Anda di halaman 1dari 39

AUDITING – 2

AUDIT SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN :


“PENGUJIAN PENGENDALIAN, PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS
TRANSAKSI, DAN UTANG USAHA SERTA MENYELESAIKAN
PENGUJIAN DALAM SIKLUS AKUISISI DAN PEMBAYARAN
VERIFIKASI AKUN TERPILIH”
Dosen Pengampu : Agustiawan, S.E.,M.Sc.,Ak

DISUSUN OLEH :
FACHRIZON 160301116
FEBRIA PUTRI 160301042
IIN SAPUTRA 170301207
NADYA ZAHTI M.T 160301148
RIRIN MELATI 160301008
RISA AMDANI 160301124
WINDA WIDIA ASTUTI 160301157

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI

i
2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah yang berjudul
“Audit Siklus Akuisi Dan Pembayaran mengenai Pengujian Pengendalian,
Pengujian Substantif Atas Transaksi, Dan Utang Usaha Serta Menyelesaikan
Pengujian Dalam Siklus Akuisisi Dan Pembayaran Verifikasi Akun Terpilih”
dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini merupakan tugas kelompok dalam mata kuliah Auditing 2.
Adapun tujuan diberikannya tugas makalah ini yaitu untuk menambah wawasan
tentang audit siklus akuisi dan pembayaran dengan cara melakukan pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan utang usaha. Walaupun
dalam penyusunan danpenulisan makalah ini penulis menemukan beberapa
kesulitan, namun akhirnya penyusunan dan penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan, sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan khususnya dari dosen
mata kuliah Auditing 2 untuk dijadikan pedoman pada penulisan berikutnya.
Harapan penulis semoga penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan khususnya pada penulis.

Pekanbaru, 21 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Akun dan kelas transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran .......... 3
2.2 Fungsi bisnis dalam siklus serta dokumen dan catatan yang terkait ...... 4
2.3 Pengaruh E – commerce terhadap siklus akusisi dan pembayaran ........ 7
2.4 Metodologi merancang pengujian pengendalian dan pengujian
susbtantif atas transaksi ......................................................................... 8
2.5 Metodologi merancang pengujian atas rincian saldo utang usaha ........15
2.6 Jenis akun lain dalam siklus akuisisi dan pembayaran ..........................19
2.7 Audit properti, pabrik dan peralatan ......................................................20
2.8 Audit beban dibayar dimuka ..................................................................27
2.9 Audit kewajiban akrual ..........................................................................29
2.10 Audit akun laba dan beban ...................................................................29
2.11 Contoh kasus ........................................................................................30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................33
3.2 Saran .....................................................................................................34
PERTANYAAN..................................................................................................34
JAWABAN .........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keseluruhan dalam audit siklus akuisisi dan pembayaran adalah untuk
mengevaluasi apakah akun dipengaruhi oleh akuisisi barang dan jasa dan
pengeluaran kas untuk akuisisi tersebut telah disajikan dengan wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pembayaran untuk barang dan jasa
merupakan aktivitas penting bagi seluruh entitas. Aktivitas tersebut secara
langsung mengurangi saldo akun utang, terutama utang dagang. Dokumen yang
berhubungan dengan proses pengeluaran kas yang harus di periksa auditor terdiri
atas cek, berkas transaksi pengeluaran kas, daftar pengeluaran kas dan lain lain.
Akuisisi barang dan jasa mencakup akuisisi barang seperti bahan baku,
peralatan, perlengkapan, perbaikan dan pemeliharaan, serta penelitian dan
pengembangan. Auditor harus memahami fungsi bisnis serta dokumen dan catatan
perusahaan sebelum mereka dapat menilai resiko pengendalian dan merancang
pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan membahas tentang kelas
transaksi dan saldo akun akuisisi dan pembayaran pada sebuah perusahaan umum
dan dokumen, catatan khusus yang digunakan dalam siklus akuisisi dan
pembayaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana akun dan kelas transaksi dalam siklus akuisisi dan
pembayaran ?
2. Bagaimanakah fungsi bisnis dalam siklus serta dokumen dan catatan
yang terkait?
3. Bagaimanakah pengaruh E – commerce terhadap siklus akusisi dan
pembayaran ?
4. Bagaimanakah metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian susbtantif atas transaksi ?

1
5. Bagaimana metodologi merancang pengujian atas rincian saldo utang
usaha ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk menjelaskan tentang akun dan kelas transaksi dalam siklus akuisisi
dan pembayaran.
2. Untuk menjelaskan tentang fungsi bisnis dalam siklus serta dokumen dan
catatan yang terkait.
3. Untuk menjelaskan tentang pengaruh E – commerce terhadap siklus
akusisi dan pembayaran.
4. Untuk menjelaskan tentang metodologi untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian susbtantif atas transaksi.
5. Untuk menjelaskan tentang metodologi merancang pengujian atas rincian
saldo utang usaha.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk menambah wawasan para pembaca tentang audit siklus akuisisi dan
pembayaran dengan melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan utang usaha.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Akuisisi dan Pembayaran
Tujuan keseluruhan dari audit atas siklus akuisisi dan pembayaran
adalahuntuk mengevaluasi apakah akun-akun yang dipengaruhi oleh akuisisi
barang dan jasa serta pengeluaran kas bagi akuisisi tersebut disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum.Terdapat tiga kelas
transaksi yang dimasukkan dalam siklus :
1. Akuisisi barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur dan pengurangan serta diskon pembelian

Ada 10 akun yang terlibat dalam siklus akuisisi dan pembayaran yang ditunjukkan
oleh akun T :

3
Gambar diatas menunjukkan bahwa setiap transaksi didebit atau dikredit
ke utang usaha. Karena banyak perusahaan melakukan akuisisi secara langsung
dengan menggunakan cek atau kas kecil (petty cash). Kita asumsikan bahwa
akuisisi yang dilakukan secara tunai diproses dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan dengan utang usaha.

2.2 Fungsi Bisnis Dalam Siklus Serta Dokumen Dan Catatan Yang Terkait
Siklus akuisisi dan pembayaran melibatkan keputusan dan proses yang
diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa guna mengoperasikan suatu bisnis
yang dimulai dari :
1. Memproses Pesanan Pembeli
Bentuk dari permintaan barang dan jasa, persetujuan yang diperlukan serta
kebijakan perusahaan. Dokumen yang digunakan dalam memproses ini adalah :
 Permintaan Pembelian (purchase requisition).
Dokumen untuk meminta barang dan jasa oleh karyawan yang berwenang
berupa permintaan akuisisi seperti atas bahan oleh seorang mandor ruangan
penyimpanan, perbaikan oleh pihak luar oleh personil kantor atau pabrik, atau
asuransi dari wakil presiden direktur yang bertanggungjawab atas properti dan
peralatan.
 Pesanan Pembelian (purchase order).
Dokumen untuk memesan barang dan jasa dari vendor. Pesanan tersebut
mencakup deskripsi, kuantitas, dan informasi terkait mengenai barang dan jasa
yang ingin dibeli perusahaan dan sering kali digunakan untuk menunjukkan
otorisasi akuisisi. Perusahaan sering kali menyerahkan pesanan pembelian secara
elektronik kepada vendor yang telah memiliki sistem EDI (electronic data
intercharge).

2. Menerima Barang dan Jasa


Penerimaan barang dan jasa merupakan saat dimana perusahaan mulai
mengakui akuisisi dan kewajiban terkait pada catatannya. Dokumen yang
digunakan :

4
 Laporan Penerimaan (receiving report)
Sebuah dokumen elektronik yang dibuat pada saat barang diterima.
Laporan tersebut mencantumkan deskripsi barang, kuantitas yang diterima,
tanggal diterima dan data lainnya yang relevan.Pencatatan awal akan
mempengaruhi laporan keuangan dan pengeluaran kas actual karena itu,
perusahaan perlu berhati-hati mencantumkan semua transaksi akuisisi, hanya
akuisisi yang dilakukan dan pada jumlah yang tepat.

3. Mengakui kewajiban yang tepat atas penerimaan barang dan jasa.


Dokumen dan catatan yang digunakan adalah :
 Faktur Vendor (vendor’s invoice)
Yaitu faktur yang diterima dari vendor dan menunjukkan jumlah yang
terutang atas suatu akuisisi. Faktur tersebut menunjukkan deskripsi dan kuantitas
barang serta jasa yang diterima, harga (termasuk ongkos angkut), syarat diskon
tunai, tanggal penagihan dan total jumlahnya.
 Memo Debet (debit memo)
Yaitu dokumen yang diterima dari vendor dan menunjukan pengurangan
jumlah yang terutang kepada vendor akibat retur barang atau pengurangan yang
diberikan.
 Voucher
Dokumen sering digunakan oleh organisasi dalam menetapkan cara yang
formal untuk mencatat dan mengendalikan akuisisi, terutama dengan
memungkinkan semua transaksi akuisisi diberi nomor urut. Voucher ini meliputi
sampul atau folder yang berisi dokumen dan paket dokumen yang relevan seperti
pesanan pembelian, salinan packing slip, laporan penerimaan dan faktur vendor.
 File Transaksi Akuisisi
Yaitu file yang dibuat komputer yang meliputi semua transaksi akuisisi
yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode. File ini berisi semua
informasi yang dicantumkan ke dalam sistem dan meliputi informasi tentang
setiap transaksi, seperti nama vendor, tanggal, jumlah, klasifikasi dan deskripsi
serta kuantitas barang dan jasa yang dibeli.

5
 Jurnal akuisisi atau Listing
Yaitu file yang dibuat dari transaksi akuisisi dan umumnya meliputi nama
vendor, tanggal, jumlah, dan klasifikasi akun atau klasifikasi setiap transaksi,
seperti perbaikan dan pemeliharaan, persediaan, atau utilitas. Jurnal tersebut juga
mengidentifikasi apakah akuisisi dilakukan secara tunai atau dengan piutang
usaha.
 File Induk Utang Usaha (accounts payable master file)
Yaitumencatat transaksi akuisisi, pengeluaran kas, serta retur dan
pengurangan akuisisi untuk setiap vendor. File induk ini diperbaharui dari file
transaksi akuisisi, retur dan pengurangan, serta pengeluaran kas yang
terkomputerisasi. Total setiap saldo dalam file induk sama dengan total saldo
utang dalam buku besar umum. Printout file induk utang usaha menunjukkan, per
vendor, saldo awal utang usaha, setiap akuisisi, retur dan pengurangan akuisisi,
pengeluaran kas dan saldo akhir.
 Neraca Saldo Utang Usaha (accounts payable trial balance)
Yaitu dokumen yang mencantumkan jumlah yang terutang kepada setiap
vendor atau dari setiap faktur atau voucher pada suatu titik waktu. Neraca tersebut
dibuat secara langsung dari file induk utang usaha.
 Laporan Vendor (Vendor’s Statement)
Dokumen yang disiapkan setiap bulan oleh vendor dan menunjukkan saldo
awal, akuisisi, retur dan pengurangan, pembayaran kepada vendor, dan saldo
akhir.

4. Memproses dan Mencatat Pengeluaran Kas


Dokumen yang terkait dengan proses pengeluaran kas yang diperiksa oleh
auditor yaitu :
 Cek
Dokumen yang digunakan untuk membayar akuisisi ketika pembayaran
sudah jatuh tempo. Biasanya cek dibuat dalam format multi salinan, dimana yang
asli diberikan pada pihak yang dibayar (payee), satu salinan diarsipkan dengan

6
faktur vendor dan dokumen pendukung lainnya, dan yang lainnya diarsipkan
secara numberis.
 File Transaksi Pengeluaran Kas (Cash Disbursement Transaction File)
Adalah file yang dibuat dengan komputer yang mencantumkan semua
transaksi pengeluaran kas yang diproses oleh sistem akuntansi selama suatu
periode, seperti satu hari, satu minggu, atau satu bulan. File ini berisi jenis
informasi yang sama seperti yang dibahas untuk file transaksi akuisisi.
 Jurnal atau Listing Pengeluaran Kas (Cash Disbursenment Journal or
Listing)
Yaitu listing atau laporan yang dibuat dari transaksi pengeluaran yang
mencantumkan semua transaksi selama setiap periode tertentu. Transaksi yang
sama, termasuk semua informasi yang relevan akan dicantumkan dalam file induk
utang usaha dan buku besar umum.

2.3 Pengaruh E-Commerce Terhadap Siklus Akuisisi Dan Pembayaran.


Perusahaan menggunakan Internet dan opsi e-commerce lainnya untuk
merampingkan proses akuisisi barang dan jasa serta proses lainnya seputar
manajemen mata rantai suplai. Informasi mengenai deskripsi produk, penetapan
harga, skedul pengiriman, dan syarat lainnya telah tersedia di Internet melalui
website vendor dan database yang dapat diakses dengan mudah lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan ekstranet, yang merupakan jaringan
kerja pribadi yang dibangun atas dasar teknologi Internet, yang memungkinkan
pemasok dan pelanggan bisnis mengkomunikasikan serta melakukan bisnis secara
langsung dalam setting yang aman.
Perusahaan lainnya menggunakan lelang business-to-business yang
diselenggarakan di Internet untuk menegosiasikan pembelian perlengkapan dan
jasa yang diperlukan dalam lelang terbuka.
Banyak yang berpendapat bahwa penggunaan Internet untuk memperoleh
barang dan jasa menimbulkan efisiensi pasar dan harga yang lebih murah karena
pasar online akan memungkinkan jumlah pemasok pelanggan yang lebih besar
untuk menegosiasikan pembelian serta penjualan produk dan jasa.

7
Selain itu, penggunaan Internet untuk mengakuisisi barang dan jasa juga
sering memungkinkan pengiriman produk dan jasa lebih cepat karena waktu yang
terkait dengan melakukan pemesanan secara online dapat dihemat. Ketersediaan
produk dan informasi tentang rantai suplai lainnya secara online, seperti status
pesanan, yang membantu mengurangi biaya yang berkaitan dengan penggajian
setelah dihubungkan dengan penetapan staf layanan pelanggan dan fungsi
penjualan lainnya.

2.4 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian


Substantif Atas Transaksi

Memahami Pengendalian Internal -akuisisi


dan pengendalian kas

Menilai risiko pengendalian yang


direncanakan-akuisisi dan pengeluaran kas

Menentukan luas pengujian


pengendalian

Merancang pengujian pengendalian Prosedur Audit


dan pengujian substansif atas
transaksi untuk akuisisi dan Ukuran Sampel
pengeluaran kas guna memenuhi Item yang akan
tujuan audit yang berkaitan dengan dipilih
transaksi Penetapan waktu

1. Memahami Pengendalian Internal


Auditor harus memahami pengendalian internal untuk siklus akuisisi dan
pembayaran sebagai bagian dari pelaksanaan prosedur penilaian risiko dengan
mempelajari bagan arus klien, mereview kuesioner pengendalian internal, serta
melaksanakan pengujian walkthrough untuk transaksi akuisisi dan pengeluaran

8
kas. Prosedur untuk memahami pengendalian internal dalam siklus akuisisi dan
pembayaran serupa dengan prosedur yang dilaksanakan pada siklus transaksi
lainnya.

2. Menilai Risiko Pengendalian yang Direncanakan


Selanjutnya untuk menilai risiko pengendalian yang direncanakan, akan
dibahas pengendalian kunci untuk setiap fungsi bisnis. Hal tersebut merupakan
orientasi pembelian, pemisahan fungsi penyimpanan barang yang diterima dari
fungsi lainnya, pencatatan yang tepat waktu dan review yang independen atas
transaksi, serta orientasi pembayaran kepada vendor.
Pengendalian internal kunci untuk setiap fungsi bisnis, hal tersebut
merupakan :
 Otorisasi Pembelian.
Akuisisi dilakukan untuk memenuhi tujuan perusahaan yang diotorisasi,
dan menghindari akuisisi item yang berlebihan atau tidak diperlukan. Sebagian
besar perusahaan mensyaratkan tingkat otorisasi untuk jenis akuisisi yang berbeda
atau jumlah nilai uang yang berbeda.
 Pemisahan Penyimpanan Aktiva dari Fungsi Lainnya.
Sebuah perusahaan meminta departemen penerimaan untuk membuat
laporan penerimaan sebagai bukti penerimaan dan pemeriksaan barang. Satu
salinannya diserahkan ke gudang bahan baku dan yang lainnya ke departemen
utang usaha yang memerlukan informasinya. Untuk mencegah pencurian dan
penyalahgunaan, barang tersebut harus dikendalikan secara fisik dari saat
penerimaannya hingga penggunaan atau pelepasannya.
 Pencatatan yang Tepat Waktu dan Review Independen atas Transaksi.
Dalam perusahaan, pencatatan kewajiban atas akuisisi dibuat atas dasar
penerimaan barang dan jasa dan ada juga pencatatan yang ditangguhkan hingga
faktur vendor diterima. Departemen utang usaha umumnya bertanggung jawab
untuk memverifikasi kelayakan akuisisi :
1. Dengan cara membandingkan rincian pada pesanan pembelian, laporan
penerimaan, dan faktur vendor untuk menemukan bahwa deskripsi, harga,

9
kuantitas, syarat, dan ongkos angkut yang ada dalam faktur vendor yang
sudah benar.
2. Memverifikasi perkalian, footing, dan distribusi akun.
3. Perangkat lunak komputer akan menyandingkan dokumen dan
memverifikasi keakuratan faktur secara otomatis.
4. Harus memperhitungkan semua laporan penerimaan untuk memastikan
bahwa tujuan kelengkapan dipenuhi.
 Otorisasi Pembayaran.
Pengendalian yang paling penting terhadap pengeluaran kas termasuk:
 Penandatanganan cek oleh individu yang memiliki wewenang yang tepat.
 Pemisahan tanggung jawab untuk menandatangani cek dan melaksanakan
fungsi utang usaha.
 Pemeriksaan yang cermat atas dokumen pendukung oleh si penandatangan
cek pada saat cek ditandatangani.
Cek harus dipranomori agar jauh lebih mudah memperhitungkan semua
cekdan dicetak pada kertas khusus yang membuatnya sulit untuk mengubahpayer
atau penerima pembayaran atau jumlah. Perusahaan harus berhati-hatidalam
melakukan pengendalian fisik terhadap cek kosong, yang sudah tidakdigunakan
lagi, dan yang telah ditandatangani.

3. Menentukan Luas Pengujian Pengendalian.


Luas pengujian pengendalian tergantung kepada pengendalian yang
direncanakan. Jika auditor bermaksud mengandalkan pengendalian untuk
mendukung penilaian risiko pengendalian pendahuluan di bawah maksimum,
auditor melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif. Setelah efektivitas operasi
pengendalian ditingkatkan dan didukung oleh pengujian pengendalian tambahan,
auditor akan mampu mengurangi pengujian substansif.
Jika klien adalah sebuah perusahaan publik, auditor harus
mendokumentasikan dan menguji pengendalian secara memadai untuk

10
menerbitkan pendapat mengenai pengendalian internal terhadap laporan
keuangan.

4. Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif atas


Transaksi untuk Akuisisi.
Kita mengasumsikan keberadaan jurnal atau listing akuisisi terpisah untuk
pencatatan semua akuisisi.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
merancang pengujian yaitu:
 Menghubungkan setiap pengendalian internal dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi.
 Menghubungkan pengujian pengendalian dengan pengendalian internal.
 Menghubungkan pengujian substansif atas transaksi dengan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi setelah mempertimbangkan pengendalian serta
defisiensi sistem.

Desain Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi Untuk


Akuisisi.
a. Akuisisi yang Dicatat Adalah untuk Barang dan Jasa yang Diterima,
Yang Konsisten dengan Kepentingan Utama dari Klien (Keterjadian).
Pengendalian yang memadai akan mencegah pencatatan akuisisi ganda.
Dan juga dapat mencegah klien untuk mencantumkan beban bisnis atau transaksi
aktiva yang curang atau yang terutama memberikan manfaat bagi manajemen atau
karyawan lainnya dan bukan entitas yang sedang diaudit.
Pengendalian internal kunci :
 Permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan
faktur vendor dilampirkan pada voucher.
 Akuisisi disetujui pada tingkat yang tepat.
 Komputer menerima ayat jurnal pembelian hanya dari vendor yang
diotorisasi dalam file induk vendor.
 Dokumen dibatalkan untuk mencegah digunakan lagi.

11
 Faktur vendor, laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan permintaan
pembelian diverifikasi secara internal.

Pengujian pengendalian yang umum :


 Memeriksa dokumen dalam paket voucher untuk eksistensi.
 Memeriksa indikasi persetujuan.
 Berusaha untuk menginput transaksi dengan vendor yang valid dan tidak
valid.
 Memeriksa indikasi pembatasan.
 Memeriksa indikasi verifikasi internal.

Pengujian Substantif atas transaksi yang umum :


 Mereview jurnal akuisisi, buku besar umum, dan file induk utang usaha
untuk melihat jumlah yang besar atau tidak biasa.
 Memeriksa dokumen yang mendasari untuk melihat kekayaan dan
otentitasnya (faktur vendor, laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan
permintaan pembelian).
 Memeriksa file induk vendor menyangkut yang tidak biasa.
 Menelusuri akuisisi persediaan ke file induk persediaan.
 Memeriksa aktiva tetap yang diakuisisi.
Contoh, ketepatan transaksi jauh lebih sulit dievaluasi, seperti pembayaran
keanggotaan para pejabat di country clubatau biaya liburan keluar negeri yang
ditanggung perusahaan bagi manajemen dan keluarganya. Jika pengendalian
terhadap transaksi yang tidak tepat atau transaksi yang sebenarnya tidak memadai,
akan diperlukan pemeriksaan yang lebih ektensif atas dokumen pendukung.

b. Akuisi yang Ada Telah Dicatat (Kelengkapan).


Kelalalian untuk mencatat akuisisi barang dan jasa yang diterima secara
langsung mempengaruhi saldo hutang usaha dan mungkin menghasilkan lebih saji
laba bersih serta ekuitas pemilik. Karena itu auditor mempertimbangkan tujuan ini
sebagai tujuan yang penting untuk akuisisi.

12
Pengendalian internal kunci :
 Pesanan pembelian telah dipranomori dan diperhitungkan.
 Laporan penerimaan telah dipranomori dan diperhitungkan.
 Voucher telah dipranomori dan diperhitungkan.
Pengujian pengendalian yang umum :
 Memeriksa urutan pesanan pembelian.
 Memeriksa urutan laporan penerimaan.
 Memeriksa urutan voucher.
Pengujian substantif atas transaksi yang umum :
 Menelusuri dari file laporan penerimaan ke jurnal akuisisi.
 Menelusuri dari file faktur vendor ke jurnal akuisisi.
Pengujian susbtantif atas transaksi yang umum :
 Membandingkan transaksi yang tercatat dalam jurnal akuisisi dengan
faktur vendor, laporan penerimaan, dan dokumentasi pendukung lainnya.
 Menghitung utang keakuratan klerikal pada faktur vendor, termasuk
diskon dan ongkos angkut.

c. Akuisisi Telah Dicatat secara Akurat (Keakuratan).


Luas pengujian yang terinci atas banyak akun neraca dan beban
tergantung pada evaluasi auditor keefektifan pengendalian internal terhadap
keakuratan transaksi akuisisi yang dicatat.
Pengendalian internal kunci :
 Perhitungan dan jumlahnya sudah diverifikasi secara internal.
 Total batch dibandingkan dengan laporan ikhtisar komputer.
 Akuisisi disetujui untuk harga dan diskon.
Pengujian pengendalian yang umum :
 Memeriksa indikasi verifikasi internal.
 Memeriksa file total batch untuk melihat tanda tangan klerk
pengendalidatya; membandingkan totalnya dengan laporan ikhtisar.
 Memeriksa indikasi persetujuan.

13
Contoh, jika auditor merasa yakin bahwa transaksi aktiva tetap telah
dicatat dengan benar dalam jurnal akuisisi, maka dapat diterima untuk
memvouching lebih sedikit akuisisi periode berjalan selama pegujian atas rincian
saldo ketimbang jika pengendaliannya tidak memadai.

d. Akusisi Telah Diklasifikasikan dengan Benar (Klasifikasi).


Pengujian yang terinci atas setiap akun tertentu dapat dikurangi jika
auditor yakin bahwa pengendalian internal sudah memadai untuk memberikan
kepastian yang layak menyangkut klasifikasi yang benar dalam jurnal akuisisi.
Meskipun semua akun terpengaruh hingga beberapa tingkatan oleh pengendalian
yang efektif terhadap klasifikasi, dua bidang yang paling terpengaruh adalah
akuisisi periode berjalan atas aktiva tetap dan semua akun beban, seperti reparasi
dan pemeliharaan, utilitas, serta iklan.
Auditor melaksanakan pengujian akuisisi dan pengeluaran kas pada saat
yang bersamaan. Untuk transaksi yang akan diperiksa yang dipilih dari jurnal
akuisisi, faktur vendor, laporan penerimaan, dan dokumentasi akuisisi lainnya.
Jadi, verifikasi dapat dilakukan secara efisien tanpa mengurangi keefektifan
pengujian.
Terdapat 3 perbedaan yang penting antara akuisisi dan pembayaran
dibandingkan dengan siklus lainnya:
1. Terdapat sejumlah besar akun yang terlibat dalam siklus ini, termasuk
akun laporan laba rugi dan neraca agar dapat meningkatkan potensi salah
saji klasifikasi, yang beberapa mungkin akan mempengaruhi laba.
2. Menuntut pertimbangan yang signifikan, seperti biaya lease dan kontruksi.
Pertimbangan tersebut mengakibatkan meningkatnya kemungkinan salah
saji. Akibatnya , auditor sering kali mengurangi tingkat pengecualian yang
dapat ditoleransi unuk atribut keakuratan.
3. Jumlah nilai uang setiap transaksi dalam siklus mencakup rentang yang
luar. Akibatnya, auditor sering kali memisahkan item-item yang bernilai
besar dan tidak biasa serta mengujinya atas dasar 100 persen.

14
Pengendalian internal kunci :
 Bagan akun yang memadai telah digunakan.
 Klasifikasi akun telah diverifikasi secara internal.
Pengujian pengendalian yang umum :
 Memeriksa prosedur manual dan bagan akun.
 Memeriksa indikasi verifikasi internal.
Pengujian susbtantif atas transaksi yang umum :
 Membandingkan klasifikasi dengan bagan akun dengan merujuk ke faktur
vendor.

2.5 Metodologi Untuk Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo Utang


Usaha.
Karena semua transaksi dalam siklus akuisisi dan pembayaran umumnya
mengalir melalui utang usaha. Utang usaha adalah kewajiban yang belum dibayar
atas barang dan jasa yang diterima dalam peristiwa bisnis yang biasa.
Utang usaha dibedakan dari kewajiban akrual dan kewajiban berbunga.
Kewajiban akan dianggap utang usaha hanya jika total kewajiban itu diketahui
dan terhutang pada tanggal neraca. Jika kewajiban mencakup pembayaran bunga,
hal tersebut harus dicatat sebagai wesel bayar, utang kontrak, utang hipotik, atau
utang obligasi.
Jika pengujian pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi
terkait menunjukkan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif, dan jika
hasil prosedur analitis memuaskan, auditor mungkin akan mengurangi pengujian
atas rincian saldo utang usaha. Akan tetapi, karena utang usaha cenderung
material bagi sebagaian besar perusahaan, auditor hampir selalu melaksanakan
sejumlah pengujian atas rincian saldo.

15
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Utang
Usaha (Tahap I).
Banyak perusahaan yang fokus pada perbaikan aktivitas manajemen mata
rantai suplainya yang telah menimbulkan banyak perubahan dalam rancangan
system untuk mencatat aktifitas akuisisi dan pembayaran. Auditor harus
memahami sifat perubahan system tersebut untuk mengidentifikasi apakah risiko
bisnis klien dan pengendalian manajemen yang terkait mempengaruhi
kemungkinan salah saji yang material dalam utang usaha.

2. Menetapkan Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi Dan Menilai Risiko


Inheren (Tahap I).
Seperti halnya Piutang usaha, utang usaha seringkali saldonya berjumlah
besar dan terdiri dari sejumlah besar saldo vendor serta relative mahal untuk
mengaudit akun tersebut. Karena alasan itu auditor umumnya menetapkan salah
saji yang dapat ditoleransi yang relative tinggi untuk utang usaha. Auditor sering
menilai risiko inheren sebagai sedang atau tinggi. Mereka peduli dengan tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo pisah batas dan kelengkapan karena berpotensi
menimbulkan kurang saji saldo akun.

3. Menilai Risiko Pengendalian Dan Merancang Serta Melaksanakan


Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
(Tahap I Dan II).
Setelah menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan risiko inheren ,
auditor menilai risiko pengendalian berdasarkan pemahaman terhadap
pengendalian internal. Pengujian sustantif bergantung pada keefektifan relative
pengendalian internal yang berhubungan dengan utang usaha. Setelah menilai
risiko pengendalian, auditor merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian serta pengujian substrantif atas transaksi akuisisis dan pengeluaran
kas.

16
4. Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III).
Penggunaan prosedur analitis merupakan hal yang penting dalam siklus
akuisis dan pembayaran seperti pada setiap siklus lainnya, terutama untuk
mengungkapkan salah saji utang usaha. Dengan cara auditor harus
membandingkan total beban tahun berjalan dengan tahun sebelumnya untuk
mengungkapkan salah saji utang usaha serta akun beban.

5. Merancang dan Melaksanakan Pengujian atas rincian saldo Utang


Usaha
Tujuan audit atas utang usaha secara keseluruhan adalah untuk
menentukan apakah saldo utang usaha telah dinyatakan secara wajar dan
diungkapkan secaraa layak. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo utamg
usaha adalah eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifisikasi, pisah batas, detain
tie-in, serta hak dan kewajiban.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan untuk memverifikasi
piutang usaha yang diterapkan pada kewajiban dengan tiga modifikasi kecil:
 Tujuan nilai realisasi tidak dapat diterapkan pada kewajiban tetapi, nilai
realisasi hanya dapat diterapkan pada aktiva.
 Aspek hak dalam tujuan hak dan kewajiban tidak dapat diterapkan pada
kewajiban. Untuk aktiva auditor menggunakan hak klien atas penggunaan dan
pelepasan aktiva sedangkan untuk kewajiban auditor memperhatikan
kewajiban klien atas pembayaran kewajiban.
 Untuk kewajiban, penekanan diberikan pada pencarian kurang saji dan bukan
lebih saji.

Hal yang dilakukan untuk pengujian atas rincian saldo :


1. Pengujian kewajiban setelah priode.
2. Memeriksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas selanjutnya.
3. Memeriksa dokumentasi yang mendasari untuk tagihan yang belum
dibayar beberapa minggu setelah akhir tahun.

17
4. Menelusuri laporan penerimaan yang yang dikeluarkan sebelum akhir
tahun ke faktur vendor terkait.
5. Menelusuri laporan vendor yang menunjukkan saldo yang jatuh tempo
keneraca saldo utang usaha.
6. Mengirim konfirmasi ke vendor dengan siapa klien melakukan bisnis.
7. Pengujian pisah batas pengujian pisah batas (cutoff tests).
8. Hubungan pisah batas dengan observasi fisik persediaan.
9. Persediaan dalam perjalanan.

Membedakan reliabilitas faktur vendor, laporan vendor, dan


konfirmasi utang usaha sebagai bukti audit.
1. Perbedaan antara faktur vendor dan laporan vendor.
Auditor harus membedakan auditor faktur vendor dan laporan ketika
memverifikasikan jumlah yang terutang kepada vendor.
2. Perbedaan Antara Laporan Vendor dan konfirmasi.
Perbedaannya terletak pada sumber informasinya. Laporan vendor
disiapkan oleh vendor (pihak ketiga yang independen) tetapi berada ditangan klien
pada saat auditor memeriksanya. Hal ini memberikan klien kesempatan untuk
mengubah laporan vendor atau menyimpan laporan tertentu dari auditor. Respons
terhadap permintaan konfirmasi utang usaha umumnya berupa laporan tersendiri
yang dikirimkan langsung ke kantor akuntan publik oleh vendor. Respons tersebut
menyediakan informasi yang sama seperti laporan vendor tetapi lebih dapat
diandalkan.
Selain itu, konfirmasi utang usaha sering kali melibatkan permintaan
informasi mengenai wesel bayar dan penerimaan utang serta persediaan
konsinyasi yang dimiliki oleh vendor tetapi disimpan atas premise klien. Karena
ketersediaan laporan vendor dan faktur vendor, yang merupakan bukti yang relatif
dapat diandalkan karena berasal dari pihak ketiga, konfirmasi utang usaha kurang
begitu umum ketimbang konfirmasi piutang usaha.
Jika klien memiliki pengendalian internal yang memadai dan laporan
vendor tersedia untuk di periksa, konfirmasi biasanya tidak dikirimkan. Akan

18
tetapi, jika pengendalian internal klien lemah, laporan tidak tersedia, atau auditor
mempertanyakan integritas klien, sangatlah penting untuk mengirimkan
permintaan konfirmasi kepada vendor. Karena menekankan pada kurang saji akun
kewajiban, akun yang dikonfirmasi harus mencakup akun saldo yang besar, aktif
dan nol serta sampel representatif dari semua akun lainnya.

Ukuran Sampel.
Pengujian atas rincian saldo utang usaha terutama berfokus pada prosedur
audit yang umumnya dilakukan, dokumen dan catatan yang diperiksa, serta
penetapan waktu pengujian. Auditor juga harus mempertimbangkan ukuran
sampel ketika mengaudit utang usaha.
Ukuran sampel untuk pengujian utang usaha sangat bervariasi, tergantung
pada faktor – faktor seperti materialitas utang usaha, jumlah utang yang beredar,
penilaian resiko pengendalian, dan hasil tahun sebelumnya. Jika pengendalian
internal klien lemah, yang bukan merupakan hal umum untuk utang usaha, hampir
semua item populasi harus diverifikasi.
Sampling statistik kurang begitu umum digunakan dalam mengaudit utang
usaha ketimbang untuk piutang usaha. Mendefenisikan populasi dan menentukan
ukuran populasi untuk utang usaha jauh lebih sulit. Karena penekanannya
diberikan pada utang usaha yang dihapus, auditor harus berusaha untuk
memastikan bahwa populasi melibatkan semua utang yang potensial.

2.6 Jenis Akun Lain Dalam Sikls Akuisisi Dan Pembayaran


Banyak akun khusus yang terkait dengan transaksi dalam siklus akuisisi
dan pembayaran. Jenis aktiva, beban, dan kewajiban bagi banyak perusahaan akan
berbeda terutama yang berkecimpung dalam industry selain ritel, grosir, dan
manufaktur. Masalah yang berkaitan dengan beberapa akun kunci lainnya dalam
siklus ini akan dibahas terutama audit atas:

 Property, pabrik dan peralatan


 Beban dibayar dimuka

19
 Kewajiban lainnya
 Laba dan akun beban

2.7 Audit Atas Properti, Pabrik, Dan Peralatan


Properti, pabrik, dan peralatan adalah aktiva yang memiliki umur yang
diharapkan lebih dari satu tahun, digunakan dalam bisnis, dan tidak diperoleh
untuk dijual kembali. Tujuan penggunaan aktiva sebagai bagian dari operasi
bisnis klien dan umur yang diharapkannya yang lebih dari satu tahun merupakan
karakteristik yang signifikan yang membedakan aktuva tersebut dengan
persediaan, beban dibayar di muka, dan investasi. Table 20-2 menjukkan contoh
klasifikasi akun property, pabrik, dan peralatan yang umum. Akuisisi property,
pabrik, dan peralatan dilakukan melalui siklus akuisisi dan pembayaran.

Akun yang umumnya digunakan untuk peralatan manufaktur diilustrasikan


pada gambar 20-2. Pendebetan ke peralatan manufaktur berasal dari siklus akusisi
dan pembayaran. Karena sumber debet akun aktiva adalah jurnal akuisisi. Akan
tetapi karena penambahan peralatan tidak sering dilakukan, sering kali berjumlah
besar, dan terkena pengendalian khusus, seperti persetujuan dewan direksi, auditor
dapat memutuskan untuk tidak terlalu bergantung pada pengujian tersebut sebagai
bukti pendukung penambahan aktiva tetap.

Auditor membedakan cara memverifikasi peralatan manufaktur dengan akun


aktiva lancar karena tiga alasan:

1. Biasanya akuisisi peralatan manufaktur jarang dilakukan pada periode


berjalan.
2. Jumlah setiap akuisisi biasanya material
3. Peralatan mungkin tetap disimpan dan dicatat dalam catatan akunansi
selama beberapa tahun.
4. Karena perbedaan tersebut, audit atas peralatan manufaktur lebih
menekankan pada verifikasi akuisisi yang dilakukan pada periode
berjalan dan bukan saldo akun yang dibawa dari tahun sebelumnya

20
Dalam audit atas peralatan manufaktur dan akun-akun yang terkait, auditor harus
memisahkan pengujian ke dalam kategori berikut:

 Melaksanakan prosedur analitis


 Memverifikasi akuisisi tahun berjalan
 Memverifikasi pelepasan atau pembuangan tahun berjalan
 Memverifikasi saldo akhir akun aktiva
 Memverifikasi beban penyusutan
 Memverufikasi saldo akhir akumulasi penyusutan

Melaksanakan prosedur Analitis

Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Sebagian


prosedur analitis yang tipikal menilai kemungkinan salah saji yang material dalam
beban penyusutan dan akumulasi penyusutan.

Memverifikasi Akuisisi Tahun Berjalan

Perusahaan harus mencatat penambahan selama tahun berjalan dengan


benar karena aktiva memiliki pengaruh jangka panjang terhadap laporan
keuangan. Auditor menggunakan tujuh dari delapan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo sebagai kerangka referensi bagi pengujian atas rincian saldo:
eksistensi, kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, detail tie-in, serta hak
dan kewajiban.

Pengujian audit aktual dan ukuran sampel sangat tergantung pada salah
saji yang dapat ditoleransi, risiko inheren, dan penilaian risiko pengendalian.
Salah saji yang dapat ditoleransi merupakan hal yang penting untuk
memverifikasi penambahan tahun berjalan karena transaksi tersebut bervariasi
dari jumlah yang tidak material dalam beberapa tahun hingga sejumlah besar
akuisisi yang signifikan dalam tahun lainnya.

Skedul yang tipikal memuat daftar setiap penambahan secara terpisah dan
mencantumkan tanggal akuisisi, vendor, deskripsi, notasi apakah barang tersebut

21
baru atau bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan
biaya atau bekas, umur aktiva untuk tujuan penyusutan, metode penyusutan, dan
biaya atau harga perolehannya. Pengujian audit yang paling umum untuk
memverifikasi penambahan adalah memeriksa faktur vendor.

Auditor harus waspada terhadap kemungkinan kelalaian klien untuk


mencantumkan biaya transportasi dan instalasi yang material sebagai bagian dari
biaya akuisisi aktiva, serta kelalaian untuk mencatat dengan benar tukar tambah
peralatan yang ada. Jika kebijakan kilen adalah membebankan akuisisi yang lebih
kecil dari jumlah secara otomatis, seperti $1000, auditor harus memverifikasi
bahwa kebijakan tersebut ditaati pada tahun berjalan. Auditor juga harus
memverifikasi transaksi yang tercatat menyangkut ketepatan klasifikasinya.

Dalam beberapa kasus, jumlah yang tercatat sebagai peralatan manufaktur


harus diklasifikasikan sebagai peralatan kantor atau sebagai bagian dari bangunan.
Pengendalian internal yang buruk terhadap pembuatan dokumen, dapat
menimbulkan misklasifikasi transaksi pengeluaran yang signifikan.

Biasanya klien mencantumkan transaksi yang harus dicatat sebagai aktiva


dalam beban reparasi dan pemeliharaan, beban lease, perlengkapan, peralatan
kecil, dan akun-akun serupa. Slah saji dapat saja berasal dari kurangya
pemahaman terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum atau
keinginan klien untuk menghindari pajak penghasilan. Jika auditor menyimpulkan
jenis salah saji yang material ini mungkin terjadi, mereka harus memvouching
jumlah yang lebih besar yang didebet ke akun beban.

Memverifikasi Pelepasan Tahun berjalan

Transaksi yang melibatkan pelepasan peralatan manufaktur sering kali


disalahsajikan apabila pengendalian internal perusahaan tidak memiliki metode
formal. Jikla klien lalai mencatat pelepasan, biaya awal akun peralatan
manufaktur akan dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih akan dinyatakan
terlalu tinggi hingga aktiva telah disusutkan sepenuhnya. Metode formal untuk
menelusuri pelepasan dan provisi menyangkut otorisasi yang tepat atas penjualan

22
atau pelepasan peralatan manufaktur lainnya akan membantu mengurangi risiko
salah saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang
tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari catatan
akuntansi.

Titik awal untuk memverifikasi pelepasan adalah skedul klien yang berisi
catatan tentang pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan tanggal
kapan aktiva dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang
mengakuisisi aktiva, harga jual, biaya awal, tanggal akuisisi, dan akumulasi
penyusutan. Pengujian detail tie-in atas skedul yang mencatat pelepasan
diperlukan, termasuk memfooting skedul, menelusuri total pada skedul ke
pelepasan yang tercatat dalam buku besar umum, serta menelusuri biaya dan
akumulasi penyusutan pelepasan ke file induk properti.

Prosedur berikut seringkali digunakan untuk memverifikasi pelepasan:

 Mereview apakah aktiva yang baru diakuisisi menggantikan aktiva yang


ada
 Menganalisis keuntungan dan kerugian atas pelepasan aktiva dan
pendapatan rupa-rupa yang diterima dari pelepasan aktiva
 Mereview modifikasi pabrik dan perubahan lini produk, pajak properti,
atau cakupan asuransi untuk indikasi penghapusan peralatan
 Melakukan tanya-jawab dengan manajemen dan personil produksi
mengenai kemungkinan pelepasan aktiva

Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan
aktiva pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur
penjualan terkait dan file induk properti. Auditor harus membandingkan biaya dan
akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal yang tercatat
dalam jurrnal umum serta menghitung kembali keuntungan atas kerugian atas
pelepasan aktiva. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti,
auditor harus memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang

23
digantikan dihapus secara layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai
buku aktiva yang ditukar tambah dan biaya tambahan aktiva yang baru.

Memverifikasi Saldo Akhir Akun Aktiva

Dua tujuan auditor mengaudit peralatan manufaktur termasuk menentukan bahwa:

1) Semua peralatan yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca
(eksistensi)
2) Semua peralatan yang dimiliki telah dicatat (kelengkapan)

Ketika merancang pengujian audit untuk memenuhi tujuan tersebut,


pertama auditor mempertimbangkan sifat pengendalian internal terhadap peralatan
manufaktur. Auditor mampu menyimpulkan bahwa pengendalian cukup kuat
untuk memungkinkannya bergantung pada saldo yang dicatat dari tahun
sebelumnya. Pengendalian yang penting meliputi penggunaan file induk untuk
setiap aktiva tetap, pengendalian fisik yang memadai terhadap aktiva yang mudah
dipindahkan penulisan nomor identifikasi ke setiap aktiva tetap, serta perhitungan
fisik periodik atas aktiva tahu departemen akuntansi tentang semua pelepasan
aktiva tetap juga merupakan pengendalian yang penting.

Langkah audit yang pertama berkenaan dengan tujuan detail tie-in:


Peralatan manufaktur, seperti yang tercantum dalam file induk, sama dengan buku
besar. Memeriksa printout file induk untuk melihat bahwa totalnya sama dengan
slado buku besar. Setelah menilai risiko pengendalian untuk tujuan eksistensi,
auditor memutuskan apakah perlu memverifikasi eksistensi setiap item peralatan
manufaktur yang tercantum dalam file induk. Jika terdapat kemungkinan yang
besar bahwa aktiva tetap yang hilang sampel dari file induk dan memeriksa aktiva
aktual.

Biasanya auditor tidak perlu menguji keakuratan atau klasifikasi aktiva


tetap yang dicatat pada periode sebelumnya karena sudah diverifikasi dalam audit
sebelumnya kadang mungkin memiliki peralatan manufaktur di tangan yang tidak
lagi digunakan dalam operasi. Jika jumlahnya material, auditor harus

24
mengevaluasi apakah peralatan itu harus dicatat pada nilai realisasi bersih (tujuan
nilai realisasi) atau setidaknya diklasifikasikan secara terpisah sebagai “peralatan
nonoperasi”.

Pertimbangan utama dalam memverifikasi pengungkapan yang terkait


dengan aktiva tetap adalah kemungkinan adanya rintangan hukum. Auditor dapat
menggunakan beberapa metode untuk menentukan apakah peralatan manufaktur
terbebani, termasuk:

 Membaca syarat-syarat dalam perja njian pinjaman dan kredit


 Mengirimkan permintaan konfirmasi pinjaman kepada bank dan institusi
pemberi pinjaman lainnya
 Melakukan diskusi dengan klien atau mengirimkan surat ke penasihat
hukum

Memverifikasi Beban penyusutan

Jika beban penyusutan berjumlah material, akan diperlukan lebih banyak


pengujian yang terinci atas beban penyusutan ketimbang untuk akun yang telah
diverifikasi melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo yang paling penting untuk
beban penyusutan adalah keakuratan. Dalam menentukan hal yang pertama,
auditor harus mempertimbangkan empat aspek:

1) Umur manfaat akuisisi periode berjalan


2) Metode penyusutan
3) Estimasi nilai sisa
4) Kebijakan penyusutan aktiva dalam tahun akuisisi dan disposisi

Kebijakan klien dapat ditentukan melalui diskusi dengan personil yang


berwenang dan membandingkan responsnya dengan informasi yang ada dalam
file permanen auditor. Dalam memutuskan kelayakan umur manfaat yang
dibebankan ke aktiva yang baru saja diakuisisi, auditor harus memperttimbangkan

25
umur fisik aktiva, umur yang diharapkan, dan kebijakan perusahaan yang
ditetapkan menyangkut pertukaran peralatan.

Metode yang berguna untuk mengaudit penyusutan adalah pengujian


prosedur analitis atas kelayakan yang dilakukan dengan mengalikan aktiva tetap
yang belum disusutkan dengan tingkat penyusutan tahun tersebut. Dalam
melakukan perhitungan tersebut, auditor harus membuat penyesuaian yerhadap
penambahan dan pelepasan tahun berjalan, aktiva dengan umur yang berbeda, dan
aktiva dengan metode penyusutan yang berbeda.

Jika pengujian kelayakan secara keseluruhan tidak dapat dicapai, biasanya


diperlukan pengujian yang lebih terinsi. Auditort akan menghitung kembali beban
penyusutan atas aktiva tertentu untuk menentukan apakah klien mengikuti
kebijakan penyusutan yang benar dan konsisten. Agar relevan, perhitungan yang
terinci harus dikaitkan dengan perhitungan total penyusutan dengan memfooting
beban penyusutan pada file ninduk properti dan merekonsiliasi totalnya ke buku
besar umum.

Auditor membandingkan informasi yang diperoleh melalui pengujian audit


atas akun beban penyusutan dengan informasi yang diungkapkan dalam catatan
kaki guna memastikan informasi yang disajikan konsisten dengan metode aktual
dan asumsi yang digunakan untuk menghitung serta mencatat penyusutan.
Pendebetan ke akumulasi penyusutan biasanya diuji sebagai bagian dari audit atas
pelepasan aktiva, sementara kredit diverifikasi sebagai bagian dari beban
penyusutan.

Memverifikasi Saldo Akhir Akumulasi Penyusutan

Dua tujuan yang biasanya ditekankan dalam audit atas saldo akhir akumulasi
penyusutan adalah:

1) Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk properti sama


dengan buku besar umum. Tujuai ini dapat dipenuhi dengan menguji

26
footing akumulasi penyusutan dalam file induk properti dan menelusuri
totalnya ke buku besar umum
2) Akumulasi penyusutan dalam file induk sudah akurat

2.8 Audit Beban Dibayar Dimuka


Beban dibayar di muka, beban yang ditangguhkan, dan aktiva berwujud .
Hal tersebut termasuk:

 Sewa dibayar dimuka


 Biaya organisasi
 Pajak dibayar di muka
 Paten
 Asuransi dibayar dimuka
 Merek dagang
 Beban yang ditangguhkan
 Hak cipta

Pengendalian Internal

Pengendalian internal untuk asuransi dibayar dimuka dan beban asuransi


dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Pengendalian terhadap akuisisi dan pencatatan asuransi,


2. Pengendalian terhadap register asuransi,
3. Pengendalaian terhadap penghapusan beban asuransi.

Pengujian Audit

Pengujian atas saldo akun beban yang umumnya diperlukan mencakup


prosedur analitis dan pengujian untuk memastikan bahwa semua pembebanan
beban asuransi berasal dari kredit asuransi dibayar di muka, prosedur analitis yang
biasa dilakukan oleh auditor:

27
1) Membandingkan total asuransi dibayar dimuka dan beban asuransi dengan
tahun sebelumnya,
2) Menghitung rasio asuransi dibayar di muka terhadap beban asuransi dan
membandingkannya dengan tahun sebelumnya,
3) Membandingkan setiap cakupan polis asuransi pada skedul asuransi yang
diperoleh dari klien dengan skedul tahun sebelumnya sebagai pengujian
atas eliminasi polis tertentu atau perubahan cakupan asuransi,
4) Membandingkan saldo asuransi dibayar di muka yang dihitung selama
tahun berjalan atas dasar polis per polis dengan yang ada pada tahun
sebelumnya sebagai pengujian terhadap kesalahan perhitungan,
5) Mereview cakupan asuransi yang tercantum pada skedul asuransi dibayar
di muka dengan pejabat klien yang berwenang atau broker asuransi
menyangkut kememadaian cakupan. Auditor tidak boleh menjadi pakar
asuransi, tetapi pemahaman auditor mengenai akuntansi dan penilaian
aktiva sangat diperlukan untuk memastikan bahwa perusahaan tidak
diasuransikan terlalu rendah.

Prosedur audit lainnya, yang hanya harus dilakukan apabila ada alasan
khusus untuk melakukannya. Pengujian tersebut menggunakan tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo untuk melaksanakan pengujian atas rincian saldo aktiva,
pembahasannya:

1) Polis asuransi dalam skedul asuransi dibayar di muka memang ada dan
polis yang ada telah dicantumkan (eksistensi dan kelengkapan),
2) Klien memiliki hak atas semua polis asuransi dalam skedul asuransi
dibayar di muka (hak),
3) Jumlah dibayar di muka pada skedul sudah tepat dan totalnya sudah
dijumlahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum
(keakuratan dan detail tie-in),
4) Beban asuransi yang berhubungan dengan asuransi dibayar di muka telah
diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi),
5) Transaksi asuransi telah dicatat pada periode yang benar (pisah batas)

28
2.9 Audit Kewajiban Akrual
Kewajiban akrual merupakan estimasi kewajiban yang belum dibayar atas
jasa dan manfaat yang telah diterima sebelum tanggal neraca. Kewajiban akrual
diantaranya seperti:

1. Gaji akrual,
2. Pajak gaji akrual,
3. Bonus pejabat akrual,
4. Komisi akrual,
5. Fee profesional akrual,
6. Sewa akrual,
7. Bunga akrual.
2.10 Audit Akun Laba Dan Beban
Dua konsep berikut dalam audit atas akun laba dan beban akan diperlukan
ketika mempertimbangkan tujuan laporan laba rugi :
1. Penandingan laba dan beban periodik diperlukan untuk menentukan hasil
operasi yang tepat.
2. Aplikasi prinsip-prinsip akuntansi yang konsisten selama periode yang
berbeda diperlukan untuk komparabilitas
Kedua konsep tersebut harus diterapkan ketika mencatat setiap transaksi
dan mengombinasikan akun dalam buku besar umum demi penyajian laporan.
Bagian audit yang secara langsung mempengaruhi akun-akun tersebut adalah:
1. Prosedur analitis
2. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
3. Pengujian atas rincian saldo

29
CONTOH KASUS

Pembelian Fiktif Sebagai Kamuflase Laba Yang Lebih Saji.


Computronix Corporation mengumumkan bahwa beberapa pejabat
seniornya telah melakukan lebih saji, sehingga akan dilakukan penyesuaian
material pada hasil audit laporan keuangan di tahun-tahun sebelumnya. Inti
pelanggaran tersebut berupa pengadaan utang dagang fiktif terhadap pembelian
peralatan dalam jumlah besar untuk melebihsajikan aset tetap dan
menyembunyikan penjualan fiktif.
Pejabat - pejabat tersebut mengelabui bagian pengendalian internal
Computronix dengan menikung departemen pembelian dan penerimaan sehingga
tidak ada seorang pun di Computronix yang menemukan pelanggaran tersebut.
Pegawai Computronix biasanya membuat pencatatan yang lengkap dalam
pembelian peralatan. Pengendalian internal, dalam mengontrol transaksi
pembelian dan pengeluaran kas, biasanya mensyaratkan adanya pemesanan
pembelian, laporan penerimaan, dan faktur dari vendor sebelum pembayarannya
diotorisasi oleh direktur pelaksana atau kontroler/bendahara, dimana keduanya
terlibat dalam kejahatan tersebut. Akhirnya, para pejabat tersebut dapat melewati
bagian pengendalian atas pengeluaran kas dan mengotorisasi pembayaran atas
pembelian yang tidak pernah ada tanpa membuat dokumen dari transaksi fiktif
tersebut.
Perusahaan juga membuat penjualan dan piutang fiktif. Perusahaan ini
menerbitkan cek untuk melakukan pembayaran terhadap transaksi pembelian
fiktif. Cek tersebut disimpan kembali ke akun perusahaan dan dicatat sebagai
penagihan atas piutang fiktif. Dengan demikian, tampak bahwa penjualan fiktif
telah dilakukan, dan cek tersebut digunakan untuk melunasi pembelian aset fiktif.
Akuisisi barang dan jasa meliputi akuisisi hal lainnya seperti bahan baku,
peralatan, perlengkapan, utilitas, perbaikan dan pemeliharaan, penelitian dan
pengembangan. Auditor perlu memahami fungsi-fungsi bisnis dan dokumen dan
pencatatan dalam perusahaan sebelum mereka memahami resiko pengendalian
dan mendesain pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi.

30
SOLUSI PEMECAHAN KASUS :

Analisis Kasus :
Kasus permasalahan diatas menunjukkan bahwa terjadinya ketidakbiasaan
atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Yang dimana perbandingan antara
pembelian barang persediaan dengan penjualan bersihnya yang dapat
mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa
dibandingkan dengan tingkat penjualannya.
Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian persediaan bahan
baku dengan tahun sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan
kecurangan pembelian ganda (overbilling scheme).

Sampling Statistik :
Persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk
menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan efektif jika
ada kecurigaan terhadap satu attributnya seperti pemasok fiktif. Suatu daftar
alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif vendor dengan
munculnya Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain.
Sehingga alat deteksi tersebut dapat mengarahkan auditor untuk melakukan
pemeriksaan lebih lanjut terhadap perusahaan itu.

Kunjungan Observasi :
Kasus kecurangan dan penggelapan aset diatas, hal itu biasanya terjadi
karena tiga faktor yaitu:
1. ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan.
2. adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan dan menyembunyikan
kecurangan yang dilakukan.
3. adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan
integritas pelakunya.
Hal yang perlu di perhatikan pada struktur pengendalian internal
perusahaan tersebut :

31
1. Lingkungan pengendalian.
 filosofi dan gaya manajemen
 struktur organisasi
 komite audit
 metode komunikasi
 Fungsi audit internal
 Kebijakan dan prosedur personalia / kepegawaian.
2. Sistem akuntansi nya.
 Valid / keabsahan / kebenarannya
 Otorisasi
 Kelengkapan
 Klasifikasi / pengelompokkannya.
 Waktu
3. Prosedur pengendalian.
 Pemisahan tugas
 Otorisasi Prosedur yang layak
 Dokumen dan catatan yang memadai
 Kontrol fisik atas aset dan catatannya.
 Pemeriksaan independen terhadap kinerja
Jika struktur pengendalian internal sudah ditempatkan dan berjalan dengan
baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak berkurang.
Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap elemen
dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dan mencari
kelemahannya.

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Akun dan
kelompok transaksi di dalam siklus perolehan dan pembayaran yang pertama yaitu
perolehan barang dan jasa, kedua pengeluaran kas, ketiga retur dan cadangan
pembelian serta potongan pembelian. Fungsi bisnis dalam siklus beserta dokumen
dan catatan terkait tersebut adalah terjadinya setiap bisnis ketika membukukan
tiga kelompok transaksi di dalam siklus perolehan dan pembayaran. Tiga fungsi
yang pertama adalah membukukan pengeluaran kas dan jasa secara kredit, dan
proses terakhir adalah membukukan pengeluaran kas guna pembayaran ke
pemasok.
E-commerce mempengaruhi siklus perolehan dan pembayaran yang telah
di gunakan oleh perusahaan-perusaan yang melalui opsi internet untuk
mepersingkat proses yang mengelilingi perolehan barang dan jasa, sehingga
membatu perkembangan revolusi di dalam proses yang menyangkut manajemen
saluran pasokan (supply-chain management).
Dalam metodologi perancangan pengujian pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi untuk siklus perolehan dan pembayaran di bagi menjadi
dua bidang yang luas; pengujian atas perolehan dan pengujian atas pembayaran.
Pengujian atas pembelian atau perolehan melibatkan tiga dari empat fungsi bisnis
yang telah dibahas lebih dahulu di dalam pembahasan ini; pemrosesan pesanan
pembelian, penerimaan barang dan jasa, dan pengakuan kewajiban.
Dan dapat disimpulkan juga bahwa mengenai akun dan transaksi dalam
siklus akuisisi dan pembayaran. Agar audit atas sejumlah besar akun yang
berkaitan dengan siklus ini memadai, auditor harus memahami :

 akun – akun kunci,


 kelas transaksi,
 fungsi bisnis,

33
 dokumen serta
 catatan yang berhubungan dengan transaksi siklus akuisisi dan
pembayaran.

Banyak dari akun – akun tersebut, seperti utang usaha, properti, pabrik dan
peralatan, beban penyusutan, serta beban dibayar dimuka, memiliki karakteristik
unik yang mempengaruhi cara auditor memngumpulkan bukti yang mencukupi
tentang saldo akun yang terkait.

3.2 Saran
Saran kami setelah menyusun makalah ini bahwa audit siklus perolehan
dan pembayaran itu perlu menggunakan pengujian pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, dan utang usaha agar dapat meminimalisir resiko yang
akan terjadi pada sebuah laporan keuangan.

PERTANYAAN

1. Apa yang dilakukan auditor jika pengendalian internal atas pencatatan


wesel bayar tidak memadai?
2. Apa saja yang termasuk risiko bawaan terhadap saldo kas?

JAWABAN
1. Yang dilakukan auditor jika pengendalian internal atas pencatatan wesel
bayar tidak memadai
 Auditor perlu melakukan pengujian kembali terhadap transaksi-
transaksi wesel bayar tersebut,dan :
 auditor perlu melakukan prosedur lain untuk menguji adanya wesel
bayar yang tidak tercatat. Misalnya auditor dapat mengirimkan
konfirmasi kepada kreditur yang memiliki wesel atas klien di masa
lampau, tetapi tidak ada di dalam daftar wesel bayar.

34
 auditor juga dapat menganalisis beban bunga untuk pembayaran
kepada kreditur yang tidak termasuk dalam daftar wesel bayar dan
menelaah notulensi pertemuan dewan direksi untuk mendeteksi
kemungkinan adanya wesel bayar yang tidak tercatat.

2. Yang termasuk risiko bawaan terhadap saldo kas


 Kas mudah dicuri, mudah dipindah tangankan, kas sangat liquid
sudah berbentuk uang sehingga tidak susah menukarkan lagi. Uang
mudah dibawa daripada aset lainnya.
 Risiko bawaan cukup tinggi untuk :
1) Tujuan keberadaan ; saldo kas tercatat benar-benar ada pada
tanggal neraca.
2) Tujuan kelengkapan ; saldo kas tercatat meliputi pengaruh semua
transaksi kas yang telah terjadi. Transfer antar bank pada akhir
tahun telah dicatat pada periode yang tepat.
3) Tujuan akurasi.
 tingginya potensi salah saji akibat volume transaksi yang
tinggi.
 kesempatan manipulasi dalam bentuk kitting atau window
dressing.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Elder,Randal J.,Beasley,Mark S.,2008. Auditing dan Jasa


Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 2 Edisi keduabelas, Erlangga,
Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai