Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

MANAJEMEN PERPAJAKAN
“ Optimalisasi Pembayaran Pajak ”

DOSEN PENGEMPU : ERNY LUXY D.PURBA.,SE.,M.SI.,AK

Oleh :

NAMA : ADINDA

NIM : 7203520019

KELAS : C

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Alhadulillahhirabbil’alamin saya ucapkan kepada Allah SWT karna berkat rahmat-Nya saya

dapat meyelesaikaan tugas CBR ini dan saya sangat berterima kasih kepada Bu Erny Luxy

D.Purba.,Se.,M.Si.,Ak atas bimbingannya.

Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya

selaku penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya selaku penulis

juga sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca demi kelangsungan CBR saya ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan

bagi para pembaca.

Binjai, 4 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................1

a. Latar Belakang.........................................................................................................1

b. Tujuan.......................................................................................................................1

c. Identitas Buku..........................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................2

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................12

a. Kesimpulan.............................................................................................................12

b. Saran ......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Manajemen sendiri berarti suatu proses pengelolaan, pengaturan dan


pemberdayagunaan. Manajemen perpajakan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir pengeluaran suatu bisnis / perusahaan dalam hal pembayaran pajak. Pada
umumnya, perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak agar utang pajak berada dalam jumlah yang minimal, tetapi masih
dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat
diartikan sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan
tepat waktu sehingga dapat secara optimal menghindari pemborosan sumber daya.

Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban


perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal
mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax
control). Pada tahap perencanaan pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan. Tujuannya adalah agar dapat dipilih jenis tindakan penghematan pajak
yang akan dilakukan. Pada umumnya, penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimimalisasi kewajiban pajak.

b. Tujuan

Memberikan gambaran penialaian dan penghargaan mengenai buku yang dikritik.

c. Identitas Buku

Judul Buku : Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan


Pajak & Bisnis
Penulis : Drs. Chairil Anwar Pohan, M.Si, MBA
Tahun Terbit : 2013
Kota Terbit : Jakarta
ISBN : 978-979-22-9139-1

1
BAB 2

PEMBAHASAN

“ Optimalisasi Pembayaran Pajak untuk Menghemat Pajak “

1. Pendahuluan

Optimalisasi pembayaran pajak ini merupakan suatu langkah pengamanan yang harus
dilakukan wajib pajak terkait transaksi dengan pihak ketiga dan penjagaan cash flow
perusahaan, yang tujuannya adalah untuk mendatangkan penghematan pajak.

2. Pengamanan Kontrak-Kontrak Bisnis dari Potensi Pemotongan Withholding Tax

Dalam praktik bisnis banyak terjadi kasus pemungutan atau pemotongan pajak dari pihak
ketiga, di mana yang membuat kontrak bisnis -misalnya kontrak jual beli/kontrak jasa
konstruksi/kontrak sewa- kurang memahami atau mengabaikan aspek perpajakannya secara
detail dan sesuai dengan ketentuan perpajakan, sehingga saat pemeriksaan oleh fiskus,
perusahaan dikenai kewajiban untuk membayar withholding tax ditambah denda
keterlambatan penyetoran sebesar 296 sebulan dari pokok pajak. Belum lagi bila vendor tidak
bersedia dipotong pajaknya karena pembayarannya mengacu pada kontrak yang telah
disetujui sebelumnya, sehingga bila perusahaan pembeli atau pemilik proyek tidak memotong
withholding tax (PPh Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, PPh final, PPh Pasal 26 dsb), perusahaan
pembeli atau pemilik proyek mau tidak mau dikenai kewajiban untuk membayar withholding
tax ke kas negara berikut sanksi perpajakannya.

3. Optimalisasi Pengkreditan PPh yang Telah Dibayar

Kredit Pajak merupakan jumlah pembayaran pajak yang dibayar oleh wajib pajak sendiri,
setelah ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain (yang sifatnya
tidak final) dan dikurangkan dari seluruh pajak yang terutang pada akhir tahun pajak yang
bersangkutan termasuk apabila ada jumlah pajak atas penghasilan yang terutang di luar
negeri.

Optimalisasi kredit pajak dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan administrasi harus tertata dengan baik dan tertib, baik dalam hal
pencatatannya maupun kelengkapan dokumentasinya.

2
b. Untuk memenuhi kelengkapan formal, terutama pada saat pemerik- saan berlangsung,
setiap kali dilakukan pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain sebaiknya
langsung diminta Bukti Pemotongan atau Pemungutan PPh-nya.

ii
4. Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran PPh Pasal 25

Bila SPT PPh badan pada akhir tahun buku atau fiskal menunjukkan terjadinya kelebihan
pembayaran pajak, maka dapat dipastikan, terhadap wajib pajak tersebut akan dilakukan
pemeriksaan pajak.

Untuk mengantisipasi hal itu, sesuai Keputusan Dirjen Pajak No. 537/PJ./2000, wajib pajak
dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara
tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan disertai
proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan terjadinya penurunan laba, dengan memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya tahun pajak, wajib pajak dapat
menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut
kurang dari 7596 (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang
menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.
b. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus
disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh dan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkuran.

5. Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23

Untuk beberapa jenis withholding tax seperti PPh Pasal 22, PPh Pasal 23 dapat diajukan
Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) oleh wajib pajak yang memenuhi kriteria
dibawah ini.

a. Wajib pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.
b. Wajib pajak yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikann tidak akan
terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiscal
c. Wajib pajak yang dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar
lebih besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang.
d. Wajib pajak yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.

6. Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak

3
Wajib pajak diberi hak mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran
pajak untuk semua jenis keterapan pajak, baik berup SKP maupun STP. Pasal 19 ayat (1)
KUP No. 28 tahun 2007 mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga, dalam hal
apa wajib pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Alternatif mana yang lebih menguntungkan wajib pajak, langsung melunasi, mengangsur,
atau menunda pembayaran pajaknya? Itu tergantung pada wajib pajak, seperti terlihat dalam
contoh berikut ini. Namun sebelumnya kita perlu menganalisisnya dengan menggunakan
benchmarking suku bunga pinjaman-bank.

7. Rekonsiliasi/Egualisasi SPT PPh Badan dengan SPT Lainnya dan Laporan


Keuangan (Fiskal)

Sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan prosedur


pengecekan dengan menggunakan teknik rekonsiliasi/egualisasi secara periodik antara
elemen-elemen yang terdapat di SPT Badan dan laporan keuangan (fiskal) perusahaan
dengan elemen-elemen yang terdapat di SPT PPh Pasal 21, SPT PPh Pasal 23 dan SPT Masa
PPN

a. Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPN.

Rekonsiliasi dilakukan atas transaksi pembelian dan penjualan serta PPN yang mengikutinya,
yakni PPN masukan dari transaksi pembelian dan PPN keluaran dari omzet penjualan, apakah
kedua SPT tersebut telah menunjukkan angka yang sama atau belum.

b. Rekonsiliasi atau ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21

Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21 adalah prosedur pengecekan yang
dilakukan oleh KPP terhadap Jumlah Biaya Gaji dan Tunjangan serta biaya lainnya yang
dibayarkan kepada pihak perorangan lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, yang
tercantum dalam SPT PPh Badan, dengan Jumlah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang
tercantum dalam SPT PPh Pasal 21.

c. Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 23

Rekonsiliasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 23 berkaitan dengan prosedur
pengecekan yang dilakukan oleh KPP terhadap jumlah biaya sewa, bunga, dividen, royalti,
dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh Pasal 23 pada SPT PPh Badan dengan jumlah
Dasar Pengenaan Pajak SPT PPh Pasal 23, apakah jumlahnya telah sama. Jika terdapat

5
material yang bukan objek PPh Pasal 23, perlu dilakukan pemisahan antara nilai jasa dan
materialnya.

ii
8. Kebijakan Perpajakan Lainnya untuk Penghematan PPh atas Transaksi Tertentu

Perlakuan perpajakan PPh badan yang berkaitan dengan transaksi tertentu:

A.Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap

Peraturan perpajakan terbaru itu diatur dalam Peraturan Menkeu No.79/PMK.03/2008


tanggal 23 Mei 2008, yang mencabut Keputusan Menkeu No. 486/KMK.03/2002 tanggal 28
November 2002 jo. KEP-519/PJ./2002 jo. SE-03/PJ.31/2002.

a. Wajib pajak badan dalam negeri dan BUT (tidak termasuk perusahaan yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang
dolar AS) dapat melakukan penilaian kernbali aktiva tetap perusahaan yang berada di
Indonesia
b. Aktiva tetap yang dinilai Kembali
c. Penilaian kembali dilakukan oleh perusahaan penilai yang diakui pemerintah.
d. Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku
fiskal semula, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10
e. Perusahaan yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk melunasi
sekaligus pembayaran Pajak Penghasilan yang bersifat final yang terutang dalam
rangka penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan
f. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap perusahaann

B. Utang/Piutang Kepada Pemegang Saham

Pada dasarnya semua pinjaman yang diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan
akan terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar, kecuali untuk pinjaman (tanpa bunga)
dari pemegang saham yang diterima oleh wajib pajak berbentuk perseroan terbatas
diperkenankan bila dipenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham itu sendiri dan bukan
berasal dari pihak lain.
b. Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah disetor
seluruhnya.
c. Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan merugi
d. Perseroan terbatas penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk
kelangsungan usahanya.

5
C. Bunga Pinjaman

Pada dasarnya bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai biaya, sepanjang pinjaman tersebut
digunakan oleh wajib pajak untuk kegiatan operasional perusahaan.

D.Pencadangan/Penghapusan Piutang Tak Tertagih

Berbeda dengan akuntansi komersil atau PSAK yang membolehkan setiap perusahaan
mencadangkan penghapusan piutang tak tertagih setiap tahunnya untuk mengantisipasi
kerugian piutang tidak tertagih atau kerugian lainnya dengan menggunakan metode tertentu
untuk dibukukan menjadi biaya dalam perhitungan rugi labanya, dari segi fiskus, penyisihan
atau pencadangan penghapusan piutang tak tertagih hanya diperbolehkan untuk jenis
perusahaan tertentu saja.

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan sebagai biaya (sesuai
peraturan Menkeu No. 81/KMK.03/2009), yaitu:

1. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang
2. Cadangan untuk usaha asuransi
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industry

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto (Peraturan Menkeu No. 105/PMK.03/2009 dan No.57/PMK.03/2010)

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto, sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.


b. Wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak (berbentuk hard copy dan atau soft copy)
c. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan perkara
penagihannya kepada pengadilan negeri atau instansi pemerintah yang menangani

6
piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang atau
pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagihtersebur, atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus,
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu.

E. Biaya Pra-Operasi (Pre-Operating Cost/Biaya Pendirian)

Biaya pra-operasi atau biaya pendirian yang dikeluarkan sebelum operasi komersial yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dikeluarkan sebelum operasi
komersial, pembebanannya melalui amortisasi sesuai dengan masa manfaatnya. Pengeluaran
untuk biaya pendirian suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau
diamortisasi sesuai dengan kelompok harta tak berwujud, masa manfaat, dan tarif yang
ditetapkan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 A ayat (2) UU PPh No.
36 Tahun 2008. Amortisasi atas biaya pendirian tersebut dapat dilakukan dengan metode
garis lurus (scright line method) maupun dengan metode saldo menurun (declining balance
method) dan pada akhir tahun masa manfaat diamortisasi sekaligus (close end).

F. Reimbursement

Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian pembayaran sebesar


jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak ketiga (SE Dirjen
pajak No. 53/PJ./2009). Transaksi reimbursable items merupakan pengeluaran-pengeluaran
yang sudah ditalangi lebih dulu oleh pihak lain kemudian dimintakan penggantian ke
perusahaan. Transaksi ini dilakukan untuk transaksi yang melibatkan minimal tiga pihak
sekaligus, misalnya reimbursement biaya pengobatan, biaya transportasi, dan sebagainya.

G. Pembukuan dalam Valuta Asing

Wajib Pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan
satuan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang Dolar Amerika
Serikat. Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang dolar AS oleh wajib pajak harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari menteri
keuangan, kecuali bagi wajib pajak dalam rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam
rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama.

7
Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas
permohonan wajib pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari Wajib Pajak
diterima secara

ii
lengkap. Khusus bagi perusahaan dengan Kontrak Karya dan perusahaan dengan Kontrak
Bagi Hasil, meskipun tidak perlu izin tertulis, tetap harus memberitahukan secara tertulis
kepada Direktorat Jenderal Pajak, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar AS tersebur dimulai.

H. Transaksi dalam Mata Uang Asing

Bagi wajib pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar AS, berlaku ketentuan konversi ke satuan mata
uang dolar AS sebagai berikut:

1. Pada awal tahun buku:

Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan satuan mata uang dolar AS untuk


pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari neraca akhir tahun buku sebelumnya (dalam
satuan mata uang rupiah) yang dikonversikan ke satuan mata uang dolar AS dengan
menggunakan kurs

2. Dalam tahun berjalan

Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang dolar AS, pembukuannya dicatat
sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan. Untuk transaksi, baik dalam negeri
maupun luar negeri, yang menggunakan satuan mata uang selain dolar AS, dikonversikan ke
satuan mata uang dolar AS dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
terjadinya transaksi.

Perlakuan Akuntansi Mengenai Selisih Kurs

1. Sesuai dengan ketentuan dalam Paragraf 7 PSAK No.10 ditentukan bahwa transaksi dalam
mata uang asing harus dibukukan dengan menggunakan kurs (nilai tukar) pada saat terjadinya
transaksi.

2. Dalam Paragraf 09 PSAK No.10 yang berkaitan dengan pelaporan pada tanggal neraca

3. Dalam Paragraf 13 PSAK No. 10 ditentukan bahwa selisih penjabaran pos aset dan
kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba
rugi periode berjalan, kecuali untuk hal-hal yang diuraikan dalam paragraf 16 dan 18 yakni
Investasi Neto dalam suatu entitas asing.

8
4. Dalam Paragraf 16 PSAK No. 16 tentang Investasi Neto dalam suatu entitas asing,
ditentukan bahwa selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya
membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing, harus
diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pe- lepasan
(disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban.

Selisih kurs yang disebabkan oleh devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang
asing

Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat aset (carrying amount),
sepanjang nilai tercatat aset yang telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara
biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount
recoverable) dari penjualan atau penggunaan aset tersebut.

Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Selisih Kurs

1. Secara umum peraturan perpajakan tentang selisih kurs diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 94 tahun 2010.
2. Peraturan pelaksanaan perpajakan tentang selisih kurs diatur dalam Surat Edaran
Dirjen Pajak No. SE-03/P3.31/1997
3. Perlakuan Pajak Penghasilan Atas Laba/rugi Selisih Kurs Atas Perkiraan Utang
Kepada Kantor Pusat Bagi BUT (SE.No. 11/PJ.42/2000 dan 08/PJ.42/2000)

9. Rekonsiliasi Fiskal

Rekonsiliasi fiskal adalah sebuah lampiran SPT Tahunan PPh Badan berupa kertas kerja yang
berisi penyesuaian laba/rugi sebelum pajak menurut komersial atau pembukuan (yang
disusun berdasarkan prinsip akuntansi) dengan laba/rugi yang terdapat dalam laporan
keuangan fiscal (yang disusun berdasarkan prinsip fiskal). Fiskus menggunakan istilah
Penyesuaian Fiskal Positif dan Penyesuaian Fiskal Negatif (yang sama pengertiannya dengan
Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif) berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak No.
KEP. 141/PJ./2004.

Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian yang bersifat menambah atau memperbesar
penghasilan berdasarkan laporan keuangan komersial, karena adanya biaya, pengeluaran, dan
kerugian yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung penghasilan
kena pajak berdasarkan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Yang dimaksud

9
dengan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial
dalam

ii
rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pe-
laksanaannya, yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya
komersial.

10. Penerapan Tax Planning pada Usaha Mikro Kecil Menengah dan Aspek Keadilan
dalam Kebijakan Perpajakannya

Perubahan UU PPh dan Kriteria Pengusaha UMKM Tarif PPh di dunia saat ini cenderung
menurun, hal ini merupakan dampak dari globalisasi ekonomi dan meningkatnya kemajuan
teknologi yang memudahkan akses informasi tanpa batas tempat dan waktu. Penurunan tarif
PPh di suatu negara akan memengaruhi negara sekitarnya. PPh badan menjadi tarif tunggal
dan diturunkan menjadi 2895 tahun 2009, dan menjadi 2595 tahun 2010. Tarif tunggal
tersebut dimaksudkan sebagai fasilitas dan kesederhanaan bagi wajib pajak (WP). Tarif
Tunggal ini pasti menguntungkan sebagian WP Badan namun sekaligus juga di- rasakan
kurang adil bagi sebagian WP lainnya utamanya WP kecil, Oleh karena itu pemerintah
memberikan fasilitas perpajakan bagi WP badan berskala kecil yaitu UMKM dengan
pemberian fasilitas pengurangan tarif sebesar 5096 dari tarif normal untuk peredaran bruto
sampai dengan Rp 4,8 miliar.

Strategi Tax Planning UMKM

Salah satu teknik yang digunakan dalam perencanaan pajak disebut spin off atau pemekaran
usaha, dengan cara menyebarkan peng- hasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib
pajak, seperti pembentukan anak-anak perusahaan. Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.
43/PMK.03/2008, pemekaran usaha adalah pemisahan satu wajib pajak badan yang modalnya
terbagi atas saham, menjadi dua wajib pajak badan atau lebih dengan cara mendirikan badan
usaha baru dan meng- alihkan sebagian harta dan kewajibannya kepada badan usaha baru
tersebut tanpa melakukan likuidasi badan usaha yang lama. Kebijakan berdasarkan peredaran
bruto ini dapat menimbulkan upaya tax avoidance yang dilakukan wajib pajak badan,
khususnya UMKM untuk memperkecil omzet demi mencapai syarat dari fasilitas yang
diberikan melalui Pasal 31E tersebut.

10
PEMBAHASAN

Kelebihan :

 Pada bagian materi ini dijelaskan dengan lengkap cara mengoptimalkan pembayaran
pajak dan menggunakan bahasa yang jelas dan sesuai dengan KBBI.
 Berdasarkan struktur buku, buku ini memiliki struktur yang lengkap mulai dari cover,
kata pengantar, daftar isi, hingga daftar Pustaka
 Setiap topik yang dibahas selalu disertai dengan contoh-contoh sehingga pembaca
akan lebih jelas dan mudah memahaminya.

Kekurangan :

Cover buku yang memiliki warna kurang mencolok, sehingga kurang membuat daya
tarik bagi pembaca,

11
BAB 3

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pengurangan tarif bisa memotivasi wajib pajak badan untuk melakukan pemekaran
usaha (spin off) dengan tujuan, selain menurunkan beban pajak badan -baik yang berasal dari
penghematan PPh Badan itu sendiri maupun dari PPh 21 diharapkan dalam besaranagregat
akan mendongkrak ekonomi sektor UMKM karena munculnyaunit-unit usaha baru dari hasil
pemekaran tersebur, serta terciptanyaefisiensi biaya operasional yang akan membuahkan net
profit after tax lebih besar, sehingga akan lebih menggairahkan perekonomian nasional dan
meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) serta penerimaan pajak nasional.

b. Saran

Pengusaha UMKM harus bisa memanfaatkan fasilitas perpajakan yang telah


disediakan oleh Kementerian Keuangan gg. Dirjen Pajak berupa pengurangan tarif sebesar
5095 dari tariff normal (Pasal 31E) ini sebaik-baiknya. Pasal ini diharapkan dapat
menjembatani wajib pajak badan UMKM untuk masuk ke dalam sistem perpajakan sehingga
bisa memperoleh kredit perbankan lebih mudah.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/manajemen-perpajakan-strategi-perencanaan-pajak-
bisnis-edisi-revisi

13

Anda mungkin juga menyukai