Konsep Pendapatan
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pendapatan......................................................................................................3
2.2 Klasifikasi dan Karakteristik Pendapatan.........................................................................4
2.2.1 Klasifikasi Pendapatan...............................................................................................4
2.2.2 Karakteristik Pendapatan...........................................................................................6
2.3 Sumber Pendapatan...........................................................................................................8
2.4 Kenaikan Aset...................................................................................................................8
2.5 Penurunan Kewajiban.....................................................................................................10
2.6 Konsep Pendapatan.........................................................................................................10
2.7 Penilaian Pendapatan......................................................................................................11
2.8 Pengkuan Pendapatan.....................................................................................................13
2.9 Kriteria Pengakuan Pendapatan......................................................................................14
2.10 Realisasi Pendapatan.......................................................................................................15
2.11 Penyajian Pendapatan.....................................................................................................16
2.11.1 Kriteria Pengakuan Pendapatan...............................................................................16
2.11.2 Metode Pencatatan Pendapatan...............................................................................16
2.11.3 Metode Pengakuan Pendapatan Untuk Penjualan Jasa............................................17
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang berhubungan erat dengan besar
kecilnya laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. Sebab laba merupakan selisih dari
pendapatan dikurangi dengan beban. Pendapatan merupakan masalah yang sangat penting
karena pendapatan adalah salah satyu alat ukur yang digunakan manajemen perusahaan
dalam menilai kinerja karyawan. Berhasil atau tidak kegiatan yang dijalankan perusahaan
dilihat dari tingkat pendapatan yang diperoleh, dan untuk membuat rencana kerja untuk
tahun yang akan datang dengan melihat hasil evaluasi dari tingkat pendapatan yang
diperoleh saat ini.
Pendapatan pada umumnya timbul dari kegiatan utama perusahaan maupun dari
sumber pendapatan lainnya. Dalam menentukan suatu kebijakan yang berkaitan dengan
masalah pendapatan, seperti pengakuan pendapatan sebaiknya berpedoman pada prinsip
akuntansi yang berlaku umum yaitu Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
PSAK Nomor 23 paragraf 6, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.
a. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan sendiri oleh
perusahaan tersebut.
b. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya hubungan yang
telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi.
c. Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerjasama dengan
para investor.
Aliran masuk atau aliran asset adalah jumlah asset baru yang diterima dari
konsumen, aliran dana dari konsumen, kenaikan laba ekonomi, laba penjualan
asset.
Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang terus menerus
adalah pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil
penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban dimana suatu entitas
mengalami kenaikan asset sebelumnya, misalnya menerima pembayaran di muka
dari pelanggan, pengiriman barang, atau pelaksanaan jasa akan mengurangi
kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Jadi kenaikan asset, pendapatan dapat
diartikan sebagai penururnan kewajiban.
Suatu entitas maksdunya adalah pendapatan didefinisi sebagai kenaikan asset
bukannya kenaikan ekuitas bersih meskipun kenaikan asset tersebut akhirnya
berpengaruh terhadap kenaikan ekuitas bersih.
Produk perusahaan maksudnya dimana aliras asset dari pelanggan bergungsi
hanya sebagai pengukur, tetapi bukanendapatan itu sendiri. Produk fisik yang
dihassilkan oleh kegiatan usaha itulah yang merupakan pendapatan. Produk
merupakan pencapaian dari tiap kegiatan produktif. Pendapatan merupakan aliran
masuk asset (unit moneter) dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisik berupa
penyerahan produk (output) peusahaan.
Pertukaran produk, harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat ke
dalam sistem pembukuan. Satuan monneter yang paling objektif adalah jika
jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran anatara pihak
independen.
Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa produk, dimana
pendapatan merupakan konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi
tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba
adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan
kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
a. Transaksi modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham.
b. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap,
surat-surat beharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
c. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
d. Rebaluasi aktiva.
e. Penyerahan produk perusaan, yaitu aliran penjualan produk.
Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus diakui
sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya
dengan penjualan aktiva selain produk sebagaiman yang disebutkan dalam butir kedua.
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran asset masuk adalah jumlah rupiah kotor
(gross). APB menyebutkan secara implisit hal tersebut (gross increases in assets). Paton
dan Littleton mengisyaratkan pendapatan sebagai jumlah kotor dengan menyatakan
“diukur dengan jumlah rupiah asset baru yang diterima dari pelanggan”. FASB
mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumah
rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa (from delivering goods
atau rendering services). IAI (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan
bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen,
royalitas, dan sewa.
Oleh karena itu, hanya kegiatan (e) di atas yang masuk dalam kategori sumber
pendapatan. FASB dan APB tidak memasukkan kegiatan (b) sebagai sumber pendapatan
karena merupakan jumlah neto dan bukan merupakan kegiatan operasi sehingga mereka
memasukkannya sebagai elemen untung (gross). Secara konseptual, IAI (IASC) tidak
membedakan antara pendapatan dan utang atas dasar jumlah kotor atau neto.
1. Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dari tujuh unsur
laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian.
2. Dapat diukur, item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara
andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan dan diukur.
Contohnya biaya historis, biaya sekarang ini, nilai pasar, nilai bersih yang dapat
direalisasi dan nilai sekarang.
3. Relevansi, informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam
pengambilan keputusan.
4. Realibilitas, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar, dapat
diuji dan netral. Pedoman penilaian pendapatan telah diatur dalam Standar Akuntansi
Keuangan yang mengatur bagaimana suatu transaksi akan diperhitungkan dan dicatat
sebagai suatu pendapatan untuk kemudian dimasukkan ke dalam salah satu akun di
suatu laporan keuangan.
1. Biaya Historis (Historical Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang
mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban pada saat perolehan bukan nilai saat ini.
Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas yang dibayar atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan.
Liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau
dalam keadaan tertentu (sebagai contoh, pajak penghasilan), pada jumlah kas atau
setara kas yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam
pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya Kini (Current Cost) yaitu metode penilaian aset dan kewajiban yang
mendasarkan pada nilai aset dan kewajiban sekarang atau saat ini. Aset dicatat
sebesar jumlah kas atau setara kas yang seharusnya akan dibayarkan jika asset yang
sama atau asset yang setara diperoleh sekarang. Liabilitas dicatat sebesar jumlah kas
atau setara kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban kini.
3. Nilai Realisasi atau Penyelesaian (Realization/Settlement Value) yaitu aset dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau setara aset yang sekarang dengan
menjual aset dalam pelepasan normal. Aset dicatat sebesar jumlah kas atau setara kas
yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal.
Liabilitas dicatat sebesar nilai penyelesaiannya; yaitu, jumlah kas atau setara kas yang
tidak didiskontokan yang diekspektasikan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas
dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai Sekarang (Present Value), aset dinyatakan sebesar kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan bisa
memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Aset dicatat sebesar arus kas
masuk neto masa depan yang di diskontokan ke nilai sekarang dari pos yang di
ekspektasikan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas
dicatat sebesar arus kas keluar neto masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang
yang diekspektasikan akan diperlukan untuk menyelesaikan liabilitas dalam
pelaksanaan usaha normal.
1. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada saat tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatana atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan
oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, dan royalti diakui sejalan dengan
berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva
tetap atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan. Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara
kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Berkaitan dengan masalah
pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan
pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan
keuangan ketika:
a. Pendapatan dihasilkan, dan
b. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kualitas keterukuran dan reliabilitas dan untuk
memenuhi konsep dasar upaya dan hasil, kriteria pengakuan pendapatan didasarkan atas
dua konsep yang saling melengkapi tersebut yaitu untuk dapat mengakui pendapatan,
pembentukan pendapatan harus dikonfimasi dengan realisasi. Atas dasar pemikiran ini,
FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus
dipenuhi yaitu (SFAC N0. 5, prg, 88):
Waluapun kedua kriteria di atas harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu
keadaan tertentu dapat berbeda. Artinya, dalam keadaan tertantu penghimpunan menjadi
lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan tidak harus selalu
mendahului realisasi pendapatan; dapat terjadi, pendapatan terrealisasi sebelum
terbentuk. Kam (1990, hlm. 243-252) mengemukakan kriteria pengakuan secara lebih
teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan
segera terealisasi.
2. Pendapatan baru dapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau
terhimpun.
2.11.2 Metode Pencatatan Pendapatan
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas (cash basis method) dan metode berbasis akrual
(accrual basis method).
3.1 Kesimpulan
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya
kepada sektor produksi. Pendapatan juga bisa berupa uang atau materi lainnya yang
sanggup dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor peroduksi.
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan
laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah
pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat
juga diartikan sebagai income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata
revenue sebagai pendapatan penghasilan maupun keuntungan.
PSAK Nomor 23 paragraf 6, “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.
1. Pendapatan dari transaksi penjualan produk diakui pada saat tanggal penjualan,
biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2. Pendapatana atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa
tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan
oleh pihak lain, seperti pendapatan bunga, dan royalti diakui sejalan dengan
berlakunya waktu atau pada saat digunakan aktiva yang bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva
tetap atau surat berharga diakui pada saat tanggal penjualan. Pendapatan harus diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Pada umumnya
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara
kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah
nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima. Berkaitan dengan masalah
pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan
pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan
keuangan ketika:
c. Pendapatan dihasilkan, dan
d. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga. Penerbit
BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/ppkm/article/download/237/113
http://repository.upm.ac.id/2947/1/BUKU%20DIGITAL%20TEORI%20AKUNTANSI.pdf