Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH LAB AKUNTANSI PAJAK

TOPIK PEMBAHASAN :
PENDAPATAN BERDASARKAN PSAK DAN PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
Hendro Gunawan 21302098
Oktalya Hasri Nurul Khotimah 20302045
Miko Ardiansyah 20302188
Mulyo Saputro 22302118
Puteri A.V. Nesimnasi 201808100

Dosen Pengampu :

Christina Panjaitan, SST.Pa., MBA


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
Pengertian Pendapatan.....................................................................................................................3
Pengakuan Pendapatan.....................................................................................................................3
Konsep Pendapatan...........................................................................................................................4
Jenis-Jenis Pendapatan......................................................................................................................4
Sejarah PSAK......................................................................................................................................5
BAB 2 PENDAPATAN BERDASARKAN PSAK............................................................................................7
MENURUT PSAK 23............................................................................................................................7
Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Barang.............................................................................7
Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Jasa..................................................................................8
Pengakuan Pendapatan dari Kontrak Konstruksi...........................................................................8
Pengakuan Pendapatan dari Penggunaan Aset oleh Pihak Lain....................................................9
Pendapatan Diterima Di Muka.....................................................................................................13
MENURUT PSAK 44 AKUNTANSI AKTIVITAS PENGEMBANGAN REAL ESTATE..................................14
Definisi.........................................................................................................................................14
Pengakuan Pendapatan...............................................................................................................14
Akuntansi Pengembangan Real Estate Dari Sisi Perpajakan........................................................17
PENDAPATAN MENURUT PSAK 46...................................................................................................21
Prinsip Dasar Akuntansi PPh Berdasarkan PSAK 46.....................................................................21
Tujuan PSAK 46............................................................................................................................22
MENURUT PSAK 72 PENDAPATAN KONTRAK DARI PELANGGAN....................................................23
Pendapatan Kontrak Dari Pelanggan Dari Sisi Perpajakan...........................................................28
KESIMPULAN...................................................................................................................................29
LAMPIRAN.......................................................................................................................................30

2
BAB 1
PENDAHULUAN

Pengertian Pendapatan
Pengertian Pendapatan Secara Mendalam Dan Mengenal Jenis-Jenisnya

Adapun beberapa pengertian menurut beberapa narasumber terpercaya, diantaranya sebagai


berikut:

 Menurut Wikipedia.org, pengertian pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada
pelanggan.
 Menurut FASB (Financial Accounting Standard Board), adalah arus masuk atau peningkatan
lainnya dari aset suatu entitas atau penyelesaian kewajibannya (atau kombinasi keduanya)
dari memberikan atau menghasilkan tujuan, memberikan layanan, atau kegiatan lain yang
merupakan operasi utama.
 Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), pengertian pendapatan timbul dalam kegiatan
sehari-hari perusahaan dan disebut dengan berbagai nama yang berbeda termasuk
penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa.
 Menurut Penghantar Akuntansi, pengertian pendapatan dalam akuntansi adalah jumlah
yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang dijual. Bagi perusahaan
merupakan aliran masuk aktiva atau pengurangan utang yang diperoleh dari hasil
penyerahan barang atau jasa kepada para pelanggan.
 Menurut Teori Penghantar Mikro Ekonomi, adalah uang yang diterima dan diberikan kepada
subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan
dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan dari kekayaan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus kas masuk yang
berasal dari kegiatan normal perusahaan dalam penciptaan barang atau jasa yang mengakibatkan
kenaikan aktiva dan penurunan kewajiban. Dalam neraca keuangan perusahaan, pendapatan ada
yang diberikan kepada investor berupa deviden dan ada juga laba ditahan.

Adapun pendapatan yang menjadi laba ditahan keuntungan bagi investor untuk menginformasikan
modal pemegang saham dan evaluasi perusahaan. Selain itu juga laba ditahan difungsikan sebagai
modal cadangan perusahaan menghadapi kondisi financial dan membiayai operasional perusahaan.

Pengakuan Pendapatan
Adapun beberapa kriteria pengakuan pendapatan menurut Erlinadiansyah, (2009:29), diantaranya
sebagai berikut:

1. Pengakuan Pada Saat Penjualan

Kondisi ini dapat terjadi pada saat terjadi transaksi sedang berlangsung sehingga pendapatan telah
diterima dan barang atau jasa diberikan kepada konsumen.

2. Pengakuan Sebelum Penyerahan

3
Kondisi ini bisa selama proses produksi atau setelah proses produksi selesai. Dalam bidang usaha
retail dan manufaktur penggunaan purchase order dan purchase requisition dari pihak konsumen
sehingga perusahaan bisa mengklaim adanya penjualan.

3. Pengakuan Setelah Penyerahan

Dalam kondisi ini pendapatan hanya dapat diakui setelah diterimanya uang pembayarannya atas
transaksi yang terjadi.

4. Pengakuan atas Transaksi Penjualan Khusus

Kondisi dimana memerlukan ketentuan khusus karena memiliki karakteristik tersendiri. Seperti
penjualan atas barang konsinyasi dan penjualan waralaba (franchise).

Konsep Pendapatan
Dalam penerapan pada perusahaan adapun yang menjadi konsep dari pendapatan, diantara sebagai
berikut:

1. Konsep Inflow of Net Asset

Dalam konsep pendapatan ini memusatkan pada arus kas masuk perusahaan atau dikenal dengan
inflow. Dengan konsep pendapatan ini akan mempengaruhi aktiva tepatnya Asset (aktiva tetap) akan
bertambah dan hutang perusahaan akan berkurang.

2. Konsep Outflow of Good Service

Dalam konsep ini pendapatan dipusatkan dengan kas keluar dengan terjualnya barang atau jasa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Konsep pendapatan ini juga dapat difungsikan
untuk meningkatkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

Jenis-Jenis Pendapatan
Adapun beberapa penjelasan mengenai jenis-jenis pendapatan dalam suatu perusahaan,
diantaranya sebagai berikut:

1. Pendapatan Bersih (Net Income)

Dirumuskan dengan adanya pendapatan yang sudah dikurangi biaya dan pengeluaran. Adapun
contoh biaya seperti biaya overhead, biaya produksi dan biaya penunjang produksi lainnya.

2. Pendapatan Kotor (Gross Income)

Jenis ini dapat didefinisikan sebagai suatu jumlah yang diterima oleh perusahaan atau orang pribadi
sebelum dikurangi pajak dan pengurangannya. Untuk bisnis, jumlah ini merupakan biaya perolehan
dikurangi penjualan bersih sebelum pajak dari penjualan. Seperti asuransi, property atau jasa
termasuk dalam cakupan pendapatan kotor.

3. Pendapatan Terima Dimuka (Unearned Revenue)

Jenis ini dapat diakui sebagai pendapatan jika perusahaan sudah melakukan pengiriman barang atau
penyerahan jasa kepada konsumen sehingga dapat dicatat pula sebagai utang pendapatan pada saat
menerima. Adapun contoh pendapatan terima dimuka seperti sewa terima dimuka di kolom kredit
dan kas sebagai pendapatan jasa di kolom debet.

4
Adapun proses pencatatan diterima dimuka (unearned revenue) dimana terdapat dua jenis
pendekatan antara lain pendekatan utang (liability approach) dan pendekatan pendapatan (revenue
approach).

Jurnal (Contoh: Pendapatan Sewa):

Kas/Bank (D) XX

Pendapatan Diterima Dimuaka (K) XX

4. Pendapatan Masih Harus Diterima (Accrued Receivable)

Jenis-jenis pendapatan ini dapat dikenal juga dengan istilah piutang pendapatan adalah pendapatan
yang sudah menjadi hak dilihat dari segi waktu tetapi belum dicatat atau diterima pembayarannya.
Pengakuan piutang pendapatan ini terdapat pada bunga pada debet dan pendapatan bunga pada
kredit. Dan contoh pendapatan masih harus diterima adalah piutang bunga (interest receivable) dan
piutang sewa (rent receivable).

Jurnal (Contoh: Piutang Bunga)

Piutang Bunga (D) XX

Pendapatan Bunga (K) XX

5. Pendapatan Usaha (Operating Revenue)

Jenis-jenis pendapatan ini akan diterima ketika adanya penjualan hasil usaha utama dalam suatu
perusahaan tersebut. Hal lain juga dapat diartikan operasi utama lebih berkaitan dengan tujuan
utama perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa menghasilkan keuntungan dan
meningkatkan nilai aset yang berasal dari kegiatan operasi utama bukan dari investasi atau
pendanaan.

Sejarah PSAK
Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat zaman penjajahan, tahun 1602 –
1799 saat zaman kolonial telah dilakukan pencatatan sederhana, pada tahun 1800 – 1942 saat
zaman penjajahan Belanda telah dilakukan pencatatan debit dan kredit. Tahun 1942 – 1945
pencatataan tetap menggunakan debit dan kredit dan belum terdapat banyak perubahan dalam
pencatatan akuntansi sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan sekarang dilakukan harmonisasi
terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi pada standar IFRS (Internasional Financial
Accounting Standard). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957 merupakan
wadah profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan pengembangan standar untuk
menyesuaikan dengan dunia usaha dan profesi akuntansi dan merupakan anggota dari International
Federation of Accountants (IFAC). Pada tahun 1973 dibentuknya panitia penghimpunan bahan-
bahan dan struktur GAAP dan GAAS yang selanjutnya pada tahun 1974 dibentuk komite prinsip
akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan mengembangkan Standar Akuntansi
Keuangan.

Pada tahun 1994 komite PAI diubah menjadi komite standar akuntansi keuangan yang kemudian
pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan. IAI sebagai anggota dari
IFAC memiliki komitmen untuk melaksanakan semua Standar Internasional yang ditetapkan demi

5
kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di Indonesia. IAI memutuskan untuk melakukan
harmonisasi terhadap Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International
Financial Reporting Standard (IFRS) yang kemudian dilanjutkan dengan konvergensi terhadap IFRS.
PSAK adalah aturan baku yang mengatur pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan
keuangan sedangkan IFRS merupakan Standar Akuntansi Internasional. Tahun 2012 mencatatkan
satu momen penting, dimana pada tahun ini dilakukan pengimplementasian PSAK berbasis IFRS di
Indonesia. Sehubungan dengan pengimplementasian IFRS tersebut, maka terdapat beberapa
perubahan dalam PSAK yang kemudian disesuaikan dengan pengaturan dalam IFRS. PSAK-IFRS ini
biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik dan bersifat umum. Segala
sesuatu yang penting tentu memiliki standar, termasuk dalam akuntansi.
PSAK adalah standar akuntansi yang penting dan digunakan bagi para akuntan dan pemilik bisnis
untuk membuat laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku. PSAK sendiri adalah
singkatan dari pernyataan standar akuntansi keuangan yang telah digunakan terutama oleh bisnis
yang melaporkan hasil keuangan mereka di Indonesia.

Standar akuntansi keuangan adalah metode dan format baku yang digunakan dalam penyajian
informasi laporan keuangan. Standar akuntansi di Indonesia mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis global, peraturan yang berlaku dan lain-
lain. Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia antara lain PSAK-IFRS, SAK-ETAP, PSAK
Syariah, SAP, dan SAK EMKM.

6
BAB 2
PENDAPATAN BERDASARKAN PSAK
MENURUT PSAK 23
Menurut PSAK 23, pendapatan adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berasal dari
kontribusi penanam modal. Akuntansi pendapatan yang diatur dalam PSAK 23 mencakup
pendapatan yang timbul dari penjualan barang, penjualan jasa, serta penggunaan aset entitas oleh
pihak lain yang menimbulkan bunga, royalti, dan dividen.

Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau akan diterima. Jika imbalan tidak
diterima dalam bentuk kas atau setara kas, nilai wajar imbalan adalah nilai diskonto dari seluruh
penerimaan di masa depan dengan tingkat bunga tersirat (imputed). Pendapatan yang diperoleh
melalui pertukaran barang diukur pada nilai wajar barang yang diterima. Namun jika nilai wajar
barang yang diterima tidak dapat ditentukan, pendapatan diukur pada nilai wajar barang atau jasa
yang diserahkan. Perlu diperhatikan bahwa pertukaran barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang
serupa tidak dapat dianggap sebagai sumber pendapatan.

Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Barang


Yang dimaksud barang mencakup barang yang diproduksi untuk dijual (manufacturing) dan barang
yang dibeli untuk dijual kembali (merchandising). Sesuai PSAK 23, pendapatan atas penjualan barang
dapat diakui jika seluruh kondisi di bawah ini terpenuhi:

1. Risiko dan manfaat kepemilikan barang telah berpindah secara signifikan dari entitas penjual
ke pembeli.
2. Entitas penjual tidak lagi mengelola barang, atau secara efektif tidak lagi mengendalikan
barang yang dijual.
3. Jumlah pendapatan yang timbul dapat diukur secara andal.
4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan mengalir kepada entitas
penjual.
5. Biaya yang telah atau akan terjadi terkait transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

Risiko dan manfaat kepemilikan telah berpindah secara signifikan dari penjual ke pembeli ketika dua
kondisi berikut terpenuhi seluruhnya:

1. Seluruh tindakan signifikan telah selesai dilaksanakan.


2. Penjual tidak lagi melakukan pengelolaan atau pengendalian efektif atas barang yang dijual.

Contoh situasi ketika risiko dan manfaat signifikan masih ditahan oleh penjual:

 Penerimaan pendapatan penjualan barang bergantung pada pendapatan pembeli dari


penjualan barang yang sama.
 Pembeli memiliki hak untuk melakukan retur pembelian sesuai ketentuan kontrak dan
entitas tidak dapat memastikan terjadinya retur tersebut.
 Konsinyasi.

7
Penjualan eceran dengan syarat barang dapat dikembalikan jika pembeli tidak puas merupakan
contoh dari penahanan risiko kepemilikan yang tidak signifikan sehingga pendapatan dapat diakui
selama penjual dapat mengestimasi retur dan mengakui liabilitas terkait dengan andal berdasarkan
pengalaman di masa lalu dan faktor-faktor relevan lainnya.

Pengakuan Pendapatan dari Penjualan Jasa


Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas pekerjaan yang telah disepakati dalam
kontrak, untuk dilaksanakan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Jika hasil transaksi dari
penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan dari transaksi tersebut diakui dengan
metode persentase penyelesaian, dimana pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa
dilaksanakan.

Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika semua kondisi berikut terpenuhi:

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.


2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang terkait transaksi akan mengalir ke entitas
pemberi jasa.
3. Tingkat penyelesaian transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.
4. Biaya yang telah atau akan terjadi (biaya penyelesaian) terkait transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.

Seperti halnya ketentuan terkait penjualan barang, jika terdapat ketidakpastian atas kolektabilitas
jumlah yang diakui sebagai pendapatan, maka jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang
kemungkinan pemulihannya kecil diakui sebagai beban.

Estimasi yang andal biasanya dapat dibuat oleh entitas jika dalam transaksi dengan pihak lain telah
tercapai seluruh persetujuan terkait hal-hal berikut:

1. Hak yang dapat dipaksakan bagi masing-masing pihak atas jasa terkait.
2. Imbalan yang dipertukarkan.
3. Cara dan persyaratan penyelesaian.

Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan
yang dapat diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang dapat terpulihkan.

Metode untuk mengukur tingkat penyelesaian transaksi dapat meliputi: survey pekerjaan yang telah
dilaksanakan, perbandingan jasa yang dilakukan sampai tanggal tertentu dengan total jasa, dan
perbandingan biaya yang timbul sampai tanggal tertentu dengan estimasi total biaya. Pembayaran
berkala dan uang muka yang diterima biasanya tidak mencerminkan besarnya jasa yang telah
dilakukan.

PSAK 23 juga menentukan bahwa pendapatan yang melibatkan sejumlah kegiatan selama satu
periode dapat diakui secara garis lurus demi alasan praktis, kecuali ada metode lain yang lebih
relevan. Jika satu kegiatan jauh lebih signifikan dibandingkan kegiatan lain, pendapatan baru diakui
saat kegiatan signifikan dilakukan.

8
Pengakuan Pendapatan dari Penggunaan Aset oleh Pihak Lain
Penggunaan aset entitas oleh pihak lain dapat menghasilkan pendapatan yang dapat diakui jika: (1)
besar kemungkinan manfaat ekonomi terkait transaksi akan diterima entitas dan (2) jumlah
pendapatan dapat diukur dengan andal. Pendapatan dalam hal ini dapat berupa:

 Bunga
Bunga adalah pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah terutang
kepada entitas. Bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
 Royalti
Royalti adalah pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang milik entitas seperti
paten dan hak cipta. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan.
 Dividen
Dividen adalah distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi
kepemilikan atas kelompok modal tertentu. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran telah ditetapkan.

Menurut pajak, pendapatan di atas yaitu bunga, royalti dan dividen termasuk dalam Objek dari Pajak
PPh Pasal 23 dan Pajak PPh Tidak Final yang dikenakan tarif sebesar 15% dari bruto. Jika penerima
penghasilan tidak memiliki NPWP, maka tarif pemotongan menjadi 100% lebih tinggi. PPh Pasal 23
dipotong oleh pemberi kerja yang nantinya akan menerbitkan bukti potong dan dapat dipergunakan
sebagai kredit pajak yang dapat mengurangi pajak terutang SPT Badan. Wajib pajak diberikan
kesempatan sampai akhir tahun buku untuk menuntaskan kewajiban perpajakannya dan
diperbolehkan untuk menghitung sendiri seluruh penghasilan dan biaya-biaya lainnya selama satu
tahun pajak, untuk selanjutnya diperhitungkan dengan PPh Final yang sudah dibayarkan.

Contoh Kasus:

 Pendapatan Atas Dividen

PT Organizing memiliki saham di PT Mercury dengan penyertaan modal 35%. Pada tanggal 25 Januari
2022, PT Mercury mengadakan RUPS yang memutuskan recording date di tanggal 2 Februari 2022
dan Payment Date di tanggal 2 Maret 2022. Dari penyertaan modal tersebut, PT Organizing akan
menerima dividen sebesar Rp. 50.000.000. Bagaimana perlakuannya dari sisi perpajakn dan
bagaimana jurnal dari sisi PT Organizing?

- Karena PT Mercury merupakan perusahaan Go Public, menurut perpajakan dalam Surat Edaran
Nomor SE-12/PJ.43/1993, pendapatan dividen diakui pada saat disediakan untuk dibayarkan
(Dipotong PPh Pasal 23/26) yaitu pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang
berhak atas dividen (recording date). Berbeda dengan perusahaan yang Non Go Public yang
pengakuannya pada saat RUPS. Pada perusahaan Go Public jika mengacu kepada tanggal RUPS
akan kusulitan karena pada tanggal RUPS saham yang diperjualbelikan di bursa efek masih
memiliki hak memperoleh dividen sehingga pemegang saham yang berhak memperoleh dividen
belum dapat diketahui dengan pasti. Baru setelah RUPS dapat ditentukannya kapan cum date, ex
date, dan recording datenya. Di saat recording date inilah perusahaan mengumumkan siapa saja
yang berhak atas dividen untuk diakui sebagai pendapatan.

9
Dari sisi perpajakan berdasarkan UU PPh, secara umum Dividen yang diterima oleh wajib pajak
badan merupakan objek pajak sesuai dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 (Pasal 4(1) huruf g) dan
dipotong PPh Pasal 23 (Pasal 23(1) huruf a), namun setelah UU No. 7 tahun 2021 berlaku, pada
Pasal 4(3) huruf f diatur bahwa pendapatan dividen yang diterima oleh WP Badan dengan tanpa
ada batasan penyertaan modal, yang berasal dari dalam negeri tidak dikenakan PPh dan bukan
merupakan suatu objek penghasilan.

Dari penyertaan modal sebesar 35% tersebut, menurut UU PPh Pasal 18(4) terdapat adanya
hubungan istimewa antara PT Organizing dan PT Mercury karena kepemilikan saham PT
Organizing atas PT Mercury diatas 25%.

- Jurnal pada tgl 2 Februari 2022 (Recording Date)


Piutang Dividen Rp. 50.000.000
Pendapatan Dividen Rp. 50.000.000

- Jurnal pada tgl 2 Maret 2022 (Payment Date)


Kas Rp. 50.000.000
Piutang Dividen Rp. 50.000.000

- Pada saat rekonsiliasi fiscal pendapatan atas dividen tersebut akan dikoreksi negative sebesar
Rp. 50.000.000

 Pendapatan Atas Royalti

Pada tanggal 10 Agustus Tahun 2022, PT Organizing mendapat pendapatan berupa royalty atas
penggunaan merek dagang sebesar Rp. 20.000.000. Bagaimanakah jurnalnya dan perlakuannya dari
sisi perpajakan? (PT Organizing memiliki NPWP)

- Dari sisi pajak, pendapatan royalty merupakan objek pajak penghasilan dan dipotong PPh Pasal
23 dengan tarif 15% dari jumlah bruto (menurut UU Perpajakan No 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1
huruf h dan Pasal 23 Ayat 1 huruf a). Pendapatan yang dipotong PPh tersebut, dapat dijadikan
pengkreditan PPh terutang pada saat perhitungan PPh Tahunan. Karena PT Organizing
merupakan perusahaan yang ber NPWP maka dikenakan tarif normal 15%, dengan perhitungan
= 15% x Rp. 20.000.000 = Rp. 3.000.000

- Jurnal pada saat menerima pendapatan royalty pada tanggal 10 Agustus 2022
Kas Rp. 17.000.000
Pajak dibayar dimuka PPh 23 Rp. 3.000.000
Pendapatan Royalti Rp. 20.000.000

- Jurnal pada saat pengkreditan PPh 23


PPh terutang Rp. 3.000.000
Pajak dibayar dimuka PPh 23 Rp. 3.000.000

- Namun PT Organizing pada pencatatan pendapatan atas royalty, mencatatnya dengan


penghasilan bersih yaitu pendapatan royalty setelah dikurang pajak sebesar Rp. 17.000.000.

10
Oleh karena itu pada rekonsiliasi fiksal untuk menghitung PPh Tahunan, akan dikoreksi positif
sebesar Rp. 3.000.000

 Pendapatan Atas Jasa

Pada tanggal 1 Oktober 2022, PT Organizing memberikan jasa accounting kepda PT Makmur untuk
jangka waktu 12 bulan. Dan menerima pembayaran lunas di tanggal tersebut sebsar Rp. 12.000.000.
Bagaimanakah jurnalnya dari sisi PT Organizing dan perlakuannya dari sisi perpajakan?

- Dari sisi perpajakan atas pendapatan tersebut dikenakan PPh Pasal 23 atas jasa sebesar 2% dari
jumlah bruto = Rp. 12.000.000 x 2% = Rp. 240.000. Dan atas pemotongan PPh Pasal 23 tersebut,
dapat dikreditkan pada saat perhtungan PPh Badan

- Jurnal tgl 1 Oktober 2022


Kas Rp. 11.760.000
Pajak dibayar dimuka PPh 23 Rp. 240.000
Pendapatan Diterima Dimuka Rp. 12.000.000

- Jurnal penyesuaian tgl 31 Desember 2022


Pendapatan diterima dimuka Rp. 3.000.000
Pendapatan Jasa Rp. 3.000.000

- Jurnal pada saat pengkreditan PPh Pasal 23


PPh terutang Rp. 240.000
Pajak dibayar dimuka PPh 23 Rp. 240.000

Menurut perpajakan, pendapatan jasa sebesar Rp.3.000.000 tersebut pada saat rekonsiliasi fiscal
akan dikoreksi positif sebesar Rp. 9.000.000

 Pendapatan Atas Penjualan Barang

Pada tanggal 1 Oktober 2022, PT Organizing menyerahkan DVD accounting system kepda PT ABC
sebanyak 100 keping Harga per keeping Rp. 5.000.000 termasuk PPN. Pada tanggal 1 November PT
Organizing menerima pembayaran sebesar 80%, sisanya 20% dibayarkan 2 bulan setelah tanggal
penyerahan barang

- Jurnal Tgl 1 Oktober 2022 (Pada saat penyerahan barang)

Piutang (D) Rp. 500.000.000

Penjualan (K) Rp. 500.000.000

HPP (D) Rp. 300.000.000

Persediaan (K) Rp. 300.000.000

- Jurnal Tgl 1 November 2022 (Pada saat penerimaan pembayaran 1 (80%))

Kas (D) Rp. 400.000.000

Piutang (K) Rp. 400.000.000

11
- Jurnal Tgl 1 Desember 2022 (Pada saat penerimaan pembayaran 2 (20%))

Kas (D) Rp. 100.000.000

Piutang (K) Rp. 100.000.000

Pada saat pembuatan kertas kerja rekonsiliasi fiskal, sebagai berikut:

Perhitungan Penjualan:

100 keping x Rp. 5JT (termasuk PPN) =

DPP PPN = Rp. 5 jt x 100/111 = Rp. 4.504.504,50

= Rp. 4.504.504,50 x 100 keping = Rp. 450.450.450,45

PPN = Rp. 450.450.450 x 11% = Rp. 49.549.549,55

Terdapat koreksi fiskal negative sebesar Rp. 49.549.549,55

 Penyusutan
- Menurut Komersial

No Aktiva Thn Harga Masa Nilai ResiduBeban


Tetap Perolehan Perolehan Ekonomis Penyusutan
AT Tahun
2022
1 Gedung Januari 6.500.000.000 20 Tahun 500.000.000 300.000.000
2018
2 Kendaraan Juni 2018 916.800.000 8 Tahun 48.000.000 108.600.000
3 Peralatan November 349.800.000 5 Tahun 64.200.000 57.120.000
Kantor 2018
Total Penyusutan Tahun 2022 465.720.000

- Menurut Fiskal

No Aktiva Tetap
Thn Harga Masa Beban Penyusutan
Perolehan Perolehan Ekonomis AT Tahun 2022
1 Gedung Januari 2018 6.500.000.000 20 Tahun 325.000.000
2 Kendaraan Juni 2018 916.800.000 8 Tahun 114.600.000
3 Peralatan November 349.800.000 4 Tahun 72.875.000
Kantor 2018
Total Penyusutan Tahun 2022 512.475.000

Terdapat koreksi fiskal negative sebesar Rp. 46.755.000

 Beban Kerugian Piutang

12
Perusahaan menetapkan besarnya Cadangan Kerugian Piutang (CKP) adalah sebesar 5% dari
total Piutang Dagang. Total Piutang Dagang sebesar Rp. 1.324.750.000 dan saldo awal tahun
CKP sebesar Rp. 17.525.000 (K). Pada tahun tersebut tidak terdapat penghapusan piutang.
a. Menurut Komersial
CKP = 5% x Rp. 1.324.750.000 = Rp. 66.237.500
Beban kerugian piutang = Rp. 66.237.500 - Rp. 17.525.000 = Rp. 48.712.500
Jurnal:
Beban kerugian Piutang Rp. 48.712.500
CKP Rp. Rp. 48.712.500
b. Menurut Pajak
Dari sisi perpajakan, tidak diperkenankan metode cadangan sesuai UU PPh No 36 Tahun
2008 Pasal 9 Ayat 1 huruf c dan beban piutang hanya diperbolehkan jika nyata-nyatanya
tidak dapat ditagihkan sesuai UU PPh No 36 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat 1 huruf h. Jadi
Beban Kerugian Piutang sebesar Rp. Rp. 48.712.500 akan di koreksi fiskal positif saat
rekonsiliasi fiskal.

 Rekonsiliasi Fiskal
(Terlampir di Excel)

Pendapatan Diterima Di Muka


Imbalan atas penjualan, baik barang maupun jasa, dapat diterima sebelum tindakan yang diperlukan
untuk menghasilkan pendapatan dilaksanakan. Dalam hal ini, entitas mengakui liabilitas sebesar
imbalan yang telah diterima tersebut sampai kriteria pengakuan pendapatan terpenuhi. Pendapatan
diterima di muka seperti ini banyak terjadi di berbagai bisnis, misalnya perusahaan penerbangan,
hotel, dan pedagang koran/majalah berlangganan.

Pengungkapan informasi terkait pendapatan

Pengungkapan yang diperlukan terkait pendapatan adalah:

 Kebijakan akuntansi untuk pengakuan pendapatan.


 Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan selama periode, termasuk pendapatan
penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalty, dan dividen.
 Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang termasuk dalam
setiap kategori signifikan dari pendapatan.

Menurut pajak, pendapatan diterima di muka atau uang muka penjualan juga diakui sebagai objek
pajak. Pendapatan ini dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Oleh karena itu, diterbitkan juga
Faktur Pajak atas transaksi ini. Pendapatan diterima di muka akan muncul pada neraca, bisa menjadi
aset bagi pembeli dan hutang bagi penjual.

Jurnal (Contoh: Pendapatan Sewa):

Kas/Bank (D) XX

Pendapatan Diterima Dimuaka (K) XX

13
Pengakuan Pendapatan dari Kontrak Konstruksi
Menurut PSAK 34, kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegosiasikan secara khusus untuk
konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling
bergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan.

Kontrak konstruksi bisa berupa:

1. Kontrak biaya-plus, yaitu kontrak di mana kontraktor mendapatkan penggantian untuk


biaya-biaya yang telah diizinkan atau telah ditentukan, ditambah imbalan sebesar
persentase tertentu dari biaya atau imbalan tetap.
2. Kontrak harga tetap, yaitu kontrak di mana kontraktor telah menyetujui nilai kontrak yang
telah ditentukan, atau tarif tetap per unit output yang dalam beberapa hal tunduk pada
ketentuan-ketentuan kenaikan biaya.

Pendapatan dari suatu kontrak terdiri dari nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dan
penyimpangan dari pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif yang memungkinkan untuk
menghasilkan pendapatan dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan kontrak diukur pada nilai
wajar imbalan yang telah atau akan diterima.

Metode persentase penyelesaian digunakan dalam mengakui pendapatan dan beban jika hasil
kontrak konstruksi dapat diestimasi dengan andal. Dalam metode ini, pendapatan dan beban diakui
dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada akhir periode pelaporan.

Hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi dengan andal dalam kontrak harga tetap, jika semua hal
berikut terpenuhi:

 Total pendapatan kontrak dapat diukur dengan andal.


 Besar kemungkinan manfaat ekonomi terkait kontrak akan mengalir ke entitas.
 Biaya kontrak dan tahap penyelesaian kontrak pada akhir periode pelaporan dapat diukur
dengan andal.
 Biaya kontrak yang dapat diatribusikan pada kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas dan
diukur dengan andal.
 Sementara untuk kontrak biaya-plus, hasil kontrak dapat diestimasi dengan andal bila poin b.
dan d. dalam persyaratan kontrak harga tetap di atas terpenuhi.

Jika hasil kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui hanya
sebesar biaya yang telah terjadi yang diperkirakan dapat dipulihkan dan biaya kontrak diakui sebagai
beban pada periode terjadinya. Jika kemungkinan besar total biaya kontrak akan melebihi total
pendapatan kontrak, maka taksiran rugi segera diakui sebagai beban.

Contoh Kasus:
PT A memiliki kontrak membangun gedung senilai Rp 800 juta dan perkiraan biaya Rp 700 juta.
Kontrak dimulai Juli 2012 dan selesai Agustus 2014.

2012 2013 2014

Biaya yang dikeluarkan 315jt 568jt 710jt

Perkiraan biaya sampai selesai 385jt 142jt -

Kemajuan tagihan 300jt 14 350jt 150jt

Kas terkoleksi 200jt 300jt 300jt


2012 (juta) 2013 (juta) 2014 (juta)

Untuk mencatat biaya konstruksi:

Konstruksi dalam proses 315 253 142

Kas, utang, dsb 315 253 142

Untuk mencatat termin:

Piutang usaha 300 350 150

Penagihan konstruksi dalam proses 300 350 150

Untuk mencatat penagihan:

Kas 200 300 300

Piutang usaha 200 300 300

MENURUT PSAK 44 AKUNTANSI AKTIVITAS PENGEMBANGAN REAL ESTATE


Pernyataan ini harus diterapkan untuk perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real
estat. Pernyataan ini tidak mengatur real estat yang dibangun sendiri oleh suatu perusahaan, untuk
digunakan sendiri atau disewakan kepada pihak lain karena, menurut definisi, real estat tersebut
termasuk aset tetap. Pernyataan ini juga tidak mengatur real estat yang merupakan investasi
perusahaan, baik sebagai investasi lancar maupun investasi jangka panjang

Definisi
Aktivitas pengembangan real estat adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun
perumahan dan/atau bangunan komersial dan/atau bangunan industri Bangunan tersebut
dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara (retail).

Perusahaan pengembang adalah perusahaan yang melakukan aktivitas pengembangan real estat.

Unit bangunan adalah unit properti perumahan dan/atau komersial dan/atau industri beserta
kaveling tanahnya.

Proyek adalah semua unit bangunan yang dibangun pada suatu area geografis, termasuk kaveling
tanah kosong untuk dijual.

15
Harga jual relatif adalah perbandingan antara harga jual dari setiap jenis unit real estat dengan
jumlah harga jual semua jenis real estat yang dibangun pada suatu proyek pengembangan real estat.
Harga jual yang dimaksud adalah harga jual estimasi kini.

Pengikatan jual beli adalah kesempatan antara pihak pembeli dan pihak penjual untuk mengadakan
perjanjian jual beli satu atau lebih unit real estat pada periode mendatang.

Perjanjian jual beli adalah perjanjian antara pihak pembeli dan pihak penjual yang mencakup hak
dan kewajiban masing-masing pihak yang berkaitan dengan satu atau lebih unit real estat. Sejak
tanggal ditandatangani, perjanjian tersebut berkekuatan hukum, serta pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut dapat dipaksakan secara hukum.

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomik yang timbul dari aktivitas normal
entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.

Laba adalah pendapatan dari penjualan unit bangunan dan/atau penjualan kaveling tanah tanpa
bangunan dikurangi dengan beban pokok penjualan real estat (cost of sales) tersebut.

Pengakuan Pendapatan
Pendapatan penjualan bangunan rumah, ruko, bangunan sejenis lainnya beserta kaveling tanahnya
diakui dengan metode akrual penuh (full accrual method).

Pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh dilakukan atas seluruh nilai jual dengan cara
sebagai berikut:

(a) Piutang bersih didiskontokan ke nilai sekarang dengan menggunakan tingkat bunga yang
sesuai, yang tidak boleh lebih rendah dari tingkat bunga yang diperjanjikan di pengikatan
atau perjanjian jual beli. Diskonto tidak dilakukan bila umur sisa tagihan kurang dari 12 (dua
belas) bulan;

(b) Dibuat penyisihan untuk piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih;

(c) Apabila penjual merencanakan untuk memberikan potongan harga jual atau
memperjanjikan hal demikian dalam pengikatan atau perjanjian jual beli sebagai insentif
bagi pembeli untuk melunasi utangnya lebih awal, jumlah potongan harga yang diperkirakan
akan diambil pembeli harus ditaksir dan dibukukan pada saat penjualan.

Proses penjualan dianggap telah selesai apabila pengikatan jual beli atau perjanjian jual beli telah
berlaku, yaitu apabila pengikatan atau perjanjian tersebut telah ditandatangani oleh kedua belah
pihak telah memenuhi persyaratan yang tercantum dalam pengikatan atau perjanjian jual beli agar
pengikatan atau perjanjian tersebut berlaku. Harga jual dianggap akan tertagih apabila jumlah
pembayaran oleh pembeli telah memadai.

Tagihan penjual bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli yang
dijualnya tersebut sebagai hipotek pertama dan tagihannya subordinasi terhadap hak penagih
hipotek tersebut masa depan bila penjual mengizinkan pembeli untuk menggunakan aset real estat.

16
Penjual dianggap telah mengalihkan kepada pembeli seluruh risiko dan manfaat kepemilikan unit
bangunan, apabila penjual tidak lagi terlibat dengan unit bangunan yang dijual, dan unit bangunan
tersebut telah siap ditempati atau digunakan.

Pengakuan Laba Bila Metode Akrual Penuh Tidak Terpenuhi

Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan laba dengan metode akrual
penuh, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode deposit
(deposit method) sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi.

Penerapan metode deposit adalah sebagai berikut :

(a) penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat, penerimaan
pembayaran oleh pembeli dibukukan sebagai uang muka;

(b) piutang dari transaksi penjualan unit real estat tidak diakui;

(c) unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aset penjual, demikian juga dengan
kewajiban yang terkait dengan unit real estat tersebut, walaupun kewajiban tersebut telah
dialihkan ke pembeli;

(d) khusus untuk unit real estat penyusutan atas unit real estat tersebut tetap diakui oleh
penjual.

Dalam hal penjualan telah mengalihkan utang yang terikat pada unit real estat yang dijual,
sedangkan transaksi tersebut belum memenuhi persyaratan pengakuan pendapatan, utang tersebut
tidak boleh dikurangkan dari nilai tercatat unit real estat yang bersangkutan. Pencicilan atau
pelunasan oleh pembeli atas utang unit real estat yang telah dialihkan kepada pembeli dibukukan
scbagai uang muka dengan mengurangi saldo utang yang bersangkutan. Penjual harus melakukan
pengungkapan bahwa unit tersebut telah terikat pada pengikatan atau perjanjian jual beli.

Apabila perjanjian jual beli dibatalkan tanpa adanya keharusan pembayaran kembali uang muka
yang telah diterima oleh penjual, maka uang muka tersebut diakui sebagai pendapatan pada saat
pembatalan. Pada saat uang muka atas penjualan unit real estat diakui sebagai penjualan,
komponen bunga dari uang muka tersebut harus diakui sehagai pendapatan bunga.

Keterlibatan Penjual Tanpa Pengalihan Risiko dan Manfaat Kepemilikan

Keterlibatan penjual tanpa pengalihan risiko dan manfaat kepemilikan masih ada, apabila :

(a) Penjual masih akan terlibat secara signifikan dengan unit bangunan yang dijual dan tidak
mengalihkan, secara signifikan, risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan yang telah
dijual;

(b) Penjual menjamin hasil yang akan diperoleh pembeli dari investasinya atau menjamin
hasil atas investasi tersebut untuk suatu periode tertentu;

(c) Penjual diharuskan untuk memulai atau mendukung kegiatan atau terus meng operasikan
unit bangunan atas risiko sendiri, atau dapat dianggap menanggung risiko tersebut untuk
suatu periode tertentu.

17
Penjual tidak boleh mengakui penjualan, apabila terdapat kewajiban untuk membeli kembali unit
bangunan yang telah dijual atau pembeli dapat memaksanya untuk membeli kembali unit bangunan
tersebut.

Apabila pengikatan atau perjanjian jual beli mensyaratkan pemberian jasa manajemen (management
service) sesudah penjualan atas unit bangunan tanpa kompensasi atau dengan kompensasi di bawah
tarif normal, kompensasi tersebut diestimasi untuk seluruh masa jasa dan dikurangkan dari
pendapatan yang diakui sebagai biaya yang masih harus dibayar.

Apabila penjual melakukan penjualan parsial (partial sale), laba yang diakui adalah proporsional
dengan hak pemilikan pihak ketiga di perusahaan pembeli pada saat penjualan.

Penjualan Bangunan Kondominium, Apartemen, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan dan Bangunan


Sejenis Lainnya, serta Unit dalam Kepemilikan Time Sharing, Penyelesaian suatu aktivitas
pengembangan real estat mungkin mencakup lebih dari satu periode akuntansi. Dalam kondisi
tersebut, metode akuntansi yang digunakan untuk aktivitas pengembangan real estat adalah metode
persentase penyelesaian (percentage of-completion method).

Tingkat penyelesaian suatu aktivitas pengembangan real estat dapat ditentukan dengan berbagai
metode, yang berupa:

(a) survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;

(b) proporsi (dalam persentase) aktivitas pengembangan real estat yang telah dilaksanakan
sampai suatu tanggal tertentu terhadap total aktivitas pengembangan real estat yang harus
dilaksanakan; atau

(c) proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu terhadap estimasi total biaya aktivitas
pengembangan real estat.

Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat belanja, dan
bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing, diakui dengan metode
persentase penyelesaian (percentage of-completion method) apabila seluruh kriteria berikut ini
terpenuhi :

(a) proses konstruksi telah melampaui tahap awal, yaitu fondasi bangunan telah selesai dan semua
persyaratan untuk memulai pembangunan telah terpenuhi;

(b) jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20 % dari harga jual yang telah disepakati dan
jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli; dan

(c) jumlah pendapatan penjualan dan biaya unit bangunan dapat diestimasi dengan andal.

Pendapatan penjualan unit bangunan kondominium, apartemen, perkantoran, pusat perbelanjaan,


dan bangunan sejenis lainnya, serta unit dalam kepemilikan secara time sharing yang telah selesai
proses pembangunannya diakui dengan metode akrual penuh sesuai dengan kriteria diatas. Dalam
hal ini persyaratan pengakuan laba dan juga berlaku untuk transaksi tersebut.

Untuk menentukan apakah jumlah pendapatan penjualan unit bangunan dapat diestimasi dengan
andal, faktor-faktor ini harus dipertimbangkan: volume penjualan, tren harga penjualan setiap unit
bangunan, pengalaman perusahaan pengembang, lokasi geografis, dan kondisi lingkungan unit

18
bangunan. Beberapa unit bangunan mungkin lebih disukai oleh pembeli karena lokasi atau karena
panorama lingkungan. Pada kondisi lain, mungkin unit bangunan tertentu sulit terjual. Hal tersebut
mengisyaratkan bahwa harga unit bangunan tertentu mungkin tidak mencerminkan nilai yang dapat
direalisasi sehingga pada akhirnya unit bangunan tersebut harus dijual dengan potongan harga.

Kemampuan untuk mengestimasi biaya unit bangunan (terutama biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan unit bangunan) adalah syarat utama untuk pengakuan pendapatan. Untuk
menentukan apakah perusahaan pengembang dapat mengestimasi biaya unit bangunan, faktor yang
harus dipertimbangkan adalah: pengalaman perusahaan pengembang, jenis kontrak konstruksi, dan
situasi ekonomik saat ini yang berpengaruh terhadap biaya konstruksi. Jumlah tagihan kepada
pembeli dan pembayaran yang diterima tidak mencerminkan

Penerapan metode persentase penyelesaian dipengaruhi oleh risiko kesalahan dalam melakukan
estimasi atas penyelesaian proyek. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian (prudence) harus
diterapkan dalam melakukan estimasi atas pendapatan dan biaya.

Akuntansi Pengembangan Real Estate Dari Sisi Perpajakan


Pengembangan real estat merupakan aktivitas berupa sewa dan penjualan yang mana dari sisi
perpajakan terdapat objek didalamnya yang dikenakan pajak sebagai berikut:

1. PPh Pasal 4 ayat 2 (pajak pengalihan hak atas tanah dan bangunan)
Karena pengembangan real estat berupa penjualan, maka penghasilan yang diterima oleh
penjual merupakan objek pajak penghasilan yang bersifat final menurut UU No 36 Tahun
2008 Pasal 4 Ayat 2 dan PP No. 34 Tahun 2016. Pajak ini memotong penghasilan dari:
a. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
b. Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya
yang disetor sendiri oleh penjual.

Tarif:

Jenis Pengalihan Jenis Bangunan Yang Diserahkan Tarif Dasar Pengenaan Pajak
Pengalihan hak atas Bangunan selain rumah sederhana atau 2,5%  Jumlah bruto nilai pengalihan:
tanah dan/atau rumah susun sederhana yang dilakukan
bangunan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya a. Nilai yang tercantum dalam risalah
  melakukan pengalihan hak atas tanah lelang;
  dan/atau bangunan b. Nilai yang seharusnya diterima
Rumah sederhana atau rumah susun 1% atau diperoleh atas jual beli yang
sederhana yang dilakukan oleh Wajib dipengaruhi hubungan istimewa;
Pajak yang usaha pokoknya melakukan c. Nilai yang sesungguhnya diterima
pengalihan hak atas tanah dan/atau atau diperoleh atas jual beli yang
bangunan tidak dipengaruhi hubungan
istimewa; atau
d. Nilai yang seharusnya diterima
atau diperoleh berdasarkan harga
pasar apabila pengalihan
dilakukan melalui tukar menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak,

19
hibah, waris, atau cara lain yang
disepakati.
Pengalihan hak atas tanah dan/atau 0% Nilai pengalihan berdasarkan
bangunan kepada pemerintah, BUMN keputusan pejabat yang berwenang
yang mendapatkan penugasan khusus
dari pemerintah, atau BUMD yang
mendapat penugasan khusus dari kepala
daerah
Perjanjian Bangunan selain rumah sederhana atau 2,5% a. Nilai yang sesungguhnya diterima
Pengikatan Jual Beli rumah susun sederhana yang dilakukan atau diperoleh atas jual beli yang
beserta oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya tidak dipengaruhi hubungan
Perubahannya melakukan pengalihan hak atas tanah istimewa; atau
  dan/atau bangunan b. Nilai yang seharusnya diterima
Rumah sederhana atau rumah susun 1% atau diperoleh atas jual beli yang
sederhana yang dilakukan oleh Wajib dipengaruhi hubungan istimewa
Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan

Saat terutang, Pembayaran, dan Jatuh Tempo :

Jenis Pengalihan Usaha Pokok Penyerahan Saat Terutang  Cara Pembayaran dan
Wajib Pajak kepada Jatuh Tempo
Pembayaran
Pengalihan hak atas Melakukan Selain Saat diterimanya PPh dihitung
tanah dan/atau pengalhan hak pemerintah sebagian atau seluruh berdasarkan setiap
bangunan atas tanah pembayaran atas jumlah setiap
dan/atau pengalihan hak atas pembayaran termasuk
bangunan tanah dan/atau uang muka, bunga,
bangunan pungutan, dan
Pengalihan hak atas Selain yang usaha Selain Sebelum akta, keputusan, pembayaran tambahan
tanah dan/atau pokoknya pemerintah kesepakatan atau risalah lainnya yang dipenuhi
bangunan melakukan lelang ditandatangani oleh pembeli,
pengalhan hak oleh pejabat yang sehubungan dengan
atas tanah berwenang pengalihan hak atas
dan/atau tanah dan/atau
bangunan bangunan tersebut. PPh
disetor sendiri paling
lambat tanggal 15 bulan
berikutnya setelah bulan
diterimanya
pembayaran
Pengalihan hak atas Semua usaha Pemerintah Sebelum pembayaran Dipungut oleh

20
tanah dan/atau atau sebelum tukar bendahara pemerintah
bangunan menukar dilaksanakan atau pejabat yang
menyetujui tukar
menukar
Perjanjian Semua usaha - Sebelum terjadinya Setor sendiri oleh orang
pengikatan jual beli perubahan atau pribadi atau badan yang
(PPJB) beserta addendum PPJB merupakan pihak
perubahannya pembeli dan namanya
tercantum dalam PPJB
sebelum perubahan
atau addendum

Pendapatan yang telah dipotong PPh final nantinya pada saat rekonsiliasi fisal, akan di
koreksi fiscal negative yang akan mengurangi penghasilan menurut pajak. Dan juga pajak
yang sudah dibayar atas penghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan pada penghitungan
PPh Tahunan.

Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana


 Rumah sederhana dan rumah susun sederhana dibebaskan dari pengenaan PPN
 Batas rumah sederhana dan ruman susun sederhana:
a. Rumah sederhana
Rumah sederhana adalah rumah yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur
dalam PMK No. 81/PMK.010/2019 sebagai berikut:
1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2;
2. harga jual tidak melebihi batasan harga jual dengan ketentuan bahwa
batasan harga jual didasarkan pada kombinasi zona dan tahun yang
berkesesuaian sebagaimana tercantum dalam Lampiran PMK No.
81/PMK.010/2019;
3. merupakan rumah pertama yang dimiliki oleh orang pribadi yang termasuk
dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, digunakan sendiri
sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 4
(lima) tahun sejak dimiliki;
4. luas tanah tidak kurang dari 60 m2; dan
5. perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit
bersubsidi maupun tidak bersubsidi atau melalui pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah.
b. Rumah susun sederhana
Rumah susun sederhana menurut PMK No. 36/PMK.03/2007 adalah bangunan
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai
tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur baik bersatu
dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi
maupun tidak bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi Rp75 juta;

21
b. luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2;
c. pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang
mengatur mengenai Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; dan
d. merupakan hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat
tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak dimiliki.
 Subjek yang berhak menempati rumah sederhana
Subjek yang berhak menempati rumah sederhana adalah oleh orang pribadi yang
termasuk dalam kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang menurut UU No.
12 Tahun 2021 merupakan masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli
sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah.

Contoh Kasus:
Ciputra Residence yang merupakan pengembang menjual unit rumahnya yaitu tipe 250/200
kepada konsumen dengan harga Rp. 1,5 milyar. Dengan demikian Ciputra Residence
dikenakan pajak final sebesar:
= 2,5% x Rp. 1,5 milyar = Rp. 37,5 juta
2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB adalah pungutan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Dimana
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan hukum yang mengakibatkan
diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Hal ini berati
BPHTB dikenakan terhadap pembeli atas perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Besarnya BPHTB adalah 5% dari Nilai Transaksi. Dimana Nilai Transaksi dikurangi terlebih
dahulu dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP). Besarnya NPOPTKP
berbeda-beda setiap daerah.

Untuk di Jakarta saat ini NPOPTKP adalah 80 Juta, untuk BODETABEK 60 Juta.

BPHTB = 5% x (Nilai Transaksi-NPOPTKP)

Contoh Kasus:
Satu unit rumah di Bekasi ditransaksikan dengan harga 150 juta rupiah, maka besarnya
BPHTB adalah:
= 5% x (150 juta – 60 juta)
= 5% x 90 juta
= 4,5 juta rupiah

BPHTB juga dikenakan terhadap permohonan pembuatan sertifikat untuk pertama kali.
Contoh: tanah seluas 500 m2 di Daan Mogot, Jakarta Barat dengan nilai NJOP 4.000.000/m2.
Tanah belum bersertifikat, maka BPHTB nya adalah:
= 5% (500m2 x 4.000.000 – 80.000.000)
= 5% (2.000.000.000 – 80.000.000)
= 5% x 1.920.000.000
= 96.000.000 rupiah

22
3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak property yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.
PPN dibayar oleh pembeli dan dipungut oleh penjual yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PPN) kemudian menyetorkannya ke Negara. Dibidang property, PPN dikenakan
terhadap property primary yang dijual oleh pengembang ke konsumen. Jadi transaksi jual
beli property secondary atau rumah secondary atau rumah seken tidak dikenakan PPN.
Besarnya PPN adalah 11% dari nilai peralihan.

Contoh Kasus:
Ciputra Residence yang merupakan pengembang menjual unit rumahnya yaitu tipe 250/200
kepada konsumen dengan harga Rp. 1,4 milyar. Dengan demikian Ciputra Residence akan
memungut PPN keluaran sebesar:
= 11% x Rp. 1,4 milyar = Rp. 154 jt

4. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah)


PPnBM dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang dilakukan oleh produsen untuk
menghasilan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Di bidang property, PPnBM hanya berlaku untuk primary product (rumah atau produk
property lainnya) dari developer ke konsumen, tidak berlaku untuk transaksi antara individu
atau secondary product. Besarnya PPnBM adalah 20% dari Nilai Transaksi

Syarat transaksi jual beli property dikekanakan pajak property PPnBM:


- Hunian mewah seperti apartmen, kondominium, town house, luas 150 m2 atau lebih
dan harga jual bangunan Rp. 4 jt/m2
- Rumah termasuk rumah kantor (rukan)/rumah toko (ruko) dengan luas bangunan
minimal 400 m2 dan harga jual bangunan Rp. 3 jt/m2

Contoh Kasus:
Sebuah perusahaan atau developer rumah menjual rumah mewahnya dengan harga
Rp20.000.000.000. Rumah tersebut merupakan termasuk BKP yang selain dikenakan PPN,
maka dikenakan pula PPnBM tarif 20%. Berapakah PPnBM rumah tersebut?
Jawab:

Dasar Pengenaan Pajak PPnBM rumah: Rp20.000.000.000


PPN = 11% x Rp20.000.000.000 = Rp2.200.000.000
PPnBM = 20% x Rp20.000.000.000 = Rp4.000.000.000
Apabila yang menjual rumah mewah ini merupakan orang pribadi non PKP, maka harga jual
dari rumah mewah tersebut sudah terdapat unsur PPN di dalamnya. Hal tersebut karena
wajib pajak orang pribadi yang menjual BKP mewah dan ia bukan PKP, maka tidak boleh
memungut PPN atas barang yang dijualnya.

23
PENDAPATAN MENURUT PSAK 46
PSAK 46 adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 yang resmi dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK ini mengatur cara perusahaan melaporkan pajak penghasilan
(PPh) dalam laporan keuangannya, baik dalam laporan posisi keuangan maupun dalam laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lainnya.

Para akuntan wajib mengetahui pentingnya keberadaan informasi pajak dalam laporan keuangan,
karena administrasi perpajakan juga berkaitan erat dengan akuntansi.

Prinsip Dasar Akuntansi PPh Berdasarkan PSAK 46


PSAK 46 menggunakan konsep akrual dalam mengakui beban, aset dan kewajiban perpajakan.
Akrual adalah cara dalam pembukuan yang menganggap biaya dan pendapatan bukan jumlah yang
dibayarkan atau diterima saja. Sehingga setiap penghasilan menurut akuntansi, harus tetap
memperhitungkan dampak pajak yang harus dibayar di masa mendatang maupun yang telah dibayar
pada masa sekarang. Karena itu, timbul lah isitilah aset dan pajak tangguhan. Dengan kata lain,
prinsip dasar akuntansi pajak penghasilaan yang diatur dalam PSAK 46 mengharuskan entitas
mengakui pajak penghasilan yang kurang bayar dan pajak penghasilan yang lebih bayar dalam tahun
berjalan.

Apa Saja Ketentuan PPh yang Diatur PSAK 46?

1. PSAK 46 mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan tentang bagaimana


konsekuensi pajak kini dan masa depan untuk hal-hal berikut ini:
2. Pemulihan atau penyelesaian masa depan jumlah tercatat aset (liabilitas) yang diakui dalam
laporan posisi keuangan perusahaan (entitas). Transaksi dan peristiwa lain pada periode
berjalan yang diakui dalam laporan keuangan entitas.

Pernyataan standar akuntansi keuangan ini mensyaratkan entitas untuk menyamakan cara
menghitung konsekuensi pajak atas transaksi dan peristiwa lain, dengan cara hitung transaksi dan
peristiwa lain. Jadi, untuk transaksi dan peristiwa lain yang diakui dalam laba rugi, dampak pajak dari
transaksi dan peristiwa tersebut juga diakui dalam laba rugi.

Selanjutnya, segala dampak pajak yang timbul pada transaksi dan peristiwa lain yang diakui di luar
laba rugi akan diakui di luar laba rugi juga.

Cakupan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 PSAK 46 diterapkan pada akuntansi
pajak penghasilan yang mencakup seluruh pajak dalam negeri dan luar negeri yang didasarkan pada
laba kena pajak.

Pajak penghasilan juga termasuk pajak-pajak, seperti pemotongan pajak atas distribusi kepada
entitas pelapor yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi, atau pengaturan bersama. Dalam
PSAK 46 dikenal istilah-istilah mengenai beban pajak (penghasilan pajak), laba akuntansi, laba kena
pajak, pajak penghasilan, pajak penghasilan final, pajak kini, dan perbedaan temporer. Untuk
diketahui, dasar pengenaan pajak atas aset adalah jumlah teratribusi atas aset untuk tujuan pajak
dengan aset. Sementara dasar pengenaan pajak liabilitas adalah jumlah tercatat liabilitas dikurangi
dengan setiap jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan pajak berkenaan dengan liabilitas
tersebut pada periode masa depan.

24
Tujuan PSAK 46

• Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan

• Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak

• pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada
laporan posisi keuangan entitas.

• transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan
keuangan entitas.

• Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.

• Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : pengaturan pajak final, SKP, penambahan


kesesuaian dengan peraturan perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

Diterapkan untuk akuntansi pajak penghasilan.

• Pajak penghasilan termasuk semua pajak dalam negeri maupun luar negeri yang didasarkan
pada laba kena pajak.

• Pajak penghasilan termasuk : pemotongan pajak entitas anak, entitas asosiasi atau ventura
bersama atas distribusi kepada entitas pelapor.

Tidak berlaku pada :

• Hibah pemerintah (PSAK 61: Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan
Pemerintah) atau kredit pajak investasi. Namun,

• Tapi berlaku atas perbedaan temporer yang dapat ditimbulkan dari hibah tersebut atau
kredit pajak investasi.

• Akuntansi Keuangan

Contoh: (Terlampir pada excel)

MENURUT PSAK 72 PENDAPATAN KONTRAK DARI PELANGGAN


Pendapatan kontrak dari pelanggan datur dalam PSAK 72. PSAK 72 merupakan adopsi dari IFRS 15
Revenue from Contract with Customers. PSAK 72 akan menggantikan seluruh standar yang terkait
dengan pengakuan pendapatan yang ada saat ini, yaitu: PSAK 23 (Pendapatan), PSAK 34 (Kontrak
Konstruksi), ISAK 10 (Program Loyalitas Pelanggan), ISAK 21 (Perjanjian Konstruksi Real Estat), ISAK
27 (Pengalihan Aset Dari Pelanggan), PSAK 44 (Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estate).

A. Tujuan

25
Untuk menetapkan prinsip tentang sifat, jumlah, waktu, dan ketidakpastian pendapatan dan
arus kas yang timbul dari kontrak dengan pelanggan
Pencapaian Tujuan:
1. Mengakui pendapatan untuk menggambarkan pengalihan barang dan jasa yang
dijanjikan kepada pelanggan
2. Mempertimbangkan syarat kontrak serta seluruh fakta dan keadaan yang relevan
3. Untuk kontrak individual dan portofolio kontrak

B. Ruang Lingkup
Untuk seluruh kontrak dengan pelanggan, kecuali:
1. Kontrak dalam ruang linkup sewa (PSAK 30)
2. Kontrak Asuransi (PSAK 62)
3. Instrument keuangan:
a. PSAK 71 : Instrumen keuangan
b. PSAK 65 : Laporan Keuangan Konsolidasian
c. PSAK 66 : Pengaturan Bersama
d. PSAK 4 : Laporan Keuangan Tersendiri
e. PSAK 15 : Investasi Pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama
4. Pertukaran nonmoneter antara entitas dalam lini bisnis yang sama untuk memfasilitasi
penjualan pelanggan atau pelanggan potensial

C. Tahap Pengakuan pendapatan:


Untuk dapat menentukan pengakuan pendapatan, entitas harus melakukan analisis transaksi
berdasarkan kontrak terlebih dahulu, yang terdiri dari 5 tahapan berikut:
1. Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan
Entitas mencatat kontrak dengan pelanggan hanya jika seluruh kriteria berikut
terpenuhi:
- Para pihak dalam kontrak telah menyetujui kontrak (secara tertulis, lisan atau sesuai
dengan praktik bisnis pada umumnya) dan berkomitmen untuk melaksanakan
kewajiban mereka masing-masing
- Entitas dapat mengidentifikasi hak setiap pihak mengenai barang atau jasa yang
akan dialihkan
- Entitas dapat mengidentifikasi jangka waktu pembayaran barang atau jasa yang akan
dialihkan
- Kontrak memiliki substansial komersial (yaitu risiko, waktu, atau jumlah arus kas
masa depan entitas diperkirakan berubah sebagai akibat dari kontrak)
- Kemungkinan besar entitas akan menagih imbalan yang akan menjadi haknya dalam
pertukaran barang atau jasa yang akan dialihkan ke pelanggan

Kombinasi Kontrak
Entitas mengombinasikan dua atau lebih kontrak sebagai kontrak tunggal jika satu atau
lebih kriteria berikut terpenuhi:
a. kontrak dinegosiasikan sebagai satu paket dengan tujuan komersial tunggal
b. jumlah imbalan yang dibayarkan dalam satu kontrak bergantung pada harga atau
pelaksanaan dari kontrak lain

26
c. barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak (atau beberapa barang atau jasa
yang dijanjikan dalam setiap kontrak) merupakan kewajiban pelaksanaan tunggal

Modifikasi Kontrak
Modifikasi Kontrak adalah perubahan dalam ruang lingkup atau harga kontrak (atau
keduanya) yang disetujui oleh para pihak dalam kontrak.
a. Entitas mencatat sebagai kontrak terpisah jika kondisi berikut terpenuhi:
- Ruang lingkup kontrak meningkat karena penambahan barang atau jasa yang
dijanjikan bersifat dapat dibedakan (distinc); dan
- Harga kontrak meningkat oleh sejumlah imbalan yang mencerminkan harga jual
berdiri sendiri (stand-alone selling price) entitas atas penambahan barang atau
jasa yang dijanjikan dan penyesuaian yang tepat terhadap harga yang
mencerminkan keadaan kontrak tertentu
b. Entitas mencatat barang atau jasa yang dijanjikan yang belum dialihkan pada tanggal
modifikasi kontrak dengan cara di bawah ini yang dapat diterapkan:
- Entitas mencatat modifikasi kontrak seolah-olah modifikasi kontrak tersebut
merupakan penghentian kontrak yang ada dan menciptakan kontrak baru, jika
sisa barang atau jasa bersifat dapat dibedakan dari barang atau jasa yang
dialihkan pada atau sebelum tanggal modifikasi kontrak.
- Entitas mencatat modifikasi kontrak seolah-olah modifikasi kontrak tersebut
merupakan bagian dari kontrak yang ada jika sisa barang atau jasa tidak
bersifat dapat dibedakan dan, oleh karena itu, menjadi bagian dari kewajiban
pelaksanaan tunggal yang dipenuhi sebagiannya pada tanggal modifikasi kontrak

2. Mengidentifikasi kewajiban pelaksana


Pada awal kontrak, entitas menilai barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak
dengan pelanggan dan mengidentifikasi sebagai kewajiban pelaksanaan setiap janji
untuk mengalihkan kepada pelanggan baik:
a. suatu barang atau jasa (atau sepaket barang atau jasa) yang bersifat dapat
dibedakan; atau
b. serangkaian barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan yang secara substansial
sama dan memiliki pola pengalihan yang sama kepada pelanggan.
Barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan bersifat dapat dibedakan (dijual
secara terpisah) jika kedua kriteria berikut terpenuhi:
a. pelanggan memperoleh manfaat dari barang atau jasa baik barang atau jasa itu
sendiri atau bersama dengan sumber daya lain yang siap tersedia kepada pelanggan;
dan
b. janji entitas untuk mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan dapat
diidentifikasi secara terpisah dari janji lain dalam kontrak.
Jika barang atau jasa yang dijanjikan bersifat tidak dapat dibedakan, entitas
mengombinasikan barang atau jasa dengan barang atau jasa lain yang dijanjikan sampai
entitas mengidentifikasi sepaket barang atau jasa tersebut bersifat dapat dibedakan.

3. Menentukan harga transaksi

27
- Harga Transaksi adalah jumlah imbalan yang diperkirakan menjadi hak entitas dalam
pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa kepada pelanggan, tidak termasuk
jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga (contoh: Pajak).
- Imbalan yang dijanjikan dalam kontrak dengan pelanggan dapat mencakup jumlah
tetap, variable, atau keduanya
- Entitas mempertimbangkan syarat kontrak dan praktik bisnis umum untuk
menentukan harga transaksi. Sifat, waktu, dan jumlah imbalan yang dijanjikan oleh
pelanggan mempengaruhi estimasi harga transaksi.
Entitas dalam menentukan harga transaksi mempertimbangkan dampak dari beberapa
hal seperti:
a. Imbalan variable
Jika imbalan dalam kontrak mencakup imbalan variable, maka entitas mengestimasi
jumlah imbalan yang akan menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan
barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan.
 Harga tergantung kejadian di masa depan dengan melibatkan kenaikan harga,
diskon, rabat, bonus kinerja, atau royalty
 Cara menentukan harga:
- Expected Value: Menghitung rata-rata tertimbang dari beberapa
kemungkinan yang terjadi
- Most Likely Amount: Memilih jumlah yang hampir pasti terjadi
 Perusahaan hanya mengakui imbalan variable jika:
- Mereka memiliki pengalaman dengan kontrak serupa dan dapat
memperkirakan jumlah pendapatan kumulatif
- Berdasarkan pengalaman, mereka tidak mengharapkan pembalikan
signifikan dari pendapatan yang sebelumnya diakui
Jika kriteria ini tidak dipenuhi, pengakuan pendapatan terkendala.
b. Estimasi Pembatas Imbalan Variabel
Estimasi hanya dilakukan jika sangat besar kemungkinan pembalikan signifikan atas
jumlah pendapatan kumulatif yang telah diakui tidak akan terjadi ketika
ketidakpastian terkait dengan imbalan variable selanjutnya diselesaikan.
c. Keberadaan Komponen Pendanaan Signifikan Dalam Kontrak
Dalam menentukan harga transkasi, entitas menyesuaikan jumlah imbalan yang
dijanjikan terhadap dampak nilai waktu uang, jika waktu pembayaran yang
disepakati oleh para pihak dalam kontrak memberikan manfaat signifikan berupa
pendanaan atas pengalihan barang atau jasa kepada pelanggan. Dalam keadaan
tersebut, kontrak mengandung komponen pendaaan signifikan. Komponen ini dapat
muncul tanpa memperhatikan apakah janji dari pendanaan dinyatakan secara
eksplisit dalam kontrak atau tersirat dalam syarat pembayaran yang disetujui oleh
pihak dalam kontrak.
- Bunga yang timbul dari pembayaran (jika ada) harus diakui
- Perusahaan mencatat amortisasi jika ada
- Harga transaksi ditentukan dari harga wajar barang atau dari Present Value
notes yang diterima
- Time value of money tidak diperhitungkan jika masa notes kurang dari 1 tahun
d. Imbalan Nonkas

28
Untuk menentukan harga transaksi untuk kontrak dimana pelanggan menjanjikan
imbalan dalam bentuk selain kas, entitas mengukur imbalan secara nonkas (atau
janji dari imbalan nonkas) pada nilai wajar.
Jika entitas tidak dapat mengestimasi nilai wajar dari imbalan nonkas secara wajar,
entitas mengukur imbalan secara tidak langsung dengan merujuk pada harga jual
berdiri sendiri (stand-alone selling price) dari barang atau jasa yang dijanjikan
kepada pelanggan dalam pertukaran untuk imbalan.
e. Utang imbalan kepada pelanggan
Utang imbalan kepada pelanggan mencakup jumlah kas yang dibayar entitas, atau
diperkirakan untuk dibayar kepada pelanggan (atau kepada pihak lain yang membeli
barang atasu jasa entitas dari pelanggan). Utang imbalan ini sebagai pengurang
harga transaksi seperti diskon atau potongan penjualan.

4. Mengalokasikan Harga Transaksi Terhadap Kewajiban Pelaksanaan


 Tujuan mengalokasikan harga transaksi adalah entitas mengalokasikan harga
transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan (atau barang atau jasa bersifat
dapat dibedakan) dalam jumlah yang menggambarkan imbalan yang diharapkan
menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa yang
dijanjikan kepada pelanggan.
 Entitas mengalokasikan harga transaksi terhadap setiap kewajiban pelaksanaan yang
diidentifikasi dalam kontrak dengan:
- Dasar harga jual berdiri sendiri relative;
- Kecuali diatur khusus untuk alokasi diskon dan untuk alokasi imbalan yang
mencakup variable.

5. Penyelesaian Kewajiban Pelaksanaan


 Entitas mengakui pendapatan ketika (atau selama) entitas menyelesaikan
kewajiban pelaksanaan dengan mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan (yaitu
asset) kepada pelanggan.
 Asset dialihkan ketika (atau selama) pelanggan memperoleh pengendalian atas
asset
 Pada awal kontrak entitas menentukan apakah entitas menyelesaikan kewajiban
pelaksanaan:
- Sepanjang waktu
- Suatu waktu tertentu

Kewajiban Pelaksanaan yang Diselesaikan Sepanjang Waktu (Performance Obligation


Over Time)
 Entitas mengalihkan pengendalian barang atau jasa sepanjang waktu artinya
menyelesaikan kewajiban pelaksanaan dan mengakui pendapatan sepanjang
waktu. Jika dari kriteria berikut terpenuhi:
a. Pelanggan secara simultan menerima dan mengonsumsi manfaat yang
disediakan oleh kinerja entitas saat entitas melaksanakan kewajiban
pelaksanaannya tersebut

29
b. Kinerja entitas menciptakan atau meningkatkan asset (sebagai contoh,
pekerjaan dalam proses) yang dikendalikan pelanggan sebagai asset yang
diciptakan atau ditingkatkan
c. Kinerja entitas tidak menciptakan suatu asset dengan penggunaan alternative
terhadap entitas dan entitas memiliki hak atas pembayaran yang dapat
dipaksakan atas kinerja yang telah diselesaikan sampai saat ini

Kewajiban Pelaksanaan yang Diselesaikan Pada Waktu Tertentu (Performance Obligation


At a Point In Time)
 Jika kewajiban pelaksanaan tidak diselesaikan sepanjang waktu, maka entitas
menyelesaikan kewajiban pelaksanaan pada waktu tertentu.
 Untuk menentukan waktu tertentu dimana pelanggan memperoleh pengendalian
atas asset yang dijanjikan dan entitas menyelesaikan kewajiban pelaksanaann,
entitas mempertimbangkan persayaratan pengendalian.
 Sebagai tambahan, emtitas mempertimbangkan indicator pengalihan pengendalian,
yang mencakup, tetapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Entitas memiliki hak kini atas pembayaran asset
b. Pelanggan memiliki hak kepemilikan legal atas asset
c. Entitas telah mengalihkan kepemilikan fisik atas asset
d. Pelanggan memiliki risiko dan manfaat signifikan atas kepemilikan asset
e. Pelanggan telah menerima asset
 Pengendalian mencakup kemampuan untuk mencegah entitas lain mengarahkan
penggunaan atas, dan memperoleh manfaat dari asset.
 Memanfaatkan atas asset adalah arus kas potensial (arus masuk atau penghematan
arus keluar) yang dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung dalam
berbagai cara, seperti dengan:
- Menggunakan asset untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa
(termasuk jasa public);
- Menggunakan asset untuk meningkatkan nilai asset lain;
- Menggunakan asset untuk menyelesaikan liabilitasi atau mengurangi beban;
- Menjual atau mempertukarkan asset;
- Menjaminkan asset untuk perolehan pinjaman; dan
- Memiliki asset

D. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan


1. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan Pendapatan merupakan suatu proses pencatatan atas suatu transaksi yaitu
bagimana dan kapan perusahaan mencatat. Pengakuan pendapatan meliputi:
a. Identifikasi kontrak
b. Kombinasi kontrak
c. Modifikasi kontrak
d. Identifikasi dan penyelesaian kewajiban pelaksanaan
2. Pengukuran Pendapatan
Karena adanya suatu pengakuan pendapatan yang akan menimbulkan pencatatan
transaksi, maka akan timbul juga yang namanya suatu pengukuran yaitu berapa nilai

30
yang dicatat berdasarkan konrak dengan pelanggan berdasarkan jumlah imbalan yang
diperkirakan menjadi hak entitas dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa
yang dijanjikan. Ketika (atau selama) kewajiban diselesaikan, entitas mengakui
pendapatan dari sejumlah transaksi yang dialokasikan terhadap kewajiban pelaksanaan.
Pengukuran pendapatan meliputi:
a. Menentukan harga transaksi
b. Mengalokasikan harga transaksi terhadap kewajiban pelaksana

Contoh: (Terlampir pada excel)

Pendapatan Kontrak Dari Pelanggan Dari Sisi Perpajakan


PSAK 72 menekankan standar baru dalam pengakuan pendapatan, pendapatan yg dicatat harus
sesuai dengan kontrak yang disepakati. Jika dalam kontrak terdapat unsur pengembalian barang,
pendapatan yang dicatat harus memperhitungkan kemungkinan pengembalian barang dilakukan
dalam masa kontrak berdasarkan pengalaman dan risiko dari kerja sama dengan pelanggan tersebut.

Pengakuan pendapatan secara pajak tidak memperhitungkan kemungkinan pengembalian barang


pada awal perencanaan. Pengembalian barang diberlakukan melalui retur penjualan. Kondisi ini yang
menyebabkan perbedaan waktu dalam pencatatan pendapatan secara komersial dengan fiscal.

Pendapatan yang diakui secara komersial akan lebih kecil dari pendapatan yang diakui secara fiscal
pada awal transaksi penjualan. Perbedaan ini menyebabkan dasar perhitungan penghasilan kena
pajak pada akhir tahun akan mengalami perbedaan antara komersial dan fiskal. Untuk lebih jelasnya
dapat digambarkan dengan contoh berikut ini:

Contoh Kasus:

Pada tanggal 20 Desember 20xx suatu entitas menyepakati kontrak penjualan 100 unit barang
dengan harga Rp. 100. Pembayaran diterima ketika pengendalian ketika produk dialihkan.

Kontrak penjualan mengizinkan pelanggan mengembalikan produk tidak terpakai dalam 30 hari dan
menerima pengembalian penuh. Biaya setiap produk entitas Rp. 60 (HPP). Entitas mengestimasi
pelanggan akan mengembalikan produk berdasarkan faktor pendukung yang ada sebanyak 3 unit.
Jurnal transaksi penjualan:

Kas (D) Rp. 10.000 100 unit x Rp. 100


Liabilitas terkait refund (K) Rp. 300 3 unit x Rp. 100
Pendapatan (K) Rp. 9.700 97 unit x Rp. 100

Harga Pokok Penjualan (D) Rp. 5.820 97 unit x Rp. 60


Aset (K) Rp. 180 3 unit x Rp. 60
Persediaan (K) Rp. 6.000 100 unit x Rp. 60

Dapat dilihat dari contoh diatas, pada saat transaksi secara komersial pendapatan diakui sebesar Rp.
9.700, sedangkan menurut pajak untuk PPN akan tercatat ada penjualan tetap sebesar Rp. 10.000.
Dan pada laporan laba rugi dengan entitas mencatat pendapatan sebesar Rp. 9.700, maka akan
dilakukan koreksi positif sebesar Rp. 300.

31
Perbedaan waktu pengakuan pendapatan antara ketentuan perpajakan dan PSAK perlu dijembatani
dengan pembuatan kertas kerja rekonsiliasi. Perbedaan pengakuan pendapatan tentu
mempengaruhi pengakuan secara langsung biaya yang terkait dengan pendapatan dan harga pokok
penjualan. Kertas kerja rekonsiliasi tidak hanya dibutuhkan untuk perhitungan PPh tetapi diperlukan
juga dalam pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai kontrol dari penjualan.

32
KESIMPULAN

Pada praktiknya standar akuntansi keuangan di Indonesia dari dulu sampai dengan sekarang
terus – menerus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dunia usaha, profesi akuntansi, dan
peraturan yang berlaku. Perkembangan tersebut mengharuskan para pelaku usaha dan
intansi/Lembaga untuk mampu Menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku, sehingga laporan keuangan dapat berfungsi sebagaimana wajarnya.

Dalam PSAK yang baru yaitu PSAK 72 menekankan standar baru dalam pengakuan
pendapatan, pendapatan yang dicatat harus sesuai dengan kontrak yang disepakati. Jika dalam
kontrak terdapat unsur pengembalian barang, pendapatan yang dicatat harus memperhitungkan
kemungkinan pengembalian barang dilakukan dalam masa kontrak berdasarkan pengalaman dan
risiko dari kerja sama dengan pelanggan tersebut.

Pengakuan pendapatan secara pajak tidak memperhitungkan kemungkinan pengembalian


barang pada awal pencatatan. Pengembalian barang diberlakukan melalui retur penjualan. Kondisi
ini yang akan menyebabkan perbedaan waktu dalam pencatatan pendapatan secara komersial
dengan fiskal.

Pendapatan yang diakui secara komersial akan lebih kecil dari pendapatan yang diakui
secara fiskal pada awal transaksi penjualan. Perbedaan ini menyebabkan dasar perhitungan
penghasilan kena pajak pada akhir tahun akan mengalami perbedaan antara komersial dan fiskal.

Perbedaan waktu pengakuan pendapatan antara ketentuan perpajakan dan PSAK perlu
dijembatani dengan pembuatan kertas kerja rekonsiliasi. Perbedaan pengakuan pendapatan tentu
memengaruhi pengakuan secara langsung biaya yang terkait dengan pendapatan dan harga pokok
penjualan. Kertas kerja rekonsiliasi tidak hanya dibutuhkan untuk perhitungan PPh tetapi diperlukan
dalam pelaporan pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai kontrol atas penjualan.

33
LAMPIRAN

34

Anda mungkin juga menyukai