“ Analisis Pajak”
Dosen pengampu:
Said Zul Amraini, ST., MT
Disusun Oleh :
Muhammad Taufiq Ikram 1807124818
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Definisi Pendapatan..............................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Pendapatan Individu......................................................................4
2.3 Istilah dalam Pajak Pendapatan Individu..............................................................4
2.4 Perhitungan Pajak Pendapatan Individu...............................................................6
2.5 Klasifikasi Pengeluaran dalam Bisnis Konsep Pajak Pendapatan
Bisnis..............................................................................................................................7
2.6 Perhitungan Pajak Pendapatan Bisnis...................................................................8
2.7 Tarif Pajak Individu menurut Buku Referensi dan Contoh Sederhana...................
8
2.8 Tarif Pajak Perusahaan menurut Buku Referensi dan Contoh
Sederhana.......................................................................................................................9
2.9 Pembahasan Soal mengenai Pengaruh Pajak Pendapatan dalam
Analisis Ekonomi (Aliran Kas) Perhitungan Estimasi Tingkat
Pengembalian Setelah Pajak.........................................................................................11
2.10 Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah Pajak...............................12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Pendapatan
2. Mengetahui Konsep dasar Pendapatan individu
3. Mengetahui Istilah dalam pajak pendapatan individu
4. Mengetahui Perhitungan pajak pendapatan individu
5. Mengetahui Klasifikasi pengeluaran dalam bisnis konsep pajak pendapatan bisnis
6. Mengetahui Perhitungan pajak pendapatan bisnis
7. Mengetahui Tarif pajak individu menurut buku referensi dan contoh sederhana
8. Mengetahui Tarif pajak perusahaan menurut buku referensi dan contoh sederhana
9. Mengetahui Pembahasan soal mengenai pengaruh pajak pendapatan dalam analisis
ekonomi (aliran kas)
10. Mengetahui Perhitungan estimasi tingkat pengembalian setelah pajak
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
d. Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata pendapatan
lebih dari Rp 900.000
4
ditunjuk, dan yang gunanya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum, berhubung
dengan untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara,
berdasarkan Undang –Undang (yang dapat dipaksakan), dengan tidak mendapat jasa timbal
balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Menurut Pudjawan (2009), istilah-istilah dalam pajak antara lain:
a. Gross Income (Pendapatan kotor), merupakan jumlah semua pendapatan baik yang
berasal dari penjualan maupun pendapatan bunga selama satu periode akuntasi.
b. Expenses (Pengeluaran), merupakan ongkos-ongkos yang harus ditanggung ketika
terjadi transaksi bisnis, termasuk pengeluaran bunga pinjaman, bunga investasi/modal
ataupun pengeluaran lainnya.
c. Taxable Income (Pendapatan kena pajak) merupakan jumlah pendapatan yang akan
dikenai pajak pendapatan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Rumus
Taxable Income (pendapatan kena pajak)
TI =GI −E−d
Dimana : TI = pendapatan kena pajak
E = pengerluaran
GI = pendapatan kotor
d = penyusutan
d. Capital Gain (pemdapatan modal), yaitu pendapatan yang diperoleh bila harga jual
suatu asset melebihi harga belinya. Dapat dihitung dengan rumus berikut :
CG=SP−PP
Dimana : CG = pendapatan modal
SP = harga jual aset
PP = harga beli aset
Nilai CG > 0
e. Capital Loss (kerugian modal), adalah kerugian yang terjadi karena harga jual suatu
asset kurang dari nilai bukunya. Dapat dihitung dengan rumus berikut :
CL=BV −SP
Dimana : CL = kerugian modal
BV = nilai buku pada saat penjualan
SP = harga jual aset
Penjualan < 1 tahun => STG (short term gain), STL (short term loss)
Penjualan < 1 tahun => STG (short term gain), STL (short term loss)
5
f. Recapture Depreciation
Dapat dihitung dengan rumus berikut :
RD=SP−BV
Dimana : RD = Recapture Depreciation
BV = nilai buku pada saat penjualan
SP = harga jual asset
RD > 0
Bila harga jualnya melebihi nilai buku, maka diperoleh tambahan pendapatan kena pajak,
tetapi jika melebihi harga beli maka akan diperoleh pendapatan kapita, sehingga :
TI =RD
CG=RD
2.4 Perhitungan pajak pendapatan individu
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri secara umum. Perhitungan ini berguna
untuk mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
1. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final
Penghasilan yang sudah dikenakan Pajak Penghasilan final tidak dihitung lagi PPh
nya dalam SPT Tahunan. Demikian juga PPh Final yang sudah dipotong atau dibayar
tidak akan dikreditkan dalam SPT Tahunan. Beberapa jenis penghasilan yang
dikenakan PPh final di antaranya adalah bunga deposito/tabungan, hadiah undian,
laba dari transaksi penjualan tanah/bangunan, dan penghasilan dari transaksi
penjaualan saham di bursa efek.
2. Identifikasi Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
Ada beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan objek pajak berdasarkan Pasal
4 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan diantaranya adalah bantuan, sumbangan
dan warisan. Penghasilan- penghasilan ini tidak dikenakan Pajak Penghasilan
sehingga harus kita keluarkan dari daftar penghasilan yang menjadi dasar perhitungan
Pajak Penghasilan.
3. Identifikasi Jenis Penghasilan Selain Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final dan
Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
Penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dan juga yang bukan termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak inilah yang merupakan dasar kita melakukan
perhitungan Pajak Penghasilan dalam satu tahun pajak yang akan dituangkan dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
6
4. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Objek Pajak Tidak Final
Setelah kita mendapatkan penghasilan yang merupakan objek pajak tetapi tidak final
sebagaimana dalam langkah ketiga, maka selanjutnya kita identifikasikan
penghasilan-penghasilan ini ke dalam tiga jenis penghasilan yaitu :
a. Penghasilan dari Usaha/Pekerjaan Bebas
b. Penghasilan dari Pekerjaan
c. Penghasilan Lain-lain
5. Hitung Penghasilan Neto Masing-masing Jenis Penghasilan
Penghasilan neto tiap-tiap jenis penghasilan dihitung dengan cara penghasilan bruto
dikurangi dengan pengurang atau biaya. Masing-masing jenis penghasilan berbeda
jenis pengurangnya. Untuk penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas, pengurangnya
adalah biaya-biaya usaha yang terkait dengan usaha/pekerjaan bebas seperti biaya
pegawai, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan atau biaya sewa.
6. Jumlahkan Seluruh Penghasilan Neto
Penghasilan neto masing-masing jenis penghasilan kita jumlahkan (termasuk
penghasilan istri yang digabung dan penghasilan anak yang belum dewasa).
7. Hitung Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari total penghasilan neto dikurang dengan zakat
atas penghasilan, kompensasi kerugian dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
8. Hitung Pajak Penghasilan Terutang
Pajak Penghasilan (PPh) terutang dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena
pajak dengan tarif Pasal 17 atau tarif umum.
7
dari barang atau jasa yang dikelola. Semua jenis pajak termasuk pungutan Pajak Penghasilan
dan pengelolaannya untuk memenuhi kepentingan negara dan akan kembali kepada rakyat.
Tarif pajak di atas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
8
dikurangi dari penghasilan bersih dalam satu tahun. Besarnya PTKP tergantung dari
status pekerja (Wajib Pajak). Ada perbedaan PTKP antara yang belum kawin, kawin
dan belum punya anak , kawin dan punya anak 1, kawin dan punya anak dua, dan
kawin dan punya anak 3. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
101/PMK.010/2016, PTKP bagi pekerja yang belum kawin adalah sebesar
Rp.54.000.000[3].
Untuk WP sendiri
Penghasilan kena pajak setahun Rp 18.000.000,-
PPh Pasal 21 Terutang Rp 900.000,-
5% x 18.000.000
PPh Pasal 21 bulan Januari 2018 75.000
900.000 : 12
2.8 Tarif Pajak Perusahaan menurut Buku Referensi dan Contoh Sederhana
Terdapat beberapa klasifikasi besaran pajak pendapatan perusahaan berdasarkan pada
penghasilan kotor yang didapatkan perusahaan tersebut. Pembagian besarannya adalah seperti
yang dijelaskan di bawah ini :
1. Penghasilan Kotor Kurang dari Rp4,8 Miliar
Untuk perusahaan dengan penghasilan kotor dibawah Rp4,8 Miliar, pajak yang harus
dibayarkan adalah sebesar 0,5%. Mengacu pada peraturan terbaru mengenai PPh Final
0,5%, maka perusahaan dengan penghasilan kotor kurang dari Rp4,8 Miliar hanya
akan membayar pajak sebesar 0,5% dari total pendapatan kotor yang dihasilkan setiap
bulannya. PPh ini dibayarkan setiap bulan sebelum tanggal 15.
9
2. Penghasilan Kotor Antara Rp4,8 Miliar hingga Rp50 Miliar
Rumus utamanya dalah 0,25 x (Rp0,6 Miliar/pendapatan kotor) x Penghasilan Kena
Pajak. Penghasilan Kena Pajak pada kisaran ini adalah 30% dari total seluruh
penghasilan kotor yang didapatkan. Misalnya jika perusahaan memiliki penghasilan
Rp10 Miliar, maka pajak yang jadi tanggungan adalah 0,25 x (Rp0,6 Miliar/Rp10
Miliar) x Penghasilan Kena Pajak sehingga hasil akhirnya adalah Rp570 Juta.
3. Penghasilan Kotor di atas Rp50 Miliar
Untuk perusahaan dengan penghasilan di atas Rp50 Miliar, perhitungannya adalah
25% x Penghasilan Kena Pajak. Pada angka ini, Penghasilan Kena Pajak adalah 40%
dari total penghasilan kotor yang didiapatkan. Contoh sederhananya adalah ketika ada
perusahaan dengan penghasilan Rp80 Miliar, maka perusahaan itu memiliki beban
pajak sebesar 25% x (Rp80 Miliar x 40%) sehingga hasil akhirnya Rp8 Miliar.
Contoh Soal :
Sebuah perusahaan bernama PT Berdiri Sendiri memperoleh penghasilan kotor sebesar
RP2.000.000.000 pada tahun 2015. Menurut peraturan yang berlaku, maka pajak yang
dikenakan untuk PT Berdiri Sendiri adalah sebesar 1%. Jadi jumlahnya adalah 1% x
Rp2.000.000.000 = Rp20.000.000.
Misalnya saja selama periode 2015 PT Berdiri Sendiri telah menyetor pajak penghasilan
karyawan sebesar Rp10.000.000 dan pajak penghasilan Pasal 23 sebesar Rp2.000.000.
Karena telah membayar pajak tersebut, maka pajak penghasilan terutang yang dimiliki adalah
RP20.000.000 – Rp10.000.000 – Rp2.000.000 = Rp8.000.000. Pajak ini kemudian harus
dibayarkan, baik dengan cara dicicil atau kontan.
10
2.9 Pembahasan Soal mengenai Pengaruh Pajak Pendapatan dalam Analisis
Ekonomi (Aliran Kas) Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah
Pajak
1. Tahun 2010 PT. Mitra Sejati memiliki pendapatan kotor sebesar Rp. 7,5 milyar. Total
pengeluaran adalah Rp. 2,5 milyar dan Depresiasi sebesar Rp. 1,7 milyar.
Berdasarkan peraturan pemerintah, tingkat pajak yg dikenakan sebesar 35 %. Berapa
pajak pendapatan yg harus dibayar perusahaan pd interval TI tersebut?
2. Misalkan harga awal sebuah aset adalah Rp. 50 juta. Umur efektifnya sepanjang 5
tahun. Aliran Kas sebelum pajak setiap tahunnya adalah Rp. 20 juta. Apabila tingkat
pajak yang dikenakan adalah 30% dan ROR setelah pajak adalah 10%, bandingkan
nilai present worth dari pajak yang dikenakan apabila digunakan metode
a. Depresiasi garis lurus
b. Depresiasi SOYD
Jawab :
11
2.10 Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah Pajak
Sebuah mesin direncanakan akan dibeli pada tahun 2012 oleh PT RAS dengan harga
Rp. 50 juta, dengan masa pakai 5 tahun tanpa nilai sisa. Pendapatan dalam 5 tahun
diharapkan sebesar Rp 28 juta - Rp 1 juta(n), dimana t adalah saat terjadinya aliran kas.
Pengeluaran diperkirakan sebesar Rp 9,5 + Rp 0,5 juta (n). Bila tingkat pajak efektif 30%,
dengan metode SLD, hitung aliran kas setelah dikenai pajak. Hitung juga present worth aliran
kas bila MARR setelah pajak sebesar 8 %.
12
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Watung, Dn. (2013). Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta
Pelaporannya. Vol.1 No.3, 265-273
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
https://123dok.com/article/cara-menghitung-pph-orang-pribad-pajak-penghasilan-
pasal.y96xo5dy (Diakses pada 25 November 2021).
https://ardra.biz/topik/pendapatan-individu/#:~:text=Pendapatan%20perseorangan%20adalah
%20semua%20jenis%20pendapatan%20yang%20diperoleh,pembayaran%20pindahan
%20atau%20pembayaran%20dari%20pemerintah%20kepada%20masyarakat (Diakses
pada 25 November 2021).
https://fkip.unri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/210-BAB-4-Pendapatan-Nasional.pdf
(Diakses pada 25 November 2021).
https://klikpajak.id/blog/jenis-pajak-penghasilan-badan-usaha-atau-perusahaan/ (Diakses pada 25
November 2021).
https://rumuspintar.com/personal-income/ (Diakses pada 25 November 2021).
https://view.officeapps.live.com/op/view.aspx?src=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id
%2Fdunanperanginangin74%2Ffiles%2F2014%2F06%2F07-PAJAK-dalam-ANALISIS-
EKONOMI-TEKNIK.ppt&wdOrigin=BROWSELINK (Diakses pada 25 November
2021).
https://www.jurnal.id/id/blog/cara-menghitung-pajak-pph-badan-terutang-dan-tarif-pph-badan/
(Diakses pada 26 November 2021).
Pujawan, I Nyoman. 2009. Ekonomi Teknik, Edisi Kedua Jilid Pertama. Guna Widya: Surabaya.
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/25 (Diakses pada 26 November 2021).
Reksoprayitno. (2004). Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Bina Grafika. Jakarta.
Samuelson, Paul A. (1992). Mikro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukmayani, Ratna (et.all). (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial, PT Galaxy Puspa Mega. Jakarta.
Syahatah, Husein. (1998). Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Gema Insani Press. Jakarta.
Tohar, M., 2003. Membuka Usaha Kecil. Kanisius: Yogyakarta.
15
Yudohusodo, Siswono. 1998. Transmigrasi: Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk
Heterogen dengan Persebaran yang Timpang. PT Jurnalindo Aksara Grafika: Jakarta.
16