Anda di halaman 1dari 27

PENCATATAN TRANSAKSI PIUTANG USAHA

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Analisis Keuangan dan Pasar Modal Syariah”
Dosen Pengampu:
Sifa Rizqiana, M.E.

Disusun Oleh:

Nola Erlinda (21404033)

Arsiqum Yogi S. (21404069)

Nurul Choiriyah (21404101)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN KEDIRI
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencatatan Transaksi Piutang Usaha”
dengan tepat waktu. Shalawat dan juga salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. semoga kita semua mendapat syafaat beliau di akhirat kelak. Aamiin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sifa Rizqiana, M.E. selaku dosen
pengampu mata kuliah Analisis Keuangan dan Pasar Modal Syariah. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Aamiin.

Kediri, 1 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................3

A. Pengertian Piutang Usaha ........................................................................................3

B. Penggolongan Piutang Usaha ..................................................................................4

C. Metode Pencatatan pada Saat Pengakuan dan Pengukuran Piutang Usaha .............6

D. Taksiran Jumlah Kerugian Piutang Usaha ...............................................................9

E. Metode Penghapusan Piutang Usaha .....................................................................16

F. Penggunaan Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas .................................................19

BAB IV PENUTUP........................................................................................................22

A. Kesimpulan ............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva yang sangat lancar yang
diharapkan akan direalisasikan dalam siklus normal operasional perusahaan. Transaksi
penjualan yang sebagian dilakukan secara kredit mengakibatkan porsi piutang dagang
pada presentasi laporan keuangan, yang mana akan membuat perusahaan lebih
seksama dalam memberikan kredit kepada pelanggan. Pada tingkat akuntansi, piutang
usaha adalah akun yang digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kas dari
piutang. Piutang usaha merupakan bagian terbesar dari aset lancar dan memberikan
manfaat yang banyak bagi perusahaan. Perputaran piutang akan berpengaruh terhadap
kegiatan operasional perusahaan, yang mana secara tidak langsung akan memberikan
dampak pada tingkat perolehan laba perusahaan.
Pencatatan piutang usaha adalah sejumlah uang atau kas yang diperoleh dari
pembelian kredit atau utang dari pelanggan. Piutang dicatatkan berdasarkan penjualan
produk berupa barang atau jasa. Pada umumnya, piutang akan ditagihkan dalam waktu
per bulan oleh perusahaan kepada pihak pembeli/debitur. Perusahaan dapat melakukan
pendekatan akuntansi untuk menghapus piutang tersebut, seperti jurnal penghapusan
piutang. Jurnal penghapusan piutang dilakukan dengan metode langsung dan
cadangan. Metode langsung tidak ada jurnal yang dibuat sampai suatu akun khusus
telah ditetapkan secara pasti tidak tertagih, dan kerugian tersebut dicatat dengan
mengkredit Piutang Usaha dan mendebet Kerugian Piutang sebesar nilai perkiraan.
Metode cadangan menggunakan estimasi atau perkiraan piutang tak tertagih dari
semua penjualan kredit atau dari total piutang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian piutang usaha?
2. Bagaimana penggolongan piutang usaha?
3. Bagaimana metode pencatatan pada saat pengakuan dan pengukuran piutang
usaha?
4. Bagaimana menghitung taksiran jumlah kerugian piutang usaha?
5. Bagaimana metode penghapusan piutang usaha?
6. Bagaimana penggunaan piutang usaha sebagai sumber kas?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian piutang usaha.
2. Untuk mengetahui pennggolongan piutang usaha.
3. Untuk mengetahui metode pencatatan pada saat pengakuan dan pengukuran
piutang usaha.
4. Untuk mengetahui taksiran jumlah kerugian piutang usaha.
5. Untuk mengetahui metode penghapusan piutang usaha.
6. Untuk mengetahui penggunaan piutang usaha sebagai sumber kas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Piutang Usaha


Piutang menurut Skousen dan Stice adalah piutang yang dihubungkan dengan
aktivitas operasi normal sebuah bisnis, yaitu penjualan kredit barang atau jasa untuk
pelanggan. Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca
perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang, jasa atau pemberian kredit
terhadap debitur yang pembayaran pada umumnya diberikan dalam tempo 30 hari
sampai dengan 90 hari. Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap pihak
lain yang berupa uang, barang atau jasa yang dijual secara kredit. Piutang dalam
akuntansi lebih sempit pengertiannya yaitu untuk menunjukkan tuntutan pada pihak
luar perusahaan yang diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan sejumlah uang
tunai.1
Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan jasa
perusahaan, di mana pembayaran oleh pihak yang bersangkutan baru akan dilakukan
setelah tanggal transaksi jual beli. Mengingat piutang merupakan harta perusahaan
yang sangat penting, maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan cara-cara yang
memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu prosedur yang baik demi
kemajuan perusahaan.
Tujuan dari piutang usaha sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan penjualan
Piutang usaha membantu meningkatkan jumlah penjualan atas produk
perusahaan. Sehingga dengan adanya piutang akan terjalin hubungan erat antara
perusahaan dan pembeli karena kemudahan yang ditawarkan perusahaan atas
penjualan produknya.
2. Untuk meningkatkan laba
Ada tujuan lain kenapa perusahaan berkenan memberikan piutang yaitu
meningkatkan laba perusahaan. Secara tidak langsung dengan meningkatnya
penjualan produk maka kondisi ini nantinya akan memberikan dampak positif
terhadang keuntungan atau laba perusahaan.

1
Wati Aris Astuti dan Surtikanti, Akuntansi Keuangan, (Bandung: Penerbit Rekayasa Sains, 2021), Hal 97.

3
3. Untuk menghadapi persaingan
Selain untuk meningkatkan penjualan produk dan laba perusahaan, dengan adanya
piutang usahamaka perusahaan kecil yang menjadi client perusahaan tersebut
akan berkembang. Sehingga membantu dalam bersaing dengan para kompetitor
untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.

B. Penggolongan Piutang Usaha


1. Piutang Dagang
Piutang dagang adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar jasa yang
dijual, yang biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 s/d 60 hari. Oleh karena itu,
piutang dagang disajikan dalam neraca dalam aktiva lancar. Piutang dagang harus
dibedakan dari piutang wesel atau piutang pendapatan (pendapatan yang masih
harus diterima) dan dari aktiva lain yang tidak timbul dari penjualan sehari-hari,
karena piutang dagang berkaitan erat dengan operasi perusahaan yang utama.
2. Piutang wesel
Piutang wesel lebih formal bila dibandingkan dengan piutang dagang.
Debitur (pihak yang harus membayar) dalam piutang wesel membuat suatu janji
tertulis kepada kreditur untuk membayar sejumlah uang yang tercantum dalam
janji tersebut dalam waktu tertentu di masa yang akan datang. Jangka waktu wesel
biasanya bermacam-macam, tetapi pada umumnya paling sedikit 60 hari. Surat
wesel yang dipegang oleh pihak kreditur menjadi tanda bukti adanya piutang
wesel. Berbeda dengan piutang dagang, piutang wesel bisa juga timbul karena
transaksi peminjaman uang. Dalam hal ini peminjam (debitur) membuat surat
janji untuk membayar pinjamannya beberapa waktu di masa yang akan datang.
Kadang-kadang pihak kreditur meminta jaminan berupa kekayaan tertentu atas
peminjaman tersebut. Ini berarti bahwa jika pada saat jatuh tempo, peminjam
tidak melunasi kewajibannya, maka kreditur bisa menjual jaminan tersebut
sebagai ganti uang yang harus diterimanya.2
Wesel ini dapat dipindahtangankan dan jika dipindahtangankan maka, si
pembuat wesel akan membayar kepada orang (badan) yang memegang wesel
tersebut pada saat jatuh tempo. Wesel yang dapat dipindahtangankan tersebut

2
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Erlangga: Jakarta, 2009), Hal. 224.

4
dapat dikontrakan ke bank sebelum tanggal jatuh temponya. Wesel yang sudah
jatuh tempo biasanya dicatat dalam rekening piutang yang menunggak. Wesel
tagih dapat digolongkan atas dua jenis yaitu:
a. Wesel tagih berbunga
Didalam wesel ini dinyatakan beberapa presentase tingkat bunganya,
tanggal jatuh temponya dan nilai nominalnya. Pada saat jatuh tempo, pihak
yang mengeluarkan wesel harus membayar sejumlah nominal ditambah
bunga yang terutang.
b. Wesel tagih tidak berbunga
Dalam wesel ini tidak dinyatakan besar persentase bunganya tapi
mencantumkan nilai-nilai nominal pada saat jatuh tempo, pihak yang
mengeluarkan wesel akan datang membayar sejumlah nilai nominal.
3. Piutang Lain-Lain
Piutang lain-lain terdiri atas macam-macam tagihan yang tidak termasuk
dalam piutang dagang maupun piutang wesel. Dalam kategori ini termasuk di
dalamnya piutang kepada karyawan perusahaan, direksi perusahaan, dan piutang
kepada cabang-cabang perusahaan. Pada umumnya piutang semacam ini
termasuk piutang jangka panjang, tetapi bagian yang jatuh tempo dalam waktu
satu tahun dilaporkan sebagai aktiva lancar. Piutang wesel jangka panjang dan
piutang lainlain biasanya dilaporkan dalam neraca dibawah atau (sesudah) aktiva
lancar, yaitu pada kelompok aktiva tidak lancar sebelum aktiva tetap. Dalam buku
besar, setiap jenis piutang dicatat dalam rekening tersendiri. Apabila perlu setiap
rekening piutang dapat juga dilengkapi dengan buku pembantu piutang.
Penggolongan piutang dan umur piutang dapat digolongkan ke dalam 4 jenis
yaitu:3
a. Piutang lancar adalah piutang yang diharapkan tertagihnya dalam 1 tahun atau
siklus usaha normal.
b. Piutang tidak lancar adalah tagihan atau piutang yang tidak dapat ditagih
dalam jangka waktu 1 tahun.
c. Piutang yang dihapuskan adalah suatu tagihan yang tidak dapat ditagih lagi
dikarenakan pelanggan mengalami kerugian/bangkrut (tidak tertagih).

3
Hery, Akuntansi: Aktiva,Utang, dan Modal, Edisi Dua, (Jakarta: Gava Media, 2016), Hal. 37.

5
d. Piutang dicadangkan adalah tagihan yang disisihkan sebelumnya untuk
menghindari piutang tidak tertagih.

C. Metode Pencatatan dan pada Saat Pengakuan dan Pengukuran Piutang Usaha
Menurut Hadri Mulya, Pencatatan atau pengakuan akan terjadi piutang yang
timbul dari transaksi penjulan kredit berkaitan dengan prinsip pengakuan pendapatan.
Piutang dan hasil penjualan harus dicatat saat terjadi penjualan. Pada prinsipnya
piutang usaha harus diakui pada saat yang sama dengan pengakuan hasil penjualan
secara kredit, yaitu pada saat berpindahnya hak milik atas barang atas transaksi
penjualan kepada pembeli, atau pada saat aktivitas pengadaan jasa diselesaikan, dalam
hal ini menyangkut transaksi penyerahan jasa secara kredit.
Piutang tidak boleh diakui untuk barang dagang yang telah dikirim apabila ada
perjanjian bahwa pihak pengirim tetap memegang hak atas barang itu sampai ada tanda
resmi, atau untuk barang yang dikirmkan atas dasar konsinyasi dimana pengirim
barang tetap memgang hak atas barang itu sampai barangnya terjual oleh Konsinye
(Consignee). Pada umumnya terdapat dua metode akuntansi dalam pengakuan piutang,
yaitu:
1. Dasar akrual (Accrual Basis)
Yaitu dasar akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar. Basis Akrual juga mendasarkan konsepnya
pada dua pilar yaitu:
a. Pengakuan pendapatan
Saat pengakuan pendapatan pada accrual basis adalah pada saat perusahaan
mempunyai hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan perusahaan.
Dalam konsep accrual basis perlu diperhatikan mengenai kapan kas benar-
benar diterima. Oleh karena itu, dalam accrual basis kemudian muncul
adanya estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah diakui padahal
kas belum diterima.
b. Pengakuan biaya
Pengakuan biaya dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi,

6
maka titik ini dapat dianggap sebagai awal munculnya biaya meskipun biaya
tersebut belum dibayar.

Pencatatan akuntansi dengan metode accrual basis mempunyai beberapa


keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:
a. Keunggulan
1) Metode accrual basis digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan
ekuitas dana.
2) Beban diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang diberikan
lebih handal dan terpercaya.
3) Pendapatan diakui saat terjadi transaksi, sehingga informasi yang
diberikan lebih handal dan terpecaya walaupun kas belum diterima.
4) Banyak digunakan oleh perusahan-perusahan besar (sesuai dengan
Ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dimana mengharuskan suatu
perusahaan untuk menggunakan dasar akural).
5) Piutang yang tidak tertagih tidak akan dihapus secara langsung tetapi
akan dihitung kedalam estimasi piutang tak tertagih.
6) Setiap penerimaan dan pembayaran akan dicatat kedalam masing-masing
akun sesuai dengan transaksi yang terjadi.
7) Adanya peningkatan pendapatan perusahaan karena kas yang belum
diterima dapat diakui sebagai pendapatan.
8) Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai pedoman manajemen dalam
menentukan kebijakan perusahaan kedepanya.
9) Adanya pembentukan pencandangan untuk kas yang tidak tertagih,
sehingga dapat mengurangi risiko kerugian.
b. Kelemahan
1) Metode accrual basis digunakan untuk pencatatan.
2) Biaya yang belum dibayarkan secara kas, akan dicatat efektif sebagai
biaya sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan.
3) Adanya resiko pendapatan yang tak tertagih sehingga dapat membuat
mengurangi pendapatan perusahaan
4) Dengan adanya pembentukan cadangan akan dapat mengurangi
pendapatan perusahaan.

7
5) Perusahaan tidak mempunyai perkiraan yang tepat kapan kas yang belum
dibayarkan oleh pihak lain dapat diterima.

2. Dasar Kas (Cash Basis)


Adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar
diterima atau dikeluarkan. Metode cash basis akan mencatat kegiatan keuangan
saat kas atau uang telah diterima. Misalkan perusahaan menjual produknya akan
tetapi uang pembayaran belum diterima maka pencatatan pendapatan penjualan
produk tersebut tidak dilakukan, jika kas telah diterima maka transaksi tersebut
baru akan dicatat. Metode cash basis juga mendasarkan konsepnya pada dua pilar
yaitu:
a. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan pada cash basis adalah pada saat perusahaan
menerima pembayaran secara kas. Dalam konsep cash basis yang harus
diperhatikan adalah kapan munculnya hak untuk menagih sehingga dalam
cash basis kemudian muncul adanya metode penghapusan piutang secara
langsung dan tidak mengenal adanya estimasi piutang tak tertagih.
b. Pengakuan Biaya
Pengakuan biaya dilakukan pada saat sudah dilakukan pembayaran secara kas
sehingga pada saat sudah diterima pembayaran maka biaya sudah diakui pada
saat itu juga.

Pencatatan akuntansi dengan metode accrual basis mempunyai beberapa


keunggulan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:
a. Keunggulan
1) Metode Cash basis digunakan untuk pencatatan pengakuan pendapatan,
belanja dan pembiayaan.
2) Beban belum diakui sampai adanya pembayaran secara kas walaupun
beban telah terjadi, sehingga tidak menyebabkan pengurangan dalam
penghitungan pendapatan.
3) Pendapatan diakui pada saat diterimanya kas,sehingga benar-benar
mencerminkan posisi yang sebenanya.
4) Penerimaan kas biasanya diakui sebagai pendapatan.

8
5) Laporan Keuangan yang disajikan memperlihatkan posisi keuangan yang
ada pada saat laporan tersebut.
6) Tidak perlunya suatu perusahaan untuk membuat pencadangan untuk kas
yang belum tertagih.
b. Kelemahan
1) Metode Cash basis tidak mencerminkan besarnya kas yang tersedia.
2) Akan dapat menurunkan perhitungan pendapatan bank, karena adanya
pengakuan pendapatan sampai diterimanya uang kas.
3) Adanya penghapusan piutang secara langsung dan tidak mengenal
adanya estimasi piutang tak tertagih.
4) Biasanya dipakai oleh perusahaan yang usahanya relatif kecil seperti
toko, warung, mall (retail) dan praktek kaum spesialis seperti dokter,
pedagang informal, panti pijat (malah ada yang pakai credit card-tapi
ingat credit card dikategorikan juga sebagai cash basis).
5) Setiap pengeluaran kas diakui sebagai beban.
6) Sulit dalam melakukan transaksi yang tertunda pembayarannya, karena
pencatatan diakui pada saat kas masuk atau keluar.
7) Sulit bagi manajemen untuk menentukan suatu kebijakan kedepannya
karena selalu berpatokan kepada kas.4

D. Taksiran Jumlah Kerugian Piutang Usaha


Taksiran kerugian piutang ditentukan pada setiap akhir periode dan
diakui sebagai pertambahan biaya dan cadangan kerugian piutang. Ada
beberapa dasar atau pendekatan untuk menentukan jumlah tersebut. Untuk
menentukan dasar atau pendekatan mana yang akan dipakai tergantung
kehendak manajemen terhadap biaya dan pendapatan, serta terhadap nilai
realisasai bersih dari piutang.
Dasar atau pendekatan yang digunakan untuk menentukan kerugian piutang, yaitu
penaksiran kerugian piutang dengan pendekatan laba-rugi dan penaksiran kerugian
piutang dengan pendekatan neraca.

4
Muhammad Risal, Cash Basis VS Accrual Basis Dalam Pengambilan Keputusan Pada Entitas Syariah,
(Makassar: 2023), Hal. 412.

9
1. Metode Pendekatan Laba Rugi
Dengan pendekatan laba-rugi, taksiran kerugian piutang dihitung
berdasarkan persentase jumlah penjualan kredit. Taksiran kerugian piutang
dinyatakan dalam persentase tertentu dari penjualan kredit bersih setelah
potongan dan retur penjualan berdasar pengalaman periode yang lalu.
Pendekatan ini menitikberatkan pada masalah pembebanan biaya pada
periode terjadinya pendapatan (matching).
Contoh:
PT Luhur menggunakan metode penghapusan cadangan dalam
mencatat transaksi kerugian piutangnya. Di dalam menaksir besarnya
kerugian piutang digunakan persentase dari hasil penjualan kredit bersih.
Untuk menentukan persentase kerugian piutang, digunakan data 5 tahun
terakhir sebagai berikut.

Yang
Penjualan
Penjualan dinyatakan Diperoleh
Tahun Kredit
bersih sebagai kembali
bersih
kerugian
2014 60.000.000 48.000.000 300.000 20.000
2015 68.000.000 56.000.000 320.000 25.000
2016 80.000.000 60.000.000 325.000 25.000
2017 100.000.000 75.000.000 350.000 30.000
2018 122.000.000 81.000.000 345.000 20.000

Jumlah 430.000.000 320.000.000 1.640.000 120.000

Persentase dari hasil penjualan bersih:


{(1.640.000.000 - 120.000) : 430.000.000 x 100%} = 0,4 (pembulatan)

Persentase dari hasil penjualan kredit bersih:


{(1.640.000-120.000) : 320.000.000} x 100% = 0 ,5% (pembulatan).

10
Adapun data mengenai hasil penjualan tahun 2004 adalah sebagai berikut.:

Jumlah penjualan bersih Rp 125.000.000

Jumlah penjualan kredit bersih Rp 85.000.000

Berdasarkan data di atas, jurnal penyesuaian yang dibuat oleh PT Luhur


pada akhir 2018 adalah sebagai berikut:
Jika kerugian piutang dari hasil penjualan bersih, maka besarnya laba-rugi
piutang adalah:
0,4% x 125.000.000 = Rp 500.000

Jika kerugian piutang dari hasil penjualan kredit bersih, maka besarnya laba-
rugi piutang adalah:
0,5% x 85.000.000 = Rp 425.000

2. Metode Pendekatan Laba Rugi


Taksiran kerugian piutang berdasarkan saldo piutang dapat ditentukan
secara komposit, yaitu dengan suatu persentase tertentu dari jumlah
saldo piutang. Dapat pula dengan menganalisa saldo piutang menurut
status masing-masing umur piutang bagi masing-masing debitur, atau
yang disebut dengan analisa umur piutang.
a. Persentase Saldo Piutang
Menaksir besarnya kerugian piutang berdasarkan persentase tertentu dari
saldo piutang pada akhir periode. Penentuan besarnya persentase ini
didasarkan pada pengalaman pada tahun-tahun yang lalu. Pendekatan ini
menekankan pada nilai realisasi kas bersih yang dapat diterima dari piutang.
Contoh:
PT Ana mulai tahun 2018 memutuskan untuk menggunakan
metode cadangan yang ditentukan berdasarkan persentase dari
saldo piutang. Adapun data kerugian piutang selama 5 tahun
terakhir yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan
besarnya cadangan kerugian piutang adalah sebagai berikut.

11
Saldo piutang
Jumlah kerugian Diperoleh
Tahun usaha per 31
piutang kembali
Desember
2014 Rp 13.600.000 Rp 400.000 20.000
2015 Rp 14.000.000 Rp 350.000 25.000
2016 Rp 15.400.000 Rp 450.000 25.000
2017 Rp 17.000.000 Rp 500.000 30.000
2018 Rp 20.000.000 Rp 650.000 20.000
Jumlah Rp 80.000.000 Rp 2.350.000 120.000

Rata-rata kerugian piutang per tahun adalah:

{(2.350.000 – 120.000) : 80.000} x 100% = 3% (pembulatan)

Jika pada akhir tahun 2018 saldo rekening piutang usaha berjumlah Rp
25.000.000 maka besarnya taksiran kerugian piutang pada tahun 2004
adalah 3% x 25.000.000 = Rp 75.000

b. Analisis Umur Piutang


Kerugian piutang dapat pula ditaksir dengan cara menganalisa
umur dari saldo piutang debitur-debitur perusahaan. Umur piutang masing-
masing debitur digolongkan, baik yang belum dan yang sudah jatuh tempo.
Bagi piutang yang sudah jatuh tempo, makin lama jaraknya dengan jatuh
tempo, makin besar pula kemungkinan tak tertagihnya. Dengan demikian,
dalam menaksir besarnya kerugian piutang, masing-masing kelompok umur
piutang ditentukan besarnya persentase kerugian.
Analisis piutang selain digunakan untuk menentukan jumlah piutang yang
benar-benar tak tertagih, juga dapat berguna untuk pertimbangan
pengambilan keputusan tentang penjualan kredit oleh bagian penjualan.
Contoh:
Saldo piutang usaha CV Makmur per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp
30.000.000 yang terdiri atas:

12
Saldo piutang
Tanggal jatuh tempo
Nama Debitur Per 31 Desember 2018

Ali Rp 4.000.000 19 November 2018


Budi Rp 1.000.000 5 Desember 2018
Caandra Rp 3.750.000 3 Juli 2018
Djumai Rp 1.250.000 23 Desember 2018
Edy Rp 1.750.000 20 November 2018
Farida Rp 5.000.000 23 Januari 2018
Gunadi Rp 2.250.000 7 Februari 2018
Hardon Rp 6.250.000 15 Desember 2018
Irawan Rp 1.500.000 5 Agustus 2018
Yusuf Rp 3.250.000 13 Oktober 2018
Jumlah Rp 30.000.000

Adapun penggolongan umur piutang dan besarnya persentase


kerugian masing-masing umur tersebut adalah sebagai berikut:

Golongan Umur Piutang % kerugian


a. Belum jatuh tempo 0,5%
b. Telah jatuh tempo
1) Lewat dari 1-30 hari 2,0%
2) Lewat dari 31-60 hari 5%
3) Lewat dari 61-90 hari 10%
4) Lewat dari 90 hari 20%

Berdasarkan data di atas, besarnya kerugian piutang dapat


dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat tabel analisa umur piutang


Langkah pertama dalam menaksir besarnya kerugian piutang dengan
analisia umur piutang adalah membuat tabel analisa umur piutang.
Dalam tabel tersebut piutang dari masingmasing debitur perusahaan

13
dikelompokkan menurut umurnya. Umur piutang dihitung dengan cara
membandingkan tanggal jatuh tempo piutang dengan tanggal saat
dilakukan penaksiran kerugian piutang.
CV MAKMUR
ANALISIS UMUR PIUTANG
31 DESEMBER 2018 (Dalam Ribuan Rupiah)

Belum Lewat jatuh tempo


Nama Saldo
jatuh
debitur piutang 1-30 31-60 61-90 >90
tempo

Ali 4.000.000 - - 4.000.000 - -


Budi 1.000.000 - 1.000.000 - - -
Candra 3.750.000 - - - - 3.500.000
Djumai 1.250.000 - 1.250.000 - - -
Edy 1.750.000 - - 1.750.000 - -
Farida 5.000.000 5.000.000 - - - -
Gunadi 2.250.000 2.250.000 - - - -

Hardon 6.250.000 - 6.250.000 - - -

Irawan 1.500.000 - - - - 1.500.000


Yusuf 3.250.000 - - - 3.250.000 -
Jumlah 30.000.000 7.250.000 8.500.000 5.750.000 3.250.000 5.250.000

2) Menghitung besarnya taksiran kerugian piutang


Setelah saldo umur piutang masing-masing debitur
digolonggolongkan, maka besarnya taksiran kerugian piutang dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut:

0,5% x Rp 7.250.000 = Rp 36.250


2,0% x Rp 8.500.000 = Rp 170.000
5,0% x Rp 3.250.000 = Rp 287.500

14
10% x Rp 3.500.000 = Rp 325.000
20% x Rp 5.250.000 = Rp 1.050.000
Rp 1.868.750

3. Membandingkan Metode Estimasi


Metode persentase penjualan dan analisis piutang untuk
mengestimasi jumlah piutang tak tertagih dapat dibandingkan dengan
dua cara. Pertama, dibandingkan berdasarkan penekanan pada laporan
keuangan. Kedua, dibandingkan berdasarkan pada apakah beban
piutang tak tertagih atau penyisihan piutang tak tertagih yang dijadikan
pokus dalam menentukan estimasi.
Metode persentase penjualan menekankan pada pemadanan
beban piutang tak tertagih dengan penjualan secara kredit selama
periode tersebut. Metode persentase penjualan menekankan pada
laporan laba-rugi. Metode analisis piutang menekankan pada nilai
realisasi bersih piutang akhir periode dan saldo penyisihan piutang tak
tertagih terkait. Oleh karena itu, metode analisis piutang lebih
menekankan pada neraca.
Pada metode persentase penjualan, beban piutang tak
tertagih adalah fokus dari proses estimasi, menekankan pada perolehan
estimasi terbaik untuk beban piutang tak tertagih untuk periode
tersebut. Saldo akhir penyisihan piutang tak tertagih adalah hasil dari
estimasi beban piutang tak tertagih.
Dalam metode analisis piutang, penyisihan piutang tak
tertagih adalah fokus dari proses estimasi. Beban piutang tak
tertagih menjadi hasil akhir dari estimasi penyisihan piutang tak
tertagih.5

5
Sukemi. Akuntansi 1: Pengelolaan Kas, Persediaan, Aktiva Tetap dan Piutang, (Semarang), Ha.l 38-44.

15
E. Metode Penghapusan Piutang Usaha
Piutang usaha merupakan salah satu sumber aktiva yang kurang terjamin
pelunasannya dikarenakan tidak adanya suatu perjanjian khusus yang dibuat untuk
memiliki kekuatan hukum. Maka piutang ada kemungkinan tidak akan tertagih.
Piutang yang jelas-jelas tak dapat ditagih lagi harus dihapuskan dari rekening piutang.
Piutang tak tertagih adalah piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih karena
debitur tidak mampu atau tidak mau melaksanakan kewajibannya sehingga harus
dihapuskan dan akan menjadi beban bagi perusahaan.6 Terdapat beberapa indikasi
bahwa suatu piutang tidak dapat tertagih, diantaranya adalah:
1. Saat piutang sudah jatuh tempo.
2. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih.
3. Pelanggan pailit.
4. Usaha pelanggan tutup.
5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi pelanggan.

Pencatatan penghapusan piutang usaha dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode penghapusan langsung apabila jelas-jelas diketahui adanya piutang
yang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada
rekening piutang tak tertagih atau kerugian piutang tak tertagih. Pada akhir
periode tidak ada taksiran kerugian piutang yang dibebankan, tetapi kerugian
piutang baru diakui pada waktu diketahui ada piutang yang tidak dapat ditagih.
Metode penghapusan langsung sering kali digunakan oleh perusahaan-perusahaan
kecil dan perusahaan dengan sedikit piutang. Berikut jurnal untuk mencatat
penghapusan piutang secara langsung:
Beban Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang Usaha xxx

Piutang usaha yang telah terhapus mungkin dapat ditagih kemudian atau
dibayarkan oleh pelanggan (debitur). Jika hal tersebut terjadi, piutang akan dicatat

6
R. Anastasia Endang Susilawati dan Nanang Purwanto, ”Analisis Rescheduling & Reconditioning Piutang
Mitra Binaan untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan PKBL di PERUM Jasa Tirta I”, Journal Riset
Mahasiswa Akuntansi (JRMA), Hal. 4.

16
kembali dengan sebuah ayat jurnal yang membalik ayat jurnal penghapusan
piutang. Kas yang diterima dalam pembayaran kemudian dicatat sebagai
penerimaan atas pembayaran piutang. Jurnal untuk mencatat kembali piutang
yang telah dihapuskan adalah sebagai berikut:
Piutang Usaha xxx
Beban Piutang Tak Tertagih xxx

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas atas pembayaran piutang yang telah
dihapus sebelumnya adalah sebagai berikut:
Kas xxx
Piutang Usaha xxx

Contoh soal untuk penghapusan piutang usaha metode langsung:


Pada tanggal 3 Juli 2022 Toko Murni mempunyai utang sebesar Rp
5.000.000 kepada PT Maju Jaya dan menyatakan tidak mampu membayar utang
tersebut. Namun, pada tanggal 10 September 2022 Toko Murni menyatakan dapat
melunasi utangnya. PT Maju Jaya menerima pembayaran dari Toko Murni tanggal
15 September 2022. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut!
Jawab:
Pencatatan yang dibuat PT Maju Jaya
a. Pencatatan transaksi penghapusan piutang
3 Juli Beban Piutang Tak Tertagih Rp 5.000.000
2022 Piutang Usaha Rp 5.000.000

b. Mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan tanggal 3 Juli 2022


10 Sept Piutang Usaha Rp 5.000.000
2022 Beban Piutang Tak Tertagih Rp 5.000.000

c. Mencatat penerimaan piutang tanggal 15 Februari 2022


15 Sept Kas Rp 5.000.000
2022 Piutang Usaha Rp 5.000.000

2. Metode Tidak Langsung dengan Membuat Akun Cadangan (Indirect Method)

17
Metode tidak langsung adalah metode penghapusan piutang dimana setiap
akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang yang memungkinkan
tidak dapat ditagih sehingga dibentuk akun cadangan kerugian piutang.
Perusahaan akan menentukan besarnya taksiran piutang tak tertagih ke dalam
akun khusus yang dinamakan cadangan piutang tak tertagih, cadangan kredit
macet, atau cadangan piutang ragu-ragu.7 Metode ini umumnya sering digunakan
oleh perusahaan berskala besar. Jurnal untuk mencatat besarnya taksiran kerugian
atas beban piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih xxx
Cadangan Piutang Tak Tertagih xxx

Jika dipastikan bahwa piutang tersebut tidak dapat ditagih, maka jurnal
tersebut harus dihapuskan dan dikeluarkan dari catatan perkiraan piutang usaha,
dengan cara mengkreditkannya sebesar jumlah tersebut yaitu dengan jurnal
sebagai berikut:
Cadangan Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang Usaha xxx

Apabila piutang yang telah dihapuskan sebagai piutang tak tertagih ini
secara tidak diduga dapat diterima kembali pelunasannya, maka ayat jurnal yang
diperlukan yaitu jurnal pembalik penghapusan piutang tak tertagih yaitu:
Piutang Usaha xxx
Cadangan Piutang Tak Tertagih xxx

Jurnal untuk mencatat penerimaan kas atas pembayaran piutang yang telah
dihapus sebelumnya adalah sebagai berikut:
Kas xxx
Piutang Usaha xxx

Contoh soal untuk penghapusan piutang usaha metode tidak langsung:


PT Kamilla menentukan besarnya taksiran piutang sebesar 5% dari
penjualan secara kredit pada tanggal 31 Desember 2022. Diketahui hasil penjualan

7
Heri, Pengantar Akuntansi, (Jakarta; PT Grasindo, 2015), Hlm. 213

18
kredit selama tahun 2022 sebesar Rp 60.000.000. Pada tanggal 1 Februari 2023
taksiran piutang tersebut dinyatakan tidak dapat ditagih. Buatlah jurnal mengeni
transaksi tersebut!
Jawab:
a. Pencatatan taksiran kerugian piutang PT Kamilla
Beban Piutang Tak Tertagih Rp 3.000.000
31 Des
Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 3.000.000
2022
(Rp 60.000.000 x 5%) = Rp 3.000.000

b. Pencatatan penghapusan piutang karena sudah dipastikan tidak dapat ditagih


1 Feb Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 5.000.000
2023 Piutang Usaha Rp 5.000.000

Namun, setelah terjadi penghapusan piutang ternyata pada tanggal 15 April


2023 pelanggan PT Kamilla, yaitu Toko Kurnia menyatakan akan membayar
utangnya pada tanggal 23 April 2023 sebesar Rp 3.000.000. Buatlah jurnalnya!
Jawab:
c. Pencatatan piutang yang telah dihapuskan pada tanggal 1 Februari 2023
3 Juli Piutang Usaha Rp 3.000.000
2023 Cadangan Piutang Tak Tertagih Rp 3.000.000

d. Pencatatan penerimaan piutang tangal 23 April 2023


23 Apr Kas Rp 3.000.000
2022 Piutang Usaha Rp 3.000.000

F. Penggunaan Piutang Usaha Sebagai Sumber Kas


Semakin ketatnya persaingan beberapa perusahaan, mengakibatkan perusahaan
saling berkompetisi untuk menarik konsumen agar membeli barang yang ditawarkan
oleh perusahaan, baik secara tunai maupun kredit. Dalam upaya meningkatkan volume
penjualan, suatu perusahaan sering melakukan penjualan secara kredit untuk
memberikan kesempatan bagi pembeli yang belum memiliki dana tunai.
Piutang timbul ketika perusahaan menjual barang dan jasa secara kredit, dengan
demikian perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli. Karena penjualan kredit

19
tidak langsung menerima penghasilan kas, maka hal ini berdampak bagi perusahaan
terutama dalam perputaran kas yang nantinya akan mempengaruhi efektivitas arus kas
perusahaan. Kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki peranan penting dalam
perkembangan perusahaan, kas penting karena merupakan asset yang paling cair
(liquid). Kas merupakan pembentuk utama laporan arus kas yang merupakan elemen
aktiva yang paling lancar yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan perusahaan.8
Apabila pelunasan piutang tidak lancar, maka akan mengganggu posisi keuangan
perusahaan karena modal kerja banyak tertahan dalam bentuk piutang. Jika
penerimaan piutang ini tidak lancar maka hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
modal usaha.
Dalam dunia usaha terdapat beberapa cara untuk mempercepat proses pencairan
piutang usaha menjadi kas yang biasanya dilakukan melalui jasa perbankan atau
lembaga keuangan lainnya selain bank. Cara-cara tersebut, yaitu:9
1. Menjaminkan Piutang
Pinjaman seringkali diperoleh perusahaan dari bank atau lembaga keuangan
bukan bank dengan syarat perusahaan tersebut menjaminkan atau menggadaikan
piutang usaha dari pelanggan tertentu sebagai jaminan. Menjaminkan piutang
usaha ini, maka akan muncul:
a. Assignee, yaitu bank atau lembaga keuangan bukan bank (LKBB) sebagai
pemberi pinjaman.
b. Assignor, yaitu perusahaan yang menjaminkan atau menggadaikan piutang.

Dalam praktiknya, Assignor sebagai penerima pinjaman akan membuat janji


tertulis dalam bentuk wesel yang bernilai nominal berdasarkan jumlah yang teah
disepakati antara assignee dengan assignor.

2. Penjualan Piutang dengan tanggung renteng


Penjualan piutang dengan tanggung renteng berarti bahwa pembeli (bank
ataau lembaga keuangan lainnya) membayar kas atas piutang, tetap memiliki hak
untuk menagih piutang tersebut dari penjual jika debitur (pelanggan dari

8
Daud Yusuf dan M. Rosidi, “Analisis Pengaruh Piutang Usaha dan Utang Usaha Terhadap Arus Kas
Operasi Pada PT. Capitalinc Finance”, Jurnal Publikasi Ekonomi dan Akuntansi (JUPEA), Vol. 4 No 1
(Januari 2024), Hlm. 86.
9
Heri, Akuntansi Keuangan Menengah Sesuai PSAK dan IFRS, (Jakarta; PT Grasindo, 2020), Hlm. 85-89.

20
perusahaan yang menjual tadi) gagal melakukan pembayaran ketika jatuh tempo.
Dengan kata lain, penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya
debitur tidak mampu membayar utangnya.
3. Penjualan piutang tidak dengan tanggung renteng / anjak piutang (Factoring)
Pembelian piutang yang dilakukan tanpa tanggung renteng berarti bahwa
pembeli piutang menanggung segala risiko yang terkait dengan masalah tagihan
piutang dan kerugian kredit. Penjualan piutang tanpa tanggung renteng umumnya
dikenal sebagai factoring. Dalam hal ini pembeli piutang dinamakan factor.
Pelanggan biasanya diberitahu oleh si penjual bahwa tagihannya menjadi
terhutang kepada factor. Selanjutnya factor akan menanggung segala beban
penagihan piutang yang telah dibelinya dari penjual piutang. Berikut adalah alur
aktivitas yang terlibat dalam factoring:
a. Perusahaan menjual barang atau jasa kepada pelanggan secara kredit.
b. Penjualan kredit ini menimbulkan piutang usaha bagi perusahaan kepada
pelanggan.
c. Karena perusahaan membutuhkan uang kas dalam waktu sesegara mungkin
dan tidak mungkin menunggu sampai jatuh tempo pembayaran piutang, maka
perusahaan menjual piutang tersebut kepada factor (pihak ketiga/pembeli
piutang).
d. Factor membeli piutang usaha tersebut dan membayar sejumlah uang kas
kepada perusahaan (penjual piutang).
e. Penjual piutang (Perusahaan) memberitahu pelanggannya bahwa tagihannya
terhutang kepada factor.
f. Factor menerima uang kas hasil penagihan piutang usaha dari pelanggan
yang bersangkutan.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Piutang merupakan tuntutan terhadap pihak lain yang berupa uang, barang atau
jasa yang dijual secara kredit. Tujuan dari perusahaan mengadakan piutang usaha,
yaitu untuk meningkatkan penjualan, untuk meningkatkan laba, dan menghadapi
persaingan. Penggolongan piutang usaha dibagi menjadi tiga, yaitu piutang dagang,
piutang wesel, dan piutang lain-lain.
Terdapat dua metode akuntansi dalam pengakuan piutang, yaitu dasar akrual
(accrual basis) dan dasar kas (cash basis). Dasar akrual (accrual basis) adalah dasar
akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi
dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar. Sedangkan dasar kas (cash basis) adalah teknik pencatatan ketika transaksi
terjadi dimana uang benar-benar diterima atau dikeluarkan. Metode cash basis akan
mencatat kegiatan keuangan saat kas atau uang telah diterima
Setiap akhir periode perusahaan biasanya menetapkan taksiran jumlah kerugian
piuang usaha. Beberapa dasar atau pendekatan untuk menghitung taksiran jumlah
kerugian piutang, yaitu dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan pendekatan
neraca. Dimana dengan pendekatan nerasa dapat dihitung dengan persentase saldo
piutang dan analisis umur piutang.
Piutang tak tertagih adalah piutang usaha yang tidak mungkin dapat ditagih karena
debitur tidak mampu atau tidak mau melaksanakan kewajibannya sehingga harus
dihapuskan dan akan menjadi beban bagi perusahaan. Pencatatan penghapusan
piutang usaha dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung dimana
apabila jelas-jelas diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih, maka piutang
tersebut dihapuskan dan dibebankan pada rekening piutang tak tertagih atau kerugian
piutang tak tertagih. Dan metode kedua yaitu metode tidak langsung, yaitu metode
penghapusan piutang dimana setiap akhir periode dilakukan penaksiran jumlah
kerugian piutang yang memungkinkan tidak dapat ditagih sehingga dibentuk akun
cadangan kerugian piutang.
Pencairan piutang usaha menjadi kas yang biasanya dilakukan melalui jasa
perbankan atau lembaga keuangan lainnya selain bank cengan cara-cara seperti

22
dengan menjaminkan piutang usaha, penjualan piutang usaha dengan tanggung
renteng, dan penjualan piutang usaha tanpa tanggung renteng (factory).

23
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, W. A., & Surtikanti. (2021). Akuntansi Keuangan. Bandung: Penerbit Rekayasa
Sains.
Heri. (2015). Pengantar Akuntansi. Jakarta: PT Grasindo.
Heri. (2020). Akuntansi Keuangan Menengah Sesuai PSAK dan IFRS. Jakarta: PT
Grasindo.
Hery. (2016). Akuntansi: Aktiva,Utang dan Modal, Edisi Dua. Jakarta: Gaya Media.
Risal, M. (2023). Cash Basis VS Accrual Basis Dalam Pengambilan Keputusan Pada
Entitas Syariah. Makassar.
Rudianto. (2009). Pengantar Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Sudibyo , S. K. (n.d.). Pengelolaan Kas, Persediaan, Aktiva Tetap dan Piutang.
Semarang: Prima Agus Teknik.
Susilawati, R. A., & Purwanto, N. (n.d.). Analisis Rescheduling & Reconditioning
Piutang Mitra Binaan untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan PKBL di PERUM
Jasa Tirta I. Journal Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA).
Yusuf, D., & Rosidi, M. (2024, Januari). Analisis Pengaruh Piutang Usaha dan Utang
Usaha Terhadap Arus Kas Operasi Pada PT. Capitalinc Finance. Jurnal Publikasi
Ekonomi dan Akuntansi (JUPEA), 4(1).

24

Anda mungkin juga menyukai