporan keuangan;
3. Peserta memahami pengertian dan pos-pos dalam neraca;
4. Peserta memahami pengakuan aset dan kewajiban;
5. Peserta memahami pengukuran aset dan kewajiban;
6. Peserta memahami penyajian dan pengungkapan aset dan kewajiban
dalam laporan keuangan;
7. Setelah memahami sebagaimana dimaksud pada angka 1 s.d 6 di
atas, peserta diharapkan mampu menerapkannya dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan pemerintah.
PSAP 01
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul Penyajian Laporan Keuangan disusun sesuai dengan PSAP
01 dengan susunan tujuan laporan keuangan, basis akuntansi, jenis laporan
keuangan, periode pelaporan, hubungan antar komponen laporan keuangan,
unsur-unsur neraca, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana, serta soal
latihan.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang berkaitan dengan Penyajian Laporan
Keuangan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada
partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas diskusi, latihan,
dan tanya jawab.
PSAP 01
BAB II
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN DAN BASIS AKUNTANSI
A. Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu
entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik,
tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan:
a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang
berkelanjutan, sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan,
serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga
menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:
a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai
dengan anggaran;
b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan
ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset; kewajiban; ekuitas dana;
pendapatan; belanja; transfer; pembiayaan; dan arus kas.
Menurut PSAP 01 Paragraf 13, tanggung jawab penyusunan dan
penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas. Dalam lingkup
pemerintah daerah yang dimaksud dengan pimpinan entitas adalah setiap
kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada sebagai entitas akuntansi
dan setiap gubernur/bupati/walikota sebagai entitas pelaporan. Kewajiban dan
tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk setiap
kepala SKPD juga dinyatakan dalam Pasal 56 ayat (2) huruf a Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang berbunyi:
PSAP 01
Kepala
satuan
kerja
perangkat
daerah
selaku
Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan
atas laporan keuangan
B. Basis Akuntansi
Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan
kapan pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan
pelaporan keuangan. Basis akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas
(cash basis of accounting) dan basis akrual (accrual basis of accounting). Dalam
akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain
diakui ketika kas diterima oleh kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum
Daerah) atau dibayarkan dari kas pemerintah (Kas Umum Negara/Kas Umum
Daerah). Sedangkan dalam akuntansi berbasis akrual berarti suatu basis
akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan
dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau
ekuivalen kas diterima atau dibayarkan. Contoh transaksi yang membedakan
basis kas dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pajak (SKPP). Dalam basis kas, saat
terbitnya SKPP tersebut belum diakui sebagai pendapatan, karena pemerintah
belum menerima kas. Namun, dalam basis akrual, terbitnya SKPP tersebut
oleh pemerintah sudah diakui sebagai pendapatan, walaupun pemerintah
belum menerima kas atas pendapatan pajak tersebut.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi
akrual secara penuh atas pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
negara paling lambat tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi yang
digunakan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pada saat ini
menurut PSAP Nomor 01 adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar. Sedangkan basis akrual adalah basis akuntansi yang
mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan
peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis
akrual (fully accrual basis), baik dalam pengakuan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Namun, entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA
berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
PSAP 01
BAB III
STRUKTUR DAN ISI LAPORAN KEUANGAN
A. Jenis Laporan Keuangan
Dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD setiap entitas baik pemerintah
pusat, kementerian negara/lembaga, pemerintah daerah, dan satuan kerja di
tingkat
pemerintah
pusat/daerah
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Sesuai dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, laporan keuangan
pemerintah pokok setidak-tidaknya terdiri atas:
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
b) Neraca,
c) Laporan Arus Kas (LAK),
d) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan disajikan oleh setiap entitas pelaporan. Hal ini berarti
setiap gubernur/bupati/walikota wajib menyusun dan menyajikan keempat
laporan keuangan di atas. Sedangkan Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh
unit
yang
mempunyai
fungsi
perbendaharaan
(Bendahara
Umum
Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dan Bendahara Umum Daerah/Kuasa
Bendahara Umum Daerah. Dengan demikian kepala SKPD sebagai entitas
akuntansi tidak menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas.
Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas
pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Kinerja Keuangan adalah
laporan yang menyajikan pendapatan dan beban serta surplus/defisit selama
suatu periode yang disusun berdasarkan basis akrual. Laporan Perubahan
Ekuitas adalah laporan yang menyajikan mutasi atau perubahan saldo ekuitas
dana pemerintah selama suatu periode.
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan selama suatu periode.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan
keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam
satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan
tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
5
PSAP 01
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun
anggaran
bersangkutan
yang
tidak
akan
diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana
perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus/defisit
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu periode pelaporan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN/APBD
selama satu periode pelaporan.
Unsur-unsur dari LRA dapat digambar dalam tabel di bawah ini:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Transfer
d. Surpus (Defisit) = (a (b+c))
e. Pembiayaan (Neto)
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran = (d f)
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Akuntansi LRA ini lebih detail diatur dalam PSAP Nomor 02 tentang
Laporan Realisasi Anggaran.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu.
Mengenai neraca lebih detail dibahas dalam Bab III modul ini.
3. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas (LAK) adalah laporan yang menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama
satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan
PSAP 01
CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula
dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh SAP serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Bagian
kebijakan
akuntansi
menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
pada
CaLK
setidak-tidaknya
PSAP 01
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
11).
12).
Pengakuan belanja;
Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
Investasi;
Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
berwujud;
Kontrak-kontrak konstruksi;
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Kemitraan dengan fihak ketiga;
Biaya penelitian dan pengembangan;
Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
Dana cadangan;
Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.
PSAP 01
pengguna dalam suatu periode tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktorfaktor yang dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan
bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan pelaporan yang tepat
waktu.
Selain laporan keuangan tahunan, setiap entitas pelaporan juga
diwajibkan menyusun laporan keuangan interim, yaitu setidak-tidaknya setiap
semester sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
C. Hubungan antar Komponen Laporan Keuangan
Pos-pos yang terdapat dalam masing-masing laporan keuangan adalah
saling terkait satu sama lain.
1. Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Arus Kas.
Pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada dasarnya sama dengan pos-pos
yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK), karena Laporan Realisasi
Anggaran disusun berdasarkan basis kas. Perbedaan utama antara LRA
dan LAK adalah disajikannya transaksi nonanggaran di LAK tetapi tidak
disajikan di LRA. Disamping itu juga terdapat perbedaan klasifikasi
anggaran karena perbedaan tujuan pelaporannya.
2. Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca
Keterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Neraca
adalah dalam penghitungan Saldo Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Anggaran (SiLPA/SiKPA). SiLPA /SiKPA dalam Laporan Realisasi Anggaran
yang merupakan selisih antara surplus/defisit dan total pembiayaan akan
dimasukkan pada perkiraan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
dalam Neraca sebagai Ekuitas Dana Lancar. Perkiraan Sisa Lebih/Kurang
Pembiayaan Anggaran dalam Neraca tersebut merupakan akumulasi
SiLPA/SiKPA dalam LRA dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Neraca dengan Laporan Arus Kas
Keterkaitan antara Neraca dan LAK adalah dalam penyajian saldo
kas. Selisih antara saldo awal dan akhir Kas di Bendahara Umum
Negara/Kas di Kas Daerah dalam Neraca merupakan kenaikan/penurunan
kas sebagaimana yang disajikan dalam LAK. Dengan kata lain selisih saldo
awal dan akhir kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan
kenaikan/penurunan kas dalam Laporan Arus Kas. Selain itu saldo akhir
kas di Kas Daerah dalam Neraca harus sama dengan saldo akhir kas di Kas
Umum Negara/Daerah dalam Laporan Arus Kas.
4. Catatan atas Laporan Keuangan dengan
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
Laporan
Realisasi
PSAP 01
BAB IV
NERACA
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada
tanggal pelaporan. Neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana (net
asset). Ekuitas dana merupakan selisih dari aset setelah dikurangi kewajiban,
atau dalam persamaan akuntansi dapat dirumuskan:
Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
Hubungan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dapat digambarkan dalam
bentuk diagram sebagai berikut:
Neraca
Aset
Total
Rp XXX
Rp XXX
Kewajiban
Rp XXX
Ekuitas Dana
Rp XXX
Total
Rp XXX
A. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa
bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara
karena
alasan sejarah dan budaya.
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau
kepenguasaannya berpindah. Jika suatu entitas memiliki aset moneter dalam
mata uang asing maka harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Penjabaran mata uang asing tersebut menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan
aset nonlancar.
1. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika:
1. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
2. berupa kas dan setara kas.
Aset lancar disajikan dalam neraca meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang, dan persediaan.
PSAP 01
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
SILPA
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Rp XXX
SILPA
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Pendapatan yang
Ditangguhkan
Rp XXX
PSAP 01
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
*)
**)
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
SILPA
Rp XXX
c). Piutang
Pos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang
retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar
tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya yang diharapkan diterima
dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Piutang
dicatat sebesar nilai nominalnya.
Penjualan aset, seperti rumah dinas kepada pegawai negeri sipil
biasanya diangsur lebih dari 12 bulan. Penjualan tersebut oleh
pemerintah disebut sebagai Tagihan Penjualan Angsuran (TPA). Dalam
neraca, TPA akan disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TPA yang
akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset
PSAP 01
lancar sebagai Bagian Lancar TPA. Reklasifikasi TPA ini dilakukan hanya
untuk tujuan penyusunan neraca karena pembayaran atas tagihan
penjualan angsuran akan mengurangi perkiraan Tagihan Penjualan
Angsuran bukan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran.
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan
kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan
keuangan Negara, wajib mengganti kerugian tersebut. Sejumlah
kewajiban untuk mengganti kerugian tersebut dikenal dengan istilah
Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR). Dalam
neraca, TP/TGR disajikan sebagai aset lainnya, sedangkan TP/TGR yang
akan jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan setelah tanggal
pelaporan, akan direklasifikasi dan disajikan tersendiri dalam aset
lancar sebagai
Bagian Lancar TP/TGR. Reklasifikasi TP/TGR ini
dilakukan hanya untuk tujuan penyusunan neraca. Pada awal tahun
berikutnya bagian lancar piutang ini dikembalikan pada TP/TGR dalam
kelompok aset lainnya karena penerimaan kembali dari Tuntutan Ganti
Rugi akan mengurangi perkiraan Tuntutan Ganti Rugi bukan Bagian
Lancar Tuntutan Ganti Rugi.
Perkiraan pasangan (balancing account) Piutang Pajak, Piutang
Retribusi, Bagian Lancar TPA, dan Bagian Lancar TP/TGR dalam neraca
adalah Cadangan Piutang, yang dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:
Debet
Aset Lancar
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar TPA
Bagian Lancar TP/TGR
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Cadangan Piutang*
Rp XXX
Rincian jenis piutang pajak, retribusi, bagian lancar TPA dan TP/TGR
dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
d). Persediaan
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti alat
tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan
pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Jenis-jenis
persediaan beserta nilainya perlu diungkap dalam catatan atas laporan
keuangan.
Pada umumnya metode pencatatan persediaan ada 2 metode,
yaitu metode periodik dan metode perpetual. Dalam metode periodik,
persediaan dicatat berdasarkan penghitungan/ inventarisasi fisik
persediaan yang dilakukan pada akhir periode pelaporan. Sedangkan
dalam metode perpetual, persediaan dicatat setiap terjadi transaksi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
13
PSAP 01
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Lancar
Cadangan Persediaan*
Rp XXX
Cadangan
Persediaan
yang
disajikan di Neraca sebagai
Ekuitas Dana Lancar.
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
2. Aset Nonlancar
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset
tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk
kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Yang termasuk
dalam aset nonlancar adalah aset yang tidak memenuhi kriteria sebagai aset
lancar sebagaimana diuraikan terdahulu.
Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
a). Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan
untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka
panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi
nonpermanen dan investasi permanen. Investasi nonpermanen adalah
investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan. Investasi nonpermanen terdiri dari:
1. Pinjaman kepada perusahaan negara/daerah;
2. Pembelian Obligasi Daerah atau Surat Utang Negara;
3. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat
dialihkan kepada pihak ketiga; dan
4. Investasi nonpermanen lainnya.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen
terdiri dari:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/
perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum
milik negara, badan internasional dan badan hukum lainnya
bukan milik negara.
2. Investasi permanen lainnya.
Perkiraan pasangan (balancing account) Investasi Jangka
Panjang dalam neraca adalah Diinvestasikan dalam Investasi Jangka
Panjang, yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet
Investasi Jangka Panjang
Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Investasi Obligasi
Investasi Nonpermanen Lainnya
Penanaman Modal Pemerintah
Investasi Permanen Lainnya
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang*
Rp XXX
* Diinvestasikan
dalam
Investasi
Jangka
Panjang
disajikan
di
Neraca sebagai Ekuitas Dana
Investasi.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
15
PSAP 01
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
Debet
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
XXX
Gedung dan Bangunan
Jalan, irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Aset tetap*
Rp
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Diinvestasikan
dalam
Aset
Tetap disajikan
di Neraca
sebagai
Ekuitas
Dana
Investasi.
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
(Rp XXX)
Rp XXX
PSAP 01
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Software komputer
Lisensi dan franchise
Hak cipta (copyright), paten, goodwill dan hak lainnya
Hak jasa dan operasi
Aset tak berwujud dalam pengembangan.
PSAP 01
Rp XXX
Rp XXX
Kredit
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam
Aset Lainnya*
Rp
Rp XXX
Rp XXX
* Diinvestasikan
dalam
Aset
Lainnya disajikan di Neraca
sebagai Ekuitas Dana Investasi.
PSAP 01
PSAP 01
Kredit
Kewajiban Jangka Pendek
Bagian Lancar Utang Jangka Pendek
Utang Bunga
Utang Jangka Pendek Lainnya
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
(Rp XXX)
Apabila terdapat pungutan PFK yang belum disetor berarti saldo uang
tersebut masih berada di Kas Daerah. Oleh karena itu, perkiraan pasangan
(balancing account) Utang PFK dalam neraca adalah Kas di Kas Daerah, yang
dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:
Debet
Aset Lancar
Kas di Kas Daerah
Rp XXX
Kredit
Kewajiban Jangka Pendek
Utang PFK
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Informasi lebih rinci mengenai jenis dari kewajiban jangka pendek dapat
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.
PSAP 01
kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan jika:
1. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas)
bulan;
2. entitas bermaksud mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang; dan
3. maksud tersebut didukung
dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan
disetujui.
Beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada tahun
berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau
digulirkan (roll over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan
tidak akan segera menyerap dana entitas. Kewajiban yang demikian
dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan jangka
panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam
situasi di mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas
(seperti dalam kasus tidak adanya persetujuan pendanaan kembali),
pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara otomatis dan
kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian
atas perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan
membuktikan bahwa substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah
jangka panjang.
Beberapa perjanjian pinjaman menyertakan persyaratan tertentu
(covenant) yang menyebabkan kewajiban jangka panjang menjadi kewajiban
jangka pendek (payable on demand) jika persyaratan tertentu yang terkait
dengan posisi keuangan peminjam dilanggar. Dalam keadaan demikian,
kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang hanya
jika:
1. pemberi pinjaman telah menyetujui untuk tidak meminta pelunasan
sebagai konsekuensi adanya pelanggaran, dan
2. tidak mungkin terjadi pelanggaran berikutnya dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka panjang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah
melakukan pinjaman kepada perbankan dalam negeri
b. Utang Dalam Negeri- Obligasi
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah
melakukan penarikan dana dari masyarakat melalui pengeluaran surat
utang/obligasi.
c. Utang Luar Negeri
Merupakan utang jangka panjang yang timbul akibat pemerintah
melakukan pinjaman kepada negara/lembaga asing. Penarikan
pinjaman luar negeri ini dapat dilakukan melalui penerbitan obligasi
yang diperuntukkan bagi pihak asing.
d. Utang Jangka Panjang Lainnya
PSAP 01
Kredit
Kewajiban Jangka Panjang
Utang Dalam Negeri-Perbankan
Utang Dalam Negeri-Obligasi
Utang Luar Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
Rp XXX
Rp XXX
PSAP 01
SOAL LATIHAN
1. Soal Pilihan Ganda
Soal untuk nomor 1-3 :
Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
Kas Daerah
Rp 50 juta
Persediaan
Rp 45 juta
Piutang Pajak
Rp 60 juta
Investasi Jangka Panjang
Rp100 juta
Aset Tetap
Rp200 juta
Aset Lainnya
Rp 85 juta
Dana Cadangan
Rp300 juta
Utang Jangka Pendek
Rp 30 juta (termasuk PFK Rp5
juta)
Utang Jangka Panjang
Rp150 juta
1. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Lancar per 31
Desember 2005?
a. 155 juta
b. 120 juta
c. 125 juta
d. 255 juta
2. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Investasi per
31 Desember 2005?
a. 255 juta
b. 235 juta
c. 385 juta
d. 285 juta
3. Berapakah jumlah yang dilaporkan sebagai Ekuitas Dana Cadangan per
31 Desember 2005?
a. 300 juta
b. 150 juta
c. 270 juta
d. 385 juta
4. Dalam neraca Pemda A akun Kas di Kas disajikan sebesar Rp600 juta,
akun Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp35 juta, dan akun SILPA
sebesar Rp585 juta. Selisih sebesar Rp50 juta merupakan:
a. Utang PFK
b. Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek
c. Utang Bunga
d. Cadangan Piutang
5. Pasangan akun Kas di Bendahara Penerimaan adalah:
a. SILPA
b. Utang PFK
c. Pendapatan yang Ditangguhkan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
26
PSAP 01
d. Dana Cadangan
2. Soal Essay
Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp1.000 juta, setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran statu SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk TA 2005 baru diselesaikan
dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006.
Bagaimana penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?
PSAP 01
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PSAP 01
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
20X1
20X0
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap (34 s/d 40)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan (44)
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-Lain
Jumlah Aset Lainnya (48 s/d 52)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
xxxx
PSAP 01
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (60 s/d 63)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxxx
xxxx
EKUITAS DANA
30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul LRA ini disusun untuk memudahkan dalam memahami
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 02 tentang Laporan
Realisasi Anggaran. Modul ini disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih
standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan mempelajari modul ini diharapkan
peserta dapat belajar mandiri (self study) atas materi LRA pada pemerintah
daerah.
Modul ini menguraikan pelaksanaan anggaran, khususnya sistem
penerimaan dan sistem pembayaran, serta perlakuan akuntansi untuk setiap
jenis transaksi anggaran. Materi pelatihan ini dilengkapi dengan contohcontoh yang terjadi dalam kegiatan operasional pemerintahan, sehingga
diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi pemerintah daerah dalam
implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan, khususnya untuk menyusun
dan menyajikan LRA.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Kauangan
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami struktur anggaran;
2. memahami pengertian pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
3. memahami pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
4. memahami mekanisme penerimaan dan pembayaran;
5. mampu melaksanakan akuntansi pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
6. Memahami perlakuan pengembalian pendapatan dan belanja; dan
7. Memahami penyusunan dan penyajian LRA.
C. Deskripsi Ringkas
Modul LRA menyajikan materi tentang pengertian dan ruang lingkup
LRA, basis akuntansi untuk anggaran pendapatan, belanja, serta pembiayaan,
struktur anggaran, klasifikasi anggaran, akuntansi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan, akuntansi transaksi PFK, akuntansi hibah yang diterima dalam
bentuk nonkas, dan penutupan pos-pos anggaran.
PSAP 02
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi,
latihan soal dan contoh kasus yang bertalian dengan transaksi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat
tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan dalam aktivitas
diskusi dan tanya jawab, serta latihan soal.
PSAP 02
BAB II
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
A. Pengertian
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen
laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi
dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode
tertentu.
Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat
capaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut berguna
bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan
terhadap anggaran. Berhubung anggaran akan disandingkan dengan
realisasinya maka dalam penyusunan APBD seharusnya digunakan struktur,
definisi, dan basis yang sama dengan yang digunakan dalam pelaporannya.
B. Ruang Lingkup
APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja adalah semua pengeluaran kas umum kas daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pembiayaan
(financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran
Pendapatan dipungut berdasarkan Undang-Undang. Oleh karena itu
jenis pendapatan yang dipungut dan/atau diterima oleh pemerintah daerah
harus sesuai dengan Undang-Undang.
Belanja mencakup seluruh jenis
belanja
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pembiayaan mencakup seluruh transaksi penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Disamping itu terdapat transfer antar pemerintahan
sehubungan dengan adanya desentralisasi fiskal dan perimbangan keuangan.
Bagi yang menerima dikelompokkan dalam pendapatan transfer, sedangkan
bagi yang memberikan ditampung dalam belanja transfer.
Anggaran pemerintah daerah dituangkan dalam bentuk APBD, yang
merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah, meliputi
rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan selama suatu periode
terntentu. Anggaran diukur dengan satuan rupiah. Anggaran diklasifikasikan
secara sistematis sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Anggaran
belanja yang dituangkan dalam Perda APBD disebut sebagai apropriasi, yaitu
merupakan anggaran yang disetujui DPRD yang merupakan mandat yang
diberikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan pengeluaranKomite Standar Akuntansi Pemerintahan
3
PSAP 02
PSAP 02
BAB III
BASIS AKUNTANSI
A. Basis Anggaran dan Basis Akuntansi
Anggaran pemerintah disusun dengan basis kas. Akuntansi pemerintah
pada dasarnya merupakan akuntansi anggaran, maka basis akuntansi yang
digunakan seharusnya sama dengan basis anggaran. Pada saat ini Pemerintah
Indonesia masih menggunakan basis kas, baik untuk anggaran maupun
akuntansinya.
Apabila ada pemerintah daerah yang menerapkan basis akrual penuh
dalam sistem akuntansinya, termasuk untuk pendapatan dan belanja, maka
dalam penyusunan LRA, laporan yang dihasilkan dari basis akrual tersebut
harus dikonversi ke LRA berbasis kas. Konversi dari LRA berbasis akrual ke
LRA wajib disajikan dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan keuangan
sebagaimana diatur dalam PSAP No. 04 tentang Catatan atas Laporan
Keuangan.
B. Pengakuan Pendapatan
Sistem penerimaan pendapatan pemerintah daerah diatur dalam
Peraturan Daerah. Pada umumnya terdapat dua sistem penerimaan:
Wajib bayar/masyarakat langsung menyetor ke rekening Kas Umum
Daerah
Wajib bayar/masyarakat menyetor ke juru pungut/Bendahara Penerimaan,
selanjutnya Bendahara Penerimaan tersebut menyetor ke rekening Kas
Umum Daerah.
Dengan menggunakan basis kas, pendapatan diakui pada saat diterima
pada rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah. Oleh karena itu pada
saat uang diterima juru pungut/Bendahara Penerimaan, jumlah tersebut
belum diakui sebagai pendapatan daerah, pengakuannya baru dilakukan
setelah uang tersebut disetor ke rekening Kas Umum Daerah.
C. Pengakuan Belanja
Sistem pembayaran dalam pelaksanaan anggaran ada dua, yaitu:
Pembayaran langsung kepada yang berhak
Pembayaran dengan dana kas kecil melalui Bendahara Pengeluaran.
Berdasarkan Basis Kas sebagaimana diatur dalam PSAP No. 2, belanja diakui
pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum
Daerah. Khusus pengeluaran melalui Bendahara Pengeluaran/Pemegang Kas
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang menjalankan fungsi perbendaharaan
(SKPKD).
Dengan demikian untuk pembayaran langsung kepada pihak
ketiga/vendor pengakuan belanjanya dilakukan pada saat uang dikeluarkan,
yaitu pada saat diterbitkannya Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D
LS). Sedangkan untuk pembayaran dengan dana kas kecil, pada saat
diterbitkannya SP2D untuk pemberian uang persediaan kepada Bendahara
Pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk penambahan uang persediaan (SP2D
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
5
PSAP 02
PSAP 02
BAB IV
STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN
DAN KLASIFIKASI ANGGARAN
A. Struktur Anggaran
Anggaran terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
anggaran pembiayaan. Struktur anggaran tersebut secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a. Pendapatan
.....................
b. Belanja
.....................
c. Surplus/Defisit
(a b)
d. Pembiayaan:
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
.....................
B. Pendapatan
Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan
Transfer, dan Lain-lain pendapatan yang Sah.
1. Pendapatan Asli daerah
Pendapatan Asli Daerah merupajkan pajak yang dihasilkan dari
daerah itu sendiri, terdiri dari:
-
2. Pendapatan transfer
Pendapatan Transfer merupakan pendapatan yang berasal dari
entitas pelaporan lain, seperti Pemerintah Pusat atau daerah otonom lain
dalam rangka perimbangan keuangan.
Transfer dari Pemerintah Pusat
terdiri dari Dana Perimbangan sesuai dengan UU No. 33/2004 dan transfer
lainnya sebagaimana diatur dalam UU Otonomi Khusus bagi Papua dan
Nanggroe Aceh Darussalam, atau dalam UU APBN. Transfer dari Daerah
Otonom lainnya antara lain seperti Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi ke
Kabupaten/Kota untuk Pajak Bahan Bakar, Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
PSAP 02
Pelayanan Umum
Pertahanan
Ketertiban dan Keamanan
Ekonomi
Lingkungan Hidup
Perumahan dan fasilitas umum
Kesehatan
Pariwisata dan budaya
Agama
Pendidikan
Perlindungan sosial
Klasifikasi
fungsi
ini
diisi
sesuai
dengan
urusan
(affair)
pemerintahan. Dengan demikian klasifikasi fungsi ini perlu dilihat
hubungannya dengan program dan kegiatan suatu entitas atau satuan
kerja. Klasifikasi fungsi ini disajikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Berdasarkan UU No. 17/2003 fungsi Pertahanan hanya berlaku
untuk Pemerintah Pusat.
2. Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga
Berdasarkan karakternya belanja dikelompokkan menjadi Belanja
operasi, Belanja Modal, dan Belanja tak Terduga. Belanja operasi adalah
pengeluaran
anggaran
untuk
kegiatan
sehari-hari
pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi
antara lain meliputi belanja pegawai, belanja barang non investasi,
pembayaran bunga hutang, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja
operasional lainnya.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal antara lain belanja modal untuk perolehan tanah,
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
8
PSAP 02
gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan,
aset tetap lainnya, dan aset tak berwujud.
Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.
3. Klasifikasi Ekonomi
Klasifikasi ekonomi adalah klasifikasi belanja berdasarkan jenis
belanjanya, terdiri dari:.
Belanja Operasi:
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial
- Belanja Operasi-lainnya
Belanja Modal:
- Belanja Modal - Tanah
- Belanja Modal Peralatan dan mesin
- Belanja Modal Gedung dan Bangunan
- Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
- Belanja Modal - Aset lainnya
- Belanja Tak Terduga
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
D. Transfer
Transfer yang dimaksud di sini adalah transfer
keluar, yaitu
pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain,
seperti pengeluaran dana perimbangan dan dana bagi hasil. Contoh: bagi
pemerintah provinsi terdapat bagi hasil ke kabupaten/kota, bagi pemerintah
kabupaten terdapat bagi hasil ke desa
E. Surplus/Defisit
Surplus/Defisit timbul sehubungan dengan kebijakan pemerintah untuk
mengganti anggaran berimbang dengan anggaran defisit. Surplus adalah
selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan.
Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan.
F. Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
9
PSAP 02
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.
Sementara,
pengeluaran
pembiayaan
antara
lain
digunakan
untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas
lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
G. Pembiayaan Neto
Pembiayaan Neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan dengan
pengeluaran pembiayaan.
Apabila
manajemen keuangan pemerintah
dilakukan dengan baik maka jumlah pembiayaan netto ini seharusnya
mendekati jumlah surplus/defisit anggaran karena pembiayaan dimaksudkan
untuk memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran.
H. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
Dalam penyusunan APBD, SILPA/SIKPA akan selalu nihil karena jumlah
surplus atau defisit harus ditetapkan rencana pemanfaatannya atau
penutupannya. Namun dalam realisasi anggaran pada umumnya SILPA akan
muncul. Jumlah ini merupakan selisih antara penerimaan anggaran dikurangi
dengan pengeluaran anggaran. Dengan kata lain jumlah ini diperoleh dengan
menjumlahkan surplus/defisit dengan pembiayaan neto.
LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
keuangan, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran
dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka
yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
PSAP 02
BAB V
AKUNTANSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN
A. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, dan pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran
yang terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Anggaran
pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan menjadi alokasi
estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang dijabarkan
menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan terdiri
dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Akuntansi anggaran diselenggarakan pada saat anggaran disahkan dan
anggaran dialokasikan. Ilustrasi akuntansi untuk anggaran yang disahkan
dengan Perda APBD adalah:
Tanggal
Uraian
Estimasi Pendapatan
Apropriasi Belanja
Surplus/Defisit
Estimasi Penerimaan Pembiayaan
Pembiayaan Neto
Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan
Ref
Debet
xxx
Kredit
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Uraian
Estimasi Pendapatan yg Dialokasikan
Alokasi Estimasi Pendapatan
Alokasi Apropriasi
Allotment
Ref
Debet
xxx
xxx
Kredit
xxx
xxx
PSAP 02
Uraian
Kas di Kas Daerah
Pendapatan Pajak
Ref
Debet
xxx
Kredit
xxx
Uraian
Kas di Kas Daerah
Pendapatan Pajak
Ref
Debet
100 juta
Kredit
100 juta
Belanja Barang
Kas di Kas Daerah
2 juta
2 juta
Uraian
Kas di Kas Daerah
Pendapatan Lain-lain PAD
Ref
Debet
10 juta
10 juta
Kredit
20 juta
20 juta
PSAP 02
Sebagai contoh:
Berdasarkan peraturan perundang-undangan pembayaran Pajak X dibayar
secara cicilan setiap bulan berdasarkan jumlah pajak yang dibayar pada
tahun sebelumnya. Dalam tahun 2005 jumlah pajak yang sudah dibayar
setap bulan sebesar Rp1.200.000,00. Ternyata setelah diperhitungkan
pada akhir tahun, pajak yang menjadi beban perusahaan tersebut pada
tahun
hanya
Rp1.000.000,00.
Pengembalian
kelebihan
pajak
Rp200.000,00 ini dibayarkan pada bulan Maret 2006.
Jurnal untuk pengembalian pendapatan pada tahun 2006 tersebut adalah:
Tanggal
Uraian
Pendapatan Pajak
Kas di Kas Daerah
Ref
Debet
200 juta
Kredit
200 juta
Uraian
Pendapatan Ratribusi
Kas di Kas Daerah
Ref
Debet
5 juta
Kredit
5 juta
PSAP 02
13
Uraian
Pengembalian Pendapatan/ SILPA
Kas di Kas Daerah
200juta
Ref
Debet
200 juta
Kredit
C. Akuntansi Belanja
Dalam manajemen anggaran, pada prinsipnya belanja baru dapat
dibayarkan setelah barang/jasa yang dibeli diterima Pemerintah. Pembayaran
belanja dapat dilakukan secara langsung (LS) atau melalui dana kas kecil
yang diberikan kepada para bendahara pengeluaran/pemegang kas.
1. Pembayaran langsung
Pembayaran diberikan secara langsung kepada yang berhak jika
jumlah, peruntukan, dan penerimanya sudah pasti.
Dokumen sumber
untuk merekam pembayaran ini adalah Surat Perintah Membayar dan
Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS).
Sebagai contoh:
pembayaran gaji pegawai bulan Juni 2006 dengan SP2D LS sebesar
Rp50 juta. Dari jumlah tersebut terdapat potongan PPh, Askes, Taspen,
dan Taperum sebesar Rp3 juta.
Jurnal untuk pembayaran gaji pegawai tersebut adalah:
Tanggal
Uraian
Belanja Pegawai
Kas di Kas Daerah
juta
Ref
Debet
50 juta
Kredit
50
3 juta
3
PSAP 02
Tanggal
Uraian
Pengeluaran PFK
Kas di Kas Daerah
Ref
Debet
3 juta
Kredit
3 juta
Uraian
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin
Kas di Kas Daerah
juta
(Untuk
modal)
mencatat
realisasi
Ref
Debet
60 juta
Kredit
60
belanja
60 juta
Aset
60 juta
Uraian
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Kas Daerah
(Untuk mencatat pemberian uang
muka kerja)
Ref
Debet
10 juta
Kredit
10
juta
PSAP 02
15
Sebagai Contoh:
Dari UP telah dibelanjakan Rp8 juta untuk biaya perjalanan dinas.
Pengeluaran tersebut dipertanggungjawabkan ke SKPKD dan setelah
diverifikasi pengeluaran tersebut disetujui. Selanjutnya diberikan
pengganti dengan menerbitkan SP2D-GU sebesar Rp8 juta.
Jurnal untuk pertanggungjawaban UP tersebut adalah:
Tanggal
Uraian
Belanja Barang
Kas di Kas Daerah
Ref
Debet
8 juta
Kredit
8 juta
Uraian
Belanja Barang
Kas di Kas Daerah
juta
Ref
Debet
9 juta
Kredit
9
9 juta
9
Uraian
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
juta
Ref
Debet
1 juta
Kredit
1
PSAP 02
Uraian
Kas di Kas Daerah
Belanja Pegawai
Ref
Debet
2 juta
Kredit
2 juta
Sebagai contoh:
Pada bulan Juni 2006 diterima pengembalian belanja perjalanan dinas
sejumlah Rp5 juta dari seorang pegawai yang dibayarkan pada tahun
2005.
Jurnal untuk penerimaan kembali belanja tersebut adalah:
Tanggal
Uraian
Kas di Kas Daerah
Pendapatan lain-lain PAD
Ref
Debet
5 juta
Kredit
5 juta
D. Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan
belanja selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit. Surplus/defisit diperoleh melalui jurnal penutup pendapatan
dan belanja.
Sebagai contoh:
Pendapatan berjumlah Rp1.000 juta dan belanja berjumlah Rp900 juta.
Jurnal penutupnya adalah:
PSAP 02
Tanggal
Uraian
Pendapatan....
Belanja.....
Surplus/defisit
Ref
Debet
1000 juta
Kredit
900 juta
100 juta
E. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit dan/atau memanfaatkan surplus anggaran. Transaksi
pembiayaan dapat berupa transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran
pembiayaan.
1. Akuntansi Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan kas daerah
antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan perusahaan daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, dan penjualan
investasi permanen lainnya. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat
diterima di Kas Daerah.
Terhadap setiap penerimaan pembiayaan dibuat 2 (dua) jurnal.
Pertama, untuk mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua,j urnal
korolari untuk mengakui akun neraca terkait yang dipengaruhi transaksi
tersebut.
Sebagai contoh:
Pada tahun 2006 diterima pinjaman dari Pemerintah Pusat sejumlah
Rp500 juta. Pinjaman ini merupakan pinjaman jangka panjang, yang
akan diangsur selama 5 tahun mulai tahun 2008.
Jurnal untuk penerimaan pinjaman tersebut adalah:
Tanggal
Uraian
Kas di Kas Daerah
Penerimaan Pinjaman
Ref
Debet
500 juta
Kredit
500 juta
500 juta
500 juta
PSAP 02
Uraian
Pengeluaran Penyertaan
Pemda
Kas di Kas Daerah
Ref
Modal
Debet
100 juta
100 juta
Kredit
100 juta
dalam
100 juta
Uraian
Penerimaan Pinjaman
Pembiayaan Neto
Pengeluaran
Penyertaan
Modal
(Untuk menutup penerimaan
pengeluaran pembiayaan)
Ref
Debet
200 juta
50 juta
Kredit
250 juta
dan
PSAP 02
Uraian
Surplus/Defisit
Pembiayaan Neto
SILPA
Ref
Debet
100 juta
Kredit
50 juta
50 juta
Uraian
Kas di Kas Daerah
Pendapatan Hibah
juta
Ref
Debet
200 juta
Kredit
200
hibah
dan
200 juta
200
200 juta
Aset
200 juta
berupa
PSAP 02
SOAL LATIHAN
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat
1. Penyajian antara anggaran dan realisasi dalam Laporan Realisasi
Anggaran:
a. harus disajikan secara tersanding
b. penyajian realisasi tidak harus mengikuti anggaran
c. anggaran dilaporkan terpisah untuk legislatif saja
d. jawaban a dan b benar.
2. Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang memuat informasi
mengenai:
a. pendapatan
b. belanja
c. pembiayaan
d. jawaban a, b, dan benar.
3. Basis akuntansi yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi
Anggaran:
a. kas
b. akrual
c. kas menuju akrual
d. kas dan akrual.
4. Pendapatan yang dipungut oleh Bendahara Penerimaan yang belum
disetorkan ke Kas Daerah:
a. diakui sebagai pendapatan
b. belum diakui sebagai pendapatan
c. diakui sebagai transfer
d. diakui sebagai kiriman uang.
5. Pembayaran belanja misalnya untuk pembelian barang yang dilakukan
oleh satuan kerja perangkat daerah diakui sebagai pengeluaran belanja
pada saat:
a. telah dibayarkan oleh Bendahara Pengeluaran SKPD ybs.
b. kwitansi diterima dari rekanan
c. pengeluaran tersebut diverifikasi oleh Kas Daerah
d. di-SPJ-kan oleh Bendahara Pengeluaran.
6. Jenis penerimaan di bawah ini diakui sebagai pendapatan pemerintah
daerah kabupaten, kecuali:
a. retribusi pasar
b. dana Alokasi Umum
c. transfer dana pembantuan dari provinsi untuk desa
d. bagian pajak penghasilan dari Pemerintah Pusat.
7. Belanja dalam lembar muka Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan
berdasarkan:
a. jenis belanja
b. organisasi
c. fungsi
d. jawaban a, b, dan c. benar.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
21
PSAP 02
PSAP 02
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PSAP 02
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komponen laporan keuangan yang dipersyaratkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Penyajian keempat komponen
secara umum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)
01. Pos-pos neraca diatur dalam PSAP 05, PSAP 06, PSAP 07, PSAP 08, PSAP 09.
Laporan Realisasi Anggaran diatur secara khusus dalam PSAP 02, Laporan Arus
Kas diatur secara khusus dalam PSAP 03, dan Catatan atas Laporan Keuangan
diatur secara khusus dalam PSAP 04.
Modul ini membahas mengenai Laporan Arus Kas sesuai dengan PSAP 03.
Laporan Arus Kas merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi
historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset
nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran selama satu periode akuntansi.
Laporan
Arus
Kas
mempunyai
kekhususan.
Laporan
tersebut
menggambarkan saldo awal kas, perubahan selama periode tertentu, dan saldo
akhir. Dalam Laporan Arus Kas disajikan seluruh arus masuk dan keluar kas
serta saldo baik yang berasal dari transaski yang berhubungan dengan anggaran
maupun yang tidak. Laporan ini juga hanya disajikan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini
disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami pengertian Kas dan Setara Kas serta manfaat informasi
Laporan Arus Kas;
2. Mengetahui bentuk dan struktur Laporan Arus Kas;
3. Memahami dasar pengklasifikasian penyajian Laporan Arus Kas;
4. Mengetahui entitas pelaporan arus kas;
PSAP 03 1
C. Deskripsi Singkat
Laporan Arus Kas merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah. Laporan ini menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas
selama satu periode kemudian dihubungkan dengan saldo kas awal dan akhir
periode. Arus kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas-aktivitas. Laporan Arus
Kas berhubungan dengan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan
dan contoh kasus yang bertalian dengan penyusunan Laporan Arus Kas.
PSAP 03 2
BAB II
PENGERTIAN DAN MANFAAT LAPORAN ARUS KAS
A. Pengertian
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum negara/kas
daerah selama periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas keuangan pemerintah
sebagian besar merupakan penerimaan dan pengeluaran kas negara/daerah
dalam rangka pencapaian sasaran-sasaran yang ditetapkan. Bahkan penentuan
adanya hak dan kewajiban pemerintah diakui pada saat kas diterima atau
dikeluarkan dari kas umum negara/kas daerah. Hal ini sesuai dengan basis yang
dianut yaitu basis kas menuju akrual.
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar kas dan
setara kas. Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan,
penjualan aset tetap, pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, pinjaman bahkan penerimaan atas potongan pembayaran yang
dilakukan pemerintah (PFK). Arus kas keluar misalnya pembayaran tunai belanja
pegawai,
belanja modal, pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman,
pembentukan dana cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran
kepada pihak ketiga (PFK) atas pemotongan yang telah dilakukan.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus Kas disajikan
berdasarkan aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan. Penerimaan dan
pengeluaran dikelompokkan berdasarkan aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut
terdiri dari aktivitas operasi, investasi aset nonkeuangan, aktivitas pembiayaan,
dan aktivitas nonanggaran. Hal ini berbeda dengan penyajian yang ada dalam
Laporan Realisasi Anggaran.
Pada dasarnya penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam
Laporan Arus Kas sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam
Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan dan belanja juga penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan seperti yang tercantum dalam Laporan Realisasi
Anggaran diakui berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas di kas
negara/daerah. Hal ini disebabkan basis yang dianut dalam penyajian Laporan
Realisasi Anggaran yaitu basis kas.
Akan tetapi ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan
penerimaan dan pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya transaksi
tersebut tidak tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi atau
aktivitas ini disebut transaksi nonanggaran. Transaksi ini sebenarnya merupakan
penerimaan kas untuk dan atas nama pihak lain yang harus diserahkan kepada
pihak tersebut. Oleh karena itu transaksi ini disebut transaksi perhitungan pihak
ketiga (PFK). Misalnya, pemerintah daerah diwajibkan memungut pajak
penghasilan atas pembayaran gaji atau honor yang dilakukan. Pemungutan
tersebut untuk dan atas nama Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak) dan harus disetor
kepada Pemerintah Pusat (Ditjen Pajak). Transaksi ini merupakan arus masuk
PSAP 03 3
dan keluar kas dan mempengaruhi posisi kas tetapi tidak masuk dalam Laporan
Realisasi Anggaran.
Transaksi nonanggaran menjadi faktor yang membedakan substansi
Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain yang membedakan
adalah penyajian. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Realisasi
Anggaran diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja sedangkan penyajian dalam
Laporan Arus Kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas keuangan pemerintahan.
Pengertian kas dan setara kas yang ada dalam Laporan Realisasi
Anggaran sama dengan pengertian kas dan setara kas dalam neraca. Dalam
Laporan Arus Kas terdapat tiga jenis kas yang mempunyai nama dan jenis yang
sama dalam neraca. Jenis kas dan setara kas yang dimaksud untuk Pemda
adalah Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di Bendahara
Penerimaan. Saldo-saldo yang ditunjukkan dalam Laporan Arus Kas harus
menunjukkan jumlah yang sama dalam neraca.
sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna
untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya;
sebagai alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan;
Realisasi arus kas dapat dijadikan sebagai indikator arus kas di masa yang
akan datang. Kejadian yang akan datang dapat diperkirakan dari realisasi yang
terjadi saat ini. Perkiraan atau prediksi ini akan lebih baik kalau didasarkan pada
data masa lalu lebih dari satu. Data lebih dari satu ini dapat disusun dalam
bentuk analisis kecenderungan (trend) untuk mendapatkan perkiraan yang lebih
tepat. Arus kas dapat digunakan dalam analisis trend untuk memperkirakan arus
kas di masa yang akan datang.
Arus kas merupakan transaksi penting dalam pemerintahan. Arus kas
keluar dan masuk merupakan prediksi sebelum terjadi. Sebuah Laporan Arus
Kas menunjukkan realisasi arus kas yang diprediksi sebelumnya. Oleh karena
itu, Laporan Arus Kas yang disusun dapat dijadikan untuk menilai kecermatan
taksiran yang telah dibuat sebelumnya.
PSAP 03 4
PSAP 03 5
BAB III
BENTUK DAN STRUKTUR LAPORAN ARUS KAS
Bentuk dan struktur Laporan Arus Kas merupakan kerangka atau acuan
dalam penyajian Laporan Arus Kas. Bentuknya terdiri dari uraian berbagai
aktivitas yang disajikan secara stafel diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian
didahului dengan arus kas masuk dan keluar berbagai aktivitas. Kemudian
disajikan saldo awal dan saldo akhir kas.
Struktur Laporan Arus Kas terdiri dari
arus masuk dan keluar kas
berbagai aktivitas.
Dari arus masuk dan arus masuk setiap aktivitas akan
diperoleh arus kas bersih dari setiap aktivitas. Arus kas bersih setiap aktivitas
dijumlahkan sehingga diperoleh kenaikan atau penurunan kas. Jika arus
penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas positif berarti ada kenaikan kas.
Sebaliknya jika penjumlahan arus kas bersih setiap aktivitas negatif maka
terjadi penurunan kas. Kenaikan atau penurunan kas akan ditambahkan dengan
saldo akhir sehingga diperoleh saldo akhir. Saldo akhir yang dihasilkan dari
penjumlahan ini harus sama dengan yang tercatat di neraca untuk masingmasing akun yang berkaitan.
Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas terdiri
dari aktivitas operasi, aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
Aktivitas investasi aset nonkeuangan adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap dan
aset nonkeuangan lainnya. Aktivitas pembiayaan adalah aktivitas penerimaan
kas yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran kas yang akan diterima
kembali yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi investasi
jangka panjang, piutang jangka panjang, dan utang pemerintah sehubungan
dengan pendanaan defisit atau penggunaan surplus anggaran.
Aktivitas
nonanggaran adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan
pemerintah.
Aktivitas-aktivitas dalam penyajian Laporan Arus Kas diuraikan lebih rinci
sebagai berikut:
A. Aktivitas Operasi
Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan
kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1. Penerimaan Perpajakan;
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 03 6
3. Penerimaan Hibah;
4. Penerimaan Bagian
Lainnya; dan
5. Transfer masuk.
Laba
perusahaan
negara/daerah
dan
Investasi
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk pengeluaran:
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang;
3. Bunga;
4. Subsidi;
5. Bantuan Sosial;
6. Hibah;
7. Belanja Lain-lain; dan
8. Transfer keluar.
Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya
sama dengan
persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan
penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu
entitas lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja,
penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka
pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
B.
PSAP 03 7
D. Aktivitas Nonanggaran
Arus kas dari aktivitas nonanggaran mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja
dan pembiayaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas nonanggaran antara lain
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan kiriman uang. PFK menggambarkan kas
yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau
diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes.
Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum
negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran meliputi penerimaan PFK dan
kiriman uang masuk. Sedangkan, arus keluar kas dari aktivitas nonanggaran
meliputi pengeluaran PFK dan kiriman uang keluar.
PSAP 03 8
BAB IV
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS
PSAP 03 9
Rp 60.000,00
Rp
8.000,00
Rp
3.000,00
Pada tanggal 10 Januari 2005 saldo kas yang ada di Bendahara Pengeluaran
disetorkan ke Kas Daerah. Selama tahun 2005 Pemda tersebut menerima
pendapatan sebesar Rp740.000,00 dan mengeluarkan belanja sebesar
Rp700.000,00. Dalam realisasi pendapatan termasuk yang berasal dari
pendapatan yang telah diterima oleh Bendahara Penerimaan. Belanja tersebut
termasuk pengeluaran dari Bendahara Pengeluaran yang sudah di-SPJ-kan dan
telah terbit SPM-UYHD Nihil sebesar Rp250.000,00. Nilai SPM UYHD awal yang
diterima oleh Bendahara Pengeluaran dari Kas Daerah adalah sebesar
Rp259.000,00. Dengan demikian jumlah belanja yang dibayar langsung oleh Kas
Daerah hanya sebesar Rp450.000,00. Dengan transaksi di atas maka dalam
Neraca per 31 Desember 2005, saldo Kas di Kas Daerah pada akhir tahun
sebesar Rp99.000,00,
dan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar
Rp9.000,00. Hal ini dapat dilihat dalam bentuk saldo buku besar sebagai
berikut:
PSAP 03 10
Debet
Kredit
Saldo Awal
Saldo
60.000
8.000
68.000
740.000
808.000
259.000
549.000
Pengeluaran Belanja
450.000
99.000
Debet
Kredit
Saldo Awal
8.000
Saldo
8.000
259.000
259.000
250.000
9.000
Rp
40.000,00
Rp
68.000,00
Rp 108.000,00
4.500,00
Rp 112.500,00
PSAP 03 11
Rp
39.000,00
Rp
60.000,00
Rp
99.000,00
9.000,00
4.500,00
Rp 112.500,00
Saldo akhir kas menurut pendekatan UYHD dan UP menghasilkan saldo akhir
yang sama sebesar Rp112.500,00.
PSAP 03 12
SOAL LATIHAN
Pilihan Ganda:
1. Aktivitas-aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian Laporan Arus Kas,
kecuali:
a. operasi
b. investasi nonkeuangan
c. dana cadangan
d. pembiayaan.
2. Jenis-jenis akun yang terkait antara Laporan Arus Kas dan di Neraca
pemerintah daerah adalah sebagai berikut kecuali:
a. Kas di BUD
b. Kas di Kas Daerah
c. Kas di Bendahara Penerimaan
d. Kas di Bendahara Pengeluaran.
3. Saldo dana cadangan Pemda dalam bentuk rekening tertentu di sebuah bank,
pelaporannya dalam Laporan Arus Kas adalah:
a. dilaporkan dalam aktivitas pembiayaan
b. dilaporkan dalam saldo akhir kas di BUD
c. tidak dilaporkan dalam Laporan Arus Kas
d. dilaporkan dalam aktivitas operasi.
4. Basis yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah
basis kas, akan tetapi Laporan Arus Kas (LAK) berbeda dengan LRA dalam
hal:
a. penyajian transaksi non anggaran
b. penyajian belanja
c. penyajian pendapatan
d. penyajian pembiayaan.
5. Metode langsung disarankan dalam penyajian Laporan Arus Kas karena:
a. Metode lain tidak dikenal di SAP
b. lebih mudah
c. Tidak perlu jurnal
d. Metode langsung dan tidak langsung sebenarnya sama saja penyajiannya.
PSAP 03 13
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PP No. 8/2006
Pemerintah;
11.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 03 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan keuangan pemerintah disusun untuk tujuan umum dan tujuan
khusus. Laporan bertujuan umum karena laporan tersebut dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi keuangan yang lazim.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif,
lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Adapun laporan
keuangan pemerintah sendiri meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah
atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya
seperti laporan tahunan.
Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat
mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Kesalahpahaman
ini dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan.
Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi
kesalahpahaman dalam memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang
terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat laporan
keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Untuk itu,
diperlukan pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan
menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan. Untuk menghindari
kesalahpahaman, laporan keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan
Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam
memahami Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci
atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan
oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 04.
B. Tujuan Pembelajaran
Dengan mempelajari modul ini, diharapkan peserta pendidikan dan
pelatihan akan dapat memperoleh pemahaman umum dan pemahaman khusus
sekaitan dengan Catatan atas Laporan Keuangan.
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan umum dari pembelajaran ini adalah memberi peserta pendidikan dan
pelatihan pemahaman akan:
1) Arti penting pelaporan yang memadai bagi pengambilan keputusan
2) Relevansi Catatan atas Laporan Keuangan sebagai sumber informasi yang
menjelaskan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
dalam kerangka pelaporan yang memadai
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
PSAP 04
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pembelajaran andragogi. Oleh karena itu, suatu sesi interaktif antara instruktur
dengan peserta pendidikan dan pelatihan akan sangat membantu dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk itu, pada tahap awal, instruktur akan memberi pemaparan teori
yang terutama dikaitkan dengan PSAP 04 beserta ilustrasi yang terkait.
Pemaparan teori dan ilustrasi ini diharapkan dapat membuka pembahasan aktif
atas berbagai permasalahan aktual baik yang berasal dari instruktur maupun
yang berasal dari pengalaman peserta pelatihan.
Diskusi topik Catatan atas Laporan Keuangan diupayakan tetap terfokus
pada pengertian berbagai aspek, cara penyajian, dan berbagai permasalahan
teoretis maupun praktis yang dihadapi guna mendapatkan pemecahan secara
bersama-sama.
PSAP 04
BAB II
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MEMADAI
A. Asimetri Informasi Keuangan Negara
Pemerintah pusat dan daerah adalah entitas yang mempunyai aset yang
signifikan dibandingkan dengan entitas ekonomi lain dalam suatu negara. Oleh
karena itu, dinamika ekonomi dalam suatu negara pasti sangat dipengaruhi oleh
dinamika perubahan dalam posisi keuangan, operasi, dan arus kas suatu entitas
pemerintahan. Seluruh perubahan ini digambarkan dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Keberadaan standar akuntansi
pemerintah
yang
mengatur
pengakuan,
penilaian,
pencatatan,
dan
pengungkapan seluruh transaksi yang memengaruhi Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas diharapkan dapat menjembatani
antara persepsi para penyaji laporan keuangan dengan para pengguna, yang
berada dalam suatu asimetri informassi. Artinya, kompleksitas permasalahan,
kompleksitas semantika, dan kompleksitas struktur informasi yang dicoba
dikomunikasikan oleh pemerintah kepada para investor, kreditor, dan
masyarakat pada umumnya diharapkan sudah dapat dijabarkan dalam standar
akuntansi mengenai penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan
Arus Kas.
Akan tetapi, bagaimanapun komprehensifnya standar ini, kenyataan
bahwa para pengguna bervariasi dalam hal kemampuan memaknai berbagai hal
yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas
tetap membuka kemungkinan adanya kesalahpahaman. Struktur laporan dan
semantika yang ada di dalam laporan ini mungkin tidak sepenuhnya mampu
ditanggapi secara pragmatis oleh para pengguna yang tingkat pengetahuannya
Sangay bervariasi.
Asimetri informasi yang terjadi antara penyaji dan pengguna dapat
menimbulkan dampak negatif. Pertama, kesempatan bagi sebagian pihak yang
menguasai informasi untuk mengambil keuntungan dari pihak lain yang kurang
memperoleh informasi. Kedua, sebagian pihak yang menguasai informasi akan
mengupayakan adanya informasi yang akan bermanfaat bagi pencapaian
tujuannya sendiri, sementara pihak lain yang tidak menguasai informasi tidak
memiliki peluang yang sama untuk melakukannya Scott (2006).
Dengan adanya estndar diharapkan dapat mengurangi asimetri
informasi, penggunaan standar sebagai perangkat insentif akan sangat relevan
bagi pemerintah untuk memberi sinyal yang tentang pengelolaan keuangan.
Dengan demikian, masyarakat sebagai pengguna dapat memperoleh keyakinan
tentang informasi yang mereka perlukan untuk pengambilan keputusan. Hal ini
sekaligus dapat digunakan oleh pemerintah untuk pengambilan keputusan dalam
rangka pengelolaan keuangan negara/daerah.
Salah satu praktik pemberian sinyal (signalling) yang baik ini adalah
dengan memberikan pengungkapan yang memadai (full disclosure). Catatan
atas Laporan Keuangan menemui arti pentingnya di sini, karena seperti pada
pelaporan keuangan sektor komersial, ia adalah tak ubahnya seperti
Management Discussion Analysis. Pada bagian MDA inilah manajemen dapat
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
PSAP 04
PSAP 04
BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENYAJIAN
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
A.
Ketentuan Umum
PSAP 04
PSAP 04
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
serta
pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen- komitmen lainnya.
Penjelasan paragraf 11 dan 12 di atas lebih merupakan penekanan tentang
isi pokok dari CaLK. Oleh karena informasi yang dimuat dalam CaLK banyak
yang bersifat kualitatif dan berkaitan dengan kejadian yang insidental, tentu
subjektivitas dalam menentukan seberapa banyak informasi yang dianggap
cukup atau memadai dan bagaimana pembabakan penyajiannya menjadi
subjektif pula. Oleh karena itu, suatu penetapan kebijakan tentang struktur
penyajian CaLK secara unik bagi suatu entitas pelaporan menjadi diperlukan.
Sejauh ini, Susunan CaLK sudah ditawarkan oleh PSAP 04 sebagaimana
diatur dalam Paragraf 66. Meskipun demikian, saat ini, struktur penyajian
CaLK di lingkungan entitas pelaporan Pemerintah Daerah sudah ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang tidak persis sama dengan
Paragraf 66. Di Pemerintah Pusat sendiri, walaupun tidak dituangkan dalam
suatu ketetapan, praktik penyajian CaLK pada tahun 2004 dan 2005 juga
tidak persis sama dengan Pragraf 66.
Permendagri 13/2006 menetapkan bahwa daftar isi dari CaLK adalah sebagai
berikut:
Bab I
1.1.
1.2.
1.3.
Pendahuluan
Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan
Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan
Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Bab II
Ekonomi Makro
2.1. Ekonomi Makro
2.2. Kebijakan Keuangan
2.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
2.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Entitas Pelapor
Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal dan Moneter
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal dan Moneter
3.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja
Bab IV
Ikhtisar Pencapaian Kinerja Program Entitas Pelapor
4.1. Ikhtisar realisasi pencapaian sasaran kinerja program entitas
pelapor
4.2. Faktor pendukung dan penghambat pencapaian kinerja
Bab V
Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
5.3 Basis Pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
5.4. Kebijakan Akuntansi yang Berkaitan dengan Rekening-rekening
Akuntansi
Bab VI.
PSAP 04
PSAP 04
10
PSAP 04
11
Bab V
Kebijakan Akuntansi
5.1. Entitas pelaporan
5.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
5.3 Basis pengukuran yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan
5.4. Kebijakan Akuntansi yang Berkaitan dengan Rekening-rekening
Akuntansi
Bab VI. Penjelasan Rekening-rekening Laporan Keuangan
6.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Rekening Laporan Keuangan
6.1.1 Pendapatan
6.1.2 Belanja
6.1.3 Pembiayaan
6.1.4 Aset
6.1.5 Kewajiban
6.1.6 Ekuitas Dana
6.1.7 Komponen-komponen Arus kas
6.2. Pengungkapan atas Pos-pos Aset dan Kewajiban yang Timbul
Sehubungan dengan Penerapan Basis Akrual atas Pendapatan dan Belanja
dan Rekonsiliasinya dengan Penerapan Basis Kas, untuk Entitas Pelaporan
yang Menggunakan Akuntansi Berbasis Akrual Penuh.
Bab VII Penjelasan atas Informasi non Keuangan
Bab VIII Penutup
Lampiran
C. Penyusunan CaLK sesuai Paragraf-paragraf PSAP 04
13. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang
penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan
yang memadai, antara lain:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi
makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target;
Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro ini, misalnya,
dapat diisi dengan berbagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi penyusunan APBN/APBD seperti asumsi makro yang meliputi
pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar rupiah dan suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) 3 bulan dan hal yang paling memengaruhi anggaran
pendapatan dan belanja secara material. Bagian ini juga dapat mencakup
penjelasan mengenai perubahan-perubahan pada indikator ekonomi yang
kemudian memengaruhi penyusunan APBN/APBD perubahan.
Bagian kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro ini dapat dituangkan
dalam Bab II Bagian 2.1. Pencapaian Target Undang-undang APBN/Perda
APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian
target dapat disajikan sebagai bagian 3.1 dan 3.2 dari Bab III
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
12
Banyak hal tidak dapat diungkapkan dalam lembar muka laporan keuangan.
Pertama, hal ini disebabkan lembar muka merupakan media bahasa
akuntansi yang sangat terstruktur dengan simbol-simbol yang sangat
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
13
PSAP 04
14
PSAP 04
15
PSAP 04
16
PSAP 04
17
PSAP 04
18
Adapun Kriteria kebijakan keuangan dari sudut fiskal yang akan dimasukkan
ke dalam Bagian 2.3, tabel data dengan berbagai variabel terkait sebagai
berikut dapat dipertimbangkan.
Indikator Kebijakan Keuangan (Fiskal)
Uraian
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan Hibah
Jumlah Anggaran Pendapatan Negara/Daerah dan
Hibah
Belanja Pemerintah Pusat/Daerah
Belanja untuk Daerah
Jumah Anggaran Belanja Negara/Daerah
Defisit Anggaran
Dengan adanya data pada tabel kebijakan keuangan di atas, pada saatnya,
jika APBN/D berubah, perubahan tersebut dapat segera dibandingkan.
Selanjutnya pada Bagian 2.4, CaLK sebisanya memuat ringkasan indikator
kinerja program hingga ke sasarannya. Format seperti dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah (LKKIP) dapat dipertimbangkan sebagai format yang
komprehensif tetapi cukup ringkas dalam mengakomodasi rencana stratejik
suatu entitas pelaporan.
Sebagai contoh, Bagian 2.4 dapat ditampilkan sebagai berikut:
Instansi: Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Fungsi: Pelayanan Umum
No
1
Program
- Kegiatan
Peningkatan
Pengawasan
Aparatur Negara
Audit
Keuangan
Audit
Operasional
Audit Kinerja
Asistensi SAP
Inventarisasi
BMKN
Indikator Hasil
- Keluaran
Peningkatan nilai temuan
dari tahun lalu
Jumlah
Instansi
yang
Laporan
Keuangannya
sesuai SAP
-
Satuan
Sasaran
%
Instansi
Laporan
Laporan
2%
Laporan
Kejadian
Kejadian
10
312
3.119
112
27
5
PSAP 04
19
Penerimaan Perpajakan
Penerimaan Negara Bukan
Pajak
Penerimaan Hibah
Jumlah Anggaran Pendapatan
Negara/ Daerah dan Hibah
Belanja
Pemerintah
Pusat/Daerah
Belanja untuk Daerah
Jumah
Angagran
Belanja
Negara/Daerah
Defisit Anggaran
APBN/D
(UU No/tahun
Perda No/
tahun)
297,844,130
81,783,001
750,000
380,377,131
7,455,088
540,126,109
894.01%
42.00%
266,220,255
411,667,571
54.63%
131,549,055
397,769,310
153,402,251 16.61%
565,069,822 42.06%
17,392,179
24,943,713
43.42%
23. Dalam kondisi tertentu, entitas pelaporan belum dapat mencapai target yang
telah ditetapkan, misalnya jumlah unit pembangunan bangunan sekolah dasar.
Penjelasan mengenai hambatan dan kendala yang ada, misalnya kurangnya
ketersediaan lahan, perlu dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Paragraf 23 di atas pada intinya menuntut penjelasan tentang kinerja
pemerintah dalam merealisasi anggarannya. Dalam hal ini, yang disoroti
untuk dijelaskan adalah varians realisasi jumlah uang sebagai input program
yang dikeluarkan. Dalam contoh Paragraf 21 dan 22 sebelumnya,walaupun
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
20
Ikhtisar
Pencapaian
Kinerja
Keuangan
Selama
Tahun
PSAP 04
21
PSAP 04
22
Program
- Kegiatan
Peningkatan
Pengawasan
Aparatur Negara
- Audit
Keuangan
- Audit
Operasional
- Audit Kinerja
- Asistensi SAP
- Inventarisasi
BMKN
Indikator
Hasil/ Keluaran
Belanja
(Rp juta)
Anggaran
Realisasi
Peningkatan
nilai
temuan
dari
tahun lalu
Jumlah Instansi
yang
Laporan
Keuangannya
sesuai SAP
- Laporan Hasil
Audit
- Laporan Hasil
Audit
- Laporan Hasil
Audit
- Jumlah
Asistensi
- Jumlah
Inventarisasi
Hasil/Keluaran
Rencana Realisasi
Satuan
2%
3%
%
10
Instansi
2.876
1.887
312
221
Laporan
1.992
2.221
3.119
3.200
Laporan
900
877
112
112
Laporan
450
435
27
40 Kejadian
3.122
2.998
3 Kejadian
Ket.
Selain tabel, seluruh perbedaaan signifikan dari capaian per program dapat
diuraikan secara naratif untuk menjelaskan faktor pendukung dan
penghambat. Uraian ini dimuat dalam Bab IV Bagian 4.2. Sebagai contoh,
atas pencapaian kinerja di atas, dapat diuraikan penjelasan sebagai berikut.
Pada tahun 2005 BPKP dapat menghasilkan temuan dari pemeriksaan
sebesar 3% dari nilai temuan tahun lalu tetapi dari 10 instansi yang disasar
untuk menyajikan Laporan Keuangan sesuai Standar Akuntansi Pemerintah,
hanya dua yang sudah berhasil. Pencapaian 3% nilai temuan disebabkan
bahwa adanya asumsi bahwa risiko salah urus dalam manajemen keuangan
pemerintahan masih cukup besar sedangkan jumlah instansi yang mampu
menyusun Laporan Keuangan sesuai SAP karena sebagian besar asistensi
masih berlangsung dan hasilnya baru terukur pada tahun-tahun berikutnya.
Output dari lima kegiatan sebagian tercapai sebagian lagi tidak. Demikian
pula realisasi belanja ada yang melebihi anggaran ada yang kurang.
Perbedaan ini hampir berlangsung linear dalam artian bahwa ketika output
yang dicapai rendah maka realisasi belanjanya pun rendah.
29. Pembahasan mengenai kinerja keuangan harus:
(a) Meliputi baik hasil yang positif maupun negatif;
(b) Menyajikan data historis yang relevan;
(c) Membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan dan rencana yang
telah ditetapkan;
(d) Menyajikan informasi penjelasan lainnya yang diyakini oleh
manajemen akan dibutuhkan oleh pembaca laporan keuangan untuk
dapat memahami indikator, hasil, dan perbedaan yang ada dengan
tujuan atau rencana.
PSAP 04
23
400.0
300.0
200.0
100.0
115.1
88.4
98.9
122.5
347.0
185.5
210.3
2001
2002
242.0
280.6
2003
2004
0.0
2005
Ta hun
Perpajakan
PNBP
PSAP 04
24
Jenis Belanja
.
Untuk melengkapi ikhtisar yang disajikan dalam Bab III bagian 3.1. ini,
analisis atas pencapaian kinerja dituangkan dalam Bagian 3.2. Analisis ini
dapat diisi dengan uraian mengenai faktor pendukung dan penghambat
pencapaian kinerja.
Atas realisasi belanja, misalnya, Bagian 3.2 CaLK dapat menguraikan faktor
penghambat yang menyebabkan pencairan anggaran lambat. Sebagai
contoh, dapat diuraikan di sini bahwa pada tahun anggaran 2005 merupakan
tahun anggaran pertama pelaksanaan sistem anggaran terpadu (unified
budget), di mana belanja pemerintah pusat tidak dibedakan lagi menjadi
belanhja rutin dan belanja pembangunan. Pelaksanaan sistem baru ini
memerlukan penyesuaian-penyesuaian, dan salah satu akibatnya adalah
terlambatnya pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).
Terlambatnya pengesahan DIPA ini mengakibatkan realisasi belanja negara
jauh di bawah yang dianggarkan dalam APBN TA 2005.
Contoh lain dari pengungkapan kendala adalah sebagai berikut.
Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut adalah
contoh penyebab tidak tercapainya target penerimaan perpajakan)
- tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan
- musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah
- rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini
Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak pada periode ini
antara lain disebabkan:
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
25
Keuangan
dan
Pengungkapan Kebijakan
PSAP 04
26
PSAP 04
27
PSAP 04
28
PSAP 04
29
suatu entitas dan jurisdiksi tempat entitas tersebut berada serta seluruh unit
kerja yang terkait dalam penyajian laporan keuangan yang diuraikan dalam
CaLK ini.
48. Walaupun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan telah
menyarankan penggunaan basis akuntansi tertentu untuk penyusunan
laporan keuangan pemerintah, pernyataan penggunaan basis akuntansi
yang mendasari laporan keuangan pemerintah semestinya diungkapkan
pada Catatan atas Laporan Keuangan. Pernyataan tersebut juga
termasuk pernyataan kesesuaiannya dengan Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan. Hal ini akan memudahkan pembaca laporan
tanpa harus melihat kembali basis akuntansi yang tertera pada
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
Khusus mengenai basis akuntansi, Struktur CaLK alternatif ini memberi ruang
bagi penjelasannya di dalam Bab V bagian 5.2. Mengingat secara umum PP
24 tahun 2005 menganjurkan pemakaian basis akuntansi kas menuju akrual
maka bagian ini akan berisi uraian mengenai penerapan basis kas dan basis
akrual. Akan tetapi, bagian ini pun akan menjadi tempat bagi penjelasan
tentang pemakaian basis akrual penuh, jika memang hal itu sudah
diterapkan.
Sebagai contoh, penjelasan mengenai basis akuntansi ini adalah sebagai
berikut.
a) Basis akuntansi dalam pencatatan realisasi APBN/D yaitu basis kas,
b) Basis akuntansi dalam pencatatan dan penyajian Neraca, dalam hal ini
aset, kewajiban, dan ekuitas dana, yaitu basis akrual.
49. Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basisbasis pengukuran yang
digunakan sebagai landasan dalam penyajian laporan keuangan. Apabila lebih
dari satu basis pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan,
maka informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk dapat
mengindikasikan aset dan kewajiban yang menggunakan basis pengukuran
tersebut.
Mengenai basis pengukuran ini dijelaskan dalam Bagian 5.3 dari Bab V
Struktur CaLK alternatif ini. Isinya lebih merupakan sorotan-sorotan tertentu
atas berbagai pengukuran yang mungkin tidak lazim karena berbagai
keadaan yang terkait atas elemen Laporan Akuntansi.
Sebagai contoh, kenyataan bahwa pemerintah Indonesia baru memulai
penertiban sistem akuntansinya sementara aset yang dikuasai pemerintah
ada yang sudah diperoleh sejak zaman penjajahan memungkinkan hilangnya
referensi mengenai nilai aset. Oleh karena itu, akan terdapat kemungkinan
pada bab ini penjelasan mengenai berbagai metode pengukuran nilai aset
yang dilaporkan. Penjelasan berikut ini mungkin akan dapat dijadikan contoh
tentang basis pengukuran:
Aset tetap yang sudah tidak terdapat bukti pendukung perolehannya diukur
dengan nilai wajar sedangkan aset tetap yang masih terdapat bukti
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
30
Pengakuan pendapatan;
Pengakuan belanja;
Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
investasi;
Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak
berwujud; 21
Kontrak-kontrak konstruksi;
Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
Kemitraan dengan pihak ketiga;
Biaya penelitian dan pengembangan;
Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
(f)
(g)
(h)
(i)
(j)
Pada dasarnya seluruh kebijakan akuntansi dijelaskan dalam bagian 5.2 dari
Bab V Struktur CaLK alternatif ini. Penjelasannya pun tidak dapat dipisahkan
dari persyaratan yang diatur dalam paragraf 51 dan 52 di bawah ini.
51. Setiap entitas perlu mempertimbangkan jenis kegiatan- kegiatan dan
kebijakan-kebijakan yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Sebagai contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan
pendapatan pajak, retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib,
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
31
Kurs.
52. Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pospos yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak
material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Pernyataan Standar ini.
Uraian mengenai kebijakan akuntansi yang penting, sedapat mungkin
menjelaskan berbagai kebijakan akuntansi atas elemen-elemen utama
laporan keuangan seperti pendapatan, belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas
dana. Dimuat dalam bagian 5.4 dari CaLK alternatif, kebijakan akuntansi
yang hendak dijelaskan pada intinya adalah penjelasan mengenai basis dan
kebijakan akuntansi yang mendasari pelaksanaan akuntansi pemerintahan
yang menghasilkan Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi yang perlu
dijelaskan adalah kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam mengakui,
mencatat dan melaporkan seluruh hal yang terkait dalam Laporan Keuangan.
Contoh penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang mencakup
pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban dan ekuitas dana adalah
sebagai berikut:
a) Pengakuan Pendapatan pada saat kas diterima pada Kas Umum
Negara/Daerah
b) Pengakuan Belanja pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum
Negara/Daerah
c) Pengakuan Pembiayaan pada saat kas diterima pada/ keluar dari Kas
Umum Negara/Daerah
d) Jenis-jenis sumber daya/kekayaan yang dapat dikelompokkan sebagai
aset secara umum dan aset secara khusus yang terdiri dari aset lancar,
investasi, aset tetap, dana cadangan. Selain itu, dalam bagian ini pun
diuraikan cara penilaiannya.
Tentang Aset Tetap misalnya, bagian ini menguraikan bahwa Aset tetap
mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah maupun
untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Aset
tetap
dilaporkan
berdasarkan
neraca
kementerian
negara/lembaga per 31 Desember tahun 200x pada harga perolehan.
Pengakuan aset tetap yang perolehannya setelah tanggal 1 Januari tahun
200x didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu:
(a) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah
raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp300.000 (tiga ratus
rupiah), dan
(b) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan
atau lebih dari Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah)
Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut di atas, diperlakukan sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk
tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya. Seluruh aset tidak
didepresiasi.
e) Jenis-jenis kewajiban yang dapat dikelompokkan kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Mengingat instrumen keuangan
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
32
PSAP 04
33
PENJELASAN
ANGGARAN
ATAS
POS-POS
LAPORAN
REALISASI
A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas
negara melalui satke-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut
penyebab terlampuinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika
ada. Berikut adalah contoh pengungkapan pendapatan pada
Kementerian
yang
menerima
pendapatan
perpajakan
dan
pendapatan nonpajak).
Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan
negara bukan pajak.
- Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total
capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau
<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan
pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
34
PSAP 04
35
Tabel.1
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja
<Nama Kementerian Negara/Lembaga>
<Tahun Anggaran>
Uraian
Anggaran
Semula
Anggaran
Setelah Revisi
1
Satuan
Kerja
Pusat dan Daerah
Dekonsentrasi
Tugas
Pembantuan
Jumlah
R .p
Realisasi
Belanja
4
Rp.
R .p
Persentase
5=(4/3)x10
0%
.%
Rp.
Rp.
R .p
.%
Rp.
Rp.
R .p
.%
Rp
Rp
Rp
.%
Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode
Jenis
Bel.
1
51
52
53
57
Dst
Anggaran
Setelah
Revisi
Realisasi
Belanja
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja
Bantuan
Sosial
Dst
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5=(4/3)x100
%
.%
.%
.%
.%
Rp.
Rp
Rp.
Rp
.%
.%
Persentase
uraian
Jumlah
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Anggaran
Setelah
Revisi
Realisasi
Belanja
Rp.
Rp.
5=(4/3)x100
%
.%
Rp
Rp
.%
Persen-tase
PSAP 04
36
Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal
Kode
MAK.
1
531111
532111
533111
534111
534112
534113
535111
Uraian
Modal(BM)
Belanja
Anggaran
Setelah
Revisi
2
BM Tanah
BM
Peralatan
Mesin
BM
Gedung
Bangunan
BM
Jalan
Jembatan
BM Irigasi
BM Jaringan
BM Fisik Lainnya
Jumlah
Realisasi
Belanja
Persentase
dan
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5=(4/3)x10
0%
.%
.%
dan
Rp.
Rp.
.%
dan
Rp.
Rp.
.%
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
.%
.%
.%
.%
Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yangterjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas
belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan>dibukukan
sebagai
kontra pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian
belanja atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu sebesar
Rp<nilai pengembalian atas belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaranyang-lalu> dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.
Tabel.5
Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis
Bel.
1
51
52
53
57
Dst
Realisasi Pengembalian
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp
PSAP 04
37
Uraian Eselon I
Jumlah
Rp.
2
Rp.
Jumlah
Uraian Eselon I
2
Jumlah
3
Rp
2
3
Jumlah
Rp.
PSAP 04
38
Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
No.
1
Kode MAP
Uraian
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Rp.
Jumlah
No.
1
Kode
Wilayah
2
Uraian Wilayah
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
(Diisi untuk
jumlahnya).
Rp.
kanwil
yang
mempunyai
Piutang
Pajak
beserta
PSAP 04
39
No.
1
Kode
Eselon I
2
Uraian Eselon I
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
Rp.
Tabel.11
Rincian Piutang PNBP
No.
1
Kode
Perkiraan
Piutang
2
Uraian Piutang
Jumlah Rupiah
4
Rp.
Jumlah
Rp.
PSAP 04
40
D. PERSEDIAAN
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau
perlengkapan (supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan
maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp
<nilai persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil
inventarisasi, yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesui dengan
klasifikasi pada bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masingmasing>.
E. ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset
tetap> dengan perincian sebagai berikut:
Tabel.12
Daftar Aset Tetap
Mutasi
Saldo
Awal
Tambah
Kurang
Saldo
Akhir
5
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Rp.
Rp
Rp
Rp.
PSAP 04
41
dst
< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>
Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai
cakupan laporan keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk
pengadaan aset tetap melalui pembangunan yang belum selesai
pengerjaannya
pada
<tanggal
neraca>
adalah
sebesar
Rp........................ Konstruksi dalam Pengerjaan tersebut terdiri
dari:
Tanah
Rp.
Peralatan dan Mesin
Rp.
Gedung dan Bangunan
Rp.
Jalan
Rp.
Irigasi dan Jaringan
Rp.
Aset Tetap Lainnya
Rp.
< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>
(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang
masih mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan
dalam Neraca. Contoh aset seperti ini adalah tanah-tanah yang
dikuasai Kementerian Negara/Lembaga tetapi dalam status sengketa,
aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah namun belum
dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,
penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang
nilainya memenuhi syarat kapitalisasi dsb.)
PSAP 04
42
Tabel.13
DAFTAR ASET BERSEJARAH
Nama Aset
Saldo
Awal
Periode
(dalam
satuan
kuantitas)
Mutasi
Bertambah
(dalam
satuan
kuantitas)
Mutasi
Berkurang
(dalam
satuan
kuantitas)
Saldo
Akhir
Periode
(dalam
satuan
kuantitas)
G. ASET LAINNYA
(Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset
dengan jenis ini)
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam
aset lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca.
Aset Lainnya terdiri atas:
- Tagihan Penjualan Angsuran
PSAP 04
43
A. Informasi Tambahan
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki
Badan Layanan Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah
contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
Badan X
Unit Y
Rumah Sakit Z
Dst.
B. Pengungkapan Lainnya
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)
PSAP 04
44
3. Ketentuan
perundang-undangan
kegiatan operasionalnya.
yang
menjadi
landasan
4. Catatan
PSAP 04
45
412
Pajak
Dari contoh di atas tampak bahwa baik Laporan Realisasi Anggaran dan
Neraca catatan menurut kedua basis berbeda. LRA akan berbeda karena
adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan belanja. Neraca juga berbeda
karena ada perbedaan pencatatan aset dan ekuitas dana atau aset bersih.
59. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan pada paragraf 26 dan 76
memungkinkan entitas pelaporan menyusun laporan keuangannya dengan basis
akrual untuk pendapatan dan belanja. Entitas pelaporan tersebut harus
menyediakan informasi tambahan termasuk rincian mengenai output entitas dan
outcome dalam bentuk indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan,
tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja keuangan
entitas selama periode pelaporan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca laporan
dapat memahami pos-pos aset dan kewajiban yang timbul dikarenakan
penerapan basis akrual pada pos-pos pendapatan dan belanja, seperti
pendapatan yang diterima di muka, biaya dibayar di muka, dan biaya
penyusutan/depresiasi. Pos-pos aset dan kewajiban tersebut merupakan akibat
dari penerapan basis akrual atas pos-pos pendapatan dan belanja.
Dengan kasus yang diuraikan dalam paragraf 58 maka jika kebijakan
akuntansi mengijinkan untuk mencatat penyusutan pada tahun yang sama
dengan pembelian aset maka perbedaan akan kembali muncul dalam bentuk:
Laporan Kinerja Keuangan Basis akrual akan memperoleh tambahan beban
penyusutan sebesar penyusutan setahun sementara LRA basis Kas menuju
Akrual tidak dipengaruhi penyusutan.Jika menggunakan metode garis lurus
dengan masa manfaat 10 tahun, maka beban penyusutan adalah Rp30 juta.
PSAP 04
46
Rekonsiliasi
Biaya Netto Laporan
Kinerja Keuangan
Basis Kas:
Belanja Modal
Beban Penyusutan
Pendapatan pajak
juta)
Rp xx
300 juta
30 juta
412
PSAP 04
47
koreksi ats pendapatan, belanja, dan beban penyusutan akan memengaruhi nilai
Ekuitas Dana.
61. Untuk memudahkan pengguna daftar rekonsiliasi dan penjelasan atas
kondisi yang ada pada paragraf 59 dan 60, harus disajikan sebagai bagian dari
Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya
Seluruh pengungkapan yang dituntut oleh paragraf 62 sampai dengan 65 ini
dimuat dalam Struktur CaLK alternatif ini dalam Bab VII.
62. Catatan atas Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan
informasi yang bila tidak diungkapkan akan menyesatkan bagi pembaca
laporan.
63. Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
(a) domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat entitas
tersebut berada;
(b) penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
(c) ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan
operasionalnya.
64. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadian-kejadian
penting selama tahun pelaporan, seperti:
(a) Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
(b) Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
(c) Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca; dan
(d) Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
(e) Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan yang
harus ditanggulangi pemerintah.
Komitmen atau kejadian kontinjensi yang perlu disajikan adalah berbagai
kejadian, yang umumnya berkaitan dengan litigasi atau penuntutan atau
penggugatan yang menjadikan pemerintah sebagai pihak tergugat.
Keberatan atas ketetapan pajak, tuntutan restitusi pajak, atau aksi masal
untuk menuntut ganti rugi, adalah contoh-contoh populer untuk kejadian
kontinjensi.
Sepanjang
tuntutan
ini
belum
mampu
menghasilkan
kemungkinan nilai restitusi atau ganti rugi yang harus dibayar oleh negara
secara meyakinkan maka kejadian ini cukup diungkapkan secara naratif
dengan atau tanpa menyebut potensi kerugian yang ditimbulkan.
65. Pengungkapan yang diwajibkan dalam tiap standar berlaku sebagai
pelengkap standar ini.
PSAP 04
48
SUSUNAN
66. Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya, Catatan atas
Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
(a)
Kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target UndangUndang APBN/Perda APBD;
(b)
khtisar pencapaian kinerja keuangan;
(c)
Kebijakan akuntansi yang penting:
i. Entitas pelaporan;
ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
iii. Basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang diterapkan dengan
ketentuan-ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan oleh
suatu entitas pelaporan;
v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami
laporan keuangan.
(d)
Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan Keuangan;
ii. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan.
(e)
Pengungkapan pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan
dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas pelaporan yang
menggunakan basis akrual;
(f)
Informasi tambahan lainnya, yang diperlukan seperti gambaran umum
daerah.
Sebagaimana sudah diuraikan pada bagian awal, Susunan atau Struktur CaLK
yang dimaksud dalam Bagian Susunan ini sudah dicoba dilengkapi secara
lebih rinci dengan memakai Struktur atau Susunan alternatif. Selain untuk
mencoba lebih menyesuaikannya dengan aturan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006, Struktur alternatif ini juga diharapkan akan dapat lebih lengkap
dan sistematis.
Apabila masih ada informasi yang dianggap perlu dikemukakan demi
memenuhi suatu prinsip pengungkapan yang memadai, tetapi belum termuat
dalam Bab I sampai dengan VI, maka informasi tersebut dapat dimuat dalam
Lampiran
Sebagai contoh, Lampiran dapat memuat antara lain hal-hal sebagai berikut:
1)
Laporan realisasi anggaran pendapatan negara dan hibah menurut unit
kerja dan kode rekening serta belanja pemerintah menurut unit kerja
dan kode program
2) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut fungsi dan subfungsi
3) Laporan realisasi belanja pemerintah menurut jenis belanja
4) DIPA/DPA Luncuran tahun anggaran per bagian anggaran
5) Laporan realisasi dana perimbangan
6) Laporan realisasi dana otonomi khusus dan penyesuaian
7) Laporan realisasi pengembalian belanja
8) Saldo kas di KPPN per daerah
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
49
PSAP 04
50
SOAL LATIHAN
Kasus 1
Laporan Realisasi Anggaran menunjukkan adanya penerimaan pembiayaan dari
penjualan aset pemerintah sebesar Rp1,3 Triliun. Laporan Arus Kas
menunjukkan bahwa penerimaan pembiayaan tersebut berasal dari penjualan
Gedung sebagaimana juga ditunjukkan oleh berkurangnya nilai aset tetap pada
pos Gedung dalam Neraca.
Pertanyaan:
a) Sejauh mana kira-kira seorang Investor Property dan seorang Ibu Rumah
Tangga yang baru mengalami kenyataan bahwa dua anaknya, masingmasing tidak lulus Ujian Nasional SLTP dan SLTA memaknai informasi
tentang gedung sekolah itu?
b) Faktor apa yang paling berperan dalam membentuk perbedaan apresiasi
tersebut?
Kasus 2
Jika dari kasus 1 terdapat tambahan informasi yang diperoleh dari Catatan atas
Laporan Keuangan bahwa gedung yang dijual adalah gedung-gedung sekolah
termasuk gedung SLTP dan SLTA, dengan bunyi catatan dari Bab VII CaLK
tentang Penjelasan atas Informasi Non Keuangan sebagai berikut:
Untuk menutupi defisit anggaran, sementara kapasitas berhutang
pemerintah sudah semakin kecil dan pendapatan dari investasi tidak dapat
diandalkan, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengefisienkan
pemakain gedung-gedung sekolah SD, SLTP dan SLTA sehingga ruangan
kelas diupayakan diisi murid semaksimal mungkin, setidaknya rata-rata 50
orang per kelas ukuran 8 x 6 meter persegi.
Hasil kebijakan ini diharapkan memungkinkan pemerintah untuk meruilslag
gedung-gedung sekolah, terutama yang terdapat di pusat-pusat perkotaan.
Hasil ruilslag inilah yang dijadikan salah satu sumber penerimaan
pembiayaan.
Pertanyaan:
1. Apakah Investor Property dan seorang Ibu Rumah Tangga yang baru
mengalami kenyataan bahwa dua anaknya, masing-masing tidak lulus Ujian
Nasional SLTP dan SLTA masih mempunyai penafsiran yang sama atas
laporan keuangan pemerintah sebagaimana halnya saat mereka hanya
mendapat informasi pada kasus 1?
2. Tindakan apa yang paling mungkin diambil oleh kedua pihak sebagai
penanda utama perbedaan penafsiran laporan keuangan setelah mendapat
informasi dari Catatan atas Laporan Keuangan?
3. Menurut anda, praktik pelaporan mana di antara kasus 1 dengan 2 yang lebih
bersesuaian dengan penciptaan good governance?
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 04
51
Pertanyaan
1. Berikan dua contoh transaksi atau kejadian yang masing-masing berkaitan
dengan enerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja yang harus dimuat
dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai akibat dari keharusan untuk
memenuhi aturan paragraf 58 PSAP 04 tentang Catatan atas Laporan
Keuangan yang berbunyi:
Entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan berbasis akrual atas
pendapatan dan belanja harus mengungkapkan pos-pos aset dan kewajiban
yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual dan menyajikan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas.
2. Apa yang mungkin menjadi kendala utama bagi suatu entitas pelapor dalam
menyusun Catatan atas Laporan Keuangan jika kompetensi sumber daya
manusia dalam memahami akuntansi pemerintah dan penerapan standarnya
tidak merupakan masalah?
3. Suatu entitas pelaporan yang memunyai fungsi dalam bidang keamanan dan
ketertiban memunyai
visi
Melindungi,
melayani,
dan
mengayomi
masyarakat. Pada suatu tahun salah satu unit kerjanya melaksanakan
program Pengawasan Akuntabilitas Aparatur Negara dengan indikator kinerja
outcome dan output serta anggaran sebagai berikut
Fungsi: Keamanan dan Ketertiban
Program
- Kegiatan
Peningkatan
Pengawasan dan
Akuntabilitas
Aparatur Negara
Pemberkasan
kasus
Studi
Banding
Persen kasus
yang
diberkaskan
Pengadaan
Peralatan
Orang hari
Item
400 OH
12 item
Anggaran Belanja
Pegawai Barang Modal
250
juta
3,5
mlyr
4,1
mlyr
PSAP 04
52
Pertanyaan
1) Susunlah catatan atas laporan keuangan untuk mengisi Bab IV Struktur CaLK
alternatif sebagai pemenuhan dari ketentuan PSAP 04 paragraf 27 dan 28
yang masing-masing berbunyi sebagai berikut.
27. Pencapaian kinerja keuangan yang telah ditetapkan dijelaskan
secara obyektif dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Keberhasilan
pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan
efektivitas
suatu
program.
Efisiensi
dapat
diukur
dengan
membandingkan
keluaran
(output)
dengan
masukan
(input).
Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan hasil (outcome)
dengan target yang ditetapkan.
28.
Pembahasan
mengenai
kinerja
keuangan
harus
dihubungkan dengan tujuan dan sasaran dari rencana strategis
pemerintah dan indikator sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang
berlaku.
Ikhtisar
pembahasan
kinerja
keuangan dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus:
(a) Menguraikan strategi dan sumber daya yang digunakan
untuk mencapai tujuan;
(b) Memberikan gambaran yang jelas atas realisasi dan
rencana kinerja keuangan dalam satu entitas pelaporan;
dan
(c) Menguraikan prosedur yang telah disusun dan dijalankan
oleh manajemen untuk dapat memberikan keyakinan yang
beralasan bahwa informasi
kinerja keuangan
yang
dilaporkan adalah relevan dan andal;
2) Apa kendala, jika ada, bagi penyusunan bagian CaLK ini?
3) Bagaimana kendala ini seharusnya diatasi?
PSAP 04
53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengingat hampir setiap aktivitas instansi pemerintah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan banyak membutuhkan persediaan. Oleh karena itu
sebagai lembaga publik, yang berkewajiban menyediakan barang dan jasa
publik, instansi pemerintah harus mengelola persediaannya secara baik. Sebagai
asset lancar, persediaan sulit untuk dipertanggungjawabkan pada akhir tahun
anggaran karena dianggap sebagai bahan habis pakai. Oleh karena itu,
pengelolaan persediaan perlu dilakukan dengan baik mengacu kepada PSAP
nomor 5 dengan dipandu oleh modul akuntansi persediaan ini. Modul akuntansi
persediaan ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi instansi pemerintah untuk
mengelola persediaan secara akuntabel dan transparan.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam mengukur, mengakui, mencatat
dan menyajikan persediaan dalam Laporan Keuangan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1.
2.
3.
C. Deskripsi Ringkas
Persediaan dalam kegiatan operasional pemerintah pada umumnya
merupakan
barang
habis
pakai,
sehingga
pengelolaan
dan
pertanggungjawabannya masih kurang mendapat perhatian. Pengelolaan dan
pencatatan persediaan selama ini diberbagai instansi pemerintah belum
mempunyai acuan yang baku, sehingga masih beragam antar metode dan cara
pencatatan yang digunakan. Sejalan dengan itu diharapkan modul persediaan ini
dapat menjadi acuan yang baku dalam penyajian persediaan.
PSAP 05 1
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan
dan contoh kasus yang berkaitan dengan penilaian, pengukuran, pengakuan dan
penyajian persediaan dalam laporan keuangan.
PSAP 05 2
BAB II
PERSEDIAAN
A. Tujuan
Dalam upaya menghasilkan laporan keuangan yang akuntabel dan
transparan, maka seluruh transaksi keuangan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan akun dari masingmasing transaksi. Pengeluaran terhadap kebutuhan sehari-hari perkantoran
dicatat sebagai belanja barang dan belum dilaporkan sebagai persediaan
didalam laporan keuangan. Sehubungan dengan itu untuk memberikan
pemahaman tentang transaksi dimaksud dan pengaruhnya terhadap suatu akun,
dan sejalan dengan tujuan standar akuntansi pemerintahan untuk mengatur
perlakuan akuntansi terhadap persediaan maka disusun modul akuntansi
persediaan ini.
Definisi,
Pengakuan,
Pengukuran, dan
Pengungkapan.
C. Definisi
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.
Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap
persediaan, maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk dapat
mengklasifikasikan suatu aset kedalam kelompok persediaan. PSAP nomor 5
menyatakan bahwa suatu aset digolongkan kedalam persediaan apabila:
PSAP 05 3
yang
dimaksudkan
untuk
dijual
atau
Barang Konsumsi;
Amunisi;
Bahan untuk pemeliharaan;
Suku cadang;
Persediaan untuk tujuan strategis/tujuan berjaga-jaga;
Pita cukai dan leges;
Bahan baku;
Barang dalam proses/setengahjadi;
Tanah/bangunan untuk dijual/diserahkan kpd masyarakat;
Hewan dan tanaman untuk dijual/diserahkan kpd masyarakat.
PSAP 05 4
PSAP 05 5
BAB III
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PERSEDIAAN
A. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui pada saat :
a. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
dan
Belanja Barang
Kas di Kas Daerah
Rp xxx
Rp xxx
Persediaan
Cadangan Persediaan
Rp xxx
Rp xxx
PSAP 05 6
B. Pengukuran Persediaan
Nilai persediaan meliputi seluruh belanja yang dikeluarkan sampai suatu
barang persediaan tersebut dapat dipergunakan. Dalam PSAP 5 dalam paragraf
18 dikatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:
(a)
(b)
(c)
diperoleh
dengan
cara
lainnya
seperti
Dari uraian diatas, pengukuran persediaan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Biaya
perolehan
Persediaan
diperoleh dengan
pembelian
Biaya
standar
Persediaan
diperoleh dengan
memproduksi
sendiri
Nilai wajar
Persediaan
diperoleh dengan
cara lain, misalnya
donasi/rampasan
PSAP 05 7
Contoh:
Dibeli suatu persediaan kertas HVS sebanyak 100 rim dengan harga Rp.
10.000 /rim, dimana untuk pembeliannya dikenakan biaya angkut sebesar
Rp. 10.000 dan diberikan potongan harga sebesar Rp. 500/rim. Maka nilai
persediaan yang akan dimasukkan kedalam buku persediaan adalah sebesar:
Rp. 1.000.000,-
Biaya angkut
Rp.
Total harga
10.000,-
Rp. 1.010.000,-
Rp.
Rp.
50.000,960.000,-
Nilai
wajar,
apabila
donasi/rampasan;
diperoleh
dengan
cara
lainnya
seperti
PSAP 05 8
PSAP 05 9
BAB IV
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN PERSEDIAAN
Hal-hal tersebut di atas tidak dilaporkan dalam neraca tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan keuangan.
PSAP 05 10
SOAL LATIHAN
Pilihan Ganda:
1. Berikut ini termasuk kelompok persediaan dalam akuntansi pemerintahan,
kecuali:
a. Perlengkapan kantor
b. Bibit tanaman pada dinas perkebunan
c. Peralatan kantor pada dinas tata kota
d. Leges pada dinas pendapatan daerah.
2. Pemkab Tratau membeli Alat tulis kantor kepada CV Usaha Mandiri sebesar
Rp 7.000.000 berupa Kertas A4 100 rim @ 35.000, kertas F4 50 rim @
40.000 dan toner printer 4 buah @ 375.000. Atas belanja tersebut maka
akan dicatat pada:
a. buku persediaan
b. jurnal persediaan
c. jurnal pengeluaran kas
d. jurnal penerimaan kas
3. Apabila persediaan diperoleh dengan cara memproduksi sendiri, maka nilai
persediaan dihutung dingan menggunakan:
a. biaya perolehan
b. biaya standar
c. nilai taksiran
d. nilai appraisal
4. Akun Cadangan Persediaan pada neraca disajikan pada pos:
a. aset lancar
b. aset tetap
c. kewajiban
d. ekuitas
5. Hal-hal yang harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan
terhadap Persediaan meliputi:
a. kebijakan akuntansi persediaan
b. kondisi barang
c. penjelasan lebih lanjut atas persediaan
d. semua jawaban benar
KASUS
SOAL 1
Bendaharawan kantor Dinas Perkebunan membeli alat tulis kantor sebagai
berikut:
a. kertas fotocopy 70 gram ukuran A4 sebanyak 30 rim @ Rp 26.000,b. kertas fotocopy 70 gram ukuran F4 sebanyak 30 rim @ Rp 28.000,c. kertas fotocopy 70 gram ukuran A3 sebanyak 20 rim @ Rp 55.000,d. ordner folio 40 buah @ Rp 8.000,e. map diamond 100 lembar @ Rp 1.250,f. disket Sony 3,5 HD 5 dos @ Rp 40.000,Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 05 11
g. ongkos angkut dibayarkan sebesar Rp 75.000,h. potongan harga yang diterima sebesar Rp 50.000,Diminta:
a) Hitunglah nilai persediaan untuk pembelian tersebut.
b) Buatlah jurnal untuk mencatat belanja
SOAL 2
Disamping pengadaan alat tulis kantor tersebut, selama beberapa tahun
belakangan ini, dinas perkebunan melakukan budidaya bibit unggul untuk
disebarkan kepada masyarakat luas. Jumlah tanaman yang dibudidayakan
sebanyak 15.000 bibit. Tanaman tersebut dibeli oleh dinas perkebunan dengan
harga Rp.5.000,- per bibit. Sampai dengan saat ini bibit tersebut telah
berkembang menjadi bibit siap sebar. Biaya yang telah dikeluarkan untuk
pembudidayaan bibit tersebut adalah sebagai berikut:
- biaya pupuk sebesar Rp 2.000.000,- biaya tenaga kerja
Rp 10.000.000,- biaya lainnya
Rp 5.000.000,Diminta:
Hitunglah nilai persediaan untuk pembelian tersebut.
SOAL 3
Selama tahun 200X telah terjadi pembelian dan penggunaan alat tulis kantor.
Berdasarkan hasil stock opname diketahui bahwa terdapat sisa persediaan alat
tulis kantor sebagai berikut:
a. kertas fotocopy 70 gram ukuran A4 sebanyak 5 rim
b. kertas fotocopy 70 gram ukuran F4 sebanyak 2 rim
c. kertas fotocopy 70 gram ukuran A3 sebanyak 1 rim
d. ordner folio sebanyak 10 buah
e. stof maf diamond 25 lembar
Berdasarkan data pembukuan diketahui bahwa harga pembelian terakhir adalah
sebagai berikut:
kertas fotocopy 70 gram ukuran A4 @ Rp 28.000/ rim
kertas fotocopy 70 gram ukuran F4 @ Rp 30.000/ rim
kertas fotocopy 70 gram ukuran A3 @ Rp 60.000/ rim
ordner folio sebanyak @ Rp 1.000,-/ buah
stof maf diamond @ Rp 1.500,-/ lembar
Tidak terdapat perbedaan antara hasil stock opname dengan pencatatan
persediaan
Diminta:
a) Hitunglah nilai Persediaan per 31 Desember 200x
b) Buatlah jurnal untuk pencatatan nilai persediaan yang harus disajikan di
neraca per 31 Desember 200X
PSAP 05 12
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PP No. 8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 05 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Akuntansi Investasi ini disusun untuk memudahkan pemahaman
terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 Akuntansi
Investasi. Modul ini disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih standar
Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini diharapkan
peserta dapat belajar mandiri (self study) atas materi Akuntansi Investasi
pada Pemerintah Pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali
paragraf-paragraf standar maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh
yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam
implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan yang berkaitan dengan
Investasi pemerintah pada BUMD/BUMD dan badan usaha lainnya.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP);
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan.
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul PSAP 06 disusun sesuai dengan urutan paragraf standar
yang antara lain meliputi: pengertian investasi, bentuk-bentuk investasi,
klasifikasi investasi, pengakuan investasi, metode penilaian dengan metode
biaya maupun metode ekuitas, dan pengukuran investasi. Pengakuan hasil
investasi, pelepasan Investasi (divestasi) juga diilustrasikan dalam modul ini.
Pada bagian akhir dijelaskan penyajian investasi pada laporan keuangan dan
pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan.
PSAP 06
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang bertalian dengan Akuntasi Investasi.
Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif
dari para peserta pelatihan di dalam aktivitas diskusi, latihan dan tanya
jawab.
PSAP 06
BAB II
BENTUK DAN KLASIFIKASI INVESTASI
APBN/APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
anggaran
pembiayaan.
Hal
ini
mencerminkan
bahwa
pemerintah
menggunakan struktur anggaran defisit (I account). Dengan pendekatan ini
berarti pendapatan tidak harus sama dengan belanja. Selisih antara
pendapatan dan belanja disebut sebagai surplus/defisit. Surplus/defisit
tersebut selanjutnya ditutup dengan transaksi pembiayaan. Dalam kondisi
defisit akan digali sumber-sumber pembiayaan untuk menutupinya, antara
lain dengan penarikan pinjaman, maupun divestasi penyertaan modal yang
dimiliki pemerintah. Sebaliknya dalam kondisi surplus pemerintah dapat
memanfaatkannya untuk membayar utang, membentuk dana cadangan, atau
melakukan investasi yang bertujuan untuk menambah pemasukan kas di
masa mendatang atau untuk mendapatkan manfaat sosial seperti penciptaan
lapangan kerja.
Investasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan
pinjaman kepada pihak lain atau mendirikan badan usaha. Investasi dapat
dilakukan dengan mendirikan badan usaha (penyertaan) atau memberikan
pinjaman digolongkan sebagai pengeluaran pembiayaan (investasi).
A. Pengertian Investasi
Investasi adalah kegiatan pemerintah menanamkan uangnya dalam
bentuk penyertaan modal atau pembelian surat utang dalam rangka
memperoleh manfaat ekonomi atau sosial. Aset Investasi adalah aset yang
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan
royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan
pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Manfaat ekonomi dapat diperoleh dalam rangka meningkatkan
pendapatan pemerintah. Apabila berinvestasi dalam bentuk saham diharapkan
akan diperoleh pendapatan dividen, sedangkan apabila dalam bentuk surat
utang diharapkan terdapat pendapatan bunga.
Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang
tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada
peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan
masyarakat tertentu, seperti tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat atau
untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
B. Bentuk Investasi
Fungsi pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat perlu didukung dengan tersedianya dana yang mencukupi. Oleh
karena itu pemerintah memungut pajak dan pungutan lainnya dari
masyarakat. Selain mengandalkan dana dari masyarakat pemerintah dapat
mengupayakan sendiri sumber penerimaan lain dengan dana yang
dikelolanya.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
3
PSAP 06
C. Klasifikasi Investasi
Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah
secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi jangka pendek
dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok
aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset
nonlancar.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan
dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan
menjadi investasi
nonpermanen dan
investasi
permanen. Investasi
nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk
dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen adalah investasi jangka
panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak
direncanakan untuk dijual kembali.
PSAP 06
(b)
PSAP 06
lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus
menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
(a) Investasi Permanen
Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi
yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk
mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan.
Investasi permanen ini dapat berupa :
a.
b.
antara lain
PSAP 06
BAB III
PENGAKUAN, PENGUKURAN,
DAN METODE PENILAIAN INVESTASI
A. Pengakuan Investasi
Suatu pengeluaran kas atau aset dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi salah satu kriteria berikut:
(a) Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa pontensial
di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah;
(b) Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable).
Pengeluaran untuk perolehan investasi jangka pendek diakui sebagai
pengeluaran kas pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai belanja dalam
laporan realisasi anggaran, sedangkan pengeluaran untuk memperoleh
investasi jangka panjang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan.
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau aset memenuhi
kriteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
pada saat pengakuan yang pertama kali. Eksistensi dari kepastian yang cukup
bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial yang akan
diperoleh memerlukan suatu jaminan bahwa suatu entitas akan memperoleh
manfaat dari aset tersebut dan akan menanggung risiko yang mungkin timbul.
Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable), biasanya dapat dipenuhi karena adanya transaksi pertukaran atau
pembelian
yang
didukung
dengan
bukti
yang
menyatakan/
mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu, suatu investasi
mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehan atau berdasarkan nilai
wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang demikian, penggunaan nilai
estimasi yang layak dapat digunakan.
B. Pengukuran Investasi
Untuk beberapa jenis investasi, terdapat pasar aktif yang dapat
membentuk nilai pasar, dalam hal investasi yang demikian nilai pasar
digunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi
yang tidak memiliki pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai
tercatat atau nilai wajar lainnya.
Investasi
jangka
obligasi jangka pendek,
investasi meliputi harga
perantara jual beli, jasa
perolehan tersebut.
PSAP 06
perolehannya yaitu sebesar harga pasar. Apabila tidak ada nilai wajar, biaya
perolehan setara kas yang diserahkan atau nilai wajar aset lain yang
diserahkan untuk memperoleh investasi tersebut.
Investasi jangka pendek dalam bentuk bukan surat berharga, misalnya
dalam bentuk deposito jangka pendek, dicatat sebesar nilai nominal deposito
tersebut.
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya penyertaan
modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi harga
transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam rangka
perolehan investasi tersebut.
Sebagai contoh, Pemda Gresik membeli saham PT semen Gresik
sebanyak 30.000 lembar saham, nominal @ Rp10.000 dengan harga pari.
Biaya Komisi dan administrasi 5% dari nilai nominal. Pemda Gresik mencatat
investasinya sebesar Rp315 juta dengan Perhitungan:
30.000 lembar X Rp 10.000
= Rp 300.000.000
= Rp
15.000.000
Rp 315.000.000
============
= Rp 450.000.000
= Rp
25.000.000
Rp 475.000.000
============
Investasi nonpermanen dalam bentuk penanaman modal di proyekproyek pembangunan pemerintah (seperti Proyek PIR) dinilai sebesar biaya
pembangunan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk perencanaan dan biaya
lain yang dikeluarkan dalam rangka penyelesaian proyek sampai proyek
tersebut diserahkan ke pihak ketiga.
PSAP 06
(b)
(c)
(d)
PSAP 06
(b)
(c)
(d)
Kemampuan
untuk
mengendalikan
rapat/pertemuan dewan direksi.
dan
mengganti
dewan
direksi
mayoritas
suara
dalam
PSAP 06
BAB IV
PENGAKUAN HASIL INVESTASI
Hasil investasi yang diperoleh dari investasi jangka pendek, antara lain
berupa bunga deposito, bunga obligasi dan dividen tunai (cash dividend)
dicatat sebagai pendapatan. Sebagai contoh, jika Obligasi PT Semen Cibinong
yang dimiliki pemerintah Daerah X dengan nilai nominal Rp1 Milyar dengan
suku bunga tetap 8%, kupon dibayarkan tiap 1 April dan 1 Oktober. Akan
dilakukan pencatatan pendapatan sebagai berikut:
Tanggal
1 April 06
Keterangan
Kas di Kas Daerah
Debet
Rp 40 juta
Pendapatan Bunga
1 Okt 06
Kredit
Rp 40 juta
Rp 40 juta
Rp 40 juta
PSAP 06
Keterangan
Pengeluaran
Penyertaan
Pembiayaan-
Debet
Rp 50 juta
Kas
juta
Rp 50
Rp 50 juta
Diinvestasikan
dalam
Investasi Jangka Panjang
20 Feb 06
3 Juni 06
Kredit
Rp 50 juta
Rp 2,5 juta
Dividen/
Rp 2,5 juta
PSAP 06
Tanggal
1 Febr 05
Keterangan
Pengeluaran
Penyertaan
Debet
Pembiayaan-
Rp 500 juta
Rp 500 juta
Kredit
Rp 500 juta
dalam
Jangka
Rp 500 juta
Rp 50 juta
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka
Panjang
Rp 50 juta
(Untuk mencatatpengumunan
laba)
3 Juni 06
Rp 25 juta
Pendapatan
Dividen/Bagian Laba
(Untuk
mencatat
tunai 50%)
dividen
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang
Penyertaan
Pemda
Rp 25 juta
Rp 25 juta
Modal
Rp 25 juta
(Untuk mencatat
pengurangan nilai investasi
atas penerimaan dividen
tunai)
Hasil investasi yang diterima dalam bentuk kas selain dilaporkan pada
Laporan Realisasi Anggaran juga dilaporkan pada Laporan Arus Kas pada
kelompok Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi.
Seandainya tanggal 10 Juni 2006 laba tahun 2005 sebanyak 25% dari
laba tersebut di atas dibagikan dalam bentuk saham sebanyak 2.500 lembar
saham, maka Pemda X dan Pemda Y akan mencatat penerimaan deviden
saham tersebut sebagai berikut:
Pemda X
Tanggal
10 Juni 06
Keterangan
Debet
dalam
Jangka
Kredit
Rp 1,25 juta
Rp 1,25 juta
PSAP 06
Pemda X mengakui bagian laba 5% dari 2500 lembar saham = 125 lembar,
atau 25% X 100 juta X 5% = Rp 1,25 juta
Pemda Y
Tanggal
10 Juni 06
Keterangan
Tidak
ada
(memorial)
Debet
Kredit
jurnal
PSAP 06
BAB V
PELEPASAN DAN PEMINDAHAN INVESTASI
Tanggal
10 Jan 06
Keterangan
Debet
Rp 700 juta
Penerimaan
Divestasi/Pembiayaan
Diinvestasikan
dalam
Investasi Jangka Panjang
Penyertaan
Pemda
Kredit
Modal
Rp 700 juta
Rp 500 juta
Rp 500 juta
PSAP 06
BAB VI
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN INVESTASI
A. Penyajian Investasi dalam Laporan Keuangan
Investasi disajikan sesuai dengan klasifikasi Investasi. Investasi jangka
pendek disajikan pada pos aset lancar di neraca sedangkan investasi jangka
panjang disajikan pada pos investasi jangka panjang sesuai dengan sifatnya,
baik yang bersifat permanen maupun yang nonpermanen.
Dalam akuntansi pemerintah digunakan pendekatan self balancing
group of account sehingga setiap akun di neraca mempunyai akun pasangan
masing-masing. Investasi Jangka Pendek yang berasal dari manajemen kas
mempunyai pasangan akun SILPA dan Investasi Jangka Panjang mempunyai
pasangan Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang. Investasi jangka
pendek yang disajikan pada aset lancar disajikan pula dengan jumlah yang
sama pada pos ekuitas dana lancar pada akun SILPA. Investasi jangka
panjang yang disajikan pada pos Investasi jangka panjang disajikan pula
dengan jumlah yang sama pada pada akun Diinvestasikan dalam Investasi
Jangka Panjang pada kelompok Ekuitas Dana Investasi.
PEMDA ABC
NECARA
Per 31 Desember 2005
ASET
KEWAJIBAN
ASET LANCAR
....
....
Investasi Jangka Pendek
Rp XXX
....
EKUITAS
Rp YYY
Rp YYY
Rp YYYY
Rp ZZZZ
Rp YYYY
.......
B. Pengungkapan
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam
pemerintah berkaitan dengan investasi, antara lain:
laporan
keuangan
PSAP 06
maupun investasi
PSAP 06
SOAL LATIHAN
Pilihan Ganda:
1. Pemda FGH membeli obligasi PT Semen Gresik dengan nilai nominal Rp 50
juta, obligasi tersebut akan jatuh tempo pada tahun 2010, obligasi
tersebut dicatat sebagai:
a. investasi jangka pendek
b. investasi menengah
c. investasi nonpermanen
d. investasi permanen
2.
Dibeli saham PT Agro Industri Makmur 50.000 lembar saham nilai nominal
saham @ Rp 10.000 harga pasar @ Rp 11.000, biaya komisi dan
administrasi sebesar Rp 5.000.000. Nilai Perolehan aset tersebut adalah:
a. Rp 500.000.000
b. Rp 550.000.000
c. Rp 505.000.000
d. Rp 555.000.000
5.
Menurut Laporan keuangan tahun 2005 nilai Investasi Pemkab Bukit Hijau
pada BPD Jawa Tengah sebesar 10 % atau senilai 10 milyar. Setengah
dari Penyertaan tersebut dijual kepada Pemkab Bukit Merah senilai 6
Milyar. Atas transaksi tersebut:
a. dicatat sebagai pendapatan 6 milyar
b. dicatat sebagai penerimaan pembiayaan Rp 5 Milyar
c. dicatat sebagai penerimaan pembiayaan Rp 6 milyar
d. dicatat sebagai pendapatan Rp 1 milyar
PSAP 06
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PSAP 06
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
(PSAP 11) tentang
Laporan Keuangan Konsolidasian merupakan acuan bagi Pemerintah
Pusat/Daerah dalam menyusun dan menghasilkan Laporan Keuangan
Konsolidasian dimasing-masing tingkatan entitas pelaporan. Pengertian
Laporan Keuangan Konsolidasian dalam PSAP 11 berbeda dengan Laporan
Konsolidasian sektor swasta, karena konsolidasian yang dilaksanakan bukan
merupakan konsolidasian antara induk dan cabang. Untuk memudahkan
pemahaman lebih lanjut tentang PSAP 11 dirasa perlu untuk menyusun modul
pembelajaran ini.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami pengertian Entitas Akuntansi, Entitas Pelaporan dalam
penyajian Laporan Keuangan
2. Menguasai teknis penggabungan dan pengkonsolidasian dalam
penyajian laporan keuangan konsolidasian.
3. Memahami posisi laporan keuangan BLU/BLUD dan Laporan Keuangan
BUMN/BUMD dalam Laporan keuangan Pemerintah.
C. Deskripsi Singkat
Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggabungkan
laporan antar entitas pelaporan dan ditambah laporan keuangan Badan
Layanan Umum. Laporan keuangan entitas akuntansi yang digabungkan pada
tingkat entitas akuntansi diatasnya bukan merupakan laporan keuangan
konsolidasian, tetapi hanya merupakan laporan keuangan gabungan antar
entitas akuntansi. Untuk laporan keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
hanya dilampirkan dalam laporan keuangan konsolidasian.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal
latihan dan contoh kasus yang bertalian dengan penyusunan Laporan
Keuangan Konsolidasian.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
1
PSAP 11
BAB II
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
A.Tujuan
Tujuan PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian adalah
memberikan acuan dan aturan dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) demi
meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Yang
dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan
keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan dan memberikan informasi
sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana
ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Disamping itu
diharapkan PSAP 11 dapat menjadi acuan akan pentingnya penyusunan
laporan keuangan konsolidasian yang selama ini belum dilaksanakan secara
menyeluruh oleh entitas pelaporan.
B. Ruang Lingkup
Laporan Keuangan Konsolidasian akan dilaksanakan oleh masingmasing tingkatan entitas pelaporan pemerintah pusat dan daerah. Didalam
Sistem Akuntansi Pemerintah dikenal adanya entitas yang melakukan tugas
dan fungsinya sesuai dengan perannya dalam menghasilkan laporan
keuangan. Entitas dimaksud adalah:
1. Entitas Akuntansi, yang terdiri dari:
1)
Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu Kementerian
Negara/Lembaga yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran
tersendiri, termasuk pengguna dana Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan
2) Bendahara Umum Daerah (BUD).
3)
Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemerintah Daerah bila
mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah, jumlah
anggarannya relatif besar, dan pengelolaan kegiatannya dilakukan
secara mandiri.
2. Entitas Pelaporan, yang terdiri dari:
1) Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah Daerah.
3) Kementerian negara/lembaga (KL).
4) Bendahara Umum Negara (BUN).
Dalam PSAP 11 paragrap 2. disebutkan bahwa Laporan keuangan
untuk tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara terkonsolidasi menurut standar ini agar
mencerminkan satu kesatuan entitas. Maksud terkonsolidasi adalah Laporan
yang dihasilkan oleh entitas pelaporan merupakan penggabungan dari entitasentitas akuntansi yang ada dibawah satu entitas pelaporan dengan proses
berjenjang dalam wadah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat/Daerah. Dalam
PSAP 11
1.
2.
3.
4.
C. Definisi
Berikut adalah istilah-istilah yang
Keuangan Konsolidasian:
digunakan
dalam
Modul Laporan
PSAP 11
PSAP 11
BAB III
ENTITAS PELAPORAN DAN ENTITAS AKUNTANSI DALAM
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
A. Entitas Pelaporan
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu
atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan perundangundangan, yang umumnya bercirikan:
1.
2.
3.
4.
Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau
mendapat pemisahan kekayaan dari anggaran,
Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat
atau pejabat negara yang ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung
maupun tidak langsung kepada wakil rakyat sebagai pihak yang
menyetujui anggaran.
PSAP 11
PSAP 11
BAB IV
PROSEDUR DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
A. Komponen Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan pemerintah pusat/daerah untuk masing-masing
entitas pelaporan dan entitas akuntansi setidak-tidaknya terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
Khusus untuk Laporan Arus Kas hanya dihasilkan dan disusun oleh entitas
pelaporan yang menjalankan fungsi perbendaharaan.
Laporan keuangan
tersebut diatas menurut PSAP 11 paragrap 6 menyebutkan bahwa Laporan
keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan, dimana laporan arus kas tidak dimasukkan
dalam laporan keuangan konsolidasian tetapi hanya merupakan laporan yang
disusun oleh BUN/BUD. Dari uraian tersebut yang termasuk dalam Laporan
keuangan konsolidasian adalah:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
2. Neraca,
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
B. Prosedur Konsolidasi
Konsolidasian yang dilakukan oleh entitas pelaporan pada instansi
pemerintah pusat/daerah berbeda dengan konsolidasian yang dilakukan oleh
perusahaan swasta, karena konsoliasian pada instansi pemerintah bukan
merupakan konsolidasi antara induk dan cabang. Konsolidasi sebagaimana
dimaksud oleh PSAP 11 paragrap 17 dilaksanakan dengan cara
menggabungkan dan menjumlahkan akun yang diselenggarakan oleh entitas
pelaporan dengan entitas pelaporan lainnya dengan
atau tanpa
mengeliminasi akun timbal balik.
1. Penggabungan ditingkat Kementerian Negara/Lembaga
Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan dengan menggabungkan
laporan keuangan seluruh entitas akuntansi yang secara organisatoris berada
di bawahnya.
1. Satuan kerja
Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang mengelola
anggaran adalah entitas akuntansi yang harus menyelenggarakan
akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana,
termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam
tanggung jawabnya. Penyelenggaran akuntansi bertujuan untuk
PSAP 11
PSAP 11
PSAP 11
(a)
PSAP 11
SOAL LATIHAN
1.
2.
3.
4.
5.
PSAP 11
PSAP 11
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PSAP 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan adakalanya terjadi
kesalahan dalam pencatatan transaksi keuangan atau perubahan kebijakan
akuntansi yang diterapkan oleh suatu entitas, serta adanya peristiwa luar biasa
yang secara signifikan akan berpengaruh pada kondisi kinerja keuangan suatu
entitas.
Suatu kesalahan yang terjadi dalam pencatatan akuntansi mengakibatkan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi bias. Oleh karena itu
perlu adanya mekanisme untuk membetulkan kesalahan tersebut.
Apabila ada perubahan kebijakan akuntansi dari periode sebelumnya
maka kemungkinan akan mempengaruhi posisi keuangan secara material.
Pengaruh yang material terhadap laporan keuangan tersebut harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
Disamping itu, kemungkinan terjadi peristiwa luar biasa yang
mempengaruhi kondisi kinerja keuangan suatu entitas secara signifikan. Dalam
rangka full disclosure maka dalam laporan keuangan harus
diungkapkan
dampak peristiwa luarbiasa tersebut terhadap kondisi kinerja keuangan.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta
mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan
Laporan Keuangan
SAP
dalam
menyusun
dan
menyajikan
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul PSAP 10 disusun sesuai pokok-pokok paragraf koreksi
kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa. Bahasan
dimulai dengan latar belakang yang memuat koreksi kesalahan pengungkapan
perubahan kebijakan akuntansi dan pengaruh peristiwa luar biasa terhadap
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 10 - 1
laporan keuangan. Pada Bab II akan dibahas secara khusus kesalahan dan
koreksi yang dilakukan apabila terdapat kesalahan-kesalahan tersebut. Pada Bab
III diungkapkan mengenai Perubahan kebijakan akuntansi dan pengungkapan
pada laporan keuangan.
Pada bab IV diuraikan mengenai peristiwa luar biasa yang mempengaruhi
kinerja keuangan pemerintah dan kaitannya dengan pengungkapan peristiwa
luar biasa pada Catatan Atas Laporan keuangan
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan materi PSAP 10 dan penerapannya dalam akuntansi pemerintahan
yang dilanjutkan dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan dan contoh
kasus yang bertalian dengan Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan akuntansi
dan Peristiwa Luar Biasa. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung
pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan di dalam aktivitas diskusi,
latihan dan tanya jawab.
PSAP 10 - 2
BAB II
KOREKSI KESALAHAN
Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
oleh entitas pelaporan. Untuk menjaga integritas data dan agar informasi
laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan.
Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu; terhadap laporan
keuangan pemerintah, mengikuti periode tahun anggaran yaitu meliputi masa
satu tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Menurut
ketentuan UU Bidang Keuangan laporan keuangan pemerintah harus
disampaikan kepada DPR paling lambat 6 bulan setelah tutup tahun buku,
setelah dilakukan audit oleh BPK. Terdapat tahapan atau periode waktu dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan sampai dengan penyampaian
laporan keuangan ke DPR, yaitu :
a.
b.
c.
periode waktu sebelum laporan keuangan disusun dan disajikan, atau tahun
berjalan
periode waktu setelah laporan keuangan sudah diterbitkan tetapi belum
diaudit oleh BPK
periode waktu setelah laporan diaudit oleh BPK disampaikan ke DPR/DPRD
dan telah ditetapkan dengan UU atau Peraturan daerah.
PSAP 10 - 3
Rp 18.000.000
Rp 18.000.000
Rp 531.000.000
PSAP 10 - 4
Belanja Barang
Rp 531.000.000
Rp 31.000.000
Rp 31.000.000
Rp 18.000.000
Rp 18.000.000
Contoh 2:
Pada Tanggal 15 Mei 2005, dibayar gaji pegawai dengan menerbikan SPMUBT dengan nilai Rp 513.000.000. Pada hari dan tanggal yang sama SPMU-BT
tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp531.000.000,-.
Pada bulan Januari 2006 waktu menyusun laporan, diketahui kesalahan
tersebut, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo
menurut buku sebesar Rp18.000.000 (Rp531.000.000Rp513.000.000).
Transaksi tersebut telah dibukukan seperti berikut:
Belanja Pegawai
Kas di kas daerah
Rp 531.000.000
Rp 531.000.000
Rp 18.000.000
Rp 18.000.000
PSAP 10 - 5
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
PSAP 10 - 6
Rp 2.250.000
Rp 2.250.000
Rp 2.250.000
Rp 25.000
Rp 2.250.000
Rp 25.000
Rp 3.275.000
Rp 300.000
Rp 3.275.000
Rp 300.000
PSAP 10 - 7
posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pos-pos neraca terkait pada
periode ditemukannya kesalahan.
Contoh:
Belanja modal atas Peralatan Mesin sebesar Rp 5.000.000 pada waktu
mencatat aset tetap salah dibukukan sebagai aset tetap Jalan, irigasi dan
jaringan.
Jurnal yang salah
Belanja Modal Peralatan Mesin
Kas di Kas Daerah
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Jurnal koreksi
Peralatan Mesin
Jalan, Irigasi dan Jaringan
7.
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
PSAP 10 - 8
PSAP 10 - 9
BAB III
PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
Dalam menyusun dan menyajian laporan keuangan perlu memperhatikan
Peraturan Kepala Daerah tentang Kebijakan Akuntansi yang merupakan dasar
pengakuan, pengukuran dan pelaporan atas aset, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta laporan keuangan. Kebijakan
tersebut akan berdampak pada keandalan laporan keuangan yang akan
dihasilkan, sehingga kebijakan akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari
waktu ke waktu.
Dalam penyusunan laporan keuangan kebijakan akuntansi harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sebelum menjelaskan pospos laporan keuangan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh para
pengguna laporan keuangan.
A. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Adakalanya kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam suatu periode
akuntansi berbeda dengan periode sebelumnya. Paragraf 26 PSAP 10
menyatakan: Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan atau standar akuntansi pemerintahan yang
berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus
kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan
entitas.
Perubahan kebijakan akuntansi misalnya antara lain adalah perubahan
metode penyusutan dan metode penilaian persediaan. Penyusutan adalah
penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari
suatu aset sehingga diperoleh nilai wajar. Jadi penyusutan bukan merupakan
metode alokasi biaya untuk memupuk dana dalam rangka penggantian aset
tetap. Dengan demikian, apabila dilakukan penyusutan terhadap aset tetap,
maka tidak berhubungan dengan beban belanja, dan oleh karena itu perubahan
kebijakan terhadap penyusutan tersebut tidak mempengaruhi laporan ralisasi
anggaran.
Contoh:
Pemkot Madiun membeli Komputer dan pheriperalnya pada bulan Desember
2003 senilai Rp 200 juta. Pada tahun 2003 Pemkot Madiun menetapkan
kebijakan akuntansi dengan menerapkan penyusutan untuk peralatan dan mesin
menggunakan metode garis lurus. Estimasi masa manfaat komputer tersebut 5
tahun. Dalam perjalanan waktu, pada tahun 2006 Pemkot Madiun memutuskan
untuk mengubah Kebijakan Akuntansi Penyusutan Peralan dan Mesin (termasuk
komputer) dari metode garis lurus (straight line method) menjadi metode
penyusutan saldo menurun. (double declining method)
Terhadap perubahan kebijakan
penyusutan sebagai berikut:
akuntansi
tersebut,
disusun
perhitungan
PSAP 10 - 10
Rp 36.800.000
Rp 36.800.000.
B. Pengungkapan
Paragraf 29 menyatakan bahwa perubahan kebijakan akuntansi dan
pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Contoh pengungkapan berdasarkan
ilustrasi perubahan kebijakan
akuntansi penyusutan seperti tersebut diatas, dari metode garis lurus, menjadi
metode saldo menurun, adalah sebagai berikut :
Pada tahun anggaran 2006, pemerintah Kota Madiun, telah menetapkan
perubahan kebijakan akuntansi khusus mengenai metode penyusutan Aset
Tetap- Peralatan dan Mesin, dari metode garis lurus menajdi metode saldo
menurun, dengan alasan agar diperoleh nilai wajar yang mendekati sebenarnya,
karena komputer dan pheriperalnya lebih cepat obsolet.
Adapun pengaruh perubahan kebijakan akuntansi metode penyusutan tersebut,
terdapat perbedaan nilai wajar sebagai berikut :
PSAP 10 - 11
URAIAN
Nilai perolehan awal
Akumulasi
penyusutan
Desember 2006
Nilai wajar pada 31 Des. 2006
sd
METODE GARIS
LURUS
200.000.000,00
METODE SALDO
MENURUN
200.000.000,00
120.000.000,00
80.000.000,00
156.800.000,00
43.200.000,00
Jadi nilai wajar Aset Tetap berupa komputer dan pheriperalnya pada 31
Desember 2006 adalah sebesar Rp 43.200.000,00. Perbedaan sebesar telah
dikoreksikan pada akun yang bersangkutan.
PSAP 10 - 12
BAB IV
PERISTIWA LUAR BIASA
Peristiwa Luar Biasa adalah kejadian atau transaksi yang secara jelas
berbeda dari aktivitas biasa atau normal suatu entitas dan karenanya tidak
diharapkan terjadi dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas sehingga
memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
aset/kewajiban.
Di lingkungan entitas pemerintahan, penanggulangan bencana alam dan
sosial termasuk aktivitas biasa.
Peristiwa yang berada di luar kendali atau pengaruh entitas adalah kejadian
yang sukar diantisipasi dan oleh karena itu tidak dicerminkan di dalam
anggaran.
Dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran karena peristiwa luar
biasa terpenuhi apabila kejadian dimaksud secara tunggal menyebabkan
penyerapan sebagian besar belanja tak tersangka atau dana darurat sehingga
memerlukan perubahan/pergeseran anggaran secara mendasar.
Pada paragraf 35, menyatakan bahwa peristiwa luar biasa harus
memenuhi seluruh persyaratan berikut:
(a) Tidak merupakan kegiatan normal dari entitas
(b) Tidak diharapkan terjadi dan tidak diharapkan terjadi berulang
(c) Berada di luar kendali atau pengaruh entitas
(d) Memiliki dampak yang signifikan terhadap realisasi anggaran atau posisi
aset/kewajiban
Selanjutnya pada paragraf 36 dinyatakan bahwa hakikat, jumlah dan
pengaruh yang diakibatkan oleh peristiwa luar biasa harus diungkapkan secara
terpisah dalam Catatan atas laporan keuangan.
Contoh :
Pada bulan Mei 2006 tekah terjadi gempa dengan skala 5,9 Richter di wilayah
propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah, dimana wilayah
Kabupaten
Bantul
mengalami
kerusakan
yang
paling
parah,
yang
mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan infra struktur dan sentra-sentra
industri dan perekonomian masyarakat. Kondisi tersebut mengakibatkan
kerugian yang sangat besar pada infra struktur pemerintah (jalan, jembatan,
irigasi, perumahan, gedung kantor dsb). Oleh karena itu akan menimbulkan
disatu sisi menurunnya potensi Pendapatan Asli daerah (PAD) dan dilain sisi
meningkatnya kebutuhan dana untuk bantuan sosial kepada masyarakat dan
dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi infra struktur di wilayah kabupaten
Bantul.
Peristiwa tersebut telah memenuhi kriteria paragraf 35 PSAP no 10 tentang
Koreksi Kesalahan, perubahan Kebijakan Akuntansi dan peristiwa Luar Biasa,
sehingga layak dianggap sebagai Peristiwa Luar Biasa.
PSAP 10 - 13
SOAL LATIHAN
Pilihan ganda:
1. Terdapat kesalahan pencatatan belanja yang terlalu besar pada periode
berjalan, akibat kesalahan tersebut akan dicatat:
a. menambah pendapatan
b. menambah belanja
c.
mengurangi pendapatan
d. mengurangi belanja
2. Pemda A mencatat penerimaan pengembalian utang dari PDAM sebesar Rp
10 milyar sebagai Pendapatan Asli Daerah. Atas kejadian tersebut maka:
a. dikoreksi dengan menambah pendapatan
b. dikoreksi dengan mengurangi pendapatan
c.
dikoreksi dengan menambah penerimaan pembiayaan
d. tidak ada koreksi, karena sudah benar
3. Pemkot Makassar lebih membayar honor seorang pegawai terlalu besar pada
bulan Desember tahun 2005 sebesar Rp 500.000. Kepada yang bersangkutan
diminta mengembalikan pada bulan Januari 2006, tetapi sampai laporan
keuangan tahun 2005 selesai disusun belum ada dikembalikan tersebut,
karena pegawai yang bersangkutan sedang tugas belajar.
a. Dicatat sebagai pengurang belanja b.
Dicatat sebagai pendapatan lain-lain c.
Dicatat sebagai piutang lain-lain
d. Tidak dicatat, karena belum dibayar
4. Pemprov DKI memberikan restitusi pajak daerah kepada Hotel Aryaduta
sebesar Rp 26.000.000, terhadap kejadian tersebut akan dicatat dengan:
a. Menambah belanja barang
b. Mengurangi piutang pajak
c.
pengurang pendapatan pajak daerah
d. menambah subsidi
5. Berikut ini merupakan peristiwa yang memerlukan koreksi kecuali:
a. kesalahan pencatatan aset
b. kelebihan pembayaran belanja
c.
kesalahan pencatatan utang jangka panjang
d. kesalahan berulang
PSAP 10 - 14
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PP No. 8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 10 - 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Akuntansi Kewajiban ini dibuat untuk memudahkan pemahaman
terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 09 Akuntansi
Kewajiban. Modul ini disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih standar
Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini peserta
diharapkan dapat belajar mandiri (self study) atas materi Akuntansi Kewajiban
pada Pemerintah Pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali
paragraf-paragraf standar maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh
yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berkaitan dengan kewajiban.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan
Laporan Keuangan
SAP
dalam
menyusun
dan
menyajikan
PSAP 09 1
uraian/pragraf yang ada dalam SAP. Pada bagian akhir disajikan kasus yang
terkait dengan akuntansi kewajiban.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator dengan menggunakan media transparansi yang
diikuti dengan tanya jawab serta diskusi soal-soal latihan dan contoh kasus yang
bertalian dengan Akuntasi kewajiban. Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat
tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta pelatihan di dalam aktivitas
diskusi, latihan dan tanya jawab.
PSAP 09 2
BAB II
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
A. Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya
mengakibatkan
aliran
keluar
sumber
daya
ekonomi
pemerintah. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena
penggunaan sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut
dapat berasal dari masyarakat, lembaga keuangan,
pemerintah lain, atau
lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan
dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat
luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi
pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lain.
Kewajiban pemerintah dapat juga timbul dari pengadaan barang dan jasa dari
pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada akhir tahun anggaran.
Sebagai contoh Pemerintah daerah membangun gedung untuk kantor
yang dikerjakan oleh PT ABC. Pembangunan tersebut telah selesai. Sampai
akhir akhir tahun anggaran pemerintah daerah tersebut belum melakukan
pembayaran. Pemerintah daerah harus mencatat kewajiban tersebut di neraca
sebesar utang yang belum dibayar.
Disamping kewajiban-kewajiban di atas, ada juga kewajiban-kewajiban
yang jumlah dan waktu pembayarannya belum pastiyang disebut kewajiban
kontinjensi. Kewajiban kontinjensi adalah kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau
tidak terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali suatu entitas. Misalnya Pemerintah
memberikan penjaminan atas tabungan masyarakat di lembaga perbankan,
informasi ini diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Untuk memahami akuntansi kewajiban, perlu diketahui beberapa definisi di
bawah ini:
Perhitungan Fihak Ketiga, selanjutnya disebut PFK, merupakan utang
pemerintah kepada pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai
pemotong pajak atau pungutan lainnya, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum.
Premium adalah jumlah selisih lebih antara nilai kini kewajiban (present value)
dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga
nominal lebih tinggi dari tingkat bunga efektif.
Restrukturisasi Utang adalah kesepakatan antara kreditur dan debitur untuk
memodifikasi syarat-syarat perjanjian utang dengan atau tanpa pengurangan
jumlah utang, dalam bentuk:
Pembiayaan kembali yaitu mengganti utang lama termasuk tunggakan
dengan utang baru; atau
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 09 3
PSAP 09 4
(b)
Sebagai contoh, Pemkot XYZ meminjam uang dari lembaga asing, sebesar Rp
500 milyar untuk program pembangunan listrik daerah, dengan ketentuan
bahwa pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk membiayai program lain. Kalau
pinjaman ini tidak dapat digunakan untuk program tersebut harus dikembalikan.
Pinjaman ini telah ditarik pada tahun 2003. Pinjaman ini akan dibayar secara
angsuran selama 20 tahun mulai tahun 2008. Sampai dengan tahun 2006
ternyata program tersebut macet, dan tidak dapat dilanjutkan. Oleh karena
pinjaman ini harus disajikan sebagai kewajiban jangka pendek.
PSAP 09 5
BAB III
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN KEWAJIBAN
A. Pengakuan
Kewajiban pemerintah diakui jika besar kemungkinan pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai
saat ini, dan kewajiban tersebut dapat diukur dengan andal.
Prasyarat peristiwa masa lalu sangat penting dalam pengakuan
kewajiban. Peristiwa tersebut menimbulkan suatu konsekuensi keuangan
terhadap suatu entitas. Peristiwa yang dimaksud mungkin dapat berupa suatu
kejadian internal dalam entitas seperti timbul kewajiban kepada pegawai
organisasi pemerintah akibat pemerintah belum membayar tunjangan pegawai,
ataupun dapat berupa kejadian eksternal yang melibatkan interaksi antara suatu
entitas dengan lingkungannya seperti adanya transaksi dengan entitas lain.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat
kewajiban timbul. Kewajiban dapat timbul dari:
(a)
(b)
transaksi
tanpa
pertukaran
(non-exchange
transactions),
pemerintah belum melaksanakan kewajibannya sampai akhir
akuntansi;
(c)
(d)
dimana
periode
PSAP 09 6
nilai sebagai gantinya. Hanya ada satu arah arus sumber daya atau janji. Untuk
transaksi tanpa pertukaran, kewajiban harus diakui atas jumlah terutang yang
belum dibayar pada tanggal pelaporan.
Beberapa jenis hibah dan program bantuan umum dan khusus kepada
entitas pelaporan lainnya merupakan transaksi tanpa pertukaran. Ketika
pemerintah pusat membuat program pemindahan kepemilikan atau memberikan
hibah atau mengalokasikan dananya ke pemerintah daerah, persyaratan
pembayaran ditentukan oleh peraturan dan hukum yang ada dan bukan melalui
transaksi dengan pertukaran.
Terdapat kewajiban pemerintah yang timbul bukan didasarkan pada
transaksi namun berdasarkan adanya interaksi antara pemerintah dan
lingkungannya. Kejadian tersebut mungkin berada di luar kendali pemerintah.
Pengakuan kewajiban yang timbul dari kejadian tersebut sama dengan
kewajiban yang timbul dari transaksi dengan pertukaran.
Contoh:
Pada saat pemerintah melaksanakan suatu kegiatan secara tidak sengaja
menyebabkan kerusakan pada kepemilikan pribadi maka kejadian tersebut
menciptakan kewajiban. Kewajiban tersebut dapat dilaporkan di neraca
sepanjang hukum yang berlaku memungkinkan bahwa pemerintah akan
membayar kerusakan dan sepanjang jumlah pembayarannya dapat diestimasi
dengan andal.
Kejadian-kejadian tertentu dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban
pemerintah. Hal ini terjadi karena pemerintah memutuskan untuk bertanggung
jawab terhadap suatu kejadian bencana alam. Biaya-biaya tersebut dapat
memenuhi definisi kewajiban jika pemerintah secara formal mengakuinya
sebagai tanggung jawab keuangan pemerintah, baik biaya yang timbul dari
transaksi dengan pertukaran atau tanpa pertukaran.
Sebagai contoh dalam kasus bencana alam di DIY, bagi setiap keluarga yang
rumahnya roboh akan diberikan ganti rugi Rp 30 juta. Apabila sudah
dicantumkan dalam peraturan (surat ketetapan) yang sah, tetapi belum dibayar
Pemerintah dapat mengakui kewajiban dan biaya untuk kondisi di atas jika
memenuhi dua kriteria berikut: (1) DPR/DPRD telah menyetujui atau
mengotorisasi sumber daya yang akan digunakan, (2) transaksi dengan
pertukaran timbul (misalnya saat kontraktor melakukan perbaikan) atau jumlah
transaksi tanpa pertukaran belum dibayar pada tanggal pelaporan (misalnya
pembayaran langsung ke korban bencana).
B.Pengukuran Kewajiban
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang
asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
Nilai nominal atas kewajiban mencerminkan nilai kewajiban pemerintah
pada saat pertama kali transaksi berlangsung seperti nilai yang tertera pada
lembar surat utang pemerintah. Aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 09 7
PSAP 09 8
yang
tidak
Diperjualbelikan
dan
yang
PSAP 09 9
tarif bunga tetap, kecuali tarif bunganya diestimasikan secara wajar berdasarkan
data sebelumnya dan observasi atas instrumen keuangan yang ada.
Utang Pemerintah yang Diperjualbelikan (Traded Debt)
Akuntansi untuk utang pemerintah dalam bentuk yang dapat diperjualbelikan,
misalnya obligasi atau Surat Utang Negara seharusnya dapat mengidentifikasi
jumlah sisa kewajiban dari pemerintah pada suatu waktu tertentu beserta
bunganya untuk suatu periode akuntansi. Untuk penilaian surat utang ini perlu
data hasil penjualan, dan nilai pada saat jatuh tempo atas jumlah yang akan
dibayarkan kepada pemegangnya.
Utang pemerintah yang dapat diperjualbelikan biasanya dalam bentuk sekuritas
utang pemerintah (government debt securities) yang dapat memuat ketentuan
mengenai nilai utang pada saat jatuh tempo.
Jenis surat utang pemerintah ini dinilai sebesar nilai pari (original face value)
dengan memperhitungkan diskonto atau premium yang belum diamortisasi.
Surat utang pemerintah yang dijual sebesar nilai pari (face) tanpa diskonto
ataupun premium harus dinilai sebesar nilai pari (face). Surat utang yang dijual
dengan diskonto akan bertambah nilainya selama periode penjualan dan jatuh
tempo; sedangkan surat utang yang dijual dengan harga premium nilainya akan
berkurang.
Amortisasi atas diskonto atau premium dapat menggunakan metode garis lurus.
Sebagai contoh : Pemerintah menerbitkan obligasi retail seri 001 sebanyak
1.000.000 lembar dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per lembar. Pada tanggal
2 Januari 2006 hasil penjualan bersih obligasi ini adalah Rp 1.100.000.000.000
Obligasi ini jatuh tempo 2 Januari 2011. Metode amortisasi yang digunakan
adalah garis lurus.
Nilai obligasi yang disajikan di neraca per 31 Desember 2006 adalah: Nilai
Nominal
Rp 1.000.000.000.000
Premium
Rp 100.000.000.000-(1/5X100.000.000000)
= Rp
(20.000.000.000)
= Rp 1.080.000.000.000
Perubahan Valuta Asing
Utang pemerintah dalam mata uang asing dicatat dengan menggunakan kurs
tengah bank sentral saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada
tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis,
suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, misalnya
rata-rata kurs tengah bank sentral selama seminggu atau sebulan digunakan
untuk seluruh transaksi pada periode tersebut. Namun, jika kurs berfluktuasi
secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode tidak dapat
diandalkan.
Pada setiap tanggal neraca pos kewajiban moneter dalam mata uang asing
dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank
sentral pada tanggal neraca. Selisih penjabaran pos kewajiban moneter dalam
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 09 10
mata uang asing antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai
kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan.
Konsekuensi atas pencatatan dan pelaporan kewajiban dalam mata uang asing
akan mempengaruhi pos pada Neraca untuk kewajiban yang berhubungan dan
ekuitas dana pada entitas pelaporan.
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing timbul dan diselesaikan dalam
periode yang sama, maka seluruh selisih kurs tersebut diakui pada periode
tersebut. Namun jika timbul dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam
beberapa periode akuntansi yang berbeda, maka selisih kurs harus diakui untuk
setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk
masing-masing periode.
Contoh:
Utang dalam US $ 1.000 equivalen dengan Rp 10.000.000 tercatat di buku
besar. Pada tanggal 31 Desember 2005 kurs tengah BI untuk US $ 1 adalah Rp
9.200,- Penyajian di neraca adalah Rp 9.200.000. ( US $ 1.000 X Rp 9.200)
PSAP 09 11
BAB III
PENYELESAIAN KEWAJIBAN SEBELUM JATUH TEMPO
Untuk sekuritas utang pemerintah yang diselesaikan sebelum jatuh tempo
karena adanya fitur untuk ditarik oleh penerbit dari sekuritas tersebut atau
karena
memenuhi
persyaratan
untuk
penyelesaian
oleh
permintaan
pemegangnya maka perbedaan antara harga perolehan kembali dan nilai
tercatat netonya harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan
sebagai bagian dari pos kewajiban yang berkaitan.
Apabila harga perolehan kembali adalah sama dengan nilai tercatat
(carrying value) maka penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo dianggap
sebagai penyelesaian utang secara normal, yaitu dengan menyesuaikan jumlah
kewajiban dan ekuitas dana yang berhubungan. Apabila harga perolehan
kembali tidak sama dengan nilai tercatat (carrying value) maka, selain
penyesuaian jumlah kewajiban dan ekuitas dana yang terkait, jumlah perbedaan
yang ada juga diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
A. Tunggakan
Jumlah tunggakan atas pinjaman pemerintah harus disajikan dalam
bentuk Daftar Umur (aging schedule) Kreditur pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan kewajiban.
Tunggakan didefinisikan sebagai jumlah tagihan yang telah jatuh tempo
namun pemerintah tidak mampu untuk membayar jumlah pokok dan/atau
bunganya sesuai jadwal. Beberapa jenis utang pemerintah mungkin jatuh tempo
sesuai jadwal pada satu tanggal yang mengharuskan debitur untuk melakukan
pembayaran kewajiban kepada kreditur.
Praktik akuntansi biasanya tidak memisahkan jumlah tunggakan dari
jumlah utang yang terkait dalam lembar muka (face) laporan keuangan. Namun
informasi tunggakan pemerintah menjadi salah satu informasi yang menarik
perhatian pembaca laporan keuangan sebagai bahan analisis kebijakan dan
solvabilitas satu entitas.
Untuk keperluan tersebut, informasi tunggakan harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan dalam bentuk Daftar Umur Utang.
B. Restrukturisasi Utang
Dalam restrukturisasi utang melalui modifikasi persyaratan utang, debitur
harus mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif sejak saat
restrukturisasi dilaksanakan dan tidak boleh mengubah nilai tercatat utang pada
saat restrukturisasi kecuali jika nilai tercatat tersebut melebihi jumlah
pembayaran kas masa depan yang ditetapkan dengan persyaratan baru.
Informasi restrukturisasi ini harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang terkait.
Jumlah bunga harus dihitung dengan menggunakan tingkat bunga efektif
konstan dikalikan dengan nilai tercatat utang pada awal setiap periode antara
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 09 12
saat restrukturisasi sampai dengan saat jatuh tempo. Tingkat bunga efektif yang
baru adalah sebesar tingkat diskonto yang dapat menyamakan nilai tunai jumlah
pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam persyaratan baru
(tidak temasuk utang kontinjen) dengan nilai tercatat. Berdasarkan tingkat
bunga efektif yang baru akan dapat menghasilkan jadwal pembayaran yang
baru dimulai dari saat restrukturisasi sampai dengan jatuh tempo.
Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru harus
disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .
Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana ditetapkan dalam
persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk bunga maupun untuk
pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka debitur harus mengurangi
nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan jumlah pembayaran kas masa
depan sebagaimana yang ditentukan dalam persyaratan baru. Hal tersebut
harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
pengungkapan dari pos kewajiban yang berkaitan.
Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang sebagai akibat
dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran kas masa depan yang
tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas masa depan maksimum tidak
melebihi nilai tercatat utang.
Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat
merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai
contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi
keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk
menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur
pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang
sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus
diestimasi.
C.Penghapusan Utang
Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan oleh
kreditur kepada debitur, baik sebagian maupun seluruhnya, jumlah utang
debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya. Atas penghapusan
utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke kreditur melalui penyerahan aset
kas maupun nonkas dengan nilai utang di bawah nilai tercatatnya.
Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai
tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada restrukturisasi
utang di pragaraf sebelumnya berlaku.
Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di bawah nilai
tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas sebagai debitur harus
melakukan penilaian kembali atas aset nonkas dahulu ke nilai wajarnya dan
kemudian menerapkan ketentuan pada resktrusturisasi paragraf sebelumnya,
serta mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
dari pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan.
Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi kewajiban tersebut
yang merupakan selisih lebih antara:
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 09 13
(b)
(c)
(d)
Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal
tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga.
PSAP 09 14
BAB IV
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar
skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemakainya.
Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi yang harus
disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
(a)
jangka
panjang
yang
(b)
(c)
Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;
(d)
(e)
jumlah
bunga
terutang
sampai
dengan
periode
(f)
(g)
Biaya pinjaman:
(1). Perlakuan biaya pinjaman;
(2). Jumlah biaya pinjaman
bersangkutan; dan
yang
dikapitalisasi
pada
periode
yang
PSAP 09 15
SOAL LATIHAN
Pemerintah Kabupaten Tak Jera Berutang mengadakan suatu kontrak konstruksi
dengan PT Pembangunan Cakrawala pada tahun 2005 dengan nilai kontrak
Rp1.000.000.000,00 dan diperkirakan akan diselesaikan pembangunannya pada
31 November 2005 dengan melalui 5 termijn pembayaran. Pada tanggal 31
November 2005 ternyata pembangunan telah selesai dan aset tetap telah
diserahterimakan, tetapi dikarenakan sesuatu hal, pemerintah Kabupaten Tak
Jera Berhutang tidak bisa membayar tagihan PT Pembangunan Cakrawala. Pada
31 Desember 2005 dicapai kesepakatan antara Pemerintah Kabupaten Tak Jera
Berutang dengan PT Pembangunan Cakrawala, dimana Pemda dapat mencicil
pembayaran hutang tersebut selama 5 tahun mulai tahun 2006.
(1). Dari transaksi diatas, Apakah pemda mengakui adanya kewajiban, jika ya,
kapan diakui kewajiban tersebut?
(2). Bagaimana Perlakuan Akuntansi kewajiban pada akhir periode akuntansi
(31 Desember 2005) termasuk jurnalnya.
(3). Bagaimana Perlakuan Akuntansi Kewajiban pada awal Periode Akuntansi (1
Januari 2006) termasuk jurnalnya.
PSAP 09 16
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. PP No.
8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 09 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan ini disusun untuk
memudahkan
pemahaman
terhadap
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan Nomor 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan. Modul ini
disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih Standar Akuntansi Pemerintahan,
sehingga dengan mempelajari modul ini diharapkan dapat belajar mandiri (self
study) atas materi Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan pada pemerintah
pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali paragraf-paragraf standar
maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh yang aplikatif sehingga
diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berkaitan dengan Konstruksi dalam Pengerjaan.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun
Laporan Keuangan
dan
menyajikan
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang bertalian dengan akuntasi aset tetap.
Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari
para peserta pelatihan di dalam aktivitas diskusi, latihan dan tanya jawab.
PSAP 08 - 1
BAB II
DEFINISI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
B. Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi adalah perikatan yang dilakukan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat atau
saling tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau
tujuan, dan penggunaan utama. Kontrak seperti ini misalnya konstruksi jaringan
irigasi.
Kontrak konstruksi dapat meliputi:
(a) kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan
perencanaan konstruksi aset, seperti jasa arsitektur;
(b) kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
PSAP 08 - 2
(c)
(d)
PSAP 08 - 3
BAB III
PENGAKUAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan
jika:
(a) besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang
berkaitan dengan aset tersebut akan diperoleh;
(b) biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal; dan
(c) aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena
biasanya merupakan
aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
operasional pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka
panjang.
Penyelesaian suatu konstruksi pada umumnya membutuhkan waktu yang
relatif panjang dan menyerap dana yang relatif besar. Oleh karena itu
pembayaran
untuk
kontrak
konstruksi
biasanya
dilakukan
melalui
termin.Tagihan suatu termin dapat dilakukan jika suatu tahapan pekerjaan
sebagaimana diatur dalam kontrak konstruksi sudah selesai dikerjakan. Porsi
pekerjaan yang telah diselesaikan ini akan diserahkan kepada pemberi kerja (
pemerintah ) dan disiapkan dokumen berita acara serah terima pekerjaan.
Berdasarkan berita acara tersebut akan dilakukan pembayaran. Demikian
mekanisme yang akan terjadi pada termin-termin berikutnya sampai kontruksi
ini selesai dikerjakan. Setiap terjadi pembayaran akan diakui adanya
penambahan aset tetap berupa Konstruksi Dalam Pekerjaan. Pengakuan aset ini
dapat dilakukan melalui jurnal korolari.
Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi:
(a) Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
(b) Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan;
Suatu Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang
bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap
digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
Contoh:
Pada tanggal 10 Maret 2005 dilakukan pembayaran termin I pembangunan
Gedung dengan nilai Rp300.000.000. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah:
Uraian
Belanja
Modal
Gedung
dan
Bangunan
Kas di Kas Daerah
Konstruksi dalam Pengerjaan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Debet
Kredit
Rp300.000.000
Rp300.000.000
Rp300.000.000
Rp300.000.000
PSAP 08 - 4
Pada tanggal 30 Mei 2006 Gedung tersebut telah selesai dibangun dan telah
diserahterimakan. Total biaya yang telah dikeluarkan yang dapat dikapitalisasi
adalah Rp1.000.000.000. Transaksi ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Uraian
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Konstruksi dalam Pengerjaan
Gedung dan Bangunan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Debet
Kredit
Rp1.000.000.000
Rp1.000.000.000
Rp1.000.000.000
Rp1.000.000.000
PSAP 08 - 5
BAB IV
PENGUKURAN KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan yang
meliputi biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dapat diatribusikan langsung
ke dalam konstruksi sehubungan dengan pengerjaan pembangunan aset
dimaksud.
Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kegiatan
konstruksi antara lain meliputi:
(a) Biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
(b) Biaya bahan yang digunakan dalam konstruksi;
(c) Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi
pelaksanaan konstruksi;
(d) Biaya penyewaan sarana dan peralatan;
(e) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan
dengan konstruksi.
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan ke kegiatan konstruksi pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tertentu meliputi:
(a) Asuransi;
(b) Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung
berhubungan dengan konstruksi tertentu;
(c) Biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi
yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.
Biaya semacam itu dialokasikan dengan menggunakan metode yang
sistematis dan rasional dan diterapkan secara konsisten pada semua biaya yang
mempunyai karakteristik yang sama. Metode alokasi biaya yang dianjurkan
adalah metode rata-rata tertimbang atas dasar proporsi biaya langsung.
Apabila pembangunan dilaksanakan sendiri (swakelola) maka nilai
konstruksi antara lain meliputi:
(a) biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi;
(b) biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut; dan
(c) biaya lain yang secara khusus dibayarkan sehubungan konstruksi yang
bersangkutan.
Nilai konstruksi yang dikerjakan oleh kontraktor melalui kontrak
konstruksi meliputi:
(a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan
tingkat penyelesaian pekerjaan;
(b) Kewajiban yang masih harus dibayar kepada kontraktor berhubung dengan
pekerjaan yang telah diterima tetapi belum dibayar pada tanggal
pelaporan;
(c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan
pelaksanaan kontrak konstruksi.
PSAP 08 - 6
Dalam hal pelaksanaan pembangunan suatu aset yang besar atau sulit,
seringkali pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh beberapa kontraktor. Dalam hal
ini pada umumnya ada yang bertindak sebagai kontraktor utama dan ada yang
menjadi subkontraktor. Oleh karena itu yang dimaksud dengan pembayaran
kepada kontraktor sebagaimana diuraikan terdahulu adalah mencakup
keduanya.
Pembayaran atas kontrak konstruksi pada umumnya dilakukan secara bertahap
(termin) berdasarkan tingkat penyelesaian yang ditetapkan dalam kontrak
konstruksi. Setiap pembayaran yang dilakukan dicatat sebagai penambah nilai
Konstruksi Dalam Pengerjaan.
Klaim dapat timbul, umpamanya, dari keterlambatan yang disebabkan
oleh pemberi kerja, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan dan perselisihan
penyimpangan dalam pengerjaan kontrak.
Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul
selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya konstruksi,
sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan dan ditetapkan secara andal.
Biaya pinjaman mencakup biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul
sehubungan dengan pinjaman yang digunakan untuk membiayai konstruksi.
Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi tidak boleh melebihi jumlah biaya
bunga yang dibayarkan pada periode yang bersangkutan.
Apabila pinjaman digunakan untuk membiayai beberapa jenis aset yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu, biaya pinjaman periode yang
bersangkutan dialokasikan ke masing-masing konstruksi dengan metode ratarata tertimbang atas total pengeluaran biaya konstruksi. Apabila kegiatan
pembangunan konstruksi dihentikan sementara tidak disebabkan oleh hal-hal
yang bersifat force majeur maka biaya pinjaman yang dibayarkan selama masa
pemberhentian sementara pembangunan konstruksi dikapitalisasi.
Pemberhentian sementara`pekerjaan kontrak konstruksi dapat terjadi
karena beberapa hal, seperti kondisi force majeur atau adanya campur tangan
dari pemberi kerja atau pihak yang berwenang karena berbagai hal. Jika
pemberhentian tarsebut dikarenakan adanya campur tangan dari pemberi kerja
atau pihak yang berwenang, biaya pinjaman selama pemberhentian sementara
dikapitalisasi. Sebaliknya jika pemberhentian sementara karena kondisi force
majeur, biaya pinjaman tidak dikapitalisasi tetapi dicatat sebagai biaya bunga
pada periode yang bersangkutan.
Kontrak konstruksi yang mencakup beberapa jenis pekerjaan yang
penyelesaiannya jatuh pada waktu yang berbeda-beda, maka jenis pekerjaan
yang sudah selesai tidak diperhitungkan biaya pinjaman. Biaya pinjaman hanya
dikapitalisasi untuk jenis pekerjaan yang masih dalam proses pengerjaan.
Suatu kontrak konstruksi dapat mencakup beberapa jenis aset yang
masing-masing dapat diidentifikasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf 12.
Jika jenis-jenis pekerjaan tersebut diselesaikan pada titik waktu yang berlainan
maka biaya pinjaman yang dikapitalisasi hanya biaya pinjaman untuk bagian
kontrak konstruksi atau jenis pekerjaan yang belum selesai. Bagian pekerjaan
yang telah diselesaikan tidak diperhitungkan lagi biaya pinjaman.
PSAP 08 - 7
Contoh:
a.
Biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan suatu mesin meliputi:
1. Biaya bahan baku
Rp 35 jt
2. Biaya tenaga kerja
Rp 25 jt
3. Honorarium tim
Rp 10 jt
4. Biaya perencanaan
Rp 2 jt
Biaya yang dapat dikapitalisasi untuk menilai Konstruksi dalam Pengerjaan
adalah sebesar Rp 62 jt yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja,
dan perencanaan.
b.
Debet
Rp300.000.000
Kredit
Rp300.000.000
Rp300.000.000
Rp300.000.000
Debet
Rp100.000.000
Kredit
Rp100.000.000
Rp100.000.000
Rp100.000.000
PSAP 08 - 8
BAB V
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Konstruksi dalam pengerjaan disajikan di neraca pada kelompok Aset
Tetap. Penyajian konstruksi dalam pengerjaan dilakukan secara gabungan,
dengan cara menjumlahkan seluruh kontruksi dalam pengerjaan, dari seluruh
aset tetap. Selanjutnya kontruksi dalam pengerjaan ini diungkapkan dalam
Catatan atas laporan Keuangan. Informasi mengenai Konstruksi Dalam
Pengerjaan yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
pada akhir periode akuntansi adalah :
1. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesaiannya;
2. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya;
3. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan;
4. Uang muka kerja yang diberikan;
5. Retensi.
Kontrak konstruksi pada umumnya memuat ketentuan tentang retensi.
Misalnya, termin yang masih ditahan oleh pemberi kerja selama masa
pemeliharaan. Jumlah retensi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Contoh:
Pemerintah Daerah ABC pada tahun 2005 membangun sebuah gedung dan
sebuah mesin yang masing-masing telah mengeluarkan biaya yang dapat
dikapitalisasi sebesar Rp 2 M dan 800 jt. Penyajian Konstruksi dalam pengerjaan
di neraca adalah sbb:
2.800.000.000
Aset
2.800.000.000
PSAP 08 - 9
SOAL LATIHAN
Pada tanggal 2 April 20X1 Pemda ABC menetapkan PT XYZ sebagai pelaksana
pengerjaan Gedung Kantor DPRD dan pada hari tersebut ditandatangani
kontrak kerja pengerjaan gedung dan bangunan senilai Rp 10 M, dengan
pembayaran dalam 4 termin. Tanggal 13 Juli 200X terjadi Pembayaran
termin I sebesar Rp 2 M. 29 Nop 20X1 terjadi Pembayaran termin II Rp 3 M.
Pada 31 Des 20XI berdasarkan berita acara penyelesaian fisik gedung telah
diselesaikan 60%. Pada tanggal 28 Feb 20X2 terjadi Pembayaran termin III
Rp 3 M. Pada bulan Agustus 20x0 PT XYZ telah menyelesaikan pengerjaan
Gedung dan telah menyerahkannya kepada Pemda ABC. tanggal 30 Agustus
20X2 terjadi Pembayaran termin IV Rp 2 M.
Diminta :
(a) Jurnal untuk pembayaran setiap termin dan pada saat
selesainya
pekejaan pembangunan gedung kantor DPRD tersebut.
(b) Penyajian Kontruksi dlam pengerjaan di neraca dan Catatan atas
Laporan Keuangan per 31 Desember 20X1.
PSAP 08 - 10
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. PP
No. 8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 08 - 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modul Akuntansi Aset Tetap ini disusun untuk memudahkan pemahaman
terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 Akuntansi Aset
Tetap. Modul ini disusun sebagai bahan Pelatihan untuk Pelatih Standar
Akuntansi Pemerintahan, sehingga dengan mempelajari modul ini peserta
diharapkan dapat belajar mandiri (self study) atas materi Akuntansi Aset Tetap
pada pemerintah pusat maupun daerah. Modul ini menguraikan kembali
paragraf-paragraf standar maupun penjelasan disertai dengan contoh-contoh
yang aplikatif sehingga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam implementasi
Standar Akuntansi Pemerintahan yang berkaitan dengan aset tetap pemerintah.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu:
1. Memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2. Mampu mengimplementasikan SAP dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mempelajari materi ini peserta mampu:
1. Memahami pengertian aset tetap;
2. Memahami klasifikasi aset tetap;
3. memahami pengakuan aset tetap;
4. Memahami penilaian aset tetap;
5. Memahami pencatatan aset tetap; dan
6. Memahami penyajian dan pengungkapan aset tetap.
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul PSAP 07 disusun sesuai dengan urutan paragraf standar
yang antara lain meliputi: pengertian aset tetap, klasifikasi aset tetap,
pengakuan aset tetap, dan pengukuran aset tetap. Perlakuan aset tetap setelah
perolehan yang meliputi pengeluaran setelah perolehan, penyusutan, revaluasi,
aset bersejarah, serta pelepasan dan penghentian aset tetap juga diilustrasikan
dalam modul ini. Pada bagian akhir dijelaskan penyajian aset tetap di neraca
dan pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan.
E. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan teori oleh fasilitator yang diikuti dengan tanya jawab serta diskusi
soal-soal latihan dan contoh kasus yang bertalian dengan Akuntasi Aset Tetap.
PSAP 07 1
Keberhasilan pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari
para peserta pelatihan di dalam aktivitas diskusi, latihan dan tanya jawab.
PSAP 07 2
BAB II
DEFINISI DAN KLASIFIKASI ASET TETAP
PSAP 07 3
PSAP 07 4
BAB III
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET TETAP
A. Pengakuan Aset Tetap
Sesuai dengan klasifikasi Aset Tetap, suatu aset dapat diakui sebagai aset
tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria :
Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
Diperoleh/dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Pemerintah mengakui suatu aset tetap apabila aset tetap tersebut telah
diterima atau diserahkan hak kepemilikannya, dan atau pada saat
penguasaannya berpindah. Oleh karena itu, apabila belum ada bukti bahwa
suatu aset dimiliki atau dikuasai oleh suatu entitas maka aset tetap tersebut
belum dapat dicantumkan di neraca. Prinsip pengakuan aset tetap pada saat
aset tetap ini dimiliki atau dikuasai berlaku untuk seluruh jenis aset tetap, baik
yang diperoleh secara individual atau gabungan, maupun yang diperoleh melalui
pembelian, pembangunan swakelola, pertukaran, rampasan, atau dari hibah.
Perolehan aset tetap melalui pembelian atau pembangunan pada
umumnya didahului dengan pengakuan belanja modal yang akan mengurangi
Kas Umum Negara/Daerah. Jurnal pengakuan belanja modal tersebut adalah:
Uraian
Belanja Modal Tanah
Kas di Kas Daerah
Debet
Rp XXX
Kredit
Rp XXX
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Rp xxx
Jurnal ini merupakan jurnal korolari atau ikutan pada saat mengakui belanja
modal untuk mengakui penambahan aset tetap yang bersangkutan.
PSAP 07 5
PSAP 07 6
Aset tetap yang diperoleh setelah neraca awal disajikan dinilai dengan
harga perolehannya. Dengan demikian transaksi perolehan aset setelah
disusunnya neraca yang pertama kali dicatat berdasarkan harga perolehannya.
Contoh Kasus Perolehan Tanah
Pemerintah Daerah X membeli tanah dengan harga Rp 30.000.000.000,00,
dimana di atasnya berdiri bangunan senilai Rp 10.000.000.000,00 m. Untuk
membuat tanah tersebut siap digunakan maka harus dikeluarkan lagi biaya
untuk pembongkaran bangunan sebesar Rp 2.000.000.000,00, pematangan
tanah Rp 1.000.000.000,00, dan balik nama Rp 1.000.000.000,00.
Harga perolehan tanah ini adalah sebesar Rp 34.000.000.000 (30.000.000.000
+ 2.000.000.000 + 1.000.000.000 + 1.000.000.000).
Kredit
Rp34.000.000.000
Rp 34.000.000.000
Debet
Kredit
Rp 15.000.000
Rp 15.000.000
PSAP 07 7
Aset Donasi
Donasi merupakan sumbangan kepada pemerintah tanpa persyaratan.
Aset Tetap yang diperoleh dari donasi (sumbangan) harus dicatat sebesar nilai
wajar pada saat perolehan. Donasi/hibah baik dalam bentuk uang maupun
barang dicatat sebagai pendapatan hibah dan harus dilaporkan dalam laporan
realisasi anggaran. Jika donasi/hibah ini dalam bentuk uang tidak akan terjadi
permasalahan. Lain halnya dengan hibah dalam bentuk barang. Perlakuan untuk
hibah dalam bentuk barang ini adalah dengan menganggap seolah-olah ada
uang kas masuk sebagai pendapatan hibah, kemudian uang tersebut
dibelanjakan aset tetap yang bersangkutan. Untuk keperluan administrasi
anggaran akan diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) pengesahan
sebesar nilai barang yang diterima. Dengan demikian, jurnal yang harus dibuat
meliputi 3 jurnal yaitu pengakuan pendapatan, belanja modal, dan jurnal
pengakuan aset tetap. Jurnal pengakuan pendapatan dan belanja modal akan
mempengaruhi laporan realisasi anggaran, sedangkan jurnal pengakuan aset
mempengaruhi neraca.
PSAP 07 8
Debet
Kredit
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Rp 100.000.000
Aset Bersejarah
Aset bersejarah merupakan aset tetap yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintah yang karena umur dan kondisinya aset tetap tersebut harus
dilindungi oleh peraturan yang berlaku dari segala macam tindakan yang dapat
merusak aset tetap tersebut. Lazimnya, suatu aset tetap dikategorikan sebagai
aset bersejarah jika mempunyai bukti tertulis sebagai barang/bangunan
bersejarah.
Barang/bangunan peninggalan sejarah tersebut sulit ditaksir nilai
wajarnya. Oleh karena itu dalam SAP diatur bahwa aset bersejarah tidak
disajikan di neraca tetapi cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Pengungkapan ini pun hanya mencantumkan kuantitas
fisiknya saja tanpa nilai perolehannya.
Apabila aset bersejarah tersebut masih dimanfaatkan untuk operasional
pemerintah, misalnya untuk ruang perkantoran, maka perlakuannya sama
seperti aset tetap lainnya, yaitu dicantumkan di neraca dengan nilai wajarnya.
PSAP 07 9
BAB IV
PERLAKUAN ASET TETAP SETELAH PEROLEHAN
B.1. Penyusutan
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut.
PSAP 07 10
Uraian
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan
Debet
Kredit
Rp xxx
Rp xxx
Debet
Kredit
Rp 2.500.000
Rp 2.500.000
PSAP 07 11
Jurnal:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000
Rp 2.500.000
Rp 2.500.000
Tahun IV :
(pembulatan)
(Rp2.500.000,00
Rp 1.250.000
Rp 1.250.000
Jurnal:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Akumulasi Penyusutan
1.250.000,00)
Rp1.250.000,00
Rp 1.250.000
Rp 1.250.000
Rp 3.000.000
Rp 3.000.000
PSAP 07 12
Apabila revaluasi telah dilakukan maka nilai aset tetap yang ada di neraca
harus disesuaikan dengan cara menambah/mengurangi nilai tercatat dari setiap
aset tetap yang bersangkutan dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap sesuai
dengan selisih antara nilai hasil revaluasi dengan nilai tercatat.
Jurnal standar untuk mencatat hasil revaluasi adalah:
a. Bila nilai revaluasi lebih kecil daripada nilai tercatat, misalnya untuk tanah
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Tanah
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Debet
Kredit
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
PSAP 07 13
Uraian
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Peralatan dan Mesin
Debet
Kredit
Rp xxx
Rp xxx
PSAP 07 14
BAB V
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN ASET TETAP
A. Penyajian
Penyajian aset tetap dalam lembar muka neraca adalah sebagai berikut:
Aset
Aset Tetap
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Total Aset Tetap
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Total Ekuitas Dana Investasi
xxx
(xxx)
xxx
xxx
xxx
PSAP 07 15
PSAP 07 16
SOAL LATIHAN
LATIHAN SOAL
1. Termasuk aset tetap Pemda A adalah:
a.
Sapi yang dibeli untuk diternakkan oleh Dinas Peternakan
b.
Sapi yang dibeli untuk diserahkan kepada masyarakat
c.
Kedua jawaban di atas benar
d.
Kedua jawaban di atas salah
2. Pemda B mempunyai gedung tua peninggalan jaman Belanda yang
selama ini masih digunakan sebagai ruang kantor. Atas aset tetap
tersebut Pemda B :
a.
Mengungkapkannya di CaLK saja karena merupakan aset bersejarah
b.
Menyajikannya di neraca sebagai gedung dan bangunan
c.
Menyajikannya di neraca sebagai aset lainnya
d.
Tidak perlu menyajikannya di neraca dan CaLK
3. Penyusutan pada aset tetap milik pemerintah merupakan:
a.
Pendapatan
b.
Belanja modal
c.
Alokasi biaya
d.
Penyesuaian nilai
4. Apabila suatu aset tetap telah dihentikan secara permanen dari
penggunaannya karena sudah rusak berat. Perlakuan atas aset tetap ini
adalah:
a.
Memindahkannya ke akun aset lainnya
b.
Dicatat di aset tetap hingga dihapuskan
c.
Dinilai kembali
d.
Disusutkan
5. Jurnal yang harus dibuat untuk menghapus mobil yang telah terbit SK
Penghapusannya adalah:
a.
Peralatan dan Mesin
xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
xxx
b.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
xxx
Peralatan dan Mesin
xxx
c.
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
xxx
Peralatan dan Mesin
xxx
d.
Peralatan dan Mesin
xxx
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya
xxx
KASUS
Pemda B pada tanggal 2 November 2003 membeli tanah seluas 600 m2 berikut
bangunan tua seluas 400 m2 dengan harga perolehan Rp1.000.000.000,00.
NJOP tanah dan bangunan tersebut per m2 adalah Rp1.000.000,00 dan
Rp500.000,00. Buatlah jurnal yang harus dicatat atas transaksi tersebut.
PSAP 07 17
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PP No. 8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
PSAP 07 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Overview - 1
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta mampu memahami pengelolaan
keuangan negara, termasuk keuangan daerah secara umum dan mampu
menjadi instruktur pelatihan akuntansi pemerintahan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta:
a. Memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan negara/daerah;
b. Memahami siklus keuangan negara/daerah;
c. Memahami jenis-jenis laporan keuangan negara/daerah; dan
d. Memahami proses pertanggungjawaban keuangan negara/daerah.
C. Deskripsi Ringkas
Materi Modul Pandangan Umum Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah
dan Laporan Pertanggungjawaban Keungan ini disusun dalam rangka
memberikan pemahaman umum mengenai keuangan negara/daerah. Materi
dimulai dengan dasr hukum pengelolaan keuangan negara/daerah, Pengertian
dan ruang lingkup Keuangan negara/daerah yang meliputi azas-azas umum
pengelolaan keuangan negara, dan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara/daerah. Selanjutnya diuraikan siklus keuangan daerah, yang meliputi
perencanaan/penganggaran,
perbendaharaan
(pelaksanaan
anggaran),
Akuntansi, Pemeriksaan, dan Pertanggungjawaban.
D. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran dalam pelatihan ini dilakukan dengan cara
pemaparan konsep-konsep pokok undang-undang di bidang keuangan negara
(UU 17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004) sebagaimana diatur pula untuk
keuangan daerah dalam UU 32/2004 dan UU 33/2004. Keberhasilan
pembelajaran ini juga sangat tergantung pada partisipasi aktif dari para peserta
pelatihan di dalam aktivitas diskusi dan tanya jawab.
Overview - 2
BAB II
DASAR HUKUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA/DAERAH
Dalam rangka penataan pengelolaan keuangan negara/daerah telah
diterbitkan berbagai produk peraturan perundang-undangan. Dalam kurun
waktu enam tahun terakhir sejak dimulainya reformasi pemerintahan yang
diikuti dengan penataan pengelolaan keuangan negara/daerah, telah dilakukan
dua kali perubahan dalam bidang penataan pengelolaan keuangan, terutama
yang terkait dengan keuangan daerah. Perubahan pertama dilakukan dengan
diterbitkannya UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menjadi dasar
dilaksanakan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah itu diikuti dengan
pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang
diatur dalam UU 25/1999. Selanjutnya sebagai dasar implementasi UU dimaksud
dalam bidang pengelolaan keuangan daerah, dikeluarkan PP 105/2000 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pada akhirnya, dengan terbitnya paket undang-undang keuangan negara,
juga dilakukan revisi atas dua undang-undang di atas. Setelah perubahan
dimaksud, produk hukum yang mendasari pengelolaan keuangan negara/daerah
selengkapnya sebagai berikut:
a. UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara;
b. UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. UU No.15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara;
d. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
e. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah;
f. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah;
g. PP No.23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
h. PP No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
i. PP No.58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
j. PP No.8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Tiga undang-undang pertama dikenal sebagai paket undang-undang di bidang
keuangan negara menggantikan peraturan peninggalan jaman kolonial yang
masih digunakan sebelumnya.
Overview - 3
BAB III
LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
A. Pengertian dan Ruang Lingkup
Keuangan negara dapat didefinisikan dalam arti sempit dan dalam arti
yang luas. Keuangan negara dalam arti sempit diartikan hanya mencakup
penerimaan dan pengeluaran uang melalui Kas Umum Negara selama satu tahun
anggaran. Pendekatan yang digunakan dalam Undang-undang Keuangan
Negara adalah dari arti luas, baik dari sisi obyek, subyek, proses, maupun
tujuan.
Keuangan negara dilihat dari sisi obyek, mencakup semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Dengan memperhatikan cakupan tersebut maka yang menjadi subyek
keuangan negara meliputi seluruh obyek sebagaimana disebutkan di atas yang
dimiliki dan/atau dikuasai Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas, mulai
dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan,
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan
obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara. Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas
dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang
pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Pendekatan
tersebut
pada
umumnya
sejalan
dengan
perkembangan pendekatan manajemen keuangan negara. Apabila suatu negara
mendefinisikan keuangan negara dalam arti sempit maka fokus pengelolaan
keuangan negara hanya pada APBN/APBD. Dengan demikian fokus pengelolaan
keuangan negara hanya menggunakan perspektif waktu jangka pendek yaitu
satu tahun. Kepentingan-kepentingan jangka panjang kurang mendapat
perhatian,
baik
dalam
perencanaan,
pelaksanaan,
akuntansi
dan
pertanggungjawaban, maupun pengawasannya.
Dengan memperhatikan definisi Keuangan Negara di atas maka Undangundang Keuangan Negara mendefinisikan keuangan negara/daerah dalam arti
luas. Dengan dipilihnya pendekatan ini maka fokus pengelolaan keuangan
Overview - 4
negara/daerah tidak hanya pada arus kas, tetapi juga utang, piutang, dan aset
jangka panjang. Dalam melakukan pengelolaan keuangan tidak hanya
memperhatikan kepentingan satu tahun anggaran tetapi menggunakan
perspektif waktu jangka panjang.
Pada tingkat daerah, pengertian di atas diadopsi dalam PP 58/2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 1 butir (5) PP dimaksud
mengartikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengertian ini sejalan dengan pendekatan
keuangan daerah dalam arti luas yang dianut dalam UU KN. Selanjutnya pada
Pasal (2) yang mengatur lingkup disebutkan bahwa pengelolaan keuangan
daerah mencakup:
a. hak daerah memungut pajak-retribusi daerah & melakukan pinjaman;
b. kewajiban daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain; dan
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah.
B. Azas Umum
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa
azas yang sudah lazim digunakan selama ini yaitu azas tahunan, universalitas,
spesialitas, dan kesatuan. Azas tahunan artinya membatasi masa berlakunya
anggaran untuk suatu tahun tertentu. Azas universalitas mengharuskan agar
setiap transaksi keuangan ditampilkan utuh dalam dokumen anggaran. Azas
spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terunci secara
jelas peruntukannya. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan
belanja negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.
Selanjutnya pengelolaan keuangan negara/daerah juga mengadopsi azasazas baru yang berasal dari best practises yang telah diterapkan di berbagai
negara untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan keuangan negara/ daerah
secara akuntabel dan transparan. Azas-azas dimaksud terdiri dari:
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan
negara, baik pertanggungjawaban keuangan (financial accountability)
maupun pertanggungjawaban kinerja (performance accountability).
2. Profesionalitas
Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu
sumber daya manusia di bidang keuangan harus profesional, baik di
lingkungan Bendahara Umum Negara/Daerah maupun di lingkungan
Pengguna Anggaran/Barang.
Overview - 5
3. Proporsionalitas
Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap
hasil yang akan dicapai. Hal ini diakomodasi dengan diterapkannya prinsip
penganggaran berbasis kinerja.
4. Keterbukaan
Pengelolaan keuangan dilaksanakan secara transparan, baik dalam
perencanaan
dan
penganggaran,
pelaksanaan
anggaran,
pertanggungjawaban, maupun hasil pemeriksaan.
5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Pemeriksaan
atas
tanggung
jawab
dan
pengelolaan
keuangan
negara/daerah dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan
sesuai dengan amanat undang-undang dan hasil pemeriksaan disampaikan
langsung kepada parlemen. Kedudukan BPK terhadap pemerintah adalah
independen, dengan kata lain BPK merupakan external auditor pemerintah.
Overview - 6
Overview - 7
BAB IV
SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pengelolaan keuangan daerah mengikuti ketentuan undang-undang di
bidang Keuangan Negara. Siklus pengelolaan ini tidak terlepas pada siklus
manajemen yang dikenal selama ini. Perencanaan merupakan awal dari siklus
yang diikuti dengan pelaksanaan dan pengawasan. Pada pengelolaan keuangan
negara, siklus tersebut terdiri dari perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan
anggaran/
perbendaharaan,
akuntansi
dan
pertanggungjawaban,
dan
pemeriksaan.
A. Penganggaran
Reformasi bidang keuangan negara dimulai dengan penyempurnaan
proses penganggaran. Sesuai dengan UU 17/2003 tentang Keuangan Negara,
penyempurnaan penganggaran dilakukan melalui pendekatan berikut:
1. Pengintegrasian antara rencana kerja dan anggaran
Dalam penyusunan anggaran dewasa ini digunakan pendekatan budget is a plan,
a plan is budget, oleh karena itu antara rencana kerja dan anggaran merupakan
satu kesatuan, disusun secara terintegrasi. Untuk melaksanakan konsep ini
Pemerintah Daerah harus memiliki rencana kerja dengan indikator kinerja yang
terukur sebagai prasyarat.
2. Penyatuan anggaran (unified budget)
Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran ini adalah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) mempunyai satu dokumen anggaran. Kepala satuan
kerja perangkat daerah bertanggung jawab secara formil dan materiil atas
penggunaan anggaran di kantornya. Tidak ada lagi pemisahan antara anggaran
rutin dan pembangunan. Dengan pendekatan ini diharapkan tidak terjadi
duplikasi anggaran, sehingga anggaran dapat dimanfaatkan secara lebih efisien
dan efektif.
3. Anggaran Berbasis Kinerja
Konsep yang digunakan dalam anggaran ini adalah alokasi anggaran sesuai
dengan hasil yang akan dicapai, terutama berfokus pada output atau keluaran
dari kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu untuk keperluan ini diperlukan
adanya program/kegiatan yang jelas, yang akan dilaksanakan pada suatu tahun
anggaran. Dalam penerapan anggaran berbasis kinerja ini diperlukan adanya:
indikator kinerja, khususnya output (keluaran) dan outcome (hasil), standar
pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, standar analisa
biaya, dan biaya standar keluaran yang dihasilkan.
4. Penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah
Pemerintah
dituntut
untuk
menjaga
kesinambungan
penyelenggaraan
pemerintahan. Oleh karena itu Pemerintah wajib menyusun Rencana Kerja
Jangka Panjang, Rencana Kerja Jangka Menengah/Rencana Strategis, dan
Rencana
Kerja
Tahunan.
Dalam
rangka
menjaga
kesinambungan
program/kegiatannya, pemerintah daerah dituntut menyusun anggaran dengan
Overview - 8
Overview - 9
2. Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran daerah setelah barang/jasa diterima. Oleh karena
itu terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem pembayaran. Dalam sistem
pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna Anggaran/Barang
dan Bendahara Umum Daerah.
Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan secara
langsung oleh BUD kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih
dikenal dengan sistem LS. Pembayaran dengan sistem LS dilakukan untuk
belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah tertentu. Cara lainnya
adalah dengan menggunakan Uang Persediaan melalui Bendahara Pengeluaran.
Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk belanja yang nilainya kecil di bawah
jumlah tertentu untuk membiayai keperluan sehari-hari perkantoran.
Overview - 10
C. Akuntansi
Pelaksanaan anggaran dilakukan dengan mengikuti suatu sistem dan
prosedur akuntansi. Sistem ini diperlukan untuk tujuan tiga hal. Pertama adalah
untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait
sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara mereka. Kedua
adalah untuk terselenggarakannya pengendalian intern untuk menghindari
terjadinya penyelewengan. Terakhir adalah untuk menghasilkan laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dimana
jenis dan isi diatur oleh PP 24/2005 tentang SAP. Pertanggungjawaban atas
pengelolaan keuangan tersebut, secara umum tata cara dan tanggung jawab
pelaporan diatur dalam PP 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Sejalan dengan PP 8/2006, tanggung jawab atas pelaksanaan APBN/APBD
ada pada entitas pelaporan. Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua bagian
entitas akuntansi, yaitu sebagai bendahara umum dan sebagai pengguna
annggaran. Terkait dengan hal itu, sistem akuntansi pemerintah pun terdiri dari
dua bagian bagian utama, baik itu untuk pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pertama adalah sistem yang berlaku untuk instansi yang bertindak
sebagai pengguna anggaran yang diterapkan pada satuan kerja. Sesuai dengan
perannya sebagai pengguna anggaran, bagian sistem ini terutama untuk
mencatat pendapatan, belanja dan aset yang menjadi kewenangannya.
Pendapatan yang dikelola oleh pengguna anggaran adalah bukan pajak atau
retribusi untuk daerah. Pendapatan jenis ini pada umumnya terkait dengan jasa
yang diberikan oleh instansi yang mengelola. Selanjutnya adalah proses
akuntansi yang terkait dengan belanja, baik itu yang dilakukan dengan
menggunakan uang persediaan maupun dengan sistem langsung yang
pembayarannya langsung dari kas umum. Akuntansi atas belanja akan
merupakan kegiatan yang paling banyak dan rumit dibanding akuntansi atas
transaksi-transaksi lainnya karena itu merupakan bagian utama dalam
pengelolaan keuangan pemerintah. Sebagai pengguna anggaran, satuan kerja
juga wajib melakukan pencatatan atas aset yang dikelola dan digunakan. Hal ini
penting dilakukan karena satuan kerja wajib mempertanggungjawabkan aset
yang digunakan. Dari kegiatan akuntansi oleh satuan kerja sebagai pengguna
anggaran, pada akhir periode akan menghasilkan tiga laporan, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Bagian kedua adalah sistem yang berlaku untuk bendahara umum. Bagian
ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang tidak
diserahkan pengelolaannya kepada satuan kerja pengguna anggaran, misalnya
pendapatan bunga dan hasil investasi. Dalam pencatatan atas belanja pun ada
belanja-belanja yang tidak diserahkan kepada satuan kerja pengguna anggaran,
misalnya belanja bunga, hibah dan dana perimbangan. Selain itu, transaksi
pembiayaan juga dilaksanakan oleh bendahara umum. Termasuk dalam jenis
transaksi ini antara lain investasi dalam bentuk penyertaan modal, obligasi dan
pemberian pinjaman jangka kepada pihak lain. Dari pelaksanaan akuntansi ini
oleh bendahara umum ini, ada 4 jenis laporan yang dihasilkan, yaitu LRA,
Neraca, LAK dan CaLK.
Overview - 11
SKPD
Sistem
Akuntansi
Satker
BUD/SKPKD
Sistem
Akuntansi
BUD
LRA
LRA
Neraca
CaLK
Neraca
LRA
PPKD
LAK
di
se
rah
kan
Neraca
CaLK
LAK
CaLK
Gambar-1
Selanjutnya, dari dua bagian sistem tadi, pada akhir periode laporanlaporan yang dihasilkan akan digabungkan untuk menjadi laporan entitas yang
terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK. Empat laporan itu akan menjadi laporan
pertanggungjawaban keuangan kepada lembaga legislatif mewakili rakyat.
Hubungan dua bagian sistem itu dapat digambarkan dalam Gambar-1 di atas.
D. Pemeriksaan
Pemerintah, baik pusat maupun daerah mengemban amanat untuk
menjalankan tugas pemerintahan melalui peraturan perundangan. Untuk
penyelenggaraan pemerintahan dimaksud, pemerintah memungut berbagai
macam jenis pendapatan dari rakyat, kemudian membelanjakannya untuk
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan kepada rakyat. Dalam
hal ini kedudukan pemerintah adalah sebagai agen dari rakyat, sedangkan
rakyat
sebagai
prinsipalnya.
Sebagai
agen,
pemerintah
wajib
mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangannya kepada rakyat yang
diwakili oleh DPR/DPRD.
Dalam pola hubungan antara Pemda sebagai agen dan DPRD sebagai
wakil dari prinsipal, terdapat ketidakseimbangan pemilikan informasi. Lembaga
perwakilan tidak mempunyai informasi secara penuh apakah laporan
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah dari eksekutif telah
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya, apakah telah sesuai semua
peraturan perundang-undangan, menerapkan sistem pengendalian intern secara
memadai dan pengungkapan secara paripurna. Oleh karena itu diperlukan pihak
yang kompeten dan independen untuk menguji laporan pertanggungjawaban
tersebut. Lembaga yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas laporan
pertanggungjawan tersebut adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Ketentuan tentang pemeriksaan oleh BPK diatur dalam UU No. 15/2004 tentang
Overview - 12
Negara.
Pola
A
R
L E
M
B
A
Ketentuan Undang-Undang
Rencana Anggaran / Kerja
M
E
A
R
I
G
N
E
I
N
P
E
S
Y
I
P
A
A
T
P
E
Akuntansi
T
N
Pelaporan
R
W
A
H
A
K
Auditing
L
I
L
A
N
AKUNTABILITAS
Gambar 2
Overview - 13
Overview - 14
DAFTAR BACAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
PP No. 8/2006
Pemerintah.
tentang
Pelaporan
Keuangan
dan
Kinerja
Instansi
Overview - 15