Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGANTAR PERPAJAKAN

“SUBJEK DAN OBJEK PAJAK SERTA TARIF PAJAK”

DOSEN PENGAMPU :
NORLENA, SE, MSA, AK, CA

KELOMPOK 3
KELAS C PERPAJAKAN

IMELDA OKTAVIA EFFENDI 2200312320078


NADA ERMAYA SOFIE 2200312320069

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr.Wb dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan Makalah Pengantar
Perpajakan dengan judul “Subjek dan Objek Pajak Serta Tarif Pajak” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Banjarmasin, 9 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
A. PENGERTIAN SUBJEK DAN OBJEK PAJAK.................................................................1
A. Subjek pajak dalam negeri................................................................................................1
B. Subjek Pajak Luar Negeri.................................................................................................2
C. Objek Pajak.......................................................................................................................2
B. JENIS SUBJEK PAJAK.......................................................................................................6
C. SUBJEK UNTUK PPh, PPN, PPnBm, PPB, BPHTB..........................................................6
1. Pajak Penghasilan (PPh)...................................................................................................6
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)........................................................................................7
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBm)................................................................7
4. Pajak Bumi dan Bangunan (PPB).....................................................................................8
5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).................................................8
D. OBJEK UNTUK PPh, PPN, PPnBm, PPB, BPHTB............................................................9
1. Objek PPH.........................................................................................................................9
2. Objek PPN.........................................................................................................................9
3. Objek PPnBm..................................................................................................................10
4. Objek PPB.......................................................................................................................10
5. Objek BPHTB.................................................................................................................11
E. SISTEM TARIF PAJAK DAN JENIS TARIF PAJAK.....................................................11
Kesimpulan....................................................................................................................................13

ii
A. PENGERTIAN SUBJEK DAN OBJEK PAJAK
Dikutip dari UU RI NOMOR 36 TAHUN 2008 tentang Perubahan Keempat
atas UU NOMOR 7 TAHUN 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Subjek pajak adalah perseorangan atau sebuah badan usaha yang ditetapkan menjadi
pelaku pajak tersebut.
Secara umum, pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Secara
praktik termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang
belum terbagi sebagai satu kesatuan,badan,dan bentuk usaha tetap.
Yang menjadi subjek pajak adalah :
1. Orang pribadi / perseorangan
2. Warisan yang belum dibagikan sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak
3. Badan
4. Bentuk usaha tetap ( Subjek pajak yang perlakuannya dipersamakan dengan subjek
pajak badan )

A. Subjek pajak dalam negeri

1. Seseorang / orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
tinggal di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan atau setahun, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia
2. Badan yang berdiri atau berkedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari
badan pemerintah dengan kriteria dibawah ini
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara; dan
3. Warisan yang belum dibagikan sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

1
B. Subjek Pajak Luar Negeri
1. Orang pribadi yang tidak bermukim di Indonesia

Orang pribadi yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dalam jangka waktu
12  bulan atau setahun, dan badan yang tidak berdiri dan tidak berkedudukan di
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam bentuk usaha
tetap di Indonesia.

2. Seseorang yang tidak bertempat tinggal di Indonesia

Seseorang yang berada di Indonesia kurang dari 183hari dalam jangka waktu 12
bulan atau setahun, dan badan yang tidak berdiri dan tidak berkedudukan di
Indonesia, yang menerima atau mendapatkan penghasilan dari Indonesia tidak
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.

C. Objek Pajak
Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan
harta kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, termasuk :
a. Penghasilan karena pekerjaan / jasa, gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun dan imbalan lainnya terkecuali ditentukan lain
dalam Undang-undang.
b. Hadiah undian, hadiah dari pekerjaan atau kegiatan dan hadiah penghargaan
c. Laba usaha
d. Keuntungan penjualan atau keuntungan dari pengalihan harta
e. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan moda

2
f. Keuntungan yang diperoleh karena adanya pengalihan harta kepada para
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya seperti :
1. Keuntungan likuidasi, keuntungan penggabungan, keuntungan peleburan,
keuntungan pemekaran, keuntungan pemecahan, keuntungan pengambilalihan
usaha atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
2. Keuntungan dari pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri
Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Keuntungan dari penjualan / pengalihan sebagian atau semuanya dari hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam
perusahaan pertambangan.
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang sudah dibebankan menjadi biaya
dan pembayaran tambahan dari pengembalian pajak.
g. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
h. Dividen, termasuk yang diberikan  perusahaan asuransi kepada pemegang polis,
dan pembagian SHU ( Sisa Hasil Usaha ) koperasi.
i. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
j. Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan penggunaan harta
k. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
l. Keuntungan yang diperoleh karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan
jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
m. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
n. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
o. Premi asuransi

3
p. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
q. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak
r. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
s. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
t. Surplus Bank Indonesia.
Yang tidak termasuk dari objek pajak :
a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah, dan zakat yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk dan/atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan
c. warisan
d. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham
atau sebagai pengganti penyertaan modal
e. Imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk
natura atau kenikmatan
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa

4
g. Dividen atau laba yang diterima PT ( perseroan terbatas ) sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, Koperasi, BUMN ( Badan Usaha Milik Negara ) atau BUMD
( Badan Usaha Milik Daerah ) dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat :
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan.
2) Bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan dividen minimal 25% dari jumlah modal yang
disetor.
h. Iuran dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan,
baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.
i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan
j. Bagian keuntungan / Laba yang di terima para anggota dari Perseroan Komanditer
dimana modal yang disetorkan tidak dibagikan atas saham – saham, persekutuan,
perkumpulan, Firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif.
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1) Perusahaan UKM ( mikro, kecil dan menengah ) atau yang menjalankan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
m. Kelebihan atau sisa lebih yang diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengembangan yang terdaftar
pada instansi yang membidanginya yang diterapkan kembali dalam bentuk sarana
atau prasarana kegiatan dibidang pendidikan dalam jangka waktu paling lama 4

5
tahun semenjak kelebihan atatu sisa lebih tersebut diperoleh, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6
B. JENIS SUBJEK PAJAK
Ada 2 jenis subjek pajak yang ada di Indonesia yaitu subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri. Adapun penjelasan kedua jenis subjek pajak ini adalah:
1 . Dalam Negeri
Seluruh aktivitas bisnis yang dilakukan di Indonesia termasuk ke dalam subjek pajak
dalam negeri. Subjek pajak ini berlaku untuk seluruh WNI serta seluruh WNA yang juga
tinggal di Indonesia. Pajak dalam negeri juga berlaku untuk badan dan badan usaha tetap
yang berdiri di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada penjelasan
sebelumnya.
2 . Luar Negeri
Banyak dari masyarakat Indonesia yang masih mempertanyakan seputar pajak luar negeri
apabila mereka merupakan WNI yang tinggal di luar Indonesia, apakah mereka akan
tetap dikenakan pajak dari Indonesia?
Bagi subjek pajak luar negeri, apabila mereka tidak melakukan aktivitas ekonomi atau
mendapatkan penghasilan dari Indonesia, maka subjek pajak ini tidak akan dikenakan
pajak dalam negeri melainkan sesuai dengan peraturan perpajakan di negara tempat
mereka tinggal. 
C. SUBJEK UNTUK PPh, PPN, PPnBm, PPB, BPHTB
1. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah jenis pajak yang harus dibayar oleh individu atau badan atas
penghasilan yang diperoleh selama suatu tahun pajak. Setiap penghasilan yang
diterima Wajib Pajak, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dasar hukum PPh adalah Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan. UU ini mengalami empat kali perubahan, yakni:
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan Atas UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan Kedua UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga UU No.7/1983
tentang Pajak Penghasilan

7
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat UU
No.7/1983 tentang Pajak Penghasilan.

Selain itu, pengaturan terbaru tentang pajak penghasilan juga dalam UU Cipta
Kerja No. 11 Tahun 2020 dan melalui UU HPP Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Pajak penghasilan dibedakan menjadi beberapa kategori yakni:

PPh yang dikenakan pada wajib pajak orang pribadi, yang terbagi atas pegawai serta
bukan pegawai maupun pengusaha

PPh yang dibebankan atas penghasilan wajib pajak badan atau perusahaan, hingga
objek yang dikenakan PPh itu sendiri

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak konsumsi dalam negeri
yang termasuk dalam jenis pajak yang menyasar semua orang yang tinggal di
Indonesia menjadi subjek dalam kewajiban perpajakannya. Pasalnya, PPN dikenakan
atas barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean Indonesia. Terlebih
lagi, PPN di Indonesia tidak membedakan tingkat kemampuan konsumen dalam
pengenaan pajaknya.
PPN sendiri dipungut ketika terjadi transaksi jual beli. Namun, dalam sistem
PPN yang berlaku di Indonesia, penjual-lah yang berkewajiban memungut PPN dari
pembeli.
Meski begitu, terdapat beberapa kondisi tertentu yang menjadikan pembeli
sebagai pihak pemungut dari penjual. Dalam hal ini, pembeli yang memungut PPN
disebut sebagai Pemungut. Akibatnya, rekanan atau supplier Pemungut PPN selalu
kelebihan PPN dan selalu meminta restitusi.

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBm)


Subjek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan BKP tergolong mewah dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, dan pengusaha yang mengimpor barang

8
yang tergolong mewah. Walaupun demikian karena PPn dan PPNBM merupakan
pajak tidak langsung, maka prinsipnya beban pajak dapat digeser kepada pihak lain.

Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a) Pengusaha Kena Pajak


PKP adalah pribadi/badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha/pekerjaannya menghasilkan BKP, mengimpor BKP, mengekspor BKP
serta melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan BKP tidak berwujud dari
luar daerah pabean, melakukan usaha JKP/ memanfaatkan JKP dari luar daerah
pabean.
Berikut ini beberapa contoh subjek PPnBM:
1. Pengusaha Kena Pajak yang meliputi pabrikan/ produsen.
2. Pengusaha real estate,importir, indentor.
3. Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan
perkebunan.
4. Pemegang hak paten dan merk dagang.
5. Kontraktor/ sub kontraktor bangunan.
b) Pengusaha yang memilih menjadi PKP
Meliputi eksportir dan pedagang yang menyerahkan BKP kepada PKP.

4. Pajak Bumi dan Bangunan (PPB)


Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (subjek PBB) merupakan orang pribadi
atau badan yang secara sah dan nyata memiliki hak atas bumi, memperoleh
manfaatnya, memiliki dan menguasai bangunan tersebut, serta merasakan
manfaatnya.

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)


Subjek BPHTB, seperti halnya subjek PPh, adalah orang pribadi atau badan
yang menerima hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dalam Pasal 86 UU
PDRD, yaitu:

9
 Orang pribadi atau perusahaan yang memperoleh hak atas tanah dan/atau
bangunan menjadi Subjek Pajak.
 Menurut Undang-undang ini, Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1
yang diwajibkan membayar pajak menjadi Wajib Pajak.

D. OBJEK UNTUK PPh, PPN, PPnBm, PPB, BPHTB

1. Objek PPH

Objek Pajak dalam Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima atau diperoleh. Tambahan ekonomis tersebut bisa berasal dari
Indonesia maupun dari luar negeri, yang bisa digunakan untuk konsumsi atau menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. Secara umum, yang menjadi objek pajak dari
pengenaan PPh adalah penghasilan yang diperoleh. Namun, dalam penentuan objek PPh
ini terdapat beberapa pengecualian. Pada dasarnya, objek pajak PPh dapat dibagi ke
dalam empat kategori yaitu Penghasilan dari hubungan pekerjaan, Penghasilan dari
kegiatan usaha, Penghasilan modal, Penghasilan lainnya.

2. Objek PPN

Objek PPN dapat diartikan sebagai barang dan jasa kena pajak yang terkena
pungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Sejatinya semua barang dan jasa merupakan
objek PPN, namun ada beberapa pertimbangan, baik soal ekonomi maupun sosial, maka
ada beberapa barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga tidak termasuk dalam
objek PPN.

Secara sederhana, objek PPN dikelompokan menjadi dua, yakni:

Barang Kena Pajak (BKP), yaitu barang berwujud berupa barang bergerak dan barang
tidak bergerak, serta barang tidak berwujud yang dikenakan PPN.

Jasa Kena Pajak (JKP), yaitu tiap-tiap kegiatan berupa pelayanan yang dengan
berdasarkan perikatan atau perbuatan hukum memungkinkan suatu barang atau fasilitas
atau kemudahan atau hak, tersedia untuk dipakai. Selain itu, jasa yang dilakukan untuk

10
menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk
dari pemesan, juga termasuk dalam kategori JKP, yang dikenakan pungutan PPN.

11
3. Objek PPnBm

Objek PPnBM merupakan Barang Kena Pajak (BKP) yang masuk kategori
mewah. Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1984 yang kini sudah mengalami perubahan
yakni UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, yang termasuk dalam objek
PPnBM adalah sebagai berikut:

1) Objek PPnBM merupakan barang-barang kebutuhan pokok.


2) Objek PPnBM hanya dikonsumsi oleh orang-orang atau masyarakat tertentu.
3) Objek PPnBM umumnya hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki
penghasilan tinggi.
4) Objek PPnBM dikonsumsi demi status atau untuk menunjukkan status sosialnya.
Berdasarkan apa yang diuraikan di atas, maka tidak heran harga mobil dan motor
yang tergolong mewah/objek PPnBM ini memang tidak tanggung-tanggung mahalnya.

4. Objek PPB

Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,
kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik,
dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan
tersebut;
2) jalan tol
3) kolam renang
4) pagar mewah
5) tempat olahraga
6) galangan kapal, dermaga
7) taman mewah
8) tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
9) menara.

12
13
5. Objek BPHTB

BPHTB adalah pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Mengacu Pasal 2 UU Nomor 20 Tahun 2000 jo Pasal 85 UU 28 Tahun 2009, objek Bea
Perolehan atas Tanah dan atau Bangunan (BPHTB) adalah perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan.

E. SISTEM TARIF PAJAK DAN JENIS TARIF PAJAK


Tarif pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi
tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa presentase (%). Dasar Pengenaan Pajak
adalah nilai berapa uang yang dijadikan untuk menghitung pajak yang terutang. Secara
struktural menurut tarif pajak dibagi dalam empat jenis yaitu :
1) 1. Tarif proporsional (a proportional tax rate structure) yaitu tarif pajak yang
presentasenya tetap meskipun terjadi perubahan dasar pengenaan
pajak.Contoh:Pajak Pertambahan Nilai
2) Tarif regresif / tetap (a regresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan selalu
tetap sesuai peraturan yang telah ditetapkan
3) Tarif progresif (a progresive tax rate structure) yaitu tarif pajak akan semakin naik
sebanding dengan naiknya dasar pengenaan pajak. Contoh Pajak Pengahsilan
4) Tarif degresif ( a degresive tax rate structure) yaitu kenaikan persentase tarif pajak
akan semakin rendah ketika dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.

Tarif Pajak yang berlaku untuk Pajak Penghasilan di Indonesia adalah tarif
progressif sebagaimana diatur dalam Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Sedangkan untuk Pajak Pertambahan Nilai berlaku tarif pajak proporsional yaitu 10%.
Tarif pajak tersebut dipungut sesuai dengan pengelompokan jenis-jenis pajak di bawah
ini:

1) Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut sifatnya

14
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya,
dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
3) Menurut lembaga pemungutnya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai.
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah dan digunakan
untuk membaiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas:
c. Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak bahan Bakar
Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Kabupaten/Kota, contoh Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan.

15
Kesimpulan

Subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Secara praktik termasuk dalam
pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu
kesatuan,badan,dan bentuk usaha tetap. Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi /
perseorangan, warisan yang belum dibagikan sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak,
badan, dan bentuk usaha tetap ( Subjek pajak yang perlakuannya dipersamakan dengan subjek
pajak badan ). Ada 2 jenis subjek pajak yang ada di Indonesia yaitu subjek pajak dalam negeri
dan subjek pajak luar negeri.

Objek pajak adalah penghasilan atau disebut juga setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dikonsumsi atau meningkatkan harta kekayaan.

Adapun jenis pajak antara lain PPh, PPN, PPnBm, PPB, BPHTB. Tarif pajak adalah
dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya
berupa presentase (%).

16

Anda mungkin juga menyukai