Anda di halaman 1dari 4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib

Pajak dalam Membayar Pajak Pertambahan Nilai

Tommy Surya Effendy dan Agus Arianto Toly


Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang secara


signifikan mempengaruhi ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak
pertambahan nilai. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 165
pengusaha kena pajak.
Teknik analisa yang digunakan adalah analisis faktor dan menggunakan uji validitas
serta uji reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan ada 5 faktor yang mempengaruhi
ketidakpatuhan wajib pajak dalam membayar pajak pertambahan nilai. Faktor-faktor itu
adalah faktor kepercayaan atas kepastian hukum, faktor persepsi wajib pajak atas sanksi
pajak pertambahan nilai, faktor kondisi ekonomi perusahaan, faktor media massa dan
politik, dan faktor kesadaran pajak pertambahan nilai

Kata kunci: ketidakpatuhan wajib pajak, pajak pertambahan nilai

ABSTRACT

This study was conducted to know the factors that significantly affect the taxpayers
noncompliance in paying Value Added Tax. The number of respondents used in this study
were 165 taxable entrepreneurs.
The analysis technique used was the factor analysis using validity and reliability test.
The results showed that there were 5 factors that affect the taxpayers noncompliance in
paying Value Added Tax. Those factors were taxpayers confidence on certainty aspects of tax
regulation, taxpayers perception on the penalty of Value Added Tax, economic condition of
the entities, the mass media and politics, and taxpayers consciousness of VAT.

Keyword: taxpayers non-compliance, Value Added Tax

sebagai WP patuh, karena meskipun WP


memberikan kontribusi besar pada negara jika
PENDAHULUAN masih memiliki tunggakan maupun
keterlambatan penyetoran PPN maka tidak
Kepatuhan PPN (Pajak Pertambahan dapat diberi predikat WP patuh.
Nilai) pada prinsipnya adalah tindakan WP Menurut Rustiyaningsih (2011),
(Wajib Pajak) dalam memenuhi kewajiban menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor
membayar PPN sesuai dengan ketentuan yang mempengaruhi kepatuhan WP dalam
peraturan perundang undangan dan peraturan melaksanakan kewajiban perpajakan antara
pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam lain pemahaman terhadap self-assessment
suatu negara. Predikat WP patuh dalam arti system, kualitas pelayanan, tingkat
disiplin dan taat, tidak sama dengan WP yang pendidikan, tingkat penghasilan, persepsi WP
berpredikat pembayar PPN dalam jumlah terhadap sanksi perpajakan. Menurut
besar, karena tidak ada hubungan antara Subiyantoro (2006), faktor-faktor yang
kepatuhan dengan jumlah nominal PPN yang mempengaruhi motivasi WP patuh membayar
disetor yang dibayarkan pada kas negara. pajak studi kasus pada pedagang Pasar
Dengan demikian, pembayar PPN terbesar Pramuka Jakarta Timur. Subiyantoro
sekalipun belum tentu memenuhi kriteria mengukur motivasi dengan dua faktor yaitu
160 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

pengetahuan tentang peraturan perpajakan pemalsuan dokumen yang tujuan pokoknya


dan citra administrasi. Penelitian yang untuk memperkaya diri sendiri.
dilakukan oleh Widodo 2010 adalah penelitian
di lima kota dengan 600 WP di Indonesia. 1. Pengetahuan tentang PPN
Widodo mengukur kepatuhan WP dengan Pengetahuan tentang perpajakan adalah
meneliti 2 faktor, yaitu moralitas pajak dan seberapa besar WP mengetahui tentang
budaya pajak. Variabel yang digunakan dalam perarturan tentang PPN yang berlaku.
moralitas pajak adalah faktor partisipasi 2. Kondisi Ekonomi
warga negara, tingkat kepercayaan, Kondisi ekonomi adalah pemanfaatan uang,
kebanggaan, faktor demografis, kondisi tenaga, waktu, dan sebagainya untuk
ekonomi, dan sistem perpajakan. Untuk perusahaan dalam beroperasi atau tata
budaya pajak, variabel yang digunakan adalah kehidupan perekonomian.
hubungan antara aparatur pajak, peraturan 3. Partisipasi warga negara
perpajakan, dan budaya nasional. Partisipasi warga negara yaitu proses di
Ketidakpatuhan akan timbul apabila mana masyarakat turut serta mengambil
wajib pajak tidak mempunyai pengetahuan bagian dalam pengambilan keputusan.
perpajakan yang memadai, sehingga WP Partisipasi warga negara dapat terlihat dari
secara tidak sengaja tidak melakukan keterlibatan dalam proses organisasi politik
kewajiban perpajakannya (tidak mendaftarkan maupun organisasi kemasyarakatan.
untuk memperoleh NPWP, tidak 4. Kebanggaan WP
menyampaikan SPT, dan lain-lain) atau Kebanggaan WP adalah sikap kejiwaan
melakukan kewajiban perpajakan tetapi tidak yang terwujud, tampak pada sikap
sepenuhnya benar (membayar dan melaporkan menghargai warisan budaya, hasil karya,
pajak tidak tepat waktu). WP yang dan hal-hal lain yang menjadi milik bangsa
mempunyai persepsi bahwa perarturan masih sendiri.
mempunya banyak celah untuk melakukan 5. Peraturan PPN
kecurangan akan membuat WP bertindak Peraturan PPN adalah petunjuk, kaidah,
tidak patuh dan sebaliknya jika WP merasa ketentuan yang dibuat untuk mengatur
perarturan perpajakan sangat ketat sehingga segala hal tentang PPN.
membuat sikap patuh. WP yang berusaha Indikator:
patuh juga akan terpengaruh oleh kualitas 6. Tingkat kepercayaan
pelayanan kantor perlayanan pajak, Percaya artinya menganggap atau yakin
kebanyakan masyarakat tidak mau berurusan bahwa seseorang itu jujur; yakin benar atau
dengan birokrasi, perarturan yang ribet atau memastikan akan kemampuan atau
pelayanan yang lambat. Tingkat kepatuhan kelebihan sesorang akan sesuatu (bahwa
WP juga ditentukan oleh jenis usaha WP. akan memenuhi harapannya). Tingkat
Misalnya WP orang pribadi dengan kegiatan kepercayaan yang dimaksud di sini adalah
usaha (self-employed) seperti usaha dagang, kepercayaan terhadap pemerintah, yaitu
cenderung tidak patuh untuk mendaftar diri kinerja pemerintah dalam mengelola pajak,
jika sudah melebih omzet, sedangkan wajib sistem hukum, dan pada lembaga
WP badan lebih cenderung lebih patuh peradilan.
dibanding dengan orang pribadi. 7. Persepsi WP terhadap sanksi PPN
Persepsi WP terhadap sanksi PPN adalah
METODE PENELITIAN anggapan WP yang terbentuk terhadap
sanksi PPN. Sanksi PPN dalam undang-
Variabel diklasifikasikan menjadi variabel undang berupa sanksi administrasi (Berupa
independen (X) dan variabel dependen (Y). denda dan bunga) dan sanksi pidana.
Variabel Y adalah Ketidakpatuhan WP dalam
membayar pajak PPN. Definisi
ketidakpatuhan adalah praktik menyimpang Jenis data yang digunakan dalam
dalam upaya pencapaian target pajak justru penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
menjadi celah yang memberi peluang bagi data yang berbentuk angka, atau data
oknum petugas pajak, WP dan konsultan kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2010).
pajak untuk bekerjasama dan secara Sumber data yang digunakan adalah sumber
terencana melakukan tindak kejahatan di data primer dan sekunder. Data primer
bidang perpajakak seperti penggelapan, merupakan data yang didapat dari sumber
penghindaran, penyimpangan, pemerasan dan pertama baik dari individu atau perorangan
161

seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kemudahan dalam memahami ketentuan
kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti PPN (P16); kepercayaan pada pemerintah
(Umar, 1997). atas pengelolaan hasil pajak (P17);
Data sekunder merupakan data primer kepercayaan pada sistem hukum PPN
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan (P18); kepercayaan pada lembaga
baik oleh pihak pengumpul data primer atau peradilan pajak (P19). Atas faktor-faktor
oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel- tersebut maka faktor 1 dinamakan
tabel atau diagram-diagram (Umar, 1997). sebagai faktor kepercayaan terhadap
Sumber data sekunder ini didapat penulis kepastian hukum.
melalui buku-buku, jurnal, dan literatur 2. Faktor 2, terdiri dari indikator:
lainnya. kesesuaian sanksi atas PPN (P20);
Instrumen dan metode pengumpulan data adanaya sanksi PPN yang tidak
yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberatkan wajib pajak (P21). Atas
angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan faktor-faktor tersebut maka faktor 2
teknik pengumpulan data yang dilakukan dinamakan sebagai faktor Persepsi WP
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan terhadap sanksi PPN.
atau pernyataan tertulis kepada responden 3. Faktor 3, terdiri dari indikator: jenis
untuk dijawabnya, dan kuesioner merupakan usaha yang memotivasi pembayaran
teknik pengumpulan data yang efisien. Selain pajak (P6); tingkat omzet (P7). Atas
itu kuesioner cocok digunakan bila jumlah faktor-faktor tersebut maka faktor 3
responden cukup besar dan tersebar di wilayah dinamakan sebagai faktor Kondisi
yang luas (Sugiyono, 2010). Skala pengukuran Ekonomi Perusahaan.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4. Pada faktor 4, terdiri dari indikator:
skala Likert. partisipasi dalam oganisasi yang dapat
Populasi dalam penelitian ini adalah WP memotivasi dalam pembayaran pajak
Badan dan WP OP pengusaha yang berstatus (P9); adanya informasi peraturan dan
PKP, yang berada di daerah Kecamatan ketentuan PPN yang dipublikasikan lewat
Gedangan, Kecamatan Buduran, Kecamatan media (P12). Atas faktor-faktor tersebut
Sedati dan Kecamatan Waru. Dalam maka faktor 4 dinamakan sebagai faktor
penelitian ini, penentuan sampel dengan media massa dan politik.
menggunakan persentasi dari total PKP dari 5. Pada faktor 5, terdiri dari indikator:
empat kecamatan yang ada, yaitu sejumlah penggunaaan faktur pajak yang sesuai
3.370 X 5% = 165 dengan peraturan (P1); penggunaan e-
SPT dan e-filling (P3); kebanggan dalam
membayar PPN (P11). Atas faktor-faktor
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN tersebut maka faktor 5 dinamakan
sebagai faktor kesadaran PPN.
Rotasi Faktor dan Penamaan Variabel
KESIMPULAN
Rotasi faktor diperlukan agar dapat
menghasilkan skor faktor yang berbeda antara Faktor yang mempengaruhi
faktor yang satu dengan faktor yang lain. ketidakpatuhan WP dalam membayar PPN di
Menurut Malhotra (2004), kriteria signifikansi KPP Sidoarjo Utara adalah:
adalah faktor loading lebih besar dari 0.5, 1. Faktor kepercayaan atas kepastian
Faktor-faktor yang saling membentuk dan Hukum, WP yang tidak percaya dengan
menyatu menjadi faktor baru, yang tidak sama kepastian hukum pemerintah akan
dengan dugaan variabel-variabel yang dulu berusaha memfaatkan celah atau
telah diprediksi di awal penelitian. Oleh melakukan kecurangan untuk mengurangi
karenanya perlu untuk memberi nama yang pajak, dikarenakan WP beranggapan pajak
sesuai terhadap faktor-faktor baru yang telah yang dibayar akan di korupsi sehingga
terbentuk. membentuk niat ketidakpatuhan.
1. Faktor 1, terdiri dari indikator: 2. Faktor Persepsi WP terhadap sanksi PPN,
pelaksanaan administrasi perpajakan oleh sanksi yang berlaku dapat meningkatkan
petugas pajak yang sudah sesui peraturan ketidakpatuhan WP dikarenakan cara
(P13); kepastian hukum dari UU PPN pandang WP terhadap sanksi itu sendiri.
(P14); kepastian hukum PPN yang dapat Sanksi PPN yang dianggap memberatkan.
memberikan jaminan keadilan (P15);
162 TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL.1, NO.1, 2013

Contoh WP yang telat melapor SPT PPN 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat
masa, harus dikenakan sanksi. menggunakan variabel-variabel dalam
3. Faktor ekonomi perusahan juga dapat penelitian ini, dan akan lebih baik jika
meningkatkan ketidakpatuhan WP dalam menambah dugaan variabel-variabel yang
membayar PPN dikarenakan WP memiliki lain dan mencoba menganalisis
batasan kestabilan ekonomi perusahaan menggunakan analisis lain selain analisis
masing-masing. Omzet yang kecil dapat faktor.
membuat WP untuk tidak patuh
dikarenakan WP dengan alasan masih DAFTAR REFERENSI
memerlukan dana perputaran untuk
meningkatkan omzet kedepannya. Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu
4. Faktor media massa dan politik, termasuk Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
kegiatan luar WP, lingkungan WP dan Cipta.
media massa. Kurang peduli masyarakat Budi, Triton Prawira. (2005). SPSS 13.0
terhadap perpajakan dapat mempengaruhi Terapan: Riset Statistik Parametrik.
lingkungan tempat mereka dan kurangnya Yogyakarta: Andi.
informasi tentang PPN akan membuat Umar, Husein. (1997). Riset Akuntansi.
masyarakat lebih tidak patuh dalam Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
membayar PPN. Subiyantoro. (2006). Faktor-Faktor Yang
5. Faktor kesadaran PPN, kurangnya Mempengaruhi Motivasi Wajib Pajak
kebanggan dalam membayar PPN dapat Patuh Membayar Pajak Studi Kasus
meningkatkan ketidakpatuhan WP dalam Pada Pedagang Pasar Pramuka Jakarta
membayar PPN dikarena WP yang bangga Timur. Tesis. Universitas Indonesia
dengan membayar PPN akan lebih www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstra
proaktif untuk mencari informasi PPN k-109313.pdf
sehingga meningkatkan pengetahuan Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis.
tentang PPN. Bandung: CV Alfabeta.
Rustiyaningsih, Sri. (2011). Faktor-Faktor
Saran Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak. Universitas Katolik Widya
Berdasarkan hasil dari analisis dan Mandala Madiun.
pembahasan maka saran yang dapat penulis portal.widyamandala.ac.id/jurnal/inde
berikan adalah: x.php/warta/article/.../73/76
1. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat Widodo, dkk. (2010). Moralitas, Budaya dan
kepercayaan atas kepastian hukum dapat Kepatuhan Pajak. Bandung: Alfabeta.
mempengaruhi ketidakpatuhan wajib
pajak dalam membayar PPN, sehingga
pemerintah perlu memberikan penyuluhan
kepada pegawai-pegawai khususnya
pegawai pajak, hal ini dilakukan agar
terbentuknya kepercayaan bahwa
pemerintah peduli terhadap kasus yang
melibatkan pegawai pajak dan
meningkatkan kesejateraan rakyat.
Sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan WP terhadap pemerintah
khususnya pajak.
2. Direktoral Jendral Pajak juga perlu
melakukan sosialisasi terhadap WP
dengan mengadakan seminar tentang
penting pajak bagi negara dan kelas-kelas
kecil tentang pajak. Harapannya adalah
bahwa dengan adanya seminar dan kelas
dapat mengurangi ketidakpatuhan WP
dikarenakan tidak ketidaktahuan
terhadap PPN.

Anda mungkin juga menyukai