Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AUDITING 1

“AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN”

DISUSUN OLEH :

MUH. RIAMIZARD KAMASE (02320200126)

FIRMAN (02320200129)

ADRIAN B (02320200148)

KELAS :

A2 AUDITING 1

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah "Audit siklus penjualan dan
penagihan”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi bagi pembaca.

Makassar, 25 Makassar 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. AKUN-AKUN DAN KELOMPOK-KELOMPOK TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN
DAN PENAGIHAN............................................................................................................3
B. FUNGSI-FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN SERTA
DOKUMEN DAN CATATAN YANG TERKAIT.....................................................................3
C. METODELOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN
PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI PENJUALAN.........................................................7
D. RETUR PENJUALAN DAN PENGURANGAN HARGA................................................13
E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN SUBSTANTIF
TRANSAKSI PENERIMAAN KAS......................................................................................13
F. PENGUJIAN AUDIT UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH..................15
G. PENGENDALIAN INTERNAL TAMBAHAN TERHADAP SALDO AKUN SERTA
PENYAJIAN DAN PENGNGKAPAN.................................................................................16
H. DAMAPAK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI
………………………………………………………………………………………………………………………….16
BAB III...............................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................19

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ketergantungan suatu audit sangat besar pada pengendalian internal dalam
siklus penjualan dan penagihan yang mengharuskan auditor untuk
melakukanpengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang
ekstensif. Auditor harus mengetahui kapan harus bergantung pada pengendalian
internaldan kapan tidak. Penilaian risiko pengendalian dan perancangan
pengujianpengendalian serta pengujian substantif atas transaksi bagi setiap
kelastransaksi dalam siklus penjualan dan penagihan perlu dilakukan.
Diperlukanpengetahuan kelas transaksi dari siklus penjualan dan penagihan serta
saldoakun yang ada dalam perusahaan tipikal. Selain itu diperlukan
pemahamamdokumen dan catatan yang digunakan dalam siklus penjualan dan
penagihansebelum mempelajari penilaian risiko pengendalian dan
perancanganpengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi bagi
setiap kelas transaksi transaksi secara mendalam.

B. Rumusan masalah
1. Akun-akun dan kelompok-kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan
2. Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan serta dokumen dan
catatan yang terkait
3. Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi penjualan
4. Retur penjualan dan pengurangan harga
5. Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian substantif transaksi
penerimaan kas
6. Pengujian audit untuk penghapusan piutang tak tertagih
7. Pengendalian internal tambahan terhadap saldo akun serta penyajian dan
pengungkapan

v
8. Dampak pengujian pengendalian dan pengujian substantif traksaksi

C. Tujuan
1. Mengetahui akun-akun dan kelompok-kelompok transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan
2. Mengetahui fungsi-fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan serta
dokumen dan catatan yang terkait
3. Mahasiswa dapat melakukan metodologi untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi penjualan
4. Mengetahui retur penjualan dan pengurangan harga
5. Dapat melakukan metodologi untuk merancang pengujian pengendalian
substantif transaksi penerimaan kas
6. Dapat mengetahui pengujian audit untuk penghapusan piutang tak tertagih
7. Mengetahui pengendalian internal tambahan terhadap saldo akun serta
penyajian dan pengungkapan
8. Mengetahui dampak pengujian pengendalian dan pengujian substantif traksaksi

vi
BAB II

PEMBAHASAN
A. AKUN-AKUN DAN KELOMPOK-KELOMPOK TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN
DAN PENAGIHAN
Tujuan dalam siklus audit adalah untuk mengevaluasi apakah saldo – saldo akun
yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar dengan SAK. Sifat
dari setiap akun beragam,bergantung pada industri dan klien yang terkait, namun
pada dasarnya konsep – konsep kuncinya sama. Ada lima kelompok transaksi dalam
siklus penjualan dan penagihan yaitu:
1. Penjualan ( tunai dan kredit ),
2. Penerimaan kas,
3. Return penjualan dan pengurangan harga,
4. Penghapusan piutang tak tertagih, dan
5. Estimasi beban piutang tak tertagih.

B. FUNGSI-FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN SERTA


DOKUMEN DAN CATATAN YANG TERKAIT
Siklus penjualan dan penagihan, melibatkan keputusan dan proses untuk
memindahkan kepemilikan barang atau jasa kepada pelanggan setelah barang atau
jasa tersedia untuk dijual. Delapan fungsi bisnis untuk siklus penjualan dan
penagihan
1. Pemrosesan pesanan pelanggan.
Dalam fungsi ini terdapat dua kegiatan yang memulai keseluruhan siklus yaitu :
a. Permintaan pelanggan, permintaan atas barang dan jasa dilakukan oleh
pelanggan melalui telepon,surat,formulir pesanan,dll.
b. Pesanan penjualan, dokumen yang menginformasikan deskriptif,kuantitas
serta informasi pelanggan sehingga berguna untuk persetujuan kredit dan
pengiriman barang.
2. Pemberian kredit.

vii
Sebelum barang dikirim, seseorang yang memiliki otorisasi harus menyetujui
permohonan kredit dari seorang pelanggan. Persetujuan kredit yang lemah
dapat mengakibatkan tunggakan penagihan yang besar sehingga piutang dagang
yang kemungkinan tidak dapat tertagih.
3. Pengiriman barang.
Fungsi ini merupakan titik pertama siklus di mana perusahaan menyerahkan
asetnya kepada pelanggan. Sebuah dokumen pengiriman barang disiapkan pada
saat pengiriman,yang dilakukan oleh komputer, berdasarkan pada informasi
pesanan penjualan. Dokumen pengiriman merupakan salinan dari dokumen
pengiriman barang dan dokumen yang penting untuk penagihan
pelanggan.Salah satu jenis dokumen pengiriman adalah slip pengiriman barang,
yamg merupakan kontrak tertulis antara pengirim dan penjual untuk
penerimaan dan pengiriman barang. Slip pengiriman sering dikirim secara
elektronik, setelah barang dikirim, dan secara otomatis menghasilkan faktur
penjualan terkait penjualan, banyak perusahaan menggunakan bar code dan
menggunakan komputer untuk mencatat pemindahan barang dari gudang.
4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
Karena penagihan pelanggan merupakan sebuah cara agar pelanggan di
informasikan mengenai jumlah tertagih atas barang yang dibeli, penagihan ini
harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Aspek – aspek berikut
merupakan hal yang paling penting dalam penagihan.
 Semua benar dan tepat waktu yang dilakukan telah ditagih (Kelengkapan)

 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (Keterjadian)

 Masing – masing ditagih dengan jumlah yang tepat (akurasi)

Penagihan dengan jumlah yang tepat bergantung pada tagihan dan pelanggan
untuk jumlah yang dikirim pada harga yang disahkan, yang juga memasukan
pertimbangan untuk biaya pengiriman, asuransi dan syarat pembayaran. Dalam
sebagian besar sistem, penagihan pelanggan termasuk penyiapan beberapa
salinan faktur penjualan dan secara simultan memutakhirkan arsip transaksi
penjualan, arsip utama akun piutang dagang, dan arsip utama jurnal umum untuk
akun penjualan dan piutang dagang. Informasi ini digunakan untuk mencatat

viii
jurnal penjualan, bersama dengan penerimaan kas dan kredit lainnya, sehingga
memungkinkan disusunnya neraca saldo piutang dagang.

a. Faktur penjualan.
Dokumen yang menunjukan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual,
harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan data yang relavan lainnya.
b. Arsip transaksi penjualan
Dokumen yang dihasilkan komputer yang mencantumkan transaksi
penjualan yang di proses oleh sistem akuntansi selama satu periode.
c. Jurnal atau Daftar Penjualan
Laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yg biasanya
mencantumkan informasi pelanggan, klasifikasi akun, atau klasifikasi untuk
setiap transaksi, seperti divisi atau lini produk. Daftar ini mengidentifikasi
penjualan unai atau kredit. Transaksi yang sama di masukkan dalam jurnal
atau daftar dipindah bukukan secara simultan jurnal umum dan,
penjualannya kredit,arsip piutang dagang.
d. Arsip Utama Akun Piutang dagang
Arsip komputer untuk mencatat setiap penjualan, penerimaan kas serta
return penjualan dan pengurangan harga pelanggan dan mencatat saldo
akun piutang pelanggan. Arsip utama ini dimutakhirkan dari arsip utama
penjualan. Total dari saldo akun dalam arsip utama sama dengan saldo
piutang dagang di jurnal umum. Arsip utama mengacu arsip komputer atau
cetakan arsip, terkadang buku besar pembantu piutang dagang atau sub
buku besar.
e. Neraca saldo akun piutang dagang
Daftar atau laporan menunjukan jumlah terutang dari setiap pelanggan.
Laporan disiapkan langsung dari arsip utama piutang pelanggan dan neraca
saldo umur piutang yang memasukkan saldo total piutang yang belum
tertagih dan jumlah hari piutang yang telah berjalan, berdasarkan kategori
hari.
f. Laporan penagihan bulanan

ix
Dokumen yang dikirimkan melalui pos kepada setiap pelanggan yang berisi
informasi saldo awal piutang, jumlah dan tanggal setiap penjualan,
pembayaran kas yang diterima, memo kredit yang diterbitkan,dan saldo
akhir yang terutang. Loporan ini adalah salinan bagian arsip utama piutang
pelanggan.
5. Pemrosesan dan mencatat penerimaan kas
Keempat fungsi transaksi penjualan pertama untuk mendatangkan barang
ke tangan pelanggan, untuk menagih dengan tepat, dan menggambarkan
informasi dalam catatan akuntansi. Keempat fungsi sisanya melibatkan
penagihan dan pencatatan kas, return penjualan dan pengurangan
harga,penghapusan piutang tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.
Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk penerimaan,
penyetoran dan pencatatan kas. Hal yang paling penting diperhatikan adalah
kemungkinan terjadinya pencurian terhadap kas. Pencurian terjadi sebelum
penerimaan kas dimasukkan dalam pencatatan atau setelahnya. Arsip ini
digunakan untuk menyusun jurnal penerimaan kas dan memutakhirkan arsip
utama piutang dagang dan jurnal umum.
a. Slip Pembayaran (Remittance Advice)
Dokumen yang dikembalikan oleh pelanggan beserta pembayaran. Jika
pelanggan tidak menyerahkan slip pembayaran dengan pembayaran
kasnya, merupakan hal yang umum bagi orang yang melakukan
pembayaran tersebut untuk menyurati pemasok agar dibulatkan
kembali slip pembayarannya.
b. Daftar awal penerimaan kas
Daftar yang disususn ketika ka diterima yang tidak memiliki tanggung
jawab untuk melakukan pencatatan penjualan, piutang dagang, atau kas
yang tidak memiliki akses terhadap catatan akuntansi.
c. Arsip transaksi penerimaan kas
Arsip yang dihasilkan oleh komputer mencakup transaksi penerimaan
kas yang diproses oleh sistem akuntansi pada suatu periode. Arsip ini
berisi informasi seperti arsip transaksi penjualan.

x
d. Daftar atau jurnal penerimaan kas
Daftar penerimaan yang di hasilkan arsip trasaksi penerimaan kas serta
mencakup semua transaksi dalam satu periode waktu tertentu.Transaksi
yang sama memasukkan semua informasi yang relavan, juga
dimasukkan kedalam arsip utama akun piutang dagang dan buku besar.

6. Pemrosesan dan pencatatan return penjualan dan pengurangan harga


Pelanggan tidak puas terhadap barang yang dibelinya, penjual menerima
barang yang dikembalikan atau memberikan pengurangan harga. Perusahan
menyusun laporan barang yang dikembalikan. Memo kredit diterbitkan
untuk retur penjualan dan pengurangan harga untuk membantu dalam
mengendalikan dan memfasilitasi pencatatan.
a. Memo kredit
Dokumen yang mengidentikasikan pengurangan jumlah dari pelanggan
akibat return barang atau pengurangan harga.Memo ini bertujuan
mendukung pengurangan piutang dagang dari kenaikan dalam piutang
dagang.
b. Jurnal return penjualan dan pengurangan harga
Jurnal untuk mencatat return dan pengurangan harga. Perusahaan
biasanya mencatat transaksi ini dalam jurnal penjualan daripada di
jurnal yang terpisah.
7. Penghapusan piutang tak tertagih
Ada beberapa pelanggan tidak mampu membayar tagihan mereka.
Menyimpulkan suatu jumlah tidak dapat ditagih, perusahaan harus
menghapuskannya.
a. Formulir otorisasi piutang tak tertagih
Dokumen yang digunakan secara internal untuk menandai adanya
otoritas untuk menghapus piutang sebagai tidak tertagih.
8. Beban piutang tak tertagih

xi
Perusahaan tidak dapat berharap menagih penjualan kredit,prinsip
akuntansi mengharuskan mereka untuk mencatat beban piutang tak
tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

C. METODELOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN


SUBSTANTIF TRANSAKSI PENJUALAN

1. Memahami Pengendalian Internal – Penjualan


Menggunakan pendekatan umum untuk penjualan, auditor mempelajari bagan
arus klien, menyiapkan kuesioner tentang pengendalian internal, dan
melaksanakan pengujian penelusuran penjualan.
2. Menilai resiko pengendalian yang direncanakan – Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian
internal untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah dalam
penilaian ini :
a. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
b. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
kelemahannya bagi penjualan.
c. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
d. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
Menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan dengan :
 Pemisahan tugas yang tepat
Untuk mencegah tindakan kecurangan, manajemen harus menolak akses ke
kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi
penjualandan penerimaan kas ke dalam komputer. Fungsi pemisahan tugas
yang memadai dapat mencegah berbagai jenis salah saji (misstatement) baik
akibat kesalahan maupun penipuan atau kecurangan
 Otorisasi yang tepat

xii
Auditor akan memeriksa otorisasi pada tiga titik kunci :
 Kredit harus di otorisasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.

 Barang harus dikirim hanya setelah di otorisasi yang tepat diberikan.

 Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus di


otorisasi.
Otorisasi dapat diberikan untuk setiap transaksi individual atau otorisasi
umum dapat di berikan untuk kelas transaksi khusus. Otorisasi umum
biasanya sering kali dilakukan oleh komputer secara otomatis.

 Dokumen dan catatan yang memadai


Setiap perusaan memiliki sistem penerimaan, pemrosesan dan pencatatan
transaksi yang unik, auditor mungkin sulit mengevaluasi apakah setiap
prosedur klien telah dirancang untuk pengendalian maksimum. Prosedur
pencatatan yang memadai harus tersedia sebelum sebagian besar tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi dapat dipenuhi.
 Dokumen yang telah di pranomori
Untuk mencegah baik kegagalan dalam menagih atau mencatat penjualan
dan terjadinya penagihan serta pencatatan duplikat. Untuk menggunakan
pengendalian ini dengan efektif, seorang penagihan akan mengarsip salinan
semua dokumen pengiriman secara berurutan setelah setiap pengiriman di
tagih, sementara orang lain akan memperhitungkan semua nomor secara
periodik dan menyelidiki penyebab hilangnya setiap dokumen.
 Laporan bulanan
Pengiriman laporan bulanan merupakan pengendalian bermanfaat karena
mendorong pelanggan segera merespon jika ada saldo yang dinyatakan
dengan tidak benar. Demi keefektifan yang maksimum, semua
ketidaksamaan saldo akun harus diserahkan kepada orang tertentu yang
tidak bertanggung jawab menangani kas atau mencatat.
 Prosedur verifikasi internal

xiii
Personil independen harus mengecek bahwa pemrosesan dan pencatatan
transaksi penjualan memenuhi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi.
3. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian
Luas pengujian dalam audit perusahaan nonpublik tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin pengujian itu dapat diandalkan.
Dalam menentukan tingkat keandalan pengendalian, auditor juga
mempertimbangkan kenaikan biaya pengujian pengendalian dibandingkan
dengan penurunan pengujian substantive yang potensial.
4. Merancang Pengujian Pengendalian Untuk penjualan
Untuk setiap pengendalian kunci, satu atau lebih pengujian pngendalian harus
dirancang untuk memverifikasi keefektifannya.Dalam sebagian besar audit,
relative menentukan sifat pengujian pengendalian dari sifat pengendalian
tersebut. Bagi pengujian pengendalian, auditor harus memulainya dengan faktur
penjualan dan memeriksa dokumen yang terkait dengan faktur tersebut.Tujuan
kelengkapan, pengujian pengendalian yang umum untuk penjualan adalah
memperhitungkan urutan dari berbagai jenis dokumen. Pengendalian kunci
akan mengurangi kemungkinan penjualan yang fiktif.
5. Merancang Pengujian Substantif transaksi atas transaksi penjualan
Menentukan prosedur pengujian substantif atas transaksi penjualan yang
relative sulit karena bervariasi tergantung kepada situasinya. Prosedur audit
pengujian substantive atas transaksi tertentu yang memerlukan perhatian audit
khusus, seperti ada defisiensi atau kelemahan pengendalian intenal. Salah saji
yang terjadi :
 Mencatat penjualan yang terjadi
 Penjualan dicatat sedangkan pengiriman tidak pernah dilakukan.
Tindakan audit yg dilakukan dengan memvoching ayat jurnal penjualan
ke salinan pengiriman dan dokumen yang terkait penjualan benar terjadi
kalau ragu telusuri ke catatan persediaan perpetual (jumlahnya) untuk
menguji kebenarannya.
 Penjualan dicatat lebih dari satu kali

xiv
Tindakan audit yg dilakukan dengan mereview secara numeris daftar
transaksi yang dicatat apakah ada pencatatan ganda atau melihat
pembatalan dokumen pengiriman.
 Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif
Tindakan audit yg dilakukan dengan menelusuri informasi tentang
pelanggan pada faktur penjualan ke file induk pelanggan. Jika kredit
adalah penghapusan piutang tak tertagih, atau memo kredit piutang
masih belum di bayar, hal ini mengidentifikasikan transaksi dicatat tidak
tepat.

Tindakan untuk meminimalisir salah saji :

 Transaksi penjualan yang ada telah dicatat


Untuk menguji pengiriman yang belum ditagih, auditor dapat menelusuri
dokumen pengiriman tertentu dari file yang ada di departemen pengiriman
ke salinan faktur penjualan dan jurnal penjualan yang terkait. Auditor harus
yakin bahwa semua dokumen pengiriman telah dimasukkan kedalam file.
Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa urutan numeris dokumen.
 Arah pengujian
Auditor harus dapat membedakan antara menelusuri dari dokumen sumber
ke jurnal (untuk transaksi yang dihilangkan atau tujuan kelengkapan) dan
memvoching dari jurnal kembali ke dokumen sumber (untuk transaksi yang
tidak ada atau tujuan keterjadian). Titik awal pengujian ketika merancang
prosedur audit untuk tujuan keterjadian dan kelengkapan.
 Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat harus memperhatikan hal berikut :
 Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
 Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
 Mencatat dengan akurat jumlah yang di tagih dalam catatan akuntansi

xv
Perbandingan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk tujuan keakuratan adalah hal yang baik mengenai waktu
audit yang dapat dihemat jika ada pengendalian internal yang efektif.
Pengujian pengendalian akan berfokus pada otorisasi dan keakuratan atau
akurasi perubahan dalam file induk.

 Transaksi penjualan dimasukkan dengan benar dala file induk yang


diikhtisarkan dengan benar
Pencantuman semua transaksi penjualan dengan benar ke dalam file induk
piutang usaha merupakan hal yang penting karena keakuratan catatan
tersebut akan mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih piutang
yang beredar.

 Penjualan yang dicatat dan diklasifikasikan dengan benar


Auditor sering kali menguji klasifikasi penjualan yang tepat sebagai bagian
dari pengujian keakuratan. Memeriksa dokumen pendukung untuk
menentukan klasifikasi yang tepat atas transaksi tertentu dan
membandingkannya dengan akun aktual di mana hal itu akan dibebankan.
 Penjualan dicatat pada tanggal yang benar
Penjualan harus ditagih dan dicatat setelah pengiriman dilakukan untuk
mencegah penghilangan transaksi yang tidak disengaja dari catatan dan
untuk memastikan bahwa penjualan telah dicatat pada periode yang tepat.
Perbedaan yang signifikan menunjukan pada masalah pisah batas (cutoff)
yang potensial.
6. Ikhtisar metodologi penjualan
a. Tujuan Audit yang berkaitan dengan transaksi
Walaupun pengendalian internal memenuhi lebih dari satu tujuan, auditor
harus mempertimbangkan setiap tujuan secara terpisah untuk memfasilitasi
penilaian resiko pengendalian yang lebih baik.
b. Pengendalian kunci yang ada
Manajemen merancang pengendalian internal atas penjualan untuk
mencapai enam tujuan audit yang terkait dengan transaksi. Jika

xvi
pengendalian yang diperlukan untuk memenuhi salah satu tujuan tidak
memadai, kemungkinan salah saji yang terkait dengan tujuan tersebut akan
meningkat, tanpa memandang pengendalian untuk tujuan yang lainnya.
c. Pengujian pengendalian
Auditor merancang pengujian pengendalian untuk memverifikasikan
keefektifannya. Bagi setiap pengendalian, harus ada setidaknya satu
pengujian pengendalian, tetapi dapat juga ada lebih dari satu pengujian
pengendalian.
d. Defisiensi
Defisiensi yang diidentifikasikan oleh auditor mengindikasikan tidak adanya
pengendalian yang efektif. Auditor harus mengevaluasi defisiensi
pengendalian dengan mempertimbangkan salah saji potensial yang mungkin
terjadi dan setiap pengendalian yang lainnya.
e. Pengujian Substantif atas transaksi.
Pengujian ini membantu auditor untuk menentukan apakah ada salah saji
moneter dalam transaksi penjualan. Pengujian substantif atas transaksi
berhubungan langsung dengan tujuan.
7. Prosedur Audit format perencangan dan kinerja
Membantu auditor dalam merancang program audit yang efektif dan efisien
yang akan merespon resiko salah saji yang material pada setiap klien. Dalam
mengkonversi program audit format perancangan (design format audit
program) menjadi program audit format kinerja (performance format audit
program), prosedur tersebut akan digabungkan dan akan mencapai hal – hal
berikut :
 Mengeliminasi prosedur duplikat

 Memastikan dokumen diperiksa, semua prosedur yang dilakukan telah


dilaksanakan pada saat itu.
 Melakukan prosedur dengan cara yang paling efektif

xvii
D. RETUR PENJUALAN DAN PENGURANGAN HARGA
Tujuan audit yang berkaitandengan transaksi dan metode untuk mengendalikan
salah saji intinya untuk memproses memo kredit yang telah digambarkan bagi
penjualan, dengan dua perbedaan. Pertama adalah Materialitas, dalam banyak
kondisi, return penjualan dan pengurangan harga tidak material sehingga auditor
dapat mengabaikannya.
Kedua adalah penekanan pada tujuan keterjadiaan. Untuk return dan
pengurangan harga, auditor biasanya menekankan pada pengujian pengendalian
yang dicatat untuk membongkar setiap pencurian kas dari penagihan piutang
dagang yang ditutupi oleh return penjualan dan pengurangan harga yang fiktif.

E. METODOLOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN SUBSTANTIF


TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti
yang digunakan untuk penjualan, ttetapi tujuan khususnya diterapkan bagi
penerimaan kas. Tujuan audit yang berkaitan transaksi, auditor harus mengikuti
proses berikut :
a. Menentukan Pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
b. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan
untuk mendukung pengurangan resiko pengendalian.
c. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter
bagi setiap tujuan

Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika mengaudit penerimaan


kasadalah mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang
meningkatkankemungkinan terjadi kecurangan. Prosedur audit yang ditekankan
terutama di rancang untuk menemukan kecurangan.

 Menentukan apakah kas yang diterima telah di catat


Penggelapn kas yang paling sulit dideteksi oleh auditor adalah ketika sebelum
kas dicatat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya, terutama jika

xviii
penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serentak atau simultan. Jadi
menelusuri dar remittance advice atau prelisting penerimaan kas dan catatan
pembantu piutang usaha sebagai pengujian substantif atas pencatatan kas
actual yang diterima merupakan praktik yang normal. Pengujian ini hanya akan
efektif jika pita register kas atau beberapa prelisting lainnya disiapkan npada
saat kas diterima.
 Penyiapan bukti penerimaan kas
Prosedur audit bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti
penerimaan kas (proff of cash receipts). Dalam pengujian ini, total penerimaan
kas yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas ke selama satu periode tertentu,
seperti satu bulan, akan direkonsiliasi dengan deposito atau setoran aktual yang
dilakukan ke bank selama periode yang sama. Prosedur ini tidak dapat
digunakan untuk mengungkapkan penerimaan kas yang belum dicatat dalam
jurnal atau lamanya waktu melakukan setoran, tetapi dapat membantu
mengungkapkan penerimaan kas yang telah dicatat namun belum di setorkan,
deposit atau setoran yang belum dicatat, pinjaman yang belum dicatat,
pinjaman bank yang didepositkan langsung ke rekening bank, salah saji yang
serupa.
 Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha
Penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk menutupi
kekurangan kas yang ada. Penggelapan terjadi biasanya karena kurang
adanya pemisahan tugas. Penggelapan tersebut dapat dicegah dengan
mudah melalui pemisahan tugas dan kebijakan cuti wajib bagi karyawan
yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan kas ke dalam
system. Penggelapan ini dapat dideteksi engan membandingkan nama,
jumlah, dan tanggal yang ditunjukkan pada remittance advice dengan ayat
jurnal penerimaan kas dan salinan slip setoranterkait. Karena relatif
menghabiskan banyak waktu, prosedur ini biasanya hanya dilakukan apabila
ada dugaan bahwa penggelapan akan terjadi akibat defisiensi pengendalian
internal.

xix
F. PENGUJIAN AUDIT UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH
Perhatian yang utama auditor dalam mengaudit penghapusan piutang tak
tertagih adalah kemungkinan adanya personil klien yang menutupi pencurian
dengan menghapus piutang yang sebelumnya sudah tertagih (tujuan keterjadian).
Pengendalian utama untuk mencegah kecurangan ini adalah dengan melakukan
otorisasi penghapusan piutang yang tepat oleh manajemen yang berwenang setelah
penyelidikan secara menyeluruh atas alasan pelanggan yang tidak mampu melunasi
piutang tersebut.
Umumnya verifikasi akun piutang yang dihapus relatif singkat. Biasanya auditor
menguji apakah terdapat persetujuan penghapusan piutang dari pejabat yang tepat.
Estimasi beban piutang tak tertagih, yang merupakan kelompok transaksi kelima
dalam siklus penjualan dan penagihan, terkait dengan penghapusan piutang tak
tertagih. Namun, karena estimasi piutang tak tertagih bergantung pada saldo akhir
tahun piutang dagang, auditor mengevaluasi estimasi ketidaktertagihan sebagai
bagian dari pengujian terperinci atas saldo piutang dagang.

G. PENGENDALIAN INTERNAL TAMBAHAN TERHADAP SALDO AKUN SERTA PENYAJIAN


DAN PENGNGKAPAN
Jika pengendalian internal untuk kelima kelas transaksi tersebut sudah dianggap
efektif dan pengujian substantive atas transaksi yang terkait mendukung kesimpulan
itu, kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan akan berkurang. Untuk siklus
penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan dapat mempengaruhi tujuan
yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasikan dan hak serta kewajiban
dan empat tujuan penyajian serta pengungkapan.
Nilai yang dapat direalisasikan adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo
yang penting bagi piutang usaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan
pos laporan keuangan yang penting .Hal ini menjadikan isu pada sejumlah kasus
kewajiban akuntan. Karena itu, auditor menetapkan resiko yang melekat tinggi
untuk
tujuan realisasi. Idealnya, klien harus menetapkan beberapa pengendalian untuk
mengurangi kemungkinan piutang tak tertagih.Persetujuan kredit oleh orang yang

xx
tepat. Dua pengendalian lainnya adalah :
 Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodic untuk review dan tindak
lanjut oleh personil manajemen yang tepat.
 Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi
untuk ditagih.
Hak dan kewajiban serta penyajian dan pengungkapan hamper bukan
merupakan masalah yang signifikan bagi piutang usaha. Karena itu, personil
akuntansi yang kompeten biasanya sudah merupakan pengendalian yang cukup bagi
tujuan audit tersebut.

H. DAMAPAK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI


Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi
memiliki dampak yang signifikan pada pengauditan selanjutnya,khususnya pada
pengujian terperperici saldo. Pengauditan yang paling terpengaruh pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi siklus penjualan dan
penagihan adalah saldoakun piutang dagang, kas, beban piutang tak tertagih dan
penyisihan pitang tak tertagih.
Auditor perusahaan harus dapat mampu mempertimbangkan dampak dari hasil
pengujian yang tidak memuaskan pada audit pengendalian internal laporan
keuangan. Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, auditor harus menganalisa setiap pengecualian yang ditemukan
baik untuk audit perusahaan publik maupun nonpublik, untuk menentukan
penyebab dan dampak dari pengecualian tersebut terhadap penilaian resiko
pengendalian, yang dapat berpengaruh pada resiko deteksi dan pengujian substantif
lainnya. Pengaruh yang paling signifikan merupakan akibat dari pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan adalah konfirmasi piutang dagang.

xxi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah membahas perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi untuk kelima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan (penjualan, penerimaan kas, return dan pengurangan harga,penghapusan
piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih). Secara konsep, untuk
merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi adalah
sama bagi kelima kelas transaksi dan mencangkup langkah sebagai berikut :
 Memahami pengendalian internal

 Menilai resiko pengendalian yang direncanakan

 Menentukan luas pengujian pengendalian

 Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi


untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap transaksi, auditor
berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan untuk
mengurangi resiko pengendalian. Dalam perusahaan publik, pengujian pengendalian
yang ekstensif harus dilakukan untuk menyediakan dasar yang layak bagi
pembuatan laporan auditor mengenai pengendalian internal terhadap pelaporan
keuangan. Dalam perusahaan nonpublik, keputusan untuk melakukan pengujian
pengendalian didasarkan pada keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor
bermaksud mengandalkannya untuk mengurangi resiko pengendalian.
Auditor juga merancang pengujian substantif atas transaksi bagi setiap kelas
transaksi untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan
benar. Seperti pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi juga
dirancang untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah
perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi bagi
setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai, auditor mengorganisasikan prosedur
audit kedalam program audit format kerja. Tujuan dari program audit ini adalah
untuk membantu auditor menyelesaikan pengujian audit secara efisien.

xxii
xxiii
DAFTAR PUSTAKA

xxiv

Anda mungkin juga menyukai