Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANTAR PERPAJAKAN

“Perhitungan Pembayaran dan Pelaporan Pajak SPT”

Dosen Pengampu:

SAIPUDIN

KELOMPOK 8

1. MUHAMMAD AL-FAREZA (2200312310080)

2. MUHAMMAD ZIDAN BRILYANSYAH (2200312310006)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah pengantar perpajakan yang berjudul
“UTANG PAJAK” dengan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhin tugas mata kuliah pengantar perpajakan di
Universitas Lambung Mangkurat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Penyusunan laporan ini dapat
terlaksana dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Saipudin selaku dosen yang telah banyak memberikan masukan ilmu dan tidak lupa pula
teman-teman sekalian yang telah banyak membantu memberikan semangat untuk segera
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi orang lain dan dapat pula menjadii
referensi sumber ilmu. Tetapi seperti yang kita ketahui tidak ada yang sempurna masih banyak
kekurangan didalam laporan yang telah kami susun. Oleh karena itu kami berharap agar para
pembaca dapat memberikan kritik dan saran untuk laporan ini. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….……………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………………………………..II

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG………………………………………………………………………….……….………………….3
B. TUJUAN PENULISAN………………………………………………….………………….……..….…………………3

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBAYARAN PAJAK……………………………………………………….…………………….…….4


B. PENGERTIAN SSP………………………………………………………………………………..……………………..4
C. PELAPORAN PAJAK……………………………………………….……………………………………………..…….5
D. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT …………………….…………………………………………………………….9

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………….……………………………16
B. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………….16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat" (UU KUP pasal 1).

Peran pajak terhadap penerimaan negara dari tahun ke tahun semakin dominan, terutama sejak
penerimaan minyak dan gas bumi tidak mampu lagi membiayai belanja pemerintah. Semakin
besarnya peranan pajak dalam pembangunan menjadi perhatian semua pihak, karena tingginya pajak
menunjukkan kemampuan kemandirian bangsa dalam membiayai pembangunan dari seluruh
komponen bangsa. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak merupakan
sumber utama pemasukan negara yang dalam penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Direktorat

Jenderal Pajak. Pajak memberikan manfaat secara tidak langsung bagi masyarakat, karena
kontraprestasi yang akan dikembalikan pada masyarakat adalah dalam bentuk pembangunan
infrastruktur dan fasilitas umum,sehingga pajak tersebut seharusnya dapat dinikmati secara merata
oleh seluruh lapisan masyarakat.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui ketentuan ketentuan pajak

2. Mengetahui apa itu SSP

3. Mengetahui apa itu SPT

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBAYARAN PAJAK

Dalam sistem self assessment wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan,


membayar dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakan ke kantor pelayanan pajak atau kantor
penyuluhan pajak. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP)
dan untuk pelaporan menggunakan surat pemberitahuan (SP).

B .Surat Setoran Pajak.


Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor pos dan/ atau
bank badan usaha nilik negara atau bank badan usaha milik negara atau tempat pembayaran lain
yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
SSP dibagi menjadi menjadi 2 (dua), adalah sebagai berikut:
a. SSP standar adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan atau berfungsi untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kantor penerimaaan pembayaran dan
digunakan sebagai bukti pembayaran.
b. SSP khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke kantor penerimaan
pajak yang dicetak oleh kantor penerimaan pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi
dan/ atau alat lain yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam keputusan dirjen pajak dan
mempunyai fungsi yang sama dengan SSP standar dalam administrasi perpajakan.
SSP standar dibuat dalam rangkap lima (5) yang peruntukannya sebagai berikut:
 Lembar1: untuk arsip wajib pajak.
 Lembar2: untuk kantor pelayanan pajak melalui kantor pembendaharaan dan kas negara.
 Lembar3: untuk dilaporkan wajib pajak ke kantor pelayanan pajak.
 Lembar4: untuk arsip kantor penerimaan pembayaaran.

4
 Lembar5: untuk arsip wajib pungut dan pihak lain sesuai dengan ketentuan perundangan
perpajakan yang berlaku.

SSP khusus dicetak oleh kantor penerimaan pembayaran yang telah mengadakan
kerjasama monitoring pelaporan pembayaran pajak (mp3) dengan dirjan pajak.
Cara pengisian SSP khusus adalah sebagai berikut:
a. NPWP diisi dengan NPWP 11 dihit apabila SSP digunakan untuk melakukan pembayaran
sebelum 31 maret 2001.
b. NPWP baru 15 digit yang diterima oleh wajib pajak sebelum tanggal 1 april 2001 baru
digunakan untuk identitas pembayaran pajak sejak 1 april 2001 dengan menggunakan SSP
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan dirjen pajak.

C. SURAT PEMBERITAHUAN
NTPP dan/ atau NTB dicantumkan pada ” ruang teraan Surat Pemberitahuan
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajip pajak digunakan untuk melaporkan
perhitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta
dan kewajiban, menurut ketentuan paraturan perundangan-undangan perpajakan. Fungsi dari
surat pemberitahuan sebagai berikut.
a. Bagi wajib pajak, surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melapor dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
a) Pembayara atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakkan sendiri dan/ atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak bagian tahun pajak
b) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak.
c) Harta dan kewajiban.
d) Pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak
orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa, yang ditentukan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
a. Bagi pengusaha kena pajak fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak pertumbuhan nilai dan
pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya tertuang dan untuk melaporkan tentang:

5
a) Perkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran.
b) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanaakan sendiri oleh pengusaha kena
pajak dan/ atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi surat pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipungut dan setorkan.

D. Pelaporan Pajak
Dalam pelaporan pajak, Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan
pembayaran pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat
(7), ayat (11), dan ayat (12) wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20
(dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
a. Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dan ayat (13a), serta Pasal 2A, dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Kena Pajak dikukuhkan, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
b. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13) dengan
menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya
meliputi tempat bangunan tersebut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir.
c. Orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai yang telah disetor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (13a) dengan
menggunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya
meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut, paling lama
akhir bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak.
d. Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (9) wajib melaporkan hasil
pemungutannya secara mingguan paling lama pada hari kerja terakhir minggu berikutnya.
e.  Pemungut Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (10) wajib melaporkan hasil
pemungutannya paling lama 14 (empat belas) hari setelah Masa Pajak berakhir.

6
f. Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah disetor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (14) dan ayat (15) ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemungut
PPN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
g. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (16) dan ayat
(17) yang melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
berakhirnya Masa Pajak terakhir.
Syarat-syarat dalam Pembayaran dan pelaporan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak
akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka
pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu:
1 Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan
dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam
pelaksanaannya. Contohnya:
a. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak.
b. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak.
Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya
pelanggaran.
2 Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat
untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut harus
dijamin kelancarannya.
a. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum.
b. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.
3 Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak

7
jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat
pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
4 Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan.
Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh
karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan
demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi
penghitungan maupun dari segi waktu.
5 Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang
harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk
meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak
rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak. Contoh:
a. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif.
b. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%.
c. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi)

Fungsi dan Manfaat Pembayaran dan Pelaporan Pajak


1. Fungsi
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas
maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
a. Fungsi anggaran (budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan
pembangunan, negara membutuhkan biaya.Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak.
Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang,

8
pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan
dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.
b. Fungsi mengatur (regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan
fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai
macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
c. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasidapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien.
d. Fungsi redistribusi pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua
kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Manfaat
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara
sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan
menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan
dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara
mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari
pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas
bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang

9
jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Secara singkat pajak dimanfaatkan
untuk mendanai:
 Pembangunan fasilitas dan infrastruktur
 Alokasi Dana Umum
 Pemilihan Umum ( PEMILU)
 Penegakan hukum
 Subsidi pangan dan BBM
 Pelayanan Kesehatan
 Pendidikan
 Pertahanan dan Keamanan
 Kelestarian lingkungan hidup
 Kelestarian budaya
 Transportasi missal

Sanksi yang diberikan jika Wajib Pajak belum Melakukan Pembayaran dan
Pelaporan Pajak
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah
lndonesia memilih menerapkan self assessment  system dalam rangka  pelaksanaan pemungutan
pajak. Berdasarkan sistem ini, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung menyetor,
dan melaporkan pajaknya sendiri. Untuk dapat menjalankannya dengan baik, maka setiap Wajib
Pajak memerlukan pengetahuan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis administrasinya.
Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah
menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam UU Perpajakan yang berlaku.
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
kewaiiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi.
Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi perpajakan.
Pada hakikatnya, pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya, penting bagi Wajib
pajak memahami sanksi-sanksi perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi hukum dari apa
yang dilakukan ataupun tidak dilakukan. Untuk dapat memberikan gambaran mengenai hal-hal
apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai sanksi perpajakan, di bawah ini akan diuraikan

10
tentang jenis-jenis sanksi perpajakan dan perihal pengenaannya. Ada 2 macam Sanksi
perpajakan, yaitu:
a. Sanksi Administrasi
Terdiri dari:
a) Sanksi Administrasi Berupa Denda
Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam UU perpajakan.
Terkait besarannya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, persentase dari     jumlah
tertentu, atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.
Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda ini akan ditambah dengan sanksi pidana.
Pelanggaran yang juga dikenai sanksi pidana ini adalah pelanggaran yang sifatnya alpa atau
disengaja.
b) Sanksi Administrasi Berupa Bunga
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang
pajak menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu dari suatu
jumlah, mulai dari saat bunga itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima
dibayarkan.
Terdapat beberapa perbedaan dalam menghitung bunga utang biasa dengan bunga utang
paiak. Penghitungan bunga utang pada umumnya menerapkan bunga majemuk (bunga
berbunga). Sementara, sanksi bunga dalam ketentuan pajak tidak dihitung berdasarkan bunga
majemuk. Besarnya bunga akan dihitung secara tetap dari pokok pajak yang tidak/kurang
dibayar. Tetapi, dalam hal Waiib Paiak hanya membayar sebagian atau tidak membayar sanksi
bunga yang terdapat dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan, maka sanksi bunga
tersebut dapat ditagih kembali dengan disertai bunga lagi.
Perbedaan lainnya dengan bunga utang pada umumnya adalah sanksi bunga dalam
ketentuan perpajakan pada dasarnya dihitung 1 (satu) bulan penuh. Dengan kata lain, bagian dari
bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh atau tidak dihitung secara harian. Untuk mengetahui lebih
Jelas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sanksi bunga dan penghitungan besarnya bunga
dalam pajak.
c) Sanksi Administrasi Berupa Kenaikan
Jika melihat bentuknya, bisa jadi sanksi administrasi berupa kenaikan adalah sanksi yang
paling ditakuti oleh wajib Pajak. Hal ini karena bila dikenakan sanksi tersebut, jumlah pajak

11
yang harus dibayar bisa menjadi berlipat ganda. Sanksi berupa kenaikan pada dasarnya dihitung
dengan angka persentase tertentu dari jumlah pajak yang tidak kurang dibayar.
b. Sanksi Pidana
Kita sering mendengar isilah sanksi pidana dalam peradilan umum. Dalam perpajakan pun
dikenai adanya sanksi pidana. UU KUP menyatakan bahwa pada dasarnya, pengenaan sanksi
pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan sanksi pidana
dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali melanggar ketentuan Pasal 38 UU
KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU
KUP adalah tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.
Sehubungan dengan itu, di bidang perpajakan, tindak pelanggaran disebut dengan kealpaan, yaitu
tidak sengaja, lalai, tidak hati-hati, atau kurang mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Sedangkan tindak kejahatan adalah tindakan
dengan sengaja tidak mengindahkan kewajiban pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana di bidang
perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terlampaui.Jangka
waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian
tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan. Penetapan jangka waktu 10
(sepuluh) tahun ini disesuaikan dengan daluarsa penyimpanan dokumen-dokumen perpajakan
yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak yang terutang, yaitu selama 10 (sepuluh) tahun.
Dalam UU Perpajakan Indonesia, ketentuan mengenai sanksi pidana pada intinya diatur
dalam Bab VIII UU KUP sebagai hukum pajak format. Namun, dalam UU Perpajakan lainnya,
dapat juga diatur sanksi pidana. Sanksi pidana biasanya disertai dengan sanksi administrasi
berupa denda, walaupun tidak selalu ada.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Di Indonesia wajib pajak telah dimudahkan dengan adanya sistem self assessment. Dengan
adanya sistem ini wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri kewajiban perpajakan ke kantor pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak.sehingga
tidak ada alasan lagi untuk enggan membayar pajak.
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara
sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan
menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan
dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara
mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari
pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas
bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang
jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

B. DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2014. Hukum Pajak. EdisI 7. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba
Empat.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.

13

Anda mungkin juga menyukai