Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI TEKNIK

“ Analisis Pajak”

Dosen pengampu:
Said Zul Amraini, ST., MT

Disusun Oleh :
Muhammad Taufiq Ikram 1807124818

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Analisa Pajak” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
konsep dari Analisa Pajak. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada penulis sehingga makalah ini dapat
disusun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan saya semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan banyak
kontribusi, dosen pengampu, Bapak Said Zul Amraini, S.T., M.T dan kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu dalam berbagai hal. Harapan penulis,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna.
Demikian makalah ini dibuat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang penulis angkat, penulis mohon maaf.
Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa
membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, 26 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3
2.1 Definisi Pendapatan..............................................................................................3
2.2 Konsep Dasar Pendapatan Individu......................................................................4
2.3 Istilah dalam Pajak Pendapatan Individu..............................................................4
2.4 Perhitungan Pajak Pendapatan Individu...............................................................6
2.5 Klasifikasi Pengeluaran dalam Bisnis Konsep Pajak Pendapatan
Bisnis..............................................................................................................................7
2.6 Perhitungan Pajak Pendapatan Bisnis...................................................................8
2.7 Tarif Pajak Individu menurut Buku Referensi dan Contoh Sederhana...................
8
2.8 Tarif Pajak Perusahaan menurut Buku Referensi dan Contoh
Sederhana.......................................................................................................................9
2.9 Pembahasan Soal mengenai Pengaruh Pajak Pendapatan dalam
Analisis Ekonomi (Aliran Kas) Perhitungan Estimasi Tingkat
Pengembalian Setelah Pajak.........................................................................................11
2.10 Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah Pajak...............................12
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penghasilan adalah salah satu objek pajak. Pajak penghasilan dikenakan terhadap
subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak
penghasilan tergolong pajak subjektif, yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan pribadi
wajib pajak sebagai faktor utama dalam pengenaan pajak. Keadaan wajib pajak yang
tercermin pada kemampuannya membayar pajak yaitu daya pikulnya ikut dipertimbangkan
sebagai dasar utama dalam menentukan berapa besar jumlah pajak yang dibebankan
kepadanya. Pada dasarnya pajak penghasilan itu sendiri merupakan suatu pungutan resmi
yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dari tahun pajak untuk kepentingan negara dan kepentingan masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai satu kewajiban yang harus dilaksanakannya.
Perusahaan sebagai pemotong pajak pada setiap akhir tahun takwin, diwajibkan untuk
menghitung kembali, menyetor dan melapor pajak yang terutang satu tahun yang lewat.
Apabila pajak yang terutang lebih besar daripada pajak yang telah dipotong dan dilaporkan,
maka kekurangan pajak harus disetor paling lambat tanggal 25 bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun pajak, sedangkan untuk pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 tahunan
menggunakan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 paling lambat bulan ketiga setelah
berakhirnya tahun pajak.
Hal tersebut sesuai dengan self assessment system yang diterapkan dalam sistem
perpajakan di Indonesia, dimana fiskus menyerahkan atau memberikan wewenang kepada
wajib pajak orang pribadi atau badan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri
besar pajaknya. Meskipun wajib pajak orang pribadi atau badan telah diberikan kepercayaan
untuk melakukan kewajiban perpajakannya, fiskus tetap memiliki wewenang untuk
melakukan pemeriksaan dalam rangka untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
Perhitungan serta pelaporan pajak terhutang yang tidak sesuai dengan peraturan perpajakan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah maupun Direktorat Jenderal Pajak akan dikenakan
sanksi secara administratif maupun pidana.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui Definisi Pendapatan
2. Mengetahui Konsep dasar Pendapatan individu
3. Mengetahui Istilah dalam pajak pendapatan individu
4. Mengetahui Perhitungan pajak pendapatan individu
5. Mengetahui Klasifikasi pengeluaran dalam bisnis konsep pajak pendapatan bisnis
6. Mengetahui Perhitungan pajak pendapatan bisnis
7. Mengetahui Tarif pajak individu menurut buku referensi dan contoh sederhana
8. Mengetahui Tarif pajak perusahaan menurut buku referensi dan contoh sederhana
9. Mengetahui Pembahasan soal mengenai pengaruh pajak pendapatan dalam analisis
ekonomi (aliran kas)
10. Mengetahui Perhitungan estimasi tingkat pengembalian setelah pajak

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pendapatan


Pengertian Pendapatan Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu
perusahaan. Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai
peranan yang sangat besar. Pendapatan merupakan faktor penting dalam operasi suatu
perusahaan, karena pendapatan akan mempengaruhi tingkat laba yang diharapkan akan
menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Pengertian pendapatan menurut Kartikahadi, dkk (2012:186) adalah: Penghasilan
(income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Greuning, et al. (2013:289-290)
mengemukakan pengertian pendapatan sebagai berikut: IAS 8 mendefinisikan pendapatan
sebagai aliran masuk dari manfaat ekonomi yang berasal dari kegiatan normal bisnis.
Pendapatan didefinisikan sebagai aliran masuk bruto dari manfaat ekonomis selama periode,
muncul dari aktivitas bisnis normal, dan menghasilkan kenaikan ekuitas yang jelas bukan dari
kontribusi pemilik ekuitas.
Menurut Sodikin dan Riyono (2014:37), “Penghasilan (income) adalah kenaikan
manfaat ekonomi selama periode pelaporan dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset,
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal. Penghasilan meliputi pendapatan (revenue) dan keuntungan
(gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan, bunga, dividen,
royalti dan sewa”.
Menurut Yudhohusodo (1998) tingkat pendapatan seseorang dapat digolongkan dalam
4 golongan yaitu:
a. Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan rata-rata
dari Rp 150.000 perbulan.
b. Golongan berpenghasilan sedang (moderate income group) yaitu pendapatan rata-rata
Rp 150.000 – Rp 450.000 perbulan.
c. Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu pendapatan rata-rata
yang diterima Rp 450.000 – Rp 900.000 perbulan.

3
d. Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata pendapatan
lebih dari Rp 900.000

2.2 Konsep dasar Pendapatan individu


Pendapatan individu atau biasa disebut pendapatan disposabel adalah jumlah
pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang
diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Disposible Income adalah Personal Income (PI)
setelah dikurangi pajak langsung. Pajak langsung misalnya pajak bumi dan bangunan, pajak
kendaraan bermotor dan sebagainya. Disposible income merupakan pendapatan yang siap
digunakan, baik untuk keperluan konsumsi maupun utuk ditabung.
Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang
diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer payment. Transfer
Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa dalam proses produksi dalam
tahun yang bersangkutan. Transfer payment adalah semua penerimaan yang didapatkan dari
separuh pendapatan nasional tahun sebelumnya, dan bukan hasil produksi di tahun tersebut.
Contoh dari transfer payment adalah pembayaran uang pensiunan, pembayaran bunga utang
pemerintah, dan masih banyak lagi. Pendapatan perseorangan berpengaruh besar terhadap
tingkat konsumsi. Karena belanja konsumen mendorong sebagian besar perekonomian,
organisasi statistik nasional, ekonom, dan analis melacak pendapatan pribadi setiap triwulan
atau tahunan. Penghasilan pribadi cenderung meningkat selama periode ekspansi ekonomi
dan stagnan atau sedikit menurun selama masa resesi.
Ada beberapa kategori dalam PI, yaitu: 
 Upah kerja
 Pendapatan sewa
 Pertanian
 Kepemilikan perseorangan
Personal income dapat dihitung dengan rumus berikut:
PI =PNB−( laba ditahan+ pajak perseorangan+iuran jaminan sosial+ transfer payment )

2.3 Istilah dalam Pajak Pendapatan Individu


Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan), yang terutang oleh wajib
membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali langsung dapat

4
ditunjuk, dan yang gunanya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum, berhubung
dengan untuk menyelenggarakan pemerintahan. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara,
berdasarkan Undang –Undang (yang dapat dipaksakan), dengan tidak mendapat jasa timbal
balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Menurut Pudjawan (2009), istilah-istilah dalam pajak antara lain:
a. Gross Income (Pendapatan kotor), merupakan jumlah semua pendapatan baik yang
berasal dari penjualan maupun pendapatan bunga selama satu periode akuntasi.
b. Expenses (Pengeluaran), merupakan ongkos-ongkos yang harus ditanggung ketika
terjadi transaksi bisnis, termasuk pengeluaran bunga pinjaman, bunga investasi/modal
ataupun pengeluaran lainnya.
c. Taxable Income (Pendapatan kena pajak) merupakan jumlah pendapatan yang akan
dikenai pajak pendapatan sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Rumus
Taxable Income (pendapatan kena pajak)
TI =GI −E−d
Dimana : TI = pendapatan kena pajak
E = pengerluaran
GI = pendapatan kotor
d = penyusutan
d. Capital Gain (pemdapatan modal), yaitu pendapatan yang diperoleh bila harga jual
suatu asset melebihi harga belinya. Dapat dihitung dengan rumus berikut :
CG=SP−PP
Dimana : CG = pendapatan modal
SP = harga jual aset
PP = harga beli aset
Nilai CG > 0
e. Capital Loss (kerugian modal), adalah kerugian yang terjadi karena harga jual suatu
asset kurang dari nilai bukunya. Dapat dihitung dengan rumus berikut :
CL=BV −SP
Dimana : CL = kerugian modal
BV = nilai buku pada saat penjualan
SP = harga jual aset
Penjualan < 1 tahun => STG (short term gain), STL (short term loss)
Penjualan < 1 tahun => STG (short term gain), STL (short term loss)

5
f. Recapture Depreciation
Dapat dihitung dengan rumus berikut :
RD=SP−BV
Dimana : RD = Recapture Depreciation
BV = nilai buku pada saat penjualan
SP = harga jual asset
RD > 0
Bila harga jualnya melebihi nilai buku, maka diperoleh tambahan pendapatan kena pajak,
tetapi jika melebihi harga beli maka akan diperoleh pendapatan kapita, sehingga :
TI =RD
CG=RD
2.4 Perhitungan pajak pendapatan individu
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri secara umum. Perhitungan ini berguna
untuk mengisi SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
1. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final
Penghasilan yang sudah dikenakan Pajak Penghasilan final tidak dihitung lagi PPh
nya dalam SPT Tahunan. Demikian juga PPh Final yang sudah dipotong atau dibayar
tidak akan dikreditkan dalam SPT Tahunan. Beberapa jenis penghasilan yang
dikenakan PPh final di antaranya adalah bunga deposito/tabungan, hadiah undian,
laba dari transaksi penjualan tanah/bangunan, dan penghasilan dari transaksi
penjaualan saham di bursa efek.
2.  Identifikasi Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
Ada beberapa jenis penghasilan yang bukan merupakan objek pajak berdasarkan Pasal
4 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan diantaranya adalah bantuan, sumbangan
dan warisan. Penghasilan- penghasilan ini tidak dikenakan Pajak Penghasilan
sehingga harus kita keluarkan dari daftar penghasilan yang menjadi dasar perhitungan
Pajak Penghasilan.
3. Identifikasi Jenis Penghasilan Selain Penghasilan Yang Dikenakan PPh Final dan
Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
Penghasilan yang tidak dikenakan PPh Final dan juga yang bukan termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak inilah yang merupakan dasar kita melakukan
perhitungan Pajak Penghasilan dalam satu tahun pajak yang akan dituangkan dalam
SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

6
4. Identifikasi Jenis Penghasilan Yang Objek Pajak Tidak Final
Setelah kita mendapatkan penghasilan yang merupakan objek pajak tetapi tidak final
sebagaimana dalam langkah ketiga, maka selanjutnya kita identifikasikan
penghasilan-penghasilan ini ke dalam tiga jenis penghasilan yaitu :
a. Penghasilan dari Usaha/Pekerjaan Bebas
b. Penghasilan dari Pekerjaan
c. Penghasilan Lain-lain
5. Hitung Penghasilan Neto Masing-masing Jenis Penghasilan
Penghasilan neto tiap-tiap jenis penghasilan dihitung dengan cara penghasilan bruto
dikurangi dengan pengurang atau biaya. Masing-masing jenis penghasilan berbeda
jenis pengurangnya. Untuk penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas, pengurangnya
adalah biaya-biaya usaha yang terkait dengan usaha/pekerjaan bebas seperti biaya
pegawai, biaya administrasi, biaya pemasaran, biaya penyusutan atau biaya sewa.
6. Jumlahkan Seluruh Penghasilan Neto
Penghasilan neto masing-masing jenis penghasilan kita jumlahkan (termasuk
penghasilan istri yang digabung dan penghasilan anak yang belum dewasa). 
7. Hitung Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak diperoleh dari total penghasilan neto dikurang dengan zakat
atas penghasilan, kompensasi kerugian dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
8. Hitung Pajak Penghasilan Terutang
Pajak Penghasilan (PPh) terutang dihitung dengan cara mengalikan penghasilan kena
pajak dengan tarif Pasal 17 atau tarif umum.

2.5 Klasifikasi pengeluaran dalam bisnis konsep pajak pendapatan bisnis


Secara umum, pengertian Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak negara yang
dikenakan terhadap setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima Wajib Pajak, baik
berasal dari dalam maupun dari luar negeri, yang dapat menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan. Dengan demikian, Pajak Penghasilan atau PPh dikenakan terhadap
penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dan Wajib Pajak Badan (WP Badan) yang
diterima selama satu Tahun Pajak.
Selain perseorangan, Pajak Penghasilan (PPh) juga diberlakukan kepada perusahaan
atas pengelolaan barang dan jasa. Artinya, pemungutan atau penarikan pajak juga diambil

7
dari barang atau jasa yang dikelola. Semua jenis pajak termasuk pungutan Pajak Penghasilan
dan pengelolaannya untuk memenuhi kepentingan negara dan akan kembali kepada rakyat.

2.6 Perhitungan pajak pendapatan bisnis


Setiap bisnis tentu memiliki visi dan misi yang beragam, tetapi masingmasing pasti
bertujuan memperoleh keuntungan secara ekonomi. Jika tidak, bentuk organisasi yang
dibentuk sudah pasti bukanlah perusahaan komersial. Berbicara tentang keuntungan, kita
tidak bisa lepas dari mendiskusikan pendapatan. Pendapatan adalah merupakan jumlah total
uang yang diperoleh bisnis dari hasil penjualan produk atau jasa. Pendapatan ini dikenal juga
dengan gross sales atau top-line revenue. Dengan kata lain, nominal yang didapatkan oleh
bisnis sebelum dikurangi dengan berbagai biaya atau expenses. Dalam menentukan kekuatan
finansial perusahaan, poin ini sama pentingnya dengan pendapatan bersih. Akan tetapi, perlu
dipahami bahwa pendapatan hanya indikasi dari efektivitas bisnis dalam menciptakan
penjualan. Artinya, kamu tidak bisa menjadikan nominal pendapatan sebagai tolak ukur
efisiensi operasional.
Terdapat 4 jenis pengelompokan pendapatan bisnis, yaitu:
1. Pendapatan dari hasil penjualan produk atau jasa
2. Pendapatan bunga
3. Pendapatan dari hasil menyewakan
4. Pendapatan dividen
2.7 Tarif pajak individu menurut buku referensi dan contoh sederhana
Berdasarkan pasal 17 ayat 1 Undang-Undang No. 36 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, maka tarif potongan pajak penghasilan pribadi adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Tarif Pajak Perseorangan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Rp 0 sampai dengan Rp. 50.000.000 5%

>Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000 15%

>Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000 25%

> Rp 500.000.000 30%

Tarif pajak di atas diberlakukan setelah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

8
dikurangi dari penghasilan bersih dalam satu tahun. Besarnya PTKP tergantung dari
status pekerja (Wajib Pajak). Ada perbedaan PTKP antara yang belum kawin, kawin
dan belum punya anak , kawin dan punya anak 1, kawin dan punya anak dua, dan
kawin dan punya anak 3. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
101/PMK.010/2016, PTKP bagi pekerja yang belum kawin adalah sebesar
Rp.54.000.000[3].

Contoh perhitungan pajak individu adalah seorang buruh pabrik tekstil


dengan dasar upah harian yang dibayarkan bulanan. Pada Januari 2018, buruh
tersebut bekerja selama 20 hari dengan upah harian sebesar Rp 300.000,-.
Perhitungan pajak individu tersebut adalah sebagai berikut[4]:
Tabel 2. Contoh Perhitungan Pajak Individu

Upah Januari 2018 = 20 x 300.000 Rp 6.000.000,-


Penghasilan neto setahun 12 x 6.000.000 Rp 72.000.000,-
PTKP setahun Rp 54.000.000,-

 Untuk WP sendiri
Penghasilan kena pajak setahun Rp 18.000.000,-
PPh Pasal 21 Terutang Rp 900.000,-

5% x 18.000.000
PPh Pasal 21 bulan Januari 2018 75.000
900.000 : 12

2.8 Tarif Pajak Perusahaan menurut Buku Referensi dan Contoh Sederhana
Terdapat beberapa klasifikasi besaran pajak pendapatan perusahaan berdasarkan pada
penghasilan kotor yang didapatkan perusahaan tersebut. Pembagian besarannya adalah seperti
yang dijelaskan di bawah ini :
1. Penghasilan Kotor Kurang dari Rp4,8 Miliar
Untuk perusahaan dengan penghasilan kotor dibawah Rp4,8 Miliar, pajak yang harus
dibayarkan adalah sebesar 0,5%. Mengacu pada peraturan terbaru mengenai PPh Final
0,5%, maka perusahaan dengan penghasilan kotor kurang dari Rp4,8 Miliar hanya
akan membayar pajak sebesar 0,5% dari total pendapatan kotor yang dihasilkan setiap
bulannya. PPh ini dibayarkan setiap bulan sebelum tanggal 15.

9
2. Penghasilan Kotor Antara Rp4,8 Miliar hingga Rp50 Miliar
Rumus utamanya dalah 0,25 x (Rp0,6 Miliar/pendapatan kotor) x Penghasilan Kena
Pajak. Penghasilan Kena Pajak pada kisaran ini adalah 30% dari total seluruh
penghasilan kotor yang didapatkan. Misalnya jika perusahaan memiliki penghasilan
Rp10 Miliar, maka pajak yang jadi tanggungan adalah 0,25 x (Rp0,6 Miliar/Rp10
Miliar) x Penghasilan Kena Pajak sehingga hasil akhirnya adalah Rp570 Juta.
3. Penghasilan Kotor di atas Rp50 Miliar
Untuk perusahaan dengan penghasilan di atas Rp50 Miliar, perhitungannya adalah
25% x Penghasilan Kena Pajak. Pada angka ini, Penghasilan Kena Pajak adalah 40%
dari total penghasilan kotor yang didiapatkan. Contoh sederhananya adalah ketika ada
perusahaan dengan penghasilan Rp80 Miliar, maka perusahaan itu memiliki beban
pajak sebesar 25% x (Rp80 Miliar x 40%) sehingga hasil akhirnya Rp8 Miliar.
Contoh Soal :
Sebuah perusahaan bernama PT Berdiri Sendiri memperoleh penghasilan kotor sebesar
RP2.000.000.000 pada tahun 2015. Menurut peraturan yang berlaku, maka pajak yang
dikenakan untuk PT Berdiri Sendiri adalah sebesar 1%. Jadi jumlahnya adalah 1% x
Rp2.000.000.000 = Rp20.000.000.
Misalnya saja selama periode 2015 PT Berdiri Sendiri telah menyetor pajak penghasilan
karyawan sebesar Rp10.000.000 dan pajak penghasilan Pasal 23 sebesar Rp2.000.000.
Karena telah membayar pajak tersebut, maka pajak penghasilan terutang yang dimiliki adalah
RP20.000.000 – Rp10.000.000 – Rp2.000.000 = Rp8.000.000. Pajak ini kemudian harus
dibayarkan, baik dengan cara dicicil atau kontan.

10
2.9 Pembahasan Soal mengenai Pengaruh Pajak Pendapatan dalam Analisis
Ekonomi (Aliran Kas) Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah
Pajak
1. Tahun 2010 PT. Mitra Sejati memiliki pendapatan kotor sebesar Rp. 7,5 milyar. Total
pengeluaran adalah Rp. 2,5 milyar dan Depresiasi sebesar Rp. 1,7 milyar.
Berdasarkan peraturan pemerintah, tingkat pajak yg dikenakan sebesar 35 %. Berapa
pajak pendapatan yg harus dibayar perusahaan pd interval TI tersebut?

2. Misalkan harga awal sebuah aset adalah Rp. 50 juta. Umur efektifnya sepanjang 5
tahun. Aliran Kas sebelum pajak setiap tahunnya adalah Rp. 20 juta. Apabila tingkat
pajak yang dikenakan adalah 30% dan ROR setelah pajak adalah 10%, bandingkan
nilai present worth dari pajak yang dikenakan apabila digunakan metode
a. Depresiasi garis lurus
b. Depresiasi SOYD
Jawab :

11
2.10 Perhitungan Estimasi Tingkat Pengembalian Setelah Pajak
Sebuah mesin direncanakan akan dibeli pada tahun 2012 oleh PT RAS dengan harga
Rp. 50 juta, dengan masa pakai 5 tahun tanpa nilai sisa. Pendapatan dalam 5 tahun
diharapkan sebesar Rp 28 juta - Rp 1 juta(n), dimana t adalah saat terjadinya aliran kas.
Pengeluaran diperkirakan sebesar Rp 9,5 + Rp 0,5 juta (n). Bila tingkat pajak efektif 30%,
dengan metode SLD, hitung aliran kas setelah dikenai pajak. Hitung juga present worth aliran
kas bila MARR setelah pajak sebesar 8 %.

12
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa perhitungan


untuk pajak individu dan bisnis telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia. Untuk perhitungan pajaknya sendiri harus didasari pada undang-undang
dikarenakan banyak jenis-jenis dari setiap wajib pajak.
1. Pendapatan adalah sebagai jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota
masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi
yang telah disumbangkan.
2. Pendapatan Perseorangan (PS) atau Personal Income (PI) adalah jumlah penerimaan yang
diperoleh setiap orang dalam masyarakat. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-
faktor produksi tidak seluruhnya merupakan pendapatan perseorangan, karena masih ada
sebagian laba yang ditahan sebagai simpanan intern, pajak perseorangan, dan iuran untuk
jaminan sosial.
3. Pajak adalah Iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan), yang terutang oleh wajib
membayarnya menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum,
berhubung dengan untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Pudjawan (2009),
istilah-istilah dalam pajak antara lain:
 Gross Income (Pendapatan kotor)
 Expenses (Pengeluaran)
 Taxable Income (Pendapatan kena pajak)
 Capital Gain (pemdapatan modal)
 Capital Loss (kerugian modal)
 Recapture Depreciation

14
DAFTAR PUSTAKA

Watung, Dn. (2013). Analisis Perhitungan Dan Penerapan Pajak Penghasilan Pasal 21 Serta
Pelaporannya. Vol.1 No.3, 265-273
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
https://123dok.com/article/cara-menghitung-pph-orang-pribad-pajak-penghasilan-
pasal.y96xo5dy (Diakses pada 25 November 2021).
https://ardra.biz/topik/pendapatan-individu/#:~:text=Pendapatan%20perseorangan%20adalah
%20semua%20jenis%20pendapatan%20yang%20diperoleh,pembayaran%20pindahan
%20atau%20pembayaran%20dari%20pemerintah%20kepada%20masyarakat (Diakses
pada 25 November 2021).
https://fkip.unri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/210-BAB-4-Pendapatan-Nasional.pdf
(Diakses pada 25 November 2021).
https://klikpajak.id/blog/jenis-pajak-penghasilan-badan-usaha-atau-perusahaan/ (Diakses pada 25
November 2021).
https://rumuspintar.com/personal-income/ (Diakses pada 25 November 2021).
https://view.officeapps.live.com/op/view.aspx?src=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id
%2Fdunanperanginangin74%2Ffiles%2F2014%2F06%2F07-PAJAK-dalam-ANALISIS-
EKONOMI-TEKNIK.ppt&wdOrigin=BROWSELINK (Diakses pada 25 November
2021).
https://www.jurnal.id/id/blog/cara-menghitung-pajak-pph-badan-terutang-dan-tarif-pph-badan/
(Diakses pada 26 November 2021).
Pujawan, I Nyoman. 2009. Ekonomi Teknik, Edisi Kedua Jilid Pertama. Guna Widya: Surabaya.
https://perpajakan.ddtc.co.id/ilustrasi-kasus/read/25 (Diakses pada 26 November 2021).
Reksoprayitno. (2004). Sistem Ekonomi dan Demokrasi Ekonomi. Bina Grafika. Jakarta.
Samuelson, Paul A. (1992). Mikro Ekonomi. Erlangga. Jakarta.
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi. Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sukmayani, Ratna (et.all). (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial, PT Galaxy Puspa Mega. Jakarta.
Syahatah, Husein. (1998). Ekonomi Rumah Tangga Muslim. Gema Insani Press. Jakarta.
Tohar, M., 2003. Membuka Usaha Kecil. Kanisius: Yogyakarta.

15
Yudohusodo, Siswono. 1998. Transmigrasi: Kebutuhan Negara Kepulauan Berpenduduk
Heterogen dengan Persebaran yang Timpang. PT Jurnalindo Aksara Grafika: Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai