Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan karunia
akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Piutang dengan baik dan terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk pengajuan tugas mata kuliah Akuntansi Pajak di jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis banyak sekali bantuan yang di terima baik berupa bimbingan, maupun dorongan dari
berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT
2. Ibu Aviani Widyastuti., S.E., Ak., CA., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Akuntansi Pajak
3. Orang tua kami selaku pemberi motivasi
4. Teman-teman selaku pemberi semangat

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak menemukan kendala. Salah satunya
saat mencari literature yang sesuai. Selain itu, mengatur waktu saat mengerjakan makalah
bersama. Kami menyadari bahwa makalah ini belum pada tingkat kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan yang perlu di benahi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat
bagi tugas kami selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari semua
pihak.

Malang, 09 Maret 2016

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
BAB II PENJELASAN................................................................................................. 4
2.1 Definisi Piutang......................................................................................... 4
2.2 Piutang Usaha .......................................................................................... 4
2.3 Piutang dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa................... 8
2.4 Nilai Piutang dalam Neraca ...................................................................... 8
2.5 Piutang di Luar Usaha .............................................................................. 10
2.6 Penghapusan Piutang Pajak..................................................................... 10
BAB III ANALISIS KASUS Akt. Perpajakan (PIUTANG) ............................................. 14
3.1 Penerapan Akuntansi Perpajakan (PIUTANG) pada
PT. Gudang Garam .................................................................................. 14
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 15
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah akuntansi dan pajak
melalui media massa seperti buku,koran,televise,radio maupun melalui orang-orang di
sekitar kita.Biasanya akutansi dan pajak digunakan dalam berbagai bidang mulai dari
kegiatan usaha,pemerintah,maupun pendidikan.Yaitu dengan melakukan pencatatan
terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan keuangan.
Akuntansi perpajakan merupakan suatu seni dalam mencatat, menggolongkan,
mengikhtisarkan serta menafsirkan transaksi-transaksi financial yang dilakukan oleh
perusahaan dan bertujuan untuk menentukan jumlah penghasilan kena pajak ( penghasilan
yang di gunakan sebagai dasar penetapan beban dan pajak penghasilan yang terutang)
yang diperoleh atau diterima dalam satu tahun pajak untuk dipakai sebagai dasar
penetapan beban/pajak penghasilan yang terutang oleh perusahaan sebagai wajib pajak.
Salah satu akun yang sering dicatat dalam akuntansi,ialah piutang.Ketika
perusahaan memperoleh piutang dari customer , maka piutang tersebut dapat ditagih
sehingga memperoleh pendapatan.Dan pendapatan itulah yang akan dikenakan
perhitungan pajak.
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk
kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada asset
lain-lain. Dalam SAK- ETAP yang di atur dalam IAI (2009:52).
piutang dagang adalaha perkiraan aktiva lancar yang terbesar selain persediaan.
Secara bersama-sama dengan persediaan jenis aktiva ini mencakup hampir 80% dari aktiva
lancar dan lebih dari 30% total aktiva untuk semua industri manufaktur. Manajemen dan
kebijakan kredit yaitu dasar untuk pengambilan keputusan pemberian kredit. Keputusan itu
melibatkan standar kredit, syarat-syarat kredit, dan penentuan siapa yang akan menerima
kredit.
Dari pembahasan di atas, maka dari itu kami membuat makalah mengenai Piutang
Dagang dan Persediaan Barang Dagang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PIUTANG


Definisi Piutang Menurut Kieso dan Weygandt mendefinisikan pengertian piutang
sebagai berikut Receivables are claims held against customers and others for money,
goods, or services. (Kumpulan Ilmu, 2012) Dalam pendapat yang lain, piutang juga
didefinisikan dengan pengertian Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap
pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya (Warren Reeve dan
Fess, 2005 : 404). Seomarso berpendapat, bahwa Piutang merupakan kebiasaan bagi
perusahaan untuk memberikan kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada
waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam
bentuk mempernolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan
barang atau jasa yang dilakukan (Soemarso, 2004 : 338). Sedangkan menurut buku
Akuntansi Perpajakan Sukrisno Agoes dan Estralita Trisnawati, Piutang adalah hak
perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk kas. (Sukrisno Agoes dan
Estralita Trisnawati, 2011 : 24).

2.2 PIUTANG USAHA


Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Dalam usaha pelayanan jasa, piutang dicatat pada saat pelayanan jasa dilaksanakan.
Adakalanya bentuk piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang komersial yaitu
wesel tagih. Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset
lancar, sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada
asset lain-lain. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN
atas penyerahan barang dan jasa kena pajak yang dikakukannya.

Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161) sering terjadi pemberian
potongan perniagaan ( trade discount -> potongan yang diberikan pada saat terjadi transaksi
penjualan dengan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai ( cash discount -
> potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar pelanggan segera
melakukan pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi retur penjualan. Praktik
akuntanasi komersial membukukan potongan tersebut dengan ketentuan perpajakan.
Namun, pembukuan penyisihan (allowance) untuk potongan tunai dan retur penjualan tidak
diperkenankan untuk tujuan perpajakan karena ketentuan perpajakan lebih menekankan
pada keadaan senyatanya dan bukan bersifat antisipatif dengan penyisihan tersebut.

4
Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan) berguna
untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan hal yang
lazim. Menurut weygent. Kimmel dan kieso (2011: 353-355) pembentukan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih di dasarkan pada: (1) persentase penjualan -> income
statement approach; atau (2) presentase piutang usaha -> balance sheet approach. Selain
itu perusahaan dapat membuat analisa umur piutang ( againg schedule of account
receivable) yang menerapkan persentase yang berbeda untuk berbagai kategori umur
piutang.

Keterangan Direct written-off Allowance method


method
Estimasi jumlah piutang tak Tidak perlukan Beban piutang tak
tertagih tertagih xx
Cadangan piutang tak
tertagih - xx
Penghapusan piutang usaha Beban piutang tak Cadangan piutang tak
tertagih xxx tertagih xxx
Piutang usaha Piutang usaha
xxx xxx

Piutang usaha yang telah dihapus Piutang usaha Piutang usaha


xxx xxx
Beban Cadangan piutang tak
piutang tak tertagih tertagih xxx
xxx
Kas
Kas xxx
xxx Piutang usaha
Piutang xxx
usaha
xxx

Adapun syarat-syarat penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf (h) adalah sebagai berikut
(h.) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

5
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;

Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas dan memberlakukan metode pengahpusan


langsung (direct wriyyen-of method).
Akan tetapi, pembentukan cadangan/ pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha tertentu
seperti:
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS)
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan\
6. Cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industry.
Memperkenankan adanya pembentukan penyisihan (cadangan) sesuai dengan ketentuan
perpajakan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf c jo. PMK-
81/PMK.03/2009

Contoh:
a. PT Abadi menjual barang dagang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp.5.500.000
(sudah termasuk PPN 10%) pada tanggal 10 Febuari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan
sebagai PKP pada tanggal 15 maret 2006. System pencatatan persediaan yang digunakan

6
oleh PT Abadi adalah system perpetual, di mana Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah
sebesar Rp.3.500.000
Jawab: jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit
10- feb-2012 Piutang usaha 5.500.00
Pajak keluaran 500.000
Penjualan 5.000.000
Harga pokok penjualan 3.500.000
Persediaan 3.500.000

Apabila pencatatan persediaan menggunakan system periodic sebagai berikut.


Tanggal Keterangan Debit Kredit
10- feb-2012 Piutang usaha 5.500.000
Pajak keluaran 500.000
Penjualan 5.000.000

Jurnal menggunakan system perpetual tapi tidak dikenakan PPN


Tanggal Keterangan Debit Kredit
10-feb-2012 Piutang usaha 5.000.000
Penjualan 5.000.000
Harga pokok penjualan 3.500.000
Persediaan 3.500.000

b. Pada tanggal 14 febuari 2012, PT Zap mengembalikan barang yang telah dibeli pada
tanggal 10 febuari 2012 dari PT Abadi senilai Rp. 2.000.000. harga pokok barang tersebut
sebesar Rp. 500.000. PT Abadi mencatat transaksi retur penjualan sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
14-feb-2012 Retur penjualan 2.000.000
Pajak keluaran 200.000
Piutang usaha 2.200.000
Harga pokok penjualan 500.000
Persediaan 500.000
Apabila menggunakan system periodic maka jurnal sebagai berikut:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
14-feb-2012 Retur penjualan 2.000.000
PPN keluaran 200.000

7
Piutang usaha 2.200.000

c. Pada tanggal 26 febuari PT Abadi menghapus piutang usaha terhadap salah satu
debiturnya, karena PT Bola telah mengalami pailit. Adapun syarat-syarat penghapusan
piutang yang tidak dapat ditagih telah memenuhi ketentuan perpajakan. Piutang yang
dihapuskan tersebut sebesar Rp. 1.000.000
Jawab: jurnal menggunakan direct written of method
Tanggal Keterangan Debit Kredit
26-feb-2012 Beban piutang tak tetagih 1.000.000
Piutang usaha 1.000.000

2.3 PIUTANG DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang dilakukan
dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Piutang dalam
hubungan istimewa dapat timbul karena terjadinya transaksi seperti ;

1. Pengeluaran atau pembebanan yang dilakukan oleh WP kepada pihak lain dalam
hubungan istimewa untuk biaya suatu usaha, seperti sewa kantor, asuransi, listrik,
dan lain-lain; penjualan harta tetap seperti mesin di mana pengeluaran atau
pembebanan tersebut akan ditagih lagi kepada pihak tersebut
2. Peminjaman dana
3. Transaksi penyerahan barang atau penyerahan jas

Menurut UU PPh Nomor 36 tahun 2008 pasal 18 ayat 4, (4) Hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (3d), Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan
Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:

1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua
Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang
disebut terakhir;
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.

8
Apabila ada hubungan istimewa di antara WP maka akan menimbulkan dampak
terhadap aspek perpajakan masing-masing pihak yang memiliki hungana istimewa
tersebut. Dampak tersebut diatur dalam pasal 18 ayat (3), (3a), (3b), (3c), dan (3d).

3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan
pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi
oleh hubungan istimewa dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak
yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode
lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja
sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4),
yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta
melakukan renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir.
(3b) Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company), dapat
ditetapkan sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian tersebut sepanjang Wajib
Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa dengan pihak lain atau badan
tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.
(3c) Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara (conduit company atau special purpose
company) yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country) yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia
dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
(3d) Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi
kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada
perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.

9
2.4 NILAI PIUTANG DALAM NERACA
Saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial adalah saldo piutang
di kurangi penyisihan piutang tak tertagih. Metode penghapusan piutang yang di
perkenankan dalam perpajakan di luar 6 usaha yang di atur dalam PMK-81/PMK.03/2009,
metode langsung sedangkan dalam akuntansi diperbolehkan memilih metode langsung atau
metode pencadangan.
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang meyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi,perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jamina Sosial (BPJS);
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjaminan Simpanan;
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadanagn biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industry
untuk usaha pengolahan limbah industry.

2.5 PIUTANG DI LUAR USAHA


Timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga dan pegawai, klaim
asuransi, retitusi pajak, royalty, dll. Apabila dapat ditagih pada waktu singkat dapat di
golongkan sebagai asset lancar. Apabila penagihannya di lakukan lebih dari 1 tahun, maka
di golongkan sebagi aset lain lain.

2.6 PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK


Dasar Hukum Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 565/KMK.04/2000 Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 539/KMK.03/2002 Peraturan Menteri Keuangan Nomor :
68/PMK. 03/2012 Daluwarsa Penagihan Berdasarkan rumusan Pasal 22 ayat (1) diatur
bahwa hak Direktorat Jenderal Pajak mempunyai hak untuk melakukan penagihan pajak
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan
Peninjauan Kembali. Adapun yang menjadi tujuan dari pengaturan hak Direktorat Jenderal
Pajak dalam jangka waktu 5 (lima) tahun adalah untuk memberikan kepastian hukum kapan
utang pajak tidak dapat ditagih lagi, sehingga UU KUP mengatur mengenai daluwarsa
penagihan pajak. Dalam hal Utang Pajak telah memasuki tanggal daluwarsa penagihan, hak
negara untuk melakukan penagihan utang pajak termasuk bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak tidak lagi dapat dilakukan.

10
Pengertian Penghapusan Piutang Pajak Keputusan Menteri Keuangan Nomor
539/KMK.03/2002 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menter Keuangan No.
68/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya
Piutang Pajak mengatur tentang Piutang Pajak yang dapat dihapuskan. Dirjen Pajak
memberikan kebijaksanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak yang masih memiliki
kewajiban pajak yang masih terhutang namun dapat dihapuskan sebagaimana dalam
ketentuan tersebut.
1. Piutang pajak yang dapat dihapuskan adalah piutang pajak yang tercantum dalam:
a. Surat Tagihan Pajak (STP);
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB);
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT);
d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);
e. Surat Ketetapan Pajak (SKP);
f. Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT);
g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus dibayar bertambah.

2. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin
ditagih lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak meninggal dunia dan tidak mempunyai
harta warisan atau kekayaan;
b. Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
c. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
e. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Piutang pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih
lagi, disebabkan karena :
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit dan Penanggung Pajak tidak dapat
ditemukan;

11
b. Hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan
penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di
bidang perpajakan; atau
d. Hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena
kondisi tertentu sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau
berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Syarat-syarat
Penghapusan Piutang Pajak Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan dalam
hal hak menagih Direktorat Jenderal Pajak telah melampaui jangka waktu dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali. Untuk memastikan keadaan
Wajib Pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi,
Direktorat Jenderal Pajak wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian
administrasi dan hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian. Laporan
Hasil Penelitian tersebut harus menggambarkan keadaan Wajib Pajak atau Piutang
Pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya Piutang
Pajak yang tidak dapat ditagih lagi sehingga diusulkan untuk dihapus. Piutang
Pajak hanya dapat diusulkan untuk dihapuskan setelah adanya Laporan Hasil
Penelitian dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak setiap akhir tahun takwim
menyusun Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak berdasarkan Laporan Hasil
Penelitian. Usulan Penghapusan Piutang Pajak setiap awal tahun berikutnya
disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atasannya.
Selanjutnya, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan
Daftar Usulan Penghapusan Piutang Pajak yang telah diteliti kepada Direktur
Jenderal Pajak. Penelitian Setempat dan Penelitian Administrasi Dalam Pasal 2
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 625/PJ./2001 tentang Tata Cara
Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan Piutang
Pajak dijelaskan yang dimaksud dengan penelitian setempat dan penelitian
administrasi. Penelitian setempat dilakukan oleh Juru Sita Pajak Negara terhadap
piutang pajak yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi karena :
Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta warisan
dan tidak mempunyai ahli waris, atau ahli waris tidak dapat ditemukan, yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan kematian dan surat keterangan yang
menyatakan bahwa Wajib Pajak yang meninggal dunia tersebut tidak

12
meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris dari pejabat
yang berwenang;
Wajib Pajak yang tidak mempunyai harta kekayaan lagi, dibuktikan dengan
surat keterangan dari pejabat yang berwenang yang menyatakan bahwa
Wajib Pajak memang benar-benar sudah tidak mempunyai harta kekayaan
lagi; Berdasarkan surat perintah penelitian setempat yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Selanjutnya, penelitian administrasi adalah
penelitian terhadap piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi karena Wajib
Pajak yang hak penagihannya telah daluwarsa berdasarkan Pasal 22 UU
KUP dan hasilnya dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Administrasi.

13
BAB III

ANALISIS KASUS AKUNTANSI PEPRAJAKAN (PIUTANG)

3.1 Penerapan akuntansi perpajakan (piutang) pada PT. Gudang Garam

Pada laporan keuangan milik PT. Gudang Garam terdapat pinjaman yang diberikan
dan piutang pada awal pengakuan diukur berdasarkan nilai wajar, ditambah biaya
transaksi signifikan yang dapat diatribusikan secara langsung. Setelah pengakuan awal,
aset keuangan ini diukur sebesar biaya perolehan diamortisasi, dikurangi dengan penyisihan
penurunan nilai, bila diperlukan. Penyisihan penurunan nilai diakui saat terdapat bukti yang
cukup bahwa perseroan dan entitas anak tidak mampu menagih sesuai dengan ketentuan
awal. PT. Gudang Garam menggunakan metode analisis umur piutang dalam menaksir
tingkat kerugian piutangnya.

Pada penyampaian laporan keuangan, tidak terdapat akun cadangan kerugian


piutang pada neraca ataupu laba/rugi. PT Gudang Garam di pastikan menggunakan metode
penghapusan langsung ( directet write off method ) terkait kerugian atas piutang. Metode
tersebut adalah metode yang di perbolehkan dalam perpajakan.

Bentuk pengandalian PT. Gudang Garam (Perseroan) dan entitas anak


meminimalisir risiko kredit dari piutang dengan menetapkan uang jaminan dan batasan
jumlah piutang yang dapat diberikan. Resiko ini juga di jaga dengan pengawasan
berkesinambungan atas jumlah dan stastus ketertagihan piutang tersebut.

PT. Gudang Garam juga memiliki kepemilikan secara langsung dan tidak langsung
pada entitas anak, hal tersebut bisa disebut sebagai hubungan istimewa. Karena
penyertaan kepemilikannya sekitar 60%-100%, melebihi 25% dari ketentuan perpajakan.
Meskipun tidak di jabarkan terkait transaksi piutang pada laporan keuangannyan. Ketika
terjadi transaksi khususnya piutang ataupun yang lainnya dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, akan berlaku Pasal 18 ayat (3 a-d) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Demikianlah makalah tentang akuntansi perpajakan mengenai piutang yang
kelompok kami buat,semoga dapat bermanfaat bagi pembelajaran kita selanjutnya dan
dapat berguna bagi kita di masa depan.
Piutang ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam bentuk
kas. Piutang usaha terjadi karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan ke dalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada asset
lain-lain. Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan penyisihan (cadangan) berguna
untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan hal yang
lazim. Ketentuan perpajakan lebih melihat realitas dan memberlakukan metode
pengahapusan langsung (direct wriyyen-of method).

15
Daftar Pustaka

Agoes,sukrisno dan Estralita trisnawati.edisi 3.Akuntansi Perpajakan,Jakarta :


Salemba Empat.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=15244&hlm=.
http://michael-bernandus.blogspot.com/2009/11/makala-akuntansi-
perpajakan.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai