Anda di halaman 1dari 19

PENGAUDITAN II

Ringkasan Mata Kuliah

Pengauditan Siklus Pendapatan

Dosen Pengampu :

Made Lani Latrini, S.E, M.Si.

Kelompok 2

1. Benedict Harvey Adventio (2207531108)


2. Yanuarius Palempangan (2207531139)
3. Tengku Hanif Luthfi Rashe (2207531143)
4. Prayzel Maxvredellio Abraham Jones (2207531144)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas artikel yang berjudul "Pengauditan Siklus
Pendapatan" dengan tepat waktu. Paper ini disusun untuk memenuhi tugas kami pada
mata kuliah Pengauditan II. Kami harapkan paper ini dapat dimengerti dan dipahami oleh
pembaca dengan baik dan jelas.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Made Lani Latrini, S.E, M.Si. selaku
dosen pengampu kami pada mata kuliah Pengauditan II, yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku,
jurnal-jurnal serta informasi dari media massa yang berkaitan dengan judul yang kami
angkat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Jimbaran, 23 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................ 5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................... 6
2.1 Sifat Siklus Pendapatan.................................................................................................. 6
2.2 Tujuan Audit Siklus Pendapatan.................................................................................... 7
2.3 Pemahaman mengenai Bisnis Klien dalam Mengembangkan Strategi Audit................7
2.4 Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal.................................................9
2.5 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penjualan Kredit.................................................. 10
2.6 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penerimaan Kas...................................................14
2.7 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penyesuaian Penjualan........................................ 15
2.8 Pengendalian Lain dalam Siklus Pendapatan...............................................................15
2.9 Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang Usaha................................................ 16
2.10 Pengauditan untuk Penghapusan Piutang...................................................................17
2.11 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi...........17
BAB III.................................................................................................................................... 18
PENUTUP............................................................................................................................... 18
3.1 Simpulan.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengauditan Siklus Pendapatan memiliki relevansi yang sangat penting dalam konteks
pengawasan terhadap aktivitas keuangan perusahaan. Sebagai salah satu siklus utama dalam
proses akuntansi, siklus pendapatan menangani transaksi penjualan barang atau jasa, yang
pada gilirannya memiliki implikasi langsung terhadap pendapatan perusahaan. Dalam era
globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, penting bagi perusahaan untuk
memastikan keandalan dan keakuratan laporan keuangan mereka. Oleh karena itu, audit
terhadap siklus pendapatan menjadi krusial dalam memastikan bahwa praktik-praktik
akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan standar yang berlaku dan bahwa
asersi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat dipercaya.

Selain itu, mengingat kompleksitas transaksi penjualan dan keragaman metode


pembayaran, terdapat risiko-risiko inheren yang melekat dalam siklus pendapatan.
Risiko-risiko tersebut mencakup kemungkinan adanya penyelewengan, kesalahan, atau
penundaan dalam pencatatan transaksi, serta risiko atas tidak tertagihnya piutang yang timbul
dari penjualan kredit. Oleh karena itu, audit terhadap siklus pendapatan juga bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi secara tepat kontrol internal yang ada dalam perusahaan,
serta untuk menguji efektivitasnya dalam meminimalkan risiko-risiko tersebut. Dengan
demikian, penelitian lebih lanjut dalam materi Pengauditan Siklus Pendapatan menjadi
penting untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana praktik audit dapat membantu
dalam memastikan integritas dan kredibilitas laporan keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini antara lain:
1. Apa saja sifat siklus pendapatan?
2. Apa tujuan audit siklus pendapatan?
3. Apa saja pemahaman mengenai bisnis klien dalam mengembangkan strategi audit?
4. Bagaimana mempertimbangkan komponen pengendalian internal?
5. Apa saja aktivitas pengendalian transaksi penjualan kredit?
6. Apa saja aktivitas pengendalian transaksi penerimaan kas?
7. Apa saja aktivitas pengendalian transaksi penyesuaian penjualan?
8. Apa saja pengendalian lain dalam siklus pendapatan?
9. Bagaimana pengujian substantif atas piutang usaha?
10. Apa saja jasa bernilai tambah?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada pembahasan masalah kasus ini adalah:
1. Untuk mengetahui sifat siklus pendapatan
2. Untuk mengetahui tujuan audit siklus pendapatan
3. Untuk mengetahui pemahaman mengenai bisnis klien dalam mengembangkan strategi
audit
4. Untuk mengetahui mempertimbangkan komponen pengendalian internal
5. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian transaksi penjualan kredit
6. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian transaksi penerimaan kas
7. Untuk mengetahui aktivitas pengendalian transaksi penyesuaian penjualan
8. Untuk mengetahui pengendalian lain dalam siklus pendapatan
9. Untuk mengetahui pengujian substantif atas piutang usaha
10. Untuk mengetahui jasa bernilai tambah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Siklus Pendapatan

Siklus pendapatan dan penerimaan kas pada suatu entitas usaha akan berbeda satu
dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut terjadi terkait dengan sifat dasar atau jenis kegiatan
yang dilakukan oleh entitas usaha itu sendiri. Pendapatan pada perusahaan jasa akan berbeda
dengan perusahaan dagang. Demikian pula pendapatan pada perusahaan manufaktur, akan
berbeda dengan kedua jenis usaha yang disebutkan terdahulu. Dalam proses pencatatan
transaksi pendapatan, terdapat sejumlah akun yang biasanya dipergunakan oleh entitas usaha
terkait dengan proses akuntansi kegiatan entitas usaha dalam memperoleh pendapatan.
Pada perusahaan dagang pendapatan diawali dengan terjadinya penjualan barang atau
jasa baik secara tunai maupun kredit dan kemudian diakhiri dengan penerimaan kas oleh
perusahaan.Pada siklus pendapatan di perusahaan dagang, transaksi yang terjadi dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yaitu kelompok akun:
1) Penjualan secara kredit, transaksi yang di proses di mana barang atau jasa dibeli oleh
pelanggan tanpa pembayaran langsung. Sebaliknya, pelanggan akan menerima barang
atau jasa terlebih dahulu dan membayar kemudian setelah periode waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan. Dalam hal ini, pelanggan berhutang kepada perusahaan
sampai mereka melakukan pembayaran penuh sesuai dengan syarat dan ketentuan
yang disepakati sebelumnya.
2) Penerimaan kas, terdiri dari dua aspek, yaitu penagihan piutang dan penjualan tunai.
Penagihan piutang merupakan proses pengumpulan kas dari pelanggan yang telah
menerima barang atau jasa di masa lalu tetapi belum membayar. Sedangkan penjualan
tunai adalah transaksi penjualan yang pembayarannya dilakukan secara langsung dan
tunai oleh pelanggan pada saat transaksi dilakukan.
3) Penyesuaian Penjualan, yaitu akun-akun potongan penjualan, retur penjualan dan
penyisihan penjualan, penyisihan/cadangan penghapusan piutang tak tertagih dan
beban penghapusan piutang tak tertagih.
Selain itu terdapat akun yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang terjadi pada
siklus-siklus lain yang terjadi pada kegiatan perusahaan, yaitu akun akun Harga Pokok
Penjualan, Persediaan Barang Dagangan dan akun Kas, namun demikian pembahasan pada
bab ini akan lebih terarah pada akun yang berkaitan langsung dengan transaksi pendapatan
dan piutang.
2.2 Tujuan Audit Siklus Pendapatan

Tujuan utama dari audit terhadap siklus pendapatan adalah agar auditor mendapatkan
bukti yang cukup dan kompeten dalam membuktikan kewajaran pada setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan terkait dengan transaksi transaksi dan saldo-saldo akun pendapatan
perusahaan. Mengulang dari bagian mengenai asersi manajemen, terdapat lima kategori asersi
manajemen yang berkaitan dengan tujuan audit khusus siklus pendapatan.

Perusahaan yang bergerak pada bidang perdagangan memperoleh pendapatan melalui


penjualan yang dilakukan baik secara tunai maupun secara kredit kepada pelanggannya. Pada
transaksi penjualan tunai perusahaan akan langsung menerima kas pada akhir setiap
transaksinya. Tidak demikian halnya pada penjualan yang dilakukan secara kredit atau tidak
tunai, yang tidak jarang pada perusahaan dagang nilainya jauh lebih besar dibandingkan
dengan penjualan tunai, penjualan kredit yang terjadi akan diikuti dengan terjadinya piutang
usaha yang kemudian akan ditagihkan kepada para pembelinya sesuai dengan perjanjian yang
disepakati pada saat penjualan terjadi.

Penjualan barang dan jasa yang dilakukan secara kredit oleh perusahaan menghadapi
risiko yang terjadi karena penjualan kredit itu sendiri, yaitu adanya risiko piutang yang ada
dari transaksi penjualan tidak dapat dibayar oleh para pelanggannya. Sesuai standar akuntansi
keuangan yang berlaku umum, perusahaan dituntut untuk dapat melakukan penilaian
terhadap tingkat ketertagihan piutang dan membentuk penyisihan terhadap piutang-piutang
yang memiliki kemungkinan tidak dapat tertagih. Auditor pada saat mengaudit siklus
penjualan dituntut untuk dapat meyakini kewajaran saldo piutang tersebut. Untuk mencapai
setiap tujuan audit khusus, dalam rangka menilai asersi manajemen pada siklus pendapatan,
auditor membuat perencanaan dan menggunakan berbagai prosedur audit yang akan
dilakukan dalam pengujian yang disusun dalam suatu audit program. Audit prosedur yang
dipilih bervariasi untuk setiap tujuan audit khusus.

2.3 Pemahaman mengenai Bisnis Klien dalam Mengembangkan Strategi Audit

Dalam tahap audit, auditor mengembangkan strategi audit yang menitikberatkan pada risiko
kesalahan yang signifikan atau materiil. Langkah pertama dalam menilai risiko tersebut
adalah dengan memahami secara menyeluruh bisnis dan industri di mana klien beroperasi.
Pemahaman ini sangat penting karena memberikan wawasan yang diperlukan kepada auditor
untuk beberapa hal, seperti:
1. Mengembangkan ekspektasi tentang total pendapatan dengan memahami klien, pasar,
dan pelanggan klien.
2. Mengembangkan ekspektasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar
dan keunggulan kompetitif klien pasar.
3. Mengembangkan ekspektasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan
rata-rata untuk klien dan industri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memahami bisnis klien adalah sebagai berikut:
a. Materialitas
Pendapatan merupakan ukuran volume aktivitas sebenarnya bagi setiap perusahaan.
Pendapatan biasanya melibatkan volume transaksi yang tinggi, dan total pendapatan
merupakan hal yang sangat penting pada laporan keuangan yang seringkali digunakan
sebagai ukuran materialitas secara keseluruhan untuk penugasan ini. Pengetahuan
tentang bisnis dan industri klien merupakan hal yang penting dalam
mempertimbangkan signifikansi transaksi penyesuaian penjualan, diskon penjualan,
serta retur penjualan dan pengurangan harga yang sangat bervariasi dari satu industri
dengan industri lainnya.
b. Risiko Bawaan
Dalam menilai risiko bawaan pada asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan faktor pervasif yang dapat mempengaruhi asersi dalam beberapa
siklus, termasuk siklus pendapatan, serta faktor-faktor yang hanya berkaitan dengan
asersi tertentu dalam siklus pendapatan.
c. Risiko Prosedur Analitis
Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko deteksi bahwa prosedur analitis akan
gagal mendeteksi salah saji material. Prosedur analitis merupakan cara yang efektif
dari segi biaya dan mengandalkan pada pengetahuan auditor tentang bisnis dan
industri klien. Prosedur ini tidak hanya efektif dalam mengidentifikasi salah saji yang
potensial atas laporan keuangan, tetapi juga efektif dalam mengidentifikasi masalah
yang timbul ketika memberikan jasa bernilai tambah di samping laporan audit.
2.4 Mempertimbangkan Komponen Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)


memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi Lingkungan
Pengendalian (Control Environment), Penilaian Resiko (Risk Assesment), Prosedur
Pengendalian (Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan
Komunikasi (Information and Communication).
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan
karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi
manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam
perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang
konservatif), struktur organisasi (terpusat atau terdesentralisasi) serta praktik
kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini sangat penting karena menjadi dasar
keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain.
2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko
pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan
non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah diidentifikasi dapat dianalisis
dan evaluasi sehingga dapat diperkirakan intensitas dan tindakan yang dapat
meminimalkan resiko.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Activity)
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga
menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya
ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib.
b. Pelimpahan tanggung jawab.
c. Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.
d. Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.
4. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan
kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat
dipantau dengan baik dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha
manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati
perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.

Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi


perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan
usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab
atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor independen juga sering
melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas laporan
keuangan.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari
pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen
yang berlaku pada perusahaan. Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan.
Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.
Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan
pelaporan eksternal.

Sistem informasi yang baik dan komunikasi yang efektif merupakan


komponen penting dalam mendukung pengendalian internal yang efektif. Auditor
harus memastikan bahwa sistem informasi tidak hanya menghasilkan informasi yang
akurat dan relevan, tetapi juga menjaga kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan
informasi.

2.5 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penjualan Kredit

2.5.1 Pengendalian Sistem Pengendalian Kredit


Aktivitas pengendalian sistem penjualan kredit diperlukan untuk menghindari
kemungkinan adanya salah saji dalam transaksi-transaksi yang terkait dengan pendapatan.
Umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas siklus pendapatan
digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan :
1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja
sesungguhnya dari transaksi penjualan kredit dibandingkan dengan anggaran,
perkiraan atau periode sebelumnya.
2. Pengolahan informasi. Dua pengelompokkan untuk aktivitas pengendalian jenis ini
adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian umum ini terkait
dengan pengendalian atas operasional penjualan kredit, pengembangan dan
pemeliharaan sistem aplikasi. Sedangkan pengendalian aplikasi berlaku untuk
pengolahan aplikasi secara individual. Pengendalian ini membantu menetapkan
bahwa transaksi penjualan adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah dengan
lengkap dan akurat.
3. Pengendalian fisik. Aktivitas pengendalian ini mencakup keamanan fisik aktiva yang
dijual, termasuk penjagaan yang memadai seperti fasilitas yang terlindungi dari akses
yang tidak dikehendaki.
4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda untuk
memberikan otorisasi transaksi penjualan kredit, pencatatan transaksi penjualan
kredit, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dijual dimaksudkan untuk
mengurangi kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang.

2.5.2 Dokumen dan Catatan Umum


Dalam hal ini dokumen dan catatan yang digunakan oleh perusahaan besar untuk
pemrosesan transaksi penjualan kredit mencakup hal-hal berikut:
1. Pesanan Pelanggan
Dalam hal pesanan pelanggan, permintaan barang dagang oleh pelanggan yang
diterima langsung dari pelanggan atau melalui wiraniaga (salesperson). Dimana
pesanan dapat berupa formulir yang disediakan oleh penjual atau formulir pesanan
pembelian yang dibuat oleh pembeli itu sendiri.
2. Pesanan Penjualan
Dalam hal ini, sebuah formulir memperlihatkan suatu deskripsi, kuantitas, dan data
lainnya yang saling berkaitan dengan pesanan pelanggan. Bentuk pesanan ini
bertujuan sebagai dasar dimulainya transaksi dan pemrosesan internal atas pesanan
pelanggan oleh penjual.
3. Dokumen Pengiriman
Dalam dokumen pengiriman ini berupa formulir yang berfungsi untuk menunjukkan
rincian dan tanggal setiap pengiriman. Dokumen tersebut dapat berupa bill of lading,
yang digunakan sebagai pemberitahuan formal atas penerimaan barang yang
dikirimkan oleh kurir. Dokumen pengiriman lainnya termasuk slip pengepakan yang
merincikan setiap item-item yang dikirimkan.
4. Faktur Penjualan
Dalam faktur ini menunjukkan sebuah formulir yang memperlihatkan penjualan
tertentu, termasuk jumlah yang terutang, syarat, dan tanggal penjualan. Pada
umumnya formulir ini digunakan dalam menagih pelanggan dan memberikan dasar
untuk mencatat penjualan.
5. Daftar Harga yang Diotorisasi
Umumnya berisi harga dari barang- barang yang diotorisasi yang ditawarkan untuk
dijual kembali.
6. File Transaksi Penjualan
Merupakan file komputer yang berisi setiap transaksi penjualan yang telah
diselesaikan. File tersebut berfungsi untuk mencetak faktur penjualan serta jurnal
penjualan, dan memperbarui file induk piutang usaha, persediaan, serta buku besar.
7. Jurnal Penjualan
Berisikan semua daftar jurnal dari transaksi- transaksi penjualan yang telah
diselesaikan.
8. File induk pelanggan
File yang termuat mengenai informasi tentang pengiriman dan penagihan pelanggan
serta batas kredit pelanggan.
9. File Induk Piutang Usaha
Dalam file ini berisikan setiap informasi terkait transaksi dan saldo dari setiap
pelanggan. File ini berperan sebagai dasar dalam menyusun buku pembantu piutang
usaha.
10. Laporan Bulanan Pelanggan
Sebuah laporan yang nantinya akan dikirimkan ke setiap pelanggan yang
memperlihatkan saldo awal, transaksi selama bulan berjalan, dan saldo akhir

2.5.3 Fungsi Penjualan Kredit


Pemahaman fungsi-fungsi yang terlibat dalam siklus penjualan kredit, sangat berguna
untuk memahami bagaimana audit siklus ini dilaksanakan. Fungsi yang telribat dalam
pengolahan transaksi penjualan kredit ini meliputi :
1. Fungsi Penerima Order Pelanggan
Fungsi penerima order bertugas untuk menerima order pelanggan. Permintaan barang
dagang oleh pelanggan melalui order pelanggan merupakan titik awal siklus ini.
Fungsi ini bertugas untuk menerima pesanan pelanggan dengan mengidentifikasikan
jenis dan kuantitas barang yang diminta. Serta mengecek layak tidaknya order
tersebut diterima sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh manajemen.
2. Fungsi Persetujuan Kredit
Fungsi persetujuan kredit dipegang oleh departemen kredit dilakukan sesuai kebijakan
kredit dari manajemen. Fungsi ini bertugas untuk menetapkan batas kredit serta
memberikan persetujuan atas kelayakan kredit pelanggan. Disamping itu, limit kredit
yang diberikan atas setiap pelanggan harus diperhatikan. Salah satu kesulitan yang
ada adalah menentukan kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan baru.
3. Fungsi Pemenuhan Order Penjualan
Fungsi pemenuhan order penjualan dipegang oleh bagian gudang. Berdasarkan
tembusan order penjualan dari bagian penjualan atau departemen order penjualan,
bagian gudang mengeluarkan barang dagang yang sesuai dengan kuantitas dan
keterangan lain yang tercantum pada order penjualan. Fungi ini bertugas untuk
mengawasi dan mengatur persediaan serta menyiapkan barang yang dipesan.
4. Fungsi Pengiriman Barang Dagang
Fungsi penagihan pada pelanggan bertanggung jawab untuk membuat dan
mengirimkan faktur penjualan bernomor urut kepada pelanggan. Penagihan ini harus
dilaksanakan dengan efektif, efisien, dan tepat waktu. Aspek penting dalam penagihan
adalah memastikan bahwa:
a. Pelanggan ditagih atas seluruh pengiriman
b. Tidak ada pengiriman yang sudah ditagih dan dilunasi, tetapi ditagih lagi,
c. Ketepatan jumlah rupiah yang ditagih.
5. Fungsi Penagihan Pada Pelanggan
Fungsi ini bertugas untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan serta dokumen
pendukung lainnya ke pelanggan. Pengendalian yang diterapkan dalam fungsi ini,
antara lain :
a. Pencatatan jurnal penjualan berdasarkan faktur penjualan yang telah
dibandingkan dengan dokumen pengiriman dan order penjualan.
b. Penggunaan kode faktur yang berguna untuk mengklasifikasikan rekening.
c. Pengecekan kesesuaian total jumlah rupiah faktur yang diolah, dengan jumlah
yang dicatat.
d. Pemisahan tugas pencatatan dengan fungsi-fungsi lain.
e. Pembatasan akses atas fasilitas pencatatan penjualan untuk mencegah
penjurnalan yang tanpa otorisasi.
f. Pengecekan independen secara periodic atas kesesuaian jumlah yang
tercantum dalam buku besar pembantu piutang dagang, dengan jumlah yang
dinyatakan dalam buku besar.
g. Pengiriman laporan pelanggan bulanan.
6. Fungsi Akuntansi (Piutang)
Bertugas untuk melakukan pencatatan piutang dan membuat serta mengirimkan
pernyataan piutang pada pelanggan serta membuat laporan penjualan.
2.6 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penerimaan Kas

Transaksi penerimaan kas adalah proses yang melibatkan penerimaan uang tunai dari
pelanggan atau pihak lain sebagai pembayaran atas barang atau jasa yang telah disediakan.
Aktivitas pengendalian dalam transaksi penerimaan kas dirancang untuk memastikan bahwa
uang tunai yang diterima dicatat dengan benar, disetor ke rekening bank dengan tepat, dan
dilindungi dari risiko kehilangan atau penyalahgunaan.

Beberapa pengendalian yang umumnya diterapkan dalam transaksi penerimaan kas antara
lain:

● Pemisahan Tugas: Memisahkan fungsi penerimaan kas, pencatatan transaksi, dan


penyetoran ke bank antara beberapa orang untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan atau kesalahan.
● Penerimaan Tunai Secara Elektronik: Menerapkan sistem pembayaran elektronik
untuk mengurangi risiko kehilangan uang tunai dan memungkinkan pencatatan
transaksi secara otomatis.
● Pemantauan dan Rekonsiliasi Bank: Membandingkan catatan kas perusahaan dengan
laporan bank secara berkala untuk mendeteksi perbedaan dan potensi masalah.
● Penggunaan Kotak Penerimaan: Menggunakan kotak khusus untuk menampung uang
tunai yang diterima secara langsung dari pelanggan sebelum penyetoran ke bank.
● Pelaporan dan Audit Internal: Melakukan audit internal secara berkala untuk
memastikan kepatuhan terhadap prosedur dan kebijakan perusahaan.

2.7 Aktivitas Pengendalian - Transaksi Penyesuaian Penjualan

Transaksi penyesuaian penjualan melibatkan pengakuan pendapatan yang sesuai dengan


prinsip akuntansi yang berlaku umum. Aktivitas pengendalian dalam transaksi ini bertujuan
untuk memastikan bahwa pendapatan diakui dengan benar, termasuk penyesuaian atas
potensi pengembalian barang atau layanan yang sudah disediakan.

Beberapa pengendalian yang dapat diterapkan dalam transaksi penyesuaian penjualan antara
lain:

● Kebijakan Pengakuan Pendapatan: Menerapkan kebijakan yang jelas dan konsisten


dalam pengakuan pendapatan, termasuk prosedur untuk menangani pengembalian
barang atau layanan.
● Verifikasi Penjualan: Memeriksa dokumen penjualan seperti faktur, kontrak, atau
pesanan pembelian untuk memastikan bahwa transaksi yang diakui sesuai dengan
persyaratan kontrak dan kebijakan perusahaan.
● Penyusunan Cadangan: Membentuk cadangan untuk mengantisipasi potensi
pengembalian barang atau layanan, serta menyesuaikan pendapatan yang diakui
dengan risiko yang terkait.
● Kontrol Persediaan: Memantau persediaan barang atau layanan untuk memastikan
ketersediaan produk yang dipesan sebelum pengakuan pendapatan.
● Pemeriksaan Internal: Melakukan pemeriksaan internal secara berkala untuk
mengevaluasi kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ada.

2.8 Pengendalian Lain dalam Siklus Pendapatan

Selain aktivitas pengendalian khusus untuk transaksi penerimaan kas dan penyesuaian
penjualan, ada beberapa pengendalian lain yang penting dalam siklus pendapatan. Beberapa
di antaranya meliputi:
● Manajemen Kredit: Menerapkan kebijakan dan prosedur untuk menilai kredit
pelanggan, menetapkan batas kredit yang sesuai, dan memantau pembayaran
pelanggan secara berkala.
● Pemantauan Piutang: Melacak dan menagih piutang dengan tepat waktu, termasuk
menetapkan prosedur untuk menangani piutang yang lewat jatuh tempo atau tidak
tertagih.
● Pelaporan Keuangan: Memastikan bahwa laporan keuangan secara akurat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan, termasuk pendapatan yang dihasilkan
dari operasi bisnis.
● Pelatihan Karyawan: Memberikan pelatihan kepada karyawan tentang kebijakan dan
prosedur yang terkait dengan siklus pendapatan, serta memperbarui mereka tentang
perubahan atau peningkatan yang terjadi.
● Kepatuhan Regulasi: Memastikan bahwa semua transaksi pendapatan diproses sesuai
dengan persyaratan peraturan dan regulasi yang berlaku, seperti GAAP (Generally
Accepted Accounting Principles) atau standar pelaporan keuangan yang relevan.

2.9 Pengujian untuk Menemukan Lapping Piutang Usaha

Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan atas penerimaan


pengumpulan piutang dengan tujuan untuk menutupi kekurangan kas. Penggelapan dilakukan
oleh orang yang melakukan penerimaan kas kemudian orang tersebut juga yang mencatat
transaksi penerimaan kas dalam sistem komputer. Ia menunda pencatatan penerimaan kas dari
seorang debitur (pelanggan) dan menutupi kekurangan yang terjadi dengan penerimaan kas
dari debitur lain. Orang tersebut akan secara terus menerus menutupi kekurangan kas melalui
lapping yang berulang-ulang, mengganti uang yang dicurinya, ataupun mencari cara lain
untuk menutupi kekurangan tersebut.
Penggelapan tersebut dapat dicegah dengan mudah melalui pembagian tugas atau
menerapkan kebijakan kewajiban berlibur bagi pegawai yang menangani transaksi
penerimaan kas dan pencatatannya dalam sistem komputer. Hal ini dapat dideteksi dengan
membandingkan nama, jumlah rupiah, dan tanggal yang tercantum pada saat pembayaran
dimulai dengan ayat jurnal penerimaan kas yang bersangkutan serta duplikat slip setoran ke
bank.
2.10 Pengauditan untuk Penghapusan Piutang

Kegelisahan utama bagi seorang auditor mengenai penghapusan piutang usaha yaitu
memungkinkan karyawan perusahaan klien melakukan penggelapan kas dengan cara
menghapuskan piutang yang telah diterima. Tindakan utama untuk menanggulangi
penggelapan seperti ini yaitu dengan menetapkan kewenangan yang sesuai bagi setiap
penghapusan piutang dengan menunjuk pejabat perusahaan tertentu, setelah terlebih dahulu
menyelidiki dengan cermat alasan mengapa debitur tidak membayar. Verifikasi atas akun
yang dihapus biasanya tidak memakan waktu yang lama. Seorang auditor biasanya
memeriksa apakah persetujuan telah diperoleh dari pihak yang tepat.

2.11 Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi

Hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi memiliki pengaruh


penting untuk tahapan audit berikutnya, khususnya terhadap pengujian rinci substantif atas
saldo. Bagian audit yang banyak dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi yaitu saldo akun piutang usaha, kas, beban kerugian piutang, dan
cadangan kerugian piutang. Jika hasil pengujian tidak memuaskan, maka dibutuhkan
pengujian substantif tambahan untuk penjualan, retur dan pengurangan harga penjualan,
penghapusan piutang, serta pengolahan penerimaan kas. Setelah pengujian pengendalian dan
pengujian substantif selesai, seorang auditor diwajibkan memeriksa setiap ketidaksesuaian
untuk menentukan penyebab dan implikasi penyimpangan terhadap penetapan risiko
pengendalian yang dapat mempengaruhi risiko deteksi dan pengujian substantif yang akan
dilakukan. Dampak terpenting dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang yaitu pada konfirmasi piutang.
Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan waktu pengiriman konfirmasi semuanya terpengaruh.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dalam pengauditan siklus pendapatan, auditor memainkan peran penting dalam


memastikan keabsahan dan keandalan laporan keuangan perusahaan. Melalui pengumpulan
bukti yang memadai, auditor bertujuan untuk mendukung asersi manajemen terkait dengan
transaksi dan saldo-saldo akun pendapatan yang signifikan. Penjualan secara kredit, sebagai
bagian penting dari siklus pendapatan, memperkenalkan risiko piutang tidak tertagih yang
harus dievaluasi dengan cermat. Auditor harus mengamati dengan teliti kebijakan dan
prosedur perusahaan terkait dengan penjualan kredit, serta memastikan bahwa saldo piutang
tercermin dengan akurat dalam laporan keuangan. Selain itu, penggunaan berbagai prosedur
audit yang bervariasi membantu auditor dalam menilai efektivitas pengendalian internal
perusahaan dalam mengurangi risiko kesalahan material. Dengan demikian, pengauditan
siklus pendapatan tidak hanya memerlukan pemahaman mendalam tentang transaksi dan
proses bisnis perusahaan, tetapi juga keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit program yang sesuai.

Dalam konteks pengauditan siklus pendapatan, peran auditor dalam menilai keandalan
dan keabsahan laporan keuangan menjadi sangat penting. Auditor harus dapat
mengidentifikasi risiko-risiko yang terkait dengan penjualan baik secara tunai maupun kredit,
serta melakukan pengujian yang cermat untuk memvalidasi saldo piutang dan efektivitas
pengendalian internal perusahaan. Penggunaan berbagai prosedur audit yang disesuaikan
dengan tujuan audit khusus membantu auditor dalam mencapai pemahaman yang
komprehensif tentang kondisi keuangan perusahaan. Dengan demikian, pengauditan siklus
pendapatan memerlukan pendekatan yang sistematis dan terarah, serta kerja sama yang erat
antara auditor dan manajemen perusahaan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dipercaya dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup H. (2014). Auditing : Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Penerbitan STIE YKPN.

Anda mungkin juga menyukai