Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

AUDITING II

“Proses Audit, Siklus Penjualan dan Penerimaan Kas”

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

Andrew kanisius (0116101403)


Yuda Muhamad Rizkia (0116101412)
Zaina Rosaline Hidayat (0116101417)
Rima Rohima Desi (0116101422)
Diva Shalsabila (0116101428)
Salma Dika Sabila (0116101433)
Rommy Setiawan (0116101435)
Wirla Juliana Putri (0116101438)

Kelas : J

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
yaitu untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing II.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat serta membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Akun-akun dan kelompok transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penerimaan
Kas ...................................................................................................................... 2
2.2. Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait ................ 3
2.3. Perancang Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi
Penjualan............................................................................................................. 6
2.4. Retur dan Pengurangan Harga Penjulan ............................................................. 8
2.5. Pengendalian Intern, Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substansif atas
Transaksi Penerimaan Kas .................................................................................. 9
2.6. Pengujian Audit atas Piutang Tak Tertagih ...................................................... 10
2.7. Pengendalian Intern Tambahan atas Akun Neraca ........................................... 10
2.8. Dampak dari hasil Pengujian atas Transaksi .................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13
DAFTAR PERTANYAAN ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah proses audit terdapat proses pengujian, diantaranya adalah pengujian
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi pada siklus penjualan dan penagihan.
Kedua jenis pengujian tersebut merupakan bagian dari tahap II dalam proses audit. Setelah
memahami kedua pengujian tersebut maka proses audit selanjutnya adalah melanjutkan
ketahap III dan berfokus pada prsedur analitis substantive dan pengujian perincian saldo
dalam siklus penjualan dan penagihan.

Dalam pembahasan ini akan mengilustrasikan betapa pentingnya bagi auditor untuk
mengetahui kelompok-kelompok transaksi dan saldo-saldo akun dalam siklus penjualan dan
penagihan pada sebuah perusahaan biasa. Karena sebagian besar audit atas transaksi-transaksi
dalam siklus penjualan dan penagihan melibatkan dokumentasi dan catatan-catatan, sangat
penting untuk memahami dokumen-dokumen dan catatan yang biasanya digunakan dalam
siklus tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dalam latar belakang masalah maka permasalahan yang dapat dibahas
dapatdirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja akun-akun dan kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penerimaan
kas
2. Apa fungsi-fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen dan catatan terkait?
3. Bagaimana perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas
Transaksi Penjualan?
4. Bagaimana dengan retur dan pengurangan harga jual?
5. Bagaimana pengendalian intern, pengujian atas pengendalian substantif atastransaksi
untuk penerimaan kas?
6. Apa saja pengujian audit atas piutang tak tertagih?
7. Bagaimana pengendalian intern tambahan atas Akun neraca?
8. Bagaimana dampak dari hasil pengujian atas transaksi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akun-akun dan kelompok transaksi dalam Siklus Penjualan dan Penerimaan Kas

Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagiahan adalah mengevaluasi
apakah saldo-saldo yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara wajar sesuai
dengan standar akuntansi. Gambar dibawah ini menunjukan akun akun umum yang
tercangkup dalam siklus penjualan dan penagihan dengan menggunakan akun T. Gambar
dibawah ini menunjukan bahwa ada lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan
penagihan:

1) Penjualan

2) Penerimaan kas

3) Retur dan pengurangan penjualan

4) Penghapusan piutang tak tertagih

5) Estimasi beban piutang tak tertagih

2
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi
dan jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun
neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk mudahnya,
kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk penjualan tunai
maupun penjualan kredit

2.2 Fungsi-fungsi bisnis dalam siklus dan dokumen serta catatan terkait

Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan
untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya
tersediauntuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan diakhiri
dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi kas.

Permintaan pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara keseluruhan. Secara
legal, siklus tersebut merupakan penawaran untuk membeli barang dengan syarat tertentu.
Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan.

Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk
Siklus Penjualan dan Penagihan.

3
Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi
bisnis dandokumen serta catatan suatu perusahaan.

2.2.1 Pemrosesan pesanan pelanggan

Merupakan awal dari siklus dan berupa penawaran untuk membeli barang dengan
ketentuan tertentu. Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan
pesanan penjualan. Dokumen yang berhubungan:

a) Pesanan pelanggan (customer order) yaitu permintaan barang dagang yang diajukan
oleh pelanggan

b) Pesanan penjualan (sales order) yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi,


kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.

2.2.2 Pemberian kredit

Sebelum barang dikirim orang yang berwenang harus menyetujui kredit bagi
pelanggan yang akan melakukan penjualan secara kredit. Praktek yang lemah menyebabkan

4
piutang tak tertagih besar. Persetujuan penjualan kredit ditandai oleh persetujuan untuk
mengirim barang.

2.2.3 Pengiriman Barang

Merupakan titik awal siklus diman perusahaan akan menyerahkan aset. Sebagian
besar perusahaan mengakui penjualan ketika barang telah dikirim. Sebuah dokumen
pengiriman barang disiapkan pada saat pengirima yang dapat dilakukan secara otomatis oleh
computer berdasarkan pada informasi pesanan pesanan pelanggan dan disiapkan dokumen
pengiriman untuk memulai pengiriman barang.

a) Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan


deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang
antara pembawa dan penjual.

b) Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah dikirimkan , dan secara
otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat jurnal dalam jurnal
penjualan.

2.2.4 Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan

Aspek paling penting dari penagihan yaitu: Semua pengiriman telah ditagih (
kelengkapan:completeness), Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali
(keterjadian:occurrence), Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (keakuratan:
accuracy). Dokumen-dokumen dalam penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan:

a) Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang
yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.

b) File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan
semua transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode,
seperti sehari, seminggu, atau sebulan.

c) Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan
yang cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan
klasifikasi bagi setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.

5
d) File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat
penjualan individual, penerimaan kas, serta retur dan penguragan penjualan bagi
setiap pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.

e) Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.

2.2.5 Pemroses dan pencatatan penerimaan kas

a) Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas

b) Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang
yang tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas
dan yang tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.

2.2.6 Pemrosesan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga

a) Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah


pelanggan akibat retur barang atau pengurangan harga.

b) Jurnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat
retur dan pengurangan penjualan.

2.2.7 Penghapusan piutang usaha tak tertagih

Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tertentu tidak dapat ditagih, perusahaan
harus menghapusnya. Dokumen yang dibutuhkan: Formulir otorisasi piutang tak tertagih
yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan internal untuk menunjukkan otoritas
menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.

2.3 Perancang Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substansif atas Transaksi
Penjualan

Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal


untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam
pengendalian ini yaitu :
1) Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.

6
2) Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
3) Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu
mengaitkannya dengan tujuan.
4) Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.

Pemisahan tugas yang memadai

Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak akses ke
kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan
penerimaan kas ke dalam computer.

Menentukan luas pengujian pengendalian

Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan


pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.

Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan

Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat penjualan yang
terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin
terjadi :

a) Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan

b) Penjualan dicatat lebih dari satu kali

c) Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.

Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan. Konsekuensi
potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan menimbulkan lebih
saji aktiva dan laba.

7
Arah pengujian

Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).

Penjualan dicatat dengan akurat

Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :

a) Mengirimkan jumlah barang yang dipesan

b) Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim

c) Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.

2.4 Retur dan Pengurangan Harga Penjulan

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang telah
digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama adalah
matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak material
sehingga auditor dapat mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah penekanan pada
tujuan kejadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya auditor menekankan pada
pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan
piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo
akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir
tahun. Secara alami, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan
metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti
untuk penjualan, tidak dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika ingin
mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang sama untuk
mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif atas transaksi
yang sesuai guna memverifikasi jumlahnya.

8
2.5 Pengendalian Intern, Pengujian atas Pengendalian dan Pengujian Substansif atas
Transaksi Penerimaan Kas

Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian pengendalian


dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang digunakan untuk
penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian , pengujian substansif atas transaksi
penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja yang sama seperti yang digunakan
untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya diterapkan bagi penerimaan kas.

Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, auditor mengikuti proses berikut
ini :

a) Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit

b) Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk


mendukung pengurangan resiko pengendalian

c) Merancang pengujian substansif atas transaksi untuk menguji salah moneter bagi
setiap tujuan.

Penyiapan Bukti Penerimaan Kas


Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat telah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas ( proof
of cash receipts ). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam jumlah
penerimaan kas selama suatu periode tertentu, seperti bulan, akan direkonsiliasi dengan
deposito atau setoran actual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama. Perbedaan
diantara keduanya mungkin diakibatkan oleh setoran dalam perjalanan dan pos – pos lainnya,
tetapi jumlahnya dapat direkonsiliasi dan dibandingkan.

Pengujian untuk mengungkapkan lapping piutang usaha


Lapping piutang usaha yaitu penundaan ayat jurnal penagihan piutang usaha untuk
menutupi kekurangan kas yang ada. Penggelapan dilakukan seseorang yang menangani
penerimaan kas dan kemudian memasukkannya kedalam system computer.
Penggelapan ini sebenarnya dapat dicegah dengan mudah melalui pemisahan tugas dan
kebijakan cuti wajib bagi karyawan yang menangani kas sekaligus memasukkan penerimaan
kas kedalam system. Penggelapan ini dapat dideteksi dengan membandingkan nama, jumlah,

9
dan tanggalyang ditunjukkan pada remmitance advice dengan ayat jurnal penerimaan kas dan
salinan slip setoran terkait.

2.6 Pengujian Audit atas Piutang Tak Tertagih

Auditor dalam melakukan audit atas penghapusan piutang usaha tak tertagih adalah
kemungkinan karyawan klien menutupi penggelapan dengan menghapus piutang usaha yang
sudah ditagih (tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi kejadian ). Pengendalian yang
penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat atas penghapusan piutang
tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang ditunjuk hanya setelah melalui
penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan tidak mampu membayar.
Biasanya verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang relative
singkat. Yaitu auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat. Menyangkut
sampel piutang yang dihapus, biasanya auditor juga harus memeriksa korespondensidalam
file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya. Dalam beberapa kasus,
auditor juga memeriksa laporan kredit seperti yang disediakan oleh Dun
& Bradstreet. Setelah auditor menyimpulkan bahwa penghapusan piutang oleh ayat jurnal
umum sudah benar, pos tertentu harus ditelusuri ke file induk piutang usaha untuk menguji ap
akah penghapusan telah dicatat dengan benar.

2.7 Pengendalian Intern Tambahan atas Akun Neraca

Pengendalian internal juga berkaitan langsung dengan saldo akun penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai bagian
dari pengujian pengendalian atau pengujian substansif transaksi. Untuk siklus penjualan dan
penagihan, hal tersebut kemungkinan akan mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo
nilai yang dapat direalisasi dan hak serta kewajiban dan empat tujuan penyajiannya serta
pengungkapan.
Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang
penting bagi piutang uasaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos laporan
keuangan yang penting. Hal ini sudah menjadi suatu isu pada sejumlah kasus kewajiban
akuntan. Nilai realisasi ini juga menjadi masalah pada sejumlah kasus hukum yang
melibatkan para auditor. Sehingga, auditor umumnya menetapkan risiko bawaan yang tinggi

10
untuk tujuan nilai realisasi ini. Idealnya, klien menerapkan beberapa pengendalian internal
untuk mengurangi kemungkinan ketidaktertagihan piutang.
Dua pengendalian lainnya adalah:
1) Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review oleh personil
manajemen yang tepat.
2) Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk
ditagih

2.8 Dampak dari hasil Pengujian atas Transaksi

Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substansif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substansif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo
piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Lebih lanjut jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian
substantif tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan,
penghapusan piutang tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor perusahaan publi
k juga harus mempertimbangkan dampak hasil pengujian yang tidak memuaskan terhadap
audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit perusahaan public maupun
nonpublik, untuk menentukan penyebab dan implikasi dari pengecualian itu terhadap
penilaian risiko pengendalian, yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi yang didukung
dan pengujian substantif terkait yang tersisa.
Pengaruh yang paling signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan
pengujiansubstantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah terhadap
konfirmasi piutang usaha. Jenis konfirmasi, ukuran sampel, dan penetapan
waktu pengujian semuanya juga berpengaruh.

11
BAB III

KESIMPULAN

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perancangan pengujian


pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk lima kelas transaksi dalam siklus
penjualan dan penaguhan, termasuk penjualan, penerimaan kas, retur dan pengurangan
penjualan, penghapusan piutang usaha tak tertagih, serta beban piutang tak tertagih.

Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan


pengujian substansif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup
langkah – langkah berikut :

a) Memahami pengendalian internal

b) Menilai resiko pengendalian yang direncanakan

c) Menentukanluas pengujian pengendalian

d) Merancang pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi untuk


memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor berfokus
pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk mengurangi
resiko pengendalian. Pertama, auditor mengidentifikasi pengendalian internal, jika ada, untuk
setiap tujuan, auditor kemudian menentukan luas pengujian pengendalian yang harus
dilakukan.

Auditor juga merancang pengujian substansif atas transaksi bagi setiap kelas transaksi
untuk menentukan apakah jumlah moneter transaksi telah dicatat dengan benar. Seperti
pengujian pengendalian, pengujian substansif, atas transaksi juga dirancang untuk setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Setelah perancangan pengujian pengendalian
dan pengujian substansif atas transkasi bagi setiap tujuan audit dan kelas transaksi selesai,
auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kerja.

12
DAFTAR PUSTAKA

Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuankota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.

Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance Servise :
An Integrated Approach. 15th.

13
DAFTAR PERTANYAAN

1. Andrew Kanisius (0116101403): Bagaimana prosedur audit untuk penghapusan


piutang tak tertagih dan untuk estimasi beban piutang tak tertagih ?

2. Yuda Muhamad Rizkia (0116101412): Apa pengaruh yang paling signifikan dari
hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi dalam siklus
penjualan dan penagihan?

3. Zaina Rosaline Hidayat (0116101417)

4. Rima Rohima Desi (0116101422): Risiko apa saja yang mungkin terjadi dalam
siklus pembelian? Dan bagaimana pengendalian yang dilakukan atas risiko yang
terjadi tersebut?

5. Diva Shalsabila (0116101428): Bagaimana auditor dapat mengetahiu adanya


kecurangan terhadap piutang tidak tertagih? soalnya bisa jadi seorang pegawai
memberi tahu auditor bahwa sebuah transaksi merupakan piutang tidak tertagih,
padahal sudah dibayarkan customer, dan pegawai tersebut menyimpan uang tersebut.

6. Salma Dika Sabila (0116101433): Mengapa luas pengujian pengendalian pada


perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan pengendaliannya? Bagaimana
dengan perusahaan publik/terbuka?

7. Rommy Setiawan (0116101435)

8. Wirla Juliana (0116101438): Apakah ada dampak yang terjadi jika cadangan
kerugian piutang yang dicadangkan terlalu besar atau terlalu kecil? Dan bagaimana
seorang auditor mengetahui seberapa besar cadangan kerugian piutang yang tepat
untuk dicadangkan?

14

Anda mungkin juga menyukai