Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSAT

DOSEN PENGAMPU:
Julita, SE., M.Si, Ak., CA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6:
Helfy Dwi Farahdilla 2302126567
Nabila 2302126567

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi wabaraktuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Surat Ketetapan Pajak” dengan baik dan lancar. Adapun penyusunan makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Sektor Publik yang diampu oleh Ibu Julita,
SE., M.Si, Ak., CA.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini, hingga akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi wabaraktuh

Pekanbaru, 13 April 2024

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Pengertian dan Fungsi Surat Ketetapan Pajak (SKP).....................................................2
B. Jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)................................................................................2
1. Surat Tagihan Pajak (STP).......................................................................................2
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)......................................................5
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)..................................7
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).......................................................13
5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).....................................................................17
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran.............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pajak merupakan iuran wajib masyarakat kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi maupun badan yang melakukan pemungutan pajak bersifat memaksa diatur oleh
undang-undang yang berlaku serta tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk membayar anggaran belanja Negara bagi sebanyak-banyaknya
kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2016). Penerimaan pajak di Indonesia merupakan
kontribusi terbesar dan sumber utama pendapatan negara.
Surat ketetapan pajak merupakan salah satu dokumen penting dalam sistem pajak
yang digunakan oleh beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia. Surat ketetapan pajak
merupakan dokumen yang diberikan oleh pemerintah untuk mengkonfirmasi bahwa pajak
yang dibayar oleh pajakwan telah terbayar secara lengkap dan benar. Surat ketetapan pajak
ini sangat penting karena dapat digunakan sebagai bukti pembayaran pajak yang
benar dan lengkap.

B. Rumusan Masalah
Setelah memaparkan uraian latar belakang diatas secara umum dan mengidentifikasi
materi yang dikemukakan, maka dapat disusun suatu rumusan masalah berdasarkan hal
tersebut sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dan Fungsi Surat Ketetapan Pajak (SKP)
2. Apa saja Jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan sumber pada rumusan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis
sebelumnya, tujuan dalam penulisan makalah ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Fungsi Surat Ketetapan Pajak (SKP)
2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No. 28 Tahun 2007,
Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Tagihan
pajak (SPT), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen Pajak, pihak
yang berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak Pratama (KPP) dan
dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak. Jadi, surat ketetapan pajak adalah surat
untuk melakukan penagihan atas tagihan pajak.
Surat Ketetapan Pajak ini dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atas kejadian
yang terkait dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Surat Ketetapan Pajak ini berfungsi
sebagai :
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP yang nyata-nyata atau berdasarkan
hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau material dalam
memenuhi ketentuan perpajakan;
2. Sarana untuk mengenakan sanksi perpajakan;
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak;
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar,
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang

B. Jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)


1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda. Surat Tagihan Pajak ( STP) ini akan diterbitkan jika:

a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

2
b. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat
salah tulis dan/atau salah hitung:
c. WP dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
d. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau terlambat membuat Faktur Pajak:
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi Faktur Pajak secara lengkap
f. terdapat imbalan bunga yang seharusnya tidak diberikan kepada Wajib
Pajak, dalam hal:

 Diterbitkan keputusan
 Diterima putusan
 Ditemukan data atau informasi

Yang menunjukkan adanya imbalan bunga yang seharusnya tidak


diberikan kepada Wajib Pajak

g. Terdapat jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar dalam jangka waktu
sesuai dengan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Surat Tagihan Pajak (STP) ini dapat diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak

Contoh penghitungan Surat Tagihan Pajak:

Pak Ali karena kealpaannya tidak melakukan penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25
Masa Mei 2019 sebesar Rp. 5.000.000,-. Atas kelalaian Pak Ali tersebut, pada tanggal
8 November 2021 fiskus (aparat pajak) menerbitkan Surat Tagihan Pajak, dengan
data tambahan bahwa sesuai dengan (KMK Nomor 60/KM.10/2021 Tentang Tarif
Bunga Sebagai Dasar Penghitungan Sanksi Administrasi Berupa Bunga Dan
Pemberian Imbalan Bunga Periode 1 November 2011 Sampai Dengan 30 November
2021. 2021)

3
besaran sanksi administrasi berupa bunga adalah sebesar 0,93% dengan tambahan
(uplift) sebesar 5% Dinita: Hitung jumlah yang harus dibayar Pak Ali!

Penyelesaian:

Jatuh tempo pembayaran PPh Pasal 25 masa Mei 2019 adalah 15 Juni 2019: Maka
sanksi bunga dihitung dari bulan Juni 2019 sampai dengan diterbitnya STP tanggal
8 November 2021.
Juni 2019- Desember 2019 : 7 bulan
Januari 2020-Desember 2020 :12 bulan
Januari 2021-November 2021 : 11 bulan
Jumlah bulan : 30 bulan
Meskipun jumlah bulan adalah 30 bulan, namun pengenaan sanksi bunga akan
dikenakan maksimal 24 bulan, sehingga perhitungan STP adalah:
Pokok Pajak Rp. 5.000.000
Sanksi administrasi:
Bunga 0.93%+5%x 24 bulan x Rp. 5.000.000
12

0,5% x 24 bulan x Rp. 5.000.000 Rp. 600.000

Sanksi administrasi berupa denda(tidak melapor) Rp. 100.000

Jumlah yang harus dibayar Rp. 5.700.000

4
2.1 Gambar Surat Tagihan Pajak

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)


SKPKB adalah surat yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
serta jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Berdasarkan ketentuan Pasal 13 UU KUP, dijelaskan bahwa sebab dikeluarkan
SKPKB adalah :
a. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar
b. Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
dan telah ditegur secara tertulis, tidak disampaikan juga seperti ditentukan dalam
surat teguran.

5
c. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atas PPN dan PPnBM ternyata tidak
seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan
tarif 0%.
d. Jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban pembukuan dan tidak memenuhi
permintaan dalam pemeriksaan pajak, sehingga tidak dapat diketahui besarnya
pajak yang terutang.
e. Jika Wajib Pajak diterbitkan NPWP atau NPPKP secara jabatan.
f. PKP tidak melakukan penyerahan BKP/JKP, atau ekspor BKP/JKP, dan telah
diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan

Contoh penghitungan SKPKB

PT. Warna Warni telah menyampaikan SPT Tahunan tahun pajak 2019 secara tepat
waktu dengan jumlah PPh terutang sebesar Rp. 150.000.000,- Pada tanggal 10 Agustus
2021, berdasarkan hasil pemeriksaan fiskus menemukan terjadi Kurang Bayar sebesar
Rp. 5.000.000,- untuk itu fiskus menerbitkan SKPKB.

Berdasarkan kasus diatas, maka atas kekurangan pembayaran tersebut akan dikenakan
sanksi administrasi berupa bunga acuan BI pada bulan Agustus berdasarkan (KMK No.
43/KM.10/2021 Tentang Tarif Bunga Sebagai Dasar Penghitungan Sanksi Administrasi
Berupa Bunga Dan Pemberian Imbalan Bunga Periode 1 Agustus 2021 Sampai Dengan
31 Agustus 2021, 2021), sebesar 1,79% dengan uplift factor pasal 13 UU KUP sebesar
15%.

Maka penghitungan SKPKB adalah sebagai berikut:

Pajak yang kurang dibayar : Rp.5.000.000,

Sanksi Administrasi :

Bunga : April 2020 sd Agustus 2021 = 17 bulan

1,79% + 15% × 17 ×Rp. 5.000.000,-

1,40% x 17 x R p. 5.000.000,- Rp. 1.190.000,-

Jumlah yang harus dibayar : Rp.6.190.000,-

6
Tata Cara Bayar : https://youtu.be/6EeMO6xfktk?
si=85Uk6mFo5daiEvMk

2.2 Gambar Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)


Dalam Pasal 1 ayat (17) dijelaskan bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.

7
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) merupakan Surat
Ketetapan Pajak yang diterbitkan dengan tujuan untuk menetapkan tambahan atas
besaran pajak yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, SKPBKT akan terbit setelah sebelumnya diterbitkan SKPKB.
Pemeriksaan dalam rangka menerbitkan SKPKBT disebut pemeriksaan ulang.
Selanjutnya dalam Pasal 15 UU KUP mengatur tentang penerbitan SKPKBT, yaitu:
a. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang
terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
b. Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
c. Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dikenakan apabila Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan berdasarkan keterangan
tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal
Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
d. Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar Tambahan dalam Jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
yang ternyata telah ditetapkan lebih rendah atau pajak yang terutang dalam suatu Surat
Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan pengembalian pajak
yang tidak seharusnya seperti yang telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.

8
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah koreksi atas surat
ketetapan pajak sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
diterbitkan jika sudah pernah diterbitkan surat ketetapan pajak.

Pada prinsipnya untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


Tambahan perlu dilakukan pemeriksaan. Jika surat ketetapan pajak sebelumnya
diterbitkan berdasarkan pemeriksaan, perlu dilakukan pemeriksaan ulang sebelum
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Dengan demikian, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tidak akan
mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan surat ketetapan pajak.
Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat
adanya data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. Sejalan
dengan itu, setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai akibat telah
lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan hanya dalam hal ditemukan data
baru termasuk data yang semula belum terungkap. Dalam hal masih ditemukan lagi data
baru termasuk data yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau data baru termasuk data yang
semula belum terungkap yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.

Yang dimaksud dengan "data baru" adalah data atau keterangan mengenai segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang
oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang
diserahkan pada waktu pemeriksaan.

Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum
terungkap, yaitu data yang

a. Tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau

9
b. Pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkap
kan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap dan terinci
sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak
yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan


atau mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak
mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga
jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal tersebut
termasuk dalam pengertian data yang semula belum terungkap.

Contoh:
Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan
Repro 300,00,00, sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri atas Rp5.000.000.00
biaya iklan di media massa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah
yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Apabila pada saat penetapan semula Wajib
Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi
atas pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah sehingga pajak yang terutang tidak
dapat dihitung secara benar, data mengenai pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah
tersebut tergolong data yang semula belum terungkap.

c. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan keuangan disebutkan


pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian harta
pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada saat pemeriksaan
untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut
sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan kelompok 3, tetapi dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Akibatnya,
atas kesalahan pengelompokan harta tersebut tidak dilakukan koreksi, sehingga
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila setelah itu
diketahui
10
adanya data yang menyatakan bahwa pengelompokan harta tersebut tidak benar,
maka data tersebut termasuk data yang semula belum terungkap.
d. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari Pengusaha
Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak penjual
diterbitkan faktur pajak. Barang-barang tersebut sebagian digunakan untuk
kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usahanya, seperti
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen, dan
sebagian lainnya tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh faktur pajak
tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajak tidak rincian
penggunaan barang tersebut dengan benar sehingga mengungkapkan rincian tidak
dilakukan koreksi atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh fiskus, sebagai
akibatnya Pajak Pertambahan Nilai yang terutang tidak dapat dihitung secara
benar. Apabila setelah itu diketahui adanya data atau keterangan tentang
kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan tersebut
merupakan data yang semula belum terungkap.

Setelah surat ketetapan pajak diterbitkan tapi ternyata masih ditemukan data
baru termasuk data yang belum terungkap yang belum diperhitungkan sebagai dasar
penetapan tersebut, atas pajak yang kurang dibayar ditagih dengan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% dari pajak yang kurang dibayar.

Contoh penghitungan SKPKBT

PT. Angin Laut telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2019 secara tepat
waktu dengan hasil Kurang Bayar sebesar Rp. 20.000.000 dan telah dilakukan
pembayaran. Pada 17 Maret 2021, berdasarkan hasil pemeriksaan, yang dilakukan oleh
fiskus, Kurang Bayar untuk PPh Tahun 2019 adalah sebesar Rp. 28.000.000,- untuk itu
fiskus menerbitkan SKPKB sebesar Rp. 8.000.000, beserta sanksi administrasinya.

11
Pada tanggal 10 Oktober 2021, fiskus menerbitkan SKPKBT oleh karena terdapat data
baru yang semula belum terungkap, dengan jumlah tambahan pajak terutang sebesar Rp.
6.000.000,- sehingga penghitungan SKPKBT adalah sebagai berikut:
Jumlah tambahan PPh terutang Rp.6.000.000
Sanksi adminidtrasi kenaikan :
100 % xRp.6.000.000 Rp.6.000.000
Jumlah PPh yang harus dibayar Rp.12.000.000

PENJELASAN:
https://youtu.be/A2N0gnlAShc?si=UZ9FQ3FakekOv7gO

2.3 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

12
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Sebab penerbitan SKPLB sebagaimana diatur dalam UU KUP adalah sebagai
berikut:
a. Untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang
terutang, atau telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang.
b. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak
atau telah dilakukan pembayaran pajak yang tidak seharusnya terutang. Apabila
terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai,
maka yang dimaksud dengan jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah Pajak
Keluaran setelah dikurangi pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nila tersebut.
c. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar lebit
besar dari jumlah pajak yang terutang atau telah dilakukan pembayaran pajak
yang tidak seharusya terutang.

Tata cara penerbitan SKPLB :

a. Terjadi kelebihan pembayaran pajak setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT


tanpa adanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi),
dengan ketentuan:
1) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan
atas Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak yang menyatakan
Kurang Bayar, Nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan Permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (permohonan restitusi).
2) Apabila Waib Paiak setelah menerima SKPLB dan menghendaki
pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi), akan mengajukan
permohonan secara tertulis.

13
b. Atas Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang sesuai dengan
perhitungan yang terdapat di dalam SPT yang disampaikan wajib pajak, dengan
ketentuan:
1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran Pajak selain permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 17C UU No. 16 Tahun 2009, harus
menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat 12 bulan sejak surat
permohonan diterima secara lengkap dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan
telah disi lengkap, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
2) Apabila setelah lewat jangka waktu 12 bulan tersebut Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar harus diterbitkan dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah jangka
waktu tersebut berakhir.
3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar terlambat diterbitkan dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b, maka kepada Wajib
Pajak diberikan imbalan bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dihitung sejak berakhirnyajangka waktu sebagaimana
imaksud pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar.

Imbalan bunga akan diperoleh oleh Wajib Pajak dalam hal terjadi kelebihan
pembayaran pajak yang harus dilakukan pengembalian oleh pihak DJP kepada Wajib
Pajak lebih dari 1 bulan sejak permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
diterima. Pada saat mengajukan permohonan pembayaran kelebihan pajak, wajib Pajak
wajib melampirkan nomor rekening supaya penerimaan imbalan bunga dapat
ditindaklanjuti. Adapun istilah yang perlu diketahui yang berkaitan imbalan bunga yaitu
:

14
 Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga yang selanjutnya disingkat
SKPIB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya imbalan bunga
yang diberikan kepada Wajib Pajak.
 Surat Keputusan Perhitungan Pemberian ImbalanBunga yang selanjutnya
disingkat SKPPIB adalah surat keputusan yang digunakan sebagai dasar untuk
memperhitungkan imbalan bunga dalam SKPIB dengan utang pajak.
 Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak yang
selanjutnya disingkat SKPKPP adalah surat keputusan yang digunakan
sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak.
Penerbitan SKPKPP oleh Direktur Jenderal Pajak dilakukan paling lama 3
(tiga) bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk Pajak
Peghasilan dan 1 (satu ) bulan seiak permohonan diterima secara lengkap
untuk Pajak Pertambahan Nilai yang diajukan oleh Wajib Pajak dengan
kriteria:
a. Wajib Pajak tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan.
b. Wajib Pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak,
kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur
atau menunda pembayaran pajak. Dengan kata lain penyampaian Surat
Pemberitahuan Masa untuk Masa Pajak Januari sampai dengan November
yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) Masa Pajak untuk setiap jenis pajak
dan tidak berturut-turut.
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut;
d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak kepada Wajib Pajak


tidak dapat dilakukan dalam hal :

a. Terhadap Waiib Paiak tersebut dilakukan tindakan penyidikan tindak


pidana di bidang perpajakan;
15
b. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 2 (dua) Masa Paiak berturut-turut;
c. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa untuk suatu jenis
pajak tertentu 3 (tiga) Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. Terlambat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Perlu diketahui
bahwa pemberian imbalan bunga kepada Wajib Pajak harus
diperhitungkan terlebih dahulu dengan Utang Pajak yang
diadministrasikan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak
terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan, termasuk di
KPP tempat Wajib Pajak cabang terdaftar dan di KPP tempat objek pajak
PBB diadministrasikan.

2.4 Gambar Surat Ketetapan Pajak Bayar

Lebih Contoh perhitungan SKPLB:

Hamdan memperoleh SKPLB sebesar R 100.000.000.- pada tanggal 3 Juli 2021.


Namun dalam jangka waktu 1 bulan DJP belum mengembalikan kelebihan
pembayaran pajak. Kemudian Hamdan mengajukan permohonan kelebihan
pembayaran pajak dengan mencantumkan rekening. Hamdan mempunyai utang
pajak PPh 25 Rp 30.000.000,- Kemudian pada 5 November 2021 DJP
menerbitkan SKPPIB dengan perhitungan imbalan bunga
16
berdasarkan (KMK Nomor

17
60/KM.10/2021 Tentang Tarif Bunga Sebagai Dasar Penghitungan Sanksi
Administrasi Berupa Bunga Dan Pemberian Imbalan Bunga Periode 1 November
2021 Sampai Dengan 30 November 2021, 2021) adalah sebagai berikut:
Penerbitan SKPLB : 3 Juli 2021
Jangka waktu pengembalian : Agustus 2021
Penerbitan SKPPIB : 5 November 2021
Imbalan bunga : September sd November 2021
= (Rp 100.000.000 - R 30.000.000) x 0,51 % × 3
= Rp 1.071.000

5. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
Ternitang dan tidak ada kredit pajak.
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan SKPN
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada
pembayaran pajak.
SKPN akan terbit jika:
a. Untuk Pajak penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau tidak ada pajak terutang dan tidak ada kredit pajak
b. Untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
c. Apabila terdapat pajak terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai, maka yang dimaksud dengan jumlah pajak yang terutang adalah jumlah
Pajak Keluaran setelah dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut
Pajak Pertambahan Nilai tersebut.
d. Untuk Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.

18
2.5 Surat Ketetapan Pajak Nihil

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Surat ketetapan pajak merupakan surat untuk melakukan penagihan atas tagihan
pajak. Adapun fungsi dari surat ketetapan pajak adalah sarana untuk mengenakan sanksi
perpajakan dan sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang. Jenis-jenis surat
ketetapan pajak yakni mencakup 28 Tahun 2007, Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak
adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Tagihan pajak (SPT), Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT),
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

B. SARAN
Harapan penulis kepada para pembaca, agar dapat memberi sebuah kritikan atau
saran terhadap makalah ini, karena makalah ini masih terdapat kekurangan seperti masih
kurangnya penjelasan secara rinci dibeberapa materi, beberapa materi hanya dijelaskan
secara garis besar saja dan kurangnya sumber literatur yang lebih luas untuk memperdalam
isi materi

20
DAFTAR PUSTAKA
Wahyunin, Nita, dkk. (2022). Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan. Yogyakarta: K-Media.

21

Anda mungkin juga menyukai