Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

Konsep Pendapatan

Disusun oleh: Kelompok 4


Mardianti 2001120033
M. Rahmat R 2001120034
Nurhalimah 2001120040
Ani Nurhaeni 2001120042
Dyna Novarina Yushal 2001120051
Septrilianza Mahardika 2001120071
M. Amin Pangestu 2001120081

Dosen Pembimbing: Amanda Oktariyani, SE., M.Si. Ak.

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pendapatan......................................................................................................3
2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Pendapatan.........................................................................4
2.2.1 Klasifikasi Pendapatan...............................................................................................4
2.2.2 Karakteristik Pendapatan...........................................................................................6
2.3 Sumber Pendapatan...........................................................................................................8
2.4 Kenaikan Aset...................................................................................................................8
2.5 Penurunan Kewajiban.....................................................................................................10
2.6 Konsep Pendapatan.........................................................................................................10
2.7 Penilaian Pendapatan......................................................................................................11
2.8 Pengkuan Pendapatan.....................................................................................................13
2.9 Kriteria Pengakuan Pendapatan......................................................................................14
2.10 Realisasi Pendapatan.......................................................................................................15
2.11 Penyajian Pendapatan.....................................................................................................16
2.11.1 Kriteria Pengakuan Pendapatan...............................................................................16
2.11.2 Metode Pencatatan Pendapatan...............................................................................16
2.11.3 Metode Pengakuan Pendapatan Untuk Penjualan Jasa............................................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan adalah suatu lembaga yang mempunyai unsur kegiatan di dalam
usahanya. Setiap perusahaan yang didirikan baik itu secara perorangan maupun
kelompok, memiliki tujuan ekonomi yang pada umumnya sama, yaitu untuk memperoleh
laba dari kegiatan operasional yang dilakukannya.

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang berhubungan erat dengan besar
kecilnya laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Sebab laba merupakan selisih dari
pendapatan dikurangi dengan beban. Pendapatan merupakan masalah yang sangat penting
karena pendapatan adalah salah satyu alat ukur yang digunakan manajemen perusahaan
dalam menilai kinerja karyawan. Berhasil atau tidak kegiatan yang dijalankan perusahaan
dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh, dan untuk membuat rencana kerja untuk
tahun yang akan datang dengan melihat hasil evaluasi dari tingkat pendapatan yang
diperoleh saat ini.

Pendapatan pada umumnya timbul dari kegiatan utama perusahaan maupun dari
sumber pendapatan lainnya. Dalam menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan
masalah pendapatan, seperti pengakuan pendapatan sebaiknya berpedoman pada prinsip
akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kegiatan operasional perusahaan umumnya berlangsung untuk satu periode saja.


Namun ada juga kegiatan operasional perusahaan yang dimulai pada suatu periode, akan
tetapi berakhir pada periode lainnya. Misalnya, bagunan dan peralatan yang diperoleh
dalam suatu periode, yang kemudian akan digunakan untuk beberapa periode kedepan.
Demikian pula barang dagang yang dibeli pada akhir periode, namun dijual secara kredit
pada periode berikutnya, dan penagihan piutangnya dilakukan pada periode ketiga.
Secara akuntansi, perlakuan untuk setiap contoh tersebut berbeda-beda, yaitu antara
kegiatan yang selesai pada satu periode saja dengan yang berlangsung untuk beberapa
periode. Sedangkan untuk transaksi-transaksi atas kegiatan yang berlangsung lebih dari
satu periode akuntansi, seperti pada contoh tersebut, memerlukan jurnal penyesuaian
pada setiap akhir periode akuntansi.

Pengakuan pendapatan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui


sebagai pendapatan bagi perusahaan. Tujuan utama dari pengakuan pendapatan adalah
untuk menentukan kapan suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan. Dalam hal
ini, ada dua prinsip yang berlaku secara umum, yaitu cash basis dan accrual basis.
Apabila menggunakan prinsip cash basis, maka pendapatan diakui pada saat kas diterima.
Apabila menggunakan prinsip accrual basis, maka pendapatan diakui pada saat terjadinya
transaksi, walaupun secara fisik kas belum diterima.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan?
2. Seperti apa klasifikasi dan karakteristik pendapatan?
3. Apa saja yang termasuk dalam sumber-sumber pendapatan?
4. Apa pengaruh kenaikan aset pada pendapatan?
5. Apa pengaruh penurunan kewajiban pada pendapatan?
6. Apa yang dimaksud dengan konsep pendapatan?
7. Bagaimana pendapatan dinilai dalam akuntansi?
8. Seperti apa pengakuan pendapatan dalam proses akuntansi?
9. Seperti apa kriteria pengakuan pendapatan dalam proses akuntansi?
10. Bagaimana pendapatan direalisasikan?
11. Bagaimana pendapatan disajikan dalam proses akuntansi?
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendapatan


Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan
laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah
pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat
juga diartikan sebagai income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata
revenue sebagai pendapatan penghasilan maupun keuntungan.

Pendapatan sangat berpengaruh bagi keseluruhan hidup perusahaan, semakin


besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Selain itu pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang
tersaji dalam laporan laba rugi maka, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang
diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,
bunga, komisi, ongkos dan laba.

PSAK Nomor 23 paragraf 6, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.

Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board) yang dikemukakan oleh


Harahap (2009:113), “Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai asset dari
suatu entitas atau penyelesian kewajiban dari entitas atau gabungan keduanya selama
periode tertentu yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atas
pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang
berjalan.

Menurut Ahmed R Belkaoui (2006:278) Pendapatan telah diinterprestasikan


sebagai berikut:
1. Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa;
2. Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan kepelanggannya; dan
3. Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha
selama periode waktu tertentu”.

Menurut SFAC No.6 yang dikemukakan oleh Santoso (2010:26), “Pendapatan


adalah pemasukan atau peningkatan aktiva suatu perusahaan atau penyelesaian kewajiban
perusahaan atau campuran keduanya selama satu periode tertentu akibat penyerahan atau
pembuatan suatu produk, pelayanan jasa, atau kegiatan lain yang merupakan kegiatan
utama perusahaan yang berkesinambungan”. Menurut Harnanto (2007:93) “Pendapatan
adalah Aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban
(atau keduanya) yang terjadi dalam suatu periode akuntansi yang berasal dari aktivitas
produksi dan penjualan barang, penyerahan jasa dan aktivitas yang lain yang merupakan
usaha pokok perusahaan.

Menurut Donald.E.Kieso (2007:516), “Pendapatan adalah Arus kas masuk atau


kenaikan aktiva suatu perusahaan atau penurunan kewajiban (atau keduanya) adalah Arus
masuk ativa dan atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama
atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode.

Pengertian pendapatan (revenue) sering disama artikan dengan istilah penghasilan


(income), tetapi sebenarnya berbeda. Perbedaannya dijelaskan dalam definisi sebagai
berikut: “Penghasilan didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama periode
akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan asset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). (IAI;
2010;23;1)

2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Pendapatan.


2.2.1 Klasifikasi Pendapatan
Pendapatan dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu Pendapatan
Operasional dan Pendapatan Non Operasional:
1) Pendapatan Operasional
Pendaptan Operasional adalah pendapatan yang timbul dari penjualan
barang dagangan, produk atau jasa dalam periode tertentu dalam rangka kegiatan
utama atau yang menjadi tujuan perusahaan yang berhubungan langsung dengan
usaha (operasi) pokok perusahaan yang bersangkutan.Pendapatan sifatnya normal
sesuai dengan tujuan dan usaha perusahaan dan terjadinya berulang-ulang selama
perusahaan melangsungkan kegiatannya.
Pendapatan operasional untuk setiap perusahaan berbeda-beda sesuai
dengan jenis usaha yang dikelola perusahaan. Salah satu jenis pendapatan
operasional perusahaan adalah pendapatan yang bersumber dari penjualan.
Penjualan ini berupa penjualan barang dan jasa yang menjadi objek maupun
sasaran utama dari usaha pokok perusahaan.
Penjualan ini dapat dibedakan dalam bentuk:
a. Penjualan kotor yaitu merupakan semua hasil atau penjualan barangbarang
maupun jasa sebelum dikurangi dengan berbagai potongan-potongan atau
pengurangan lainnya untuk dibebankan kepada langganan atau yang
membutuhkannya.
b. Penjualan bersih yaitu merupakan hasil penjualan yang sudah diperhitungkan
atau dikurangkan dengan berbagai potongan-potongan yang menjadi hak
pihak pembeli.

Jenis pendapatan operasional timbul dari berbagai cara, yaitu:

a. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh
perusahaan tersebut.
b. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya hubungan yang
telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi.
c. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan
para investor.

Pendapatan ini juga dapat dibedakan sebagai berikut:


a. Penjualan Barang dalam hal ini meliputi barang yang diproduksi perusahaan
untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang
dagangan yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk
dijual kembali.
b. Penjualan Jasa, biasayanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara
kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan.
2) Pendapatan Non Operasional
Pendapatan yang dperoleh perusahaan dalam periode tertentu, akan tetapi
bukan diperoleh dari kegiatan operasional utama perusahaan. Adapun jenis dari
pendapatan ini dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Pendapatan yang diperoleh dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi
perusahaan oleh pihak lain. Contohnya, pendapatan bunga, sewa, royalti dan
lain-lain.
b. Pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau
hasil produksi. Contohnya, penjualan surat-surat berharga, penjualan aktiva
tak berwujud.

Pendapatan bunga, sewa, royalti, keuntungan (laba), penjualan aktiva tetap


dan investasi jangka panjang, dividen merupakan pendapatan diluar usaha bagi
perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dan perdagangan.
Pendapatan yang diperoleh dari peningkatan ekuitas transaksitransaksi yang
bukan kegiatan utama dari entitas dan dari transaksi-transaksi atau kejadian
kejadian lainnya serta keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas selain yang
dihasilkan dari investasi pemilik disebut dengan keuntungan.

Penyajian untuk pendapatan yang demikian dalam perhitungan laba rugi


ditempatkan pada bagian atau kelompok tersendiri yang terletak pada pendapatan
dan laba diluar usaha atau pendapatan lain-lain.

2.2.2 Karakteristik Pendapatan


Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara
keseluruhan disebut Earning Process. Secara umum earning proses menimbulkan
dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh
negatif atau beban dan kerugian. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba dan
rugi. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang bukan berasal dari
kegiatan normal perusahaan.

Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil


penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan.
Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan yang sering disebut
dengan hasil non operasi. Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan dalam
pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan dividen.

 Aliran masuk atau aliran asset adalah jumlah asset baru yang diterima dari
konsumen, aliran dana dari konsumen, kenaikan laba ekonomi, laba penjualan
asset.
 Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang terus menerus
adalah pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil
penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
 Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban dimana suatu entitas
mengalami kenaikan asset sebelumnya, misalnya menerima pembayaran di muka
dari pelanggan, pengiriman barang, atau pelaksanaan jasa akan mengurangi
kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Jadi kenaikan asset, pendapatan dapat
diartikan sebagai penururnan kewajiban.
 Suatu entitas maksdunya adalah pendapatan didefinisi sebagai kenaikan asset
bukannya kenaikan ekuitas bersih meskipun kenaikan asset tersebut akhirnya
berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih.
 Produk perusahaan maksudnya dimana aliras asset dari pelanggan bergungsi
hanya sebagai pengukur, tetapi bukanendapatan itu sendiri. Produk fisik yang
dihassilkan oleh kegiatan usaha itulah yang merupakan pendapatan. Produk
merupakan pencapaian dari tiap kegiatan produktif. Pendapatan merupakan aliran
masuk asset (unit moneter) dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisik berupa
penyerahan produk (output) peusahaan.
 Pertukaran produk, harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat ke
dalam sistem pembukuan. Satuan monneter yang paling objektif adalah jika
jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran anatara pihak
independen.
 Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa produk, dimana
pendapatan merupakan konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun.

2.3 Sumber Pendapatan


Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan
sebagai pendapatan operasi dan non operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang
diperoleh dari aktivitas utama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non operasi adalah
pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.

Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi
tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba
adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan
kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:

a. Transaksi modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham.
b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap,
surat-surat beharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
c. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
d. Rebaluasi aktiva.
e. Penyerahan produk perusaan, yaitu aliran penjualan produk.

Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus diakui
sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya
dengan penjualan aktiva selain produk sebagaiman yang disebutkan dalam butir kedua.

2.4 Kenaikan Aset


Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi
transaksi atau kejadian yang menaikkan asset atau menimbulkan aliran masuk asset.tidak
ada batasan bahwa asset harus berupa kas atau likuid yang lain. Akan tetapi, tidak semua
kenaikan asset dapat menimbulkan pendapatan. Paton dan Littleton (1970, hlm 47)
menyebutkan bahwa asset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau
keadaan sebagai berikut:

(a) Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.


(b) Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan asset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
(c) Hadiah, donasi, atau temuan.
(d) Revoluasi asset yang telah ada.
(e) Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa).

Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran asset masuk adalah jumlah rupiah kotor
(gross). APB menyebutkan secara implisit hal tersebut (gross increases in assets). Paton
dan Littleton mengisyaratkan pendapatan sebagai jumlah kotor dengan menyatakan
“diukur dengan jumlah rupiah asset baru yang diterima dari pelanggan”. FASB
mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumah
rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa (from delivering goods
atau rendering services). IAI (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan
bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen,
royalitas, dan sewa.

Oleh karena itu, hanya kegiatan (e) di atas yang masuk dalam kategori sumber
pendapatan. FASB dan APB tidak memasukkan kegiatan (b) sebagai sumber pendapatan
karena merupakan jumlah neto dan bukan merupakan kegiatan operasi sehingga mereka
memasukkannya sebagai elemen untung (gross). Secara konseptual, IAI (IASC) tidak
membedakan antara pendapatan dan utang atas dasar jumlah kotor atau neto.

Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan asset merupakan pendefinisian


dengan konsep aliran masuk (inflow concept of revenue). Konsep ini mempunyai
kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.
Dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan
bukan karena proses selama satu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini
mengacaukan pengukuran (measurement) dan penentuan saat pengakuan (timing) dengan
proses penciptaan pendaoatan (revenue generating process). Juga, konsep ini
memerlukan pernyataan tentang mana aliran masuk yang merupakan pendapatan dan
mana yang bukan/ hal ini dilakukan FASB dengan menyebutkan bahwa kenaikan asset
berasal dari pengiriman barang atau pelaksanaan jasa. Ini berarti kenaikan asset yang
berasal dari pelanggan atau pembeli. IAI harus membatasi bahwa kenaikan asset tersebut
adalah yang menaikan ekuitas kecual yang berasal dari transaksi dengan pemilik.

2.5 Penurunan Kewajiban


Pendapatan tidak hanya didefinisi dari sudut kenaikan asset tetapi juga dari
penurunan atau pelunasan kewajiban. Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami
kenaikan asset sebelumnya misalnya menerima pembayaran di muka dari pelanggan.
Penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan
prestasi yang menimbulkan hak penuh atas asset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah
rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan takterhak (unearned
revenues) atau pendapatan tangguhan (deferred revenues) yang statusnya adalah
kewajiban samapai ada prestasi dari perusahaan berupa pengiriman batang atau
pelaksanaan jasa.
Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang
menimbulkan pendapatan. Kewajiban pengirim barang mengubah kewajiban menjadi
pendapatan. Jadi, alih-alih kenaikan asset, pendapatan dapat didefinisi sebagai penurunan
kewajiban. Timbulnya pendapatan yang berasal dari turunnya kewajiban banyak dipicu
oleh penyesuaian akhir tahun. Asas akrual juga menimbulkan kenaikan asset yang
memenuhi definisi sebagai pendapatan misalnya piutan pendaptan bunga, piutang
dividen, dan semacamnya.

2.6 Konsep Pendapatan


Ada dua konsep yang sangat erat hubunngannya dengan masalah proses
pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan (Earning Process) dan proses
realisasi pendapatan (Realization Process).

1. Proses Pembentukan Pendapatan (Earnings Process)


Proses pembentukan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya
pendapatan. Konsep ini berdasarkan pada asumsi bahwa semua kegiatan operasi yang
diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan
produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap
hasil akhir pendapatan bersadarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum
perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
2. Proses Realisasi Pendapatan (Realization Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau
terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas kontrak penjualan. Jadi,
pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi, yaitu pada saat barang
atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan. Jika kontrak penjualan
mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan
terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.

2.7 Penilaian Pendapatan


Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concept) No. 5 terdapat
empat kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yaitu:

1. Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dari tujuh unsur
laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian.
2. Dapat diukur, item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara
andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan dan diukur.
Contohnya biaya historis, biaya sekarang ini, nilai pasar, nilai bersih yang dapat
direalisasi dan nilai sekarang.
3. Relevansi, informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam
pengambilan keputusan.
4. Realibilitas, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar, dapat
diuji dan netral. Pedoman penilaian pendapatan telah diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan yang mengatur bagaimana suatu transaksi akan diperhitungkan dan dicatat
sebagai suatu pendapatan untuk kemudian dimasukkan ke dalam salah satu akun di
suatu laporan keuangan.

Dasar penilaian pendapatan, yaitu:

1. Biaya Historis (Historical Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang
mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban pada saat perolehan bukan nilai saat ini.
Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau
dalam keadaan tertentu (sebagai contoh, pajak penghasilan), pada jumlah kas atau
setara kas yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam
pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya Kini (Current Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang
mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban sekarang atau saat ini. Aset dicatat
sebesar jumlah kas atau setara kas yang seharusnya akan dibayarkan jika asset yang
sama atau asset yang setara diperoleh sekarang. Liabilitas dicatat sebesar jumlah kas
atau setara kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini.
3. Nilai Realisasi atau Penyelesaian (Realization/Settlement Value) yaitu aset dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aset yang sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal. Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas
yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal.
Liabilitas dicatat sebesar nilai penyelesaiannya; yaitu, jumlah kas atau setara kas yang
tidak didiskontokan yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas
dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai Sekarang (Present Value), aset dinyatakan sebesar kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan bisa
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Aset dicatat sebesar arus kas
masuk neto masa depan yang di diskontokan ke nilai sekarang dari pos yang di
ekspektasikan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas
dicatat sebesar arus kas keluar neto masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang
yang diekspektasikan akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam
pelaksanaan usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas dalam penyusunan laporan


keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang
lain. Sebagai contoh, persediaan biasanya dicatat sebesar nilai terendah dari biaya historis
atau nilai terealisasi neto (lower of cost or net realizable value), sekuritas yang dapat
dipasarkan dapat dicatat sebesar nilai pasarnya, dan liabilitas dicatat sebesar nilai
sekarang. Selain itu, beberapa entitas menggunakan dasar biaya kini sebagai respon dari
ketidakmampuan model akuntansi biaya historis dalam menghadapi dampak perubahan
harga asset non moneter.

2.8 Pengkuan Pendapatan


Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut terrefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau
definisi pendapatan harus dipisahkan dengan pengauan pendapatan bahkan pengertian
pendapatan sebenarnya jugaharus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan
demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya
jumlah tersebut diakui (dicatat secara resmi) sebagai pendapatan.

Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh


karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas
keterukuran (measurability) dari keterandalan (reability). Kualitas tersebut harus
dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan (recognition criteria).
Sebagi produk perusahaan, kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah
rupiah produk tersebut dan kriteria keandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah
tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk
pengakuan pendapatan. Pendapatan yang diukur dengan jumlah penghargaan sepakat
produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk
selesai diproduksi dan penjualan benat-benar terjadi. Dengan kata lain, pendapatan belum
terrealisasi sebelum terjadinya penjualan (transfer produk) yang nyata ke pihak lain.
Sebaliknya, terjadi kontrak penjualan belum cukup untuk menandai eksistensi pendapatan
sebelum barang/jasa sudah cukup selesai dikerjakan atau sebelum perusahaan melakukan
upaya produktif.

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 23 menjelaskan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada saat tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatana atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan
oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, dan royalti diakui sejalan dengan
berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva
tetap atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan. Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara
kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Berkaitan dengan masalah
pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan
pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan
keuangan ketika:
a. Pendapatan dihasilkan, dan
b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.

2.9 Kriteria Pengakuan Pendapatan


Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan
penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan
kata lain, pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui sebelum terjadinya
penjualan yang nyata. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah
rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas;
jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.

Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui


pendapatan sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah
rupiah pendapatan telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan.
Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa tidak ada pendapatan tanpa upaya.
Sebelum terjadi upaya yang cukup (substantial completion of earning process),
pendapatan belum dapat diakui.

Oleh karena itu, untuk memenuhi kualitas keterukuran dan reliabilitas dan untuk
memenuhi konsep dasar upaya dan hasil, kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas
dua konsep yang saling melengkapi tersebut yaitu untuk dapat mengakui pendapatan,
pembentukan pendapatan harus dikonfimasi dengan realisasi. Atas dasar pemikiran ini,
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus
dipenuhi yaitu (SFAC N0. 5, prg, 88):

a. Terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi (realized or realizable)


Pendapatan (dan untung) baru dapat diakui setelah pendapatan tersebut terrealisasi
atau cukup pasti terrealisasi. Pendapatan dapat dikatakan telah terrealisasi bilamana
produk (barang dan jasa), barang dagangan, atau asset lain telah terjual atau
ditukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan (dan untung) dapat dikatakan
cukup pasti terrealisasi bilamana asset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah
dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. Asset
dikatakan mudah dikonversi bila mempunyai (i) harga satuan yang tetap tidak
bergantung bentuk dan penyajian barang dan (ii) daftar harga barang tersedia di suatu
pasar aktif yang mampu menyerap seluruh kuantitas barang (aset) yang tersedia di
perusahaan tanpa mempengaruhi harga pasar secara cukup berarti.
b. Terbentuk/terhal (earned)
Pendapatan baru dapat diakui setelah terbentuk. Pendapatan dapat dikatakan telah
terbentuk bilamana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang
harus dilakukan untuk dapat menjadi manfaat atau nilai yang melekat pada
pendapatan. Dibanding pendapatan, untuk tidak timbul karena proses pembentukan
tetapi karena kejadian tertentu sehingga kriteria terbentuk kurang penting untuk
untung disbanding kriteria terrealisasi atau cukup pasti terrealisasi.

Waluapun kedua kriteria di atas harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu
keadaan tertentu dapat berbeda. Artinya, dalam keadaan tertantu penghimpunan menjadi
lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu
mendahului realisasi pendapatan; dapat terjadi, pendapatan terrealisasi sebelum
terbentuk. Kam (1990, hlm. 243-252) mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih
teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:

(1) Keterukuran nilai asset (measurability of asset value).


(2) Adanya suatu transaksi (existence of a transaction).
(3) Proses penghimpunan secara substansial telah selesai (substantial completion of
the earning process).

2.10 Realisasi Pendapatan


Pendapatan baru dapat dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi
kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen (pembeli) untuk membayar produk
baik produk telah selesai dan diserahkan atau maupun belum dibuat sama sekali.
Pendapatan terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsung atau pada
saat terjual atas dasar kontrak penjualan.

2.11 Penyajian Pendapatan


Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mengenai
pengungkapan pendapatan, perusahaan harus mengungkapkan sebagai berikut:

1. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metoode


yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa.
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui selama periode tersebut
termasuk pendapatan dari:
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Bunga
d. Dividen, dan
e. Royalti

2.11.1 Kriteria Pengakuan Pendapatan


Standar pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standar Board
(FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut:

1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan
segera terealisasi.
2. Pendapatan baru dapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau
terhimpun.
2.11.2 Metode Pencatatan Pendapatan
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas (cash basis method) dan metode berbasis akrual
(accrual basis method).

1. Metode Berbasis Kas


Semua sistem dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan tersebut
belum diterima. Metodi ini banyak digunakan pada perusahaan kecil dan orang-
orang yang menjual jasa, pada umumnya adalah orang-orang yang memiliki
keahlian tertentu.
2. Metode Berbasis Akrual
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada saat sudah
terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan terebut diterima. Keuntungan
metode ini adalah karena metode ini sangat terliti dalam pengukuran keuntungan
(dalam laporan laba rugi) dan neraca selisih.

2.11.3 Metode Pengakuan Pendapatan Untuk Penjualan Jasa


Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang kegiatannya
sebagian besar dalam penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai berikut:

1. Metode Kinerja Khusus


Metodi ini digunakan untuk pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan
aksi tunggal. Sebagai contoh, seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas
penyelesaian penambalan gigi.
2. Metode Kinjer Profesional
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih
dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi.
3. Metode Kinerja Selesai
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan
melakukan serangkaian tindakan dimana yang terakhir sangat penting dalam
hubungannya dengan total transaksi jasa dimana pendapatan jasa dianggap telah
dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan
metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.
4. Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatan jasa ketidak ketidakpastian penagihan
sanggat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat
dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui
hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biaya
yang digunakan untuk penjualan produk.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya
kepada sektor produksi. Pendapatan juga bisa berupa uang atau materi lainnya yang
sanggup dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor peroduksi.

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan
laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah
pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat
juga diartikan sebagai income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata
revenue sebagai pendapatan penghasilan maupun keuntungan.

Pendapatan sangat berpengaruh bagi keseluruhan hidup perusahaan, semakin


besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan. Selain itu pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang
tersaji dalam laporan laba rugi maka, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang
diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,
bunga, komisi, ongkos dan laba.

PSAK Nomor 23 paragraf 6, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.

Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board) yang dikemukakan oleh


Harahap (2009:113), “Pendapatan adalah arus masuk atau peningkatan nilai asset dari
suatu entitas atau penyelesian kewajiban dari entitas atau gabungan keduanya selama
periode tertentu yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atas
pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang
berjalan.

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) No. 23 menjelaskan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada saat tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatana atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan
oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, dan royalti diakui sejalan dengan
berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva
tetap atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan. Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara
kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Berkaitan dengan masalah
pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan
pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan
keuangan ketika:
c. Pendapatan dihasilkan, dan
d. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Penerbit
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/ppkm/article/download/237/113

http://repository.upm.ac.id/2947/1/BUKU%20DIGITAL%20TEORI%20AKUNTANSI.pdf

Anda mungkin juga menyukai