Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGAUDITAN II
PENELITIAN PADA SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN UTANG DAGANG

DOSEN PENGAMPU:
OLIFIA YUDIAWATI TALA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
NI WAYAN JUNIASIH(21304104)
SANDY CAHYA BILLY LATJENG (21304113)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Easa karena atas segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih,

Tondano, 2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar Belakang.............................................................................................................................4
Rumusan Masalah........................................................................................................................4
Tujuan Penulisan..........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo............................................................................5
Mendesain Pengujian Perincian Saldo.........................................................................................7
Konfirmasi Piutang Dagang.........................................................................................................9
Mengembangkan Pengujian Atas Program Audit Perinci :.......................................................12
BAB III..........................................................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................................................15
Kesimpulan................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus penjualan merupakan satu rangkaian kegiatan penjualan yang terjadi secara
berulang-ulang dan diikuti dengan proses perekaman data dan informasi bisnis. Rangkaian
kegiatan dalam siklus penjualan diawali dengan aktivitas penerimaan aktivitas penerimaan
order dari pelanggan, dilanjutkan dengan aktivitas penyiapan barang atau jasa yang diorder,
diteruskan dengan pengiriman/penyerahan barang (atau penyerahan jasa), penyiapan faktur
penagihan, penagihan piutang, dan diakhiri dengan penerimaan pembayaran atas tagihan
(piutang) pelanggan tersebut (Ardana dan Lukman, 2016:127).
Pengendalian internal memerlukan pembagian tanggung jawab yang jelas dalam
organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, praktek pelaksanaan yang sehat dan
didukung pula dengan karyawan yang berkualitas. Semakin berkembangnya perusahaan
maka permasalahan yang harus dihadapi semakin kompleks pula. Perusahaan memerlukan
sistem pengendalian internal yang baik untuk dapat melaksanakan pengawasan atau kordinasi
secara langsung terhadap seluruh aktivitas perusahaan.
Pengendalian internal merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mecapai tujuan
perusahaan. Sebuah sistem pengendalian internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang
dirancang agar manajemen mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa perusahaan
mencapai tujuan dan sasarannya, kebijakan dan prosedur tersebut sering kali disebut
pengendalian dan secara kolektif akan membentuk suatu pengendalian internal (Elder, Arens,
Beasley, dan Jusuf 2012:316).
Dalam siklus penjualan diperlukan juga aktivitas pengendalian internal yang digunakan
untuk otorisasi pemrosesan pesanan pelanggan dimulai dari permintaan pelanggan atas
barang, pesanan penjualan yang menginformasikan deskripsi dan kuantitas barang yang
dipesan pelanggan, pemberian kredit kepada pelanggan dengan persetujuan orang yang
memiliki otorisasi, pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan, dokumen pengiriman
yang digunakan untuk mengirim barang kepada pelanggan yang terdapat deskripsi dan
kuantitas barang yang dikirim, penagihan kepada pelanggan sesuai barang yang diminta oleh
pelanggan, dan pencatatan penjualan yang dilakukan perusahaan bersamaan dengan
penerimaan kas atau kredit lainnya (Elder, dkk 2012:524). Dengan adanya aktivitas
pengendalian internal dalam siklus penjualan, dapat membantu perusahaan dalam mengatur
sistem penjualan di perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penjelasan mengenai pokok pokok dari penelitian pada siklus penjualan
dan penagihan utang dagang?
2. Apakah tujuan dari masing masing pokok penelitian pada siklus penjualan dan penagihan
utang dagang?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penjelasan dari masing-masing pengertian pokok penelitian pada
siklus penjualan dan penagihan utang dagang
2. Untuk mengetahui tujuan dari masing-masing pokok penelitian pada siklus penjualan dan
penagihan utang dagang
3. Memahami bagaimana melaksanakan audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo
Bukti memadai yang akan dipakai dalam pengujian perincian saldo harus diputuskan
berbasis tujuan dengan tujuan (objective by objective). Contohnya, auditor harus mengevaluasi
potensi pelanggaran dan mempertimbangkan risiko bawaan (inherent risk). Potensi dan risiko ini
dapat bervariasi sesuai dengan tujuannya, seperti halnya hasil pengujian pengendalian dan
identifikasi risiko, yang juga bervariasi sesuai tujuan. Auditor harus pula mempertimbangkan
hasil pengujian substansif dari penjualan dan penerimaan kas.
Tujuan audit terkait saldo piutang dagang (accounts receivable balance related audit
objectives). Kedelapan tujuan tersebut adalah:
1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas utama, dan jumlah
totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku besar (Kecocokan perincian).
2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (Keberadaan).
3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (Kelengkapan).
4. Jumlah piutang dagang yang tepat (Akurasi).
5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (Klasifikasi).
6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (Pisah batas).
7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (Nilai terealisasikan).
8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (Hak).
Auditor menggunakan faktor-faktor yang ada untuk membantu mengetahui risiko deteksi
piutang dagang yang terencana, sesuai tujuannya.

 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Piutang Dagang (Tahap I)


Pengujian atas piutang dagang didasarkan pada prosedur penilaian risiko audit agar
auditor memahami bisnis dan industri klien. Risiko bisnis klien yang memengaruhi
piutang dagang oleh auditor dianggap sebagai risiko yang terhindarkan dan dijadikan
bukti perencanaan untuk piutang dagang. Contohnya, sebagai hasil dari perubahan
lingkungan ekonomi dalam industri, auditor bisa saja meningkatkan risiko bawaan dalam
nilai realisasi bersih piutang dagang.

 Menetapkan Salah Saji yang dapat Diterima dan Mengevaluasi Risiko Bawaan (Tahap I
Auditor terlebih dahulu memberikan penilaian awal mengenai materialitas untuk
keseluruhan laporan keuangan, lalu mengalokasikan jumlah yang dianggap material
untuk setiap akun neraca, termasuk piutang dagang. Alokasi ini disebut penentuan salah
saji yang dapat diterima (tolerable misstatement). Piutang dagang biasanya merupakan
salah satu bagian terpenting dari pelaporan keuangan bagi perusahaan dengan penjualan
kredit. Meskipun saldo piutang dagang kecil transaksi dalam siklus enjualan dan
penagihan yang memengaruhi saldo tersebut biasanya berjumlah besar.
PSA 70 (SA 316) mengindikasikan bahwa auditor harus bisa mengidentifikasi risiko
pelanggaran dalam pengakuan pendapatan. Hal ini biasanya memengaruhi evaluasi
auditor terhadap risiko tersebut untuk tujuan: eksistensi, batas waktu penjualan,
pengembalian barang dagangan, dan batas penetapan cadangan kerugian piutang.

 Mengevaluasi Risiko Pengendalian dalam Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)


Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu:
1. Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian.
2. Pengendalian atau penetapan pisah batas.
3. Pengendalian yang berhubungan dengan piutang tidak tertagih.

Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi dan
tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan risiko deteksi dan bukti-bukti
yang akan digunakan dalam pengujian perincian saldo. Sebagai contoh, auditor
menyimpulkan risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan penerimaan kas adalah
rendah dalam hal akurasi saldonya. Dengan demikian, auditor menyimpulkan bahwa
pengendalian dalam akurasi saldo piutang dagang adalah efektif karena transaksi satu-
satunya yang memengaruhi piutang dagang adalah penjualan dan penerimaan kas.

 Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas


Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah risiko pengendalian atas penjualan dan
penerimaan kas perlu direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas
transaksi untuk menentukan apakah perencanaan risiko deteksi sudah memenuhi setiap
tujuan audit terkait saldo piutang dagang,

 Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)


Prosedur analitis biasanya dilakukan dalam tiga tahap audit:selama perencanaan,
saat pelaksanaan pengujian terperinci, dan saat menyelesaikan audit. Prosedur analitis
umumnya dilakukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca, namun
setelah dilakukan pengujian perincian saldo.
Auditor menjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan dan
penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat hubungan
erat antara laporan laba rugi dengan akun-akun pada neraca. Jika auditor mengidentifikasi
adanya kesalahan penyajian dalam penjualan atau pengembalian barang dagangan dengan
menggunakan prosedur analitis, piutang dagang kemungkinan besar akan menutupi
kesalahan tersebut.
Prosedur analitis merupakan pengujian substantif, maka prosedur ini mengurangi
tugas auditor dalam melakukan pengujian perincian saldo jika hasil dari prosedur tersebut
memuaskan. Jika prosedur analitis dalam siklus penjualan dan penagihan
mengungkapkan adanya fluktuasi yang tidak biasa, maka auditor perlu meminta
informasi pada manajemen. Tanggapan dari manajemen perlu dievaluasi dengan kritis,
apakah mampu menjelaskan mengenai fluktuasi tersebut dan mampu menunjukkan bukti
pendukungnya.

 Mendesain dan Melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang Dagang (Tahap III)
Tugas menggabungkan faktor-faktor penentu risikodeteksi terencana
cukupkompleks karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah dan penentuan
untuk setiap faktor sifatnya sangat subjektif. Sebaliknya, hubungan antar faktor dan risiko
deteksi terencana biasanya mudah dilakukan.
Setelah memutuskan apakah bukti audit terencana untuk suatu tujuan adalah
tinggi, medium, atau rendah, auditor perlu memutuskan prosedur, jumlah sampel, pilihan
sampel, dan penetapan waktu audit yang tepat.

2.2. Mendesain Pengujian Perincian Saldo


Meskipun auditor menekankan akun-akun neraca dalam pengujian perincian saldo, akun
laporan laba/rugi tidak dilupakan karena akun laporan laba/rugi diuji sebagai produk sampingan
dari pengujian neraca.
Konfirmasi atas piutang dagang merupakan pengujian terpenting terhadap perincian piutang
dagang. Prosedur audit yang dipilih dan jumlah sampel sangat bergantung pada apakah bukti
terencana untuk tujuan tersebut tergolong rendah, medium, atau tinggi.

 Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas Utama dan Buku
Besar
Pada umumnya, pengujian atas piutang dagang dan cadangan kerugian piutang
dilakukan berdasarkan neraca saldo. Sebuah neraca saldo menyajikan saldo piutang
dagang pada tanggal neraca, termasuk data saldo piutang untuk setiap pelanggan disertai
perincian saldo untuk kurun waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca.
Biasanya, auditor melakukan pengujian atas informasi yang didapatkan dari
kecocokan perincian (detail tie-in) dalam neraca saldo, sebelum melakukan pengujian
lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diuji sama dengan
buku besar dan piutang dagang pada berkas utama.
Perluasan pengujian terhadap kecocokan perincian bergantung pada jumlah rekening,
tingkat pengujian atas berkas utama sebagai bagian dari uji pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi, dan tingkat pengujian yang dilakukan oleh auditor internal atau
pihak independent lain sebelum auditor.
 Piutang Dagang Dicatat Sesuai Keberadaannya
Ketika pelanggan tidak menanggapi konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa
dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman barang, juga menguji bukti penerimaan
kas selama masa tenggat (subsequent) untuk mengetahui apakah pembayaran sudah
dilakukan. Biasanya, auditor tidak menguji dokumen pengiriman atau bukti penerimaan
kas dalam sampel yang dikonfirmasi, melainkan memperluas penggunaan dokumen
tersebut sebagai alternative bukti bagi konfirmasi yang tidak ditanggapi.
 Piutang Dagang Dicatat secara Lengkap
Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening diluar neraca saldo,
kecuali bergantung perimbangan data piutang dagang di berkas utama. Jika seluruh
penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam jurnal penjualan, maka kurang saji
pada piutang dagang tidak dapat diungkap melalui pengujian perincian saldo.
Kurang saji atas penjualan dan piutang dagang lebih baik dideteksi dari prosedur
analitis dan pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang dilakukan, tetapi tidak
dicatat (tujuan kelengkapan atas pengujian transaksi penjualan).
 Akurasi Piutang Dagang
Konfirmasi rekening yang diambildari neraca saldo merupakan bentuk pengujian
perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang dagang.
Auditor melakukan pengujian debet kredit pada saldo pelanggan individu dengan
memeriksa  dokumen pendukung untuk pengiriman dan penerimaan kas.
 Piutang Dagang Diklasifikasikan dengan Benar
Auditor perlu mengecek apakah piutang yang sifatnya jangka panjang sudah
dipisahkan dari piutang dagang biasa, dan saldo kredit pada piutang dagang yang
jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang dagang.
Untuk mencapai tujuan audit terkait klasifikasi saldo, auditor harus menetapkan
apakah klien telah mengklasifikasikan piutang dagang secara benar. Untuk memenuhi
persyaratan penyajian dan pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa klasifikasi
disajikan secara benar dengan menentukan apakah transaksi antara pihak-pihak yang
terkait dengan perusahaan telah dicatat secara tepat dalam laporan keuangan selama
menyelesaikan tahapan audit.
 Penetapan Pisah Batas (Cutoff) Piutang Dagang secara Tepat
Salah saji akibat pisah batas terjadi ketika transaksi dalam waktu berjalan dicatat
selama jeda waktu antara pembuatan pelaporan dan waktu audit, atau sebaliknya. Tujuan
pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah untuk melihat apakah
transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang tepat.
Salah saji akibat penetapan pisah batas dapat terjadi pada penjualan, retur dan
cadangan barang dagangan,serta penerimaan kas. Untuk masing-masing hal tersebut,
auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:
1. Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.
2. Mengevaluasi apakah klien telah melakukan prosedur yang memadai untuk
menentukan tingkat kewajaran pisah batas.
3. Menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat.
 Pisah Batas Penjualan
Beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan, yang dapat
terjadi sebelum pengiriman (seperti kasus barang yang diproduksi khusus), pada saat
memulai pengiriman, atau selama pengiriman berlangsung. Agar pengukuran dilakukan
secara tepat pada periode berjalan, maka metode yang digunakan harus mengikuti
Prinsip.
 Akuntansi Berterima Umum.
Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman secara urut nomor, maka auditor akan
sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah batasnya. Jika pengiriman dilakukan oleh
armada perusahaan, jika pencatatan pengiriman tidak diberi nomor, dan jika orang yang
melakukan pengiriman dan penagihan tidak independen satu sama lain, maka auditor
akan sulit memastikan bahwa pisah batas yang ditetapkan adalah akurat.
Ketika pengendalian internal klien dianggap memdai, maka auditor biasanya dapat
melakukan verifikasi pisah batas dengan memeiksa nomor dokumen pengiriman pada
saat pengiriman terakhir di akhir periode, lalu membandingkan nomor ini dengan
pencatatan penjualan selama periode berjalan dan periode jeda (subsequent).
 Pisah Batas Retur dan Cadangan Penjualan
GAAP mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan penjualan terkait jika
jumlahnya material. Retur penjualan dicatat pada periode akuntansi dimana transaksi ini
terjadi, dengan asumsi yang hamper sama, yaitu adanya saling hapus (offsetting) jumlah
pada awal dan akhir periode akuntansi.
Pendekatan ini dapat diterima selama jumlahnya tidak material. Jika auditor yakin
bahwa klien mencatat seluruh retr penjualan tepat pada waktunya, maka pengujian pisah
batas bisa dilakukan dengan mudah dan langsung. Jika auditor melihat bahwa jumlah
yang dicatat selama periode jeda secara signifikan berbeda dari retur dan cadangan
penjualan diawal periode audit, maka mereka perlu melakukan penyesuaian.
 Pisah Batas Penerimaan Kas
Dalam audit, biasanya penentuan pisah batas penerimaan kas dianggap tidak terlalu
penting dibandingkan pisah batas untuk penjualan, retur, dan cadangan penjualan.
Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas (biasanya disebut holding the cash
receipts book open) cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri bank.
Pada tingkat tertentu, auditor dapat mengandalkan konfirmasi atas piutang dagang
untuk menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan cadangan penjualan,
dan penerimaan kas.
 Piutang Dagang Dinyatakan Dalam Nilai Terealisasi
GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah tertinggi
yang dapat ditagih. Untuk menghitung cadangan, klien mengestimasi jumlah total piutang
dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih
Untuk memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis hasil
pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Jika kebijakan kredit klien
berubah secara signifikan, maka auditor harus berhati-hati dalam mempertimbangkan
dampak dari perubahan ini. Auditor sering kali mengevaluasi kecukupan cadangan
dengan memeriksa akun-akun jangka panjang pada neraca saldo secara hati-hati untuk
menentukan mana yang belum dibayar setelah tanggal neraca.
Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi cadangan
dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca saldo. Pertama,
mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka pendek, meskipun beberapa
akun ini jelas-jelas tidak tertagih. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan
dengan tahun-tahun sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur.
 Klien Berhak Atas Piutang Dagang
Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena
piutang umumnya memang milik klien. Untuk mendapatkan informasi mengenai
keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien,
melakukan konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa
piutang dagang dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa berkas korespondensi.
 Penyajian dan Pengungkapan Piutang Dagang
Untuk mengevaluasi kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut, auditor perlu
memiliki pemahaman SAK dan persyaratan penyajian dan pengungkapan secara
menyeluruh. Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah
memisahkan hal-hal material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalam laporan
keuangan.

2.3 Konfirmasi Piutang Dagang


          Menurut SA 330 konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi
angsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsusr
tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Tujuan utama konfirmasi piutang
dagang adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cuttof).

Persyaratan Standar Auditing


Standar auditing mensyaratkan konfirmasi piutang dagang dalam kondisi normal PSA 07 (SA
330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu :
1. Piutang dagang jumlahnya tidak material
2. Auditor mempertimbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif
karena tingkat respons yang rendah dan tidak dapat diandalkan.
3. Kombinasi dari tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian adalah rendah dan bukti
subtansif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup.
Jenis – Jenis Konfirmasi
Auditor harus dapat memutuskan terlebih dahulu jenis konfirmasi yang harus digunakan,
seperti :
1. Konfirmasi positif (Positive Confirmation)
Konfirmasi positif merupakan konfirmasi yang repondennya diminta untuk menyatakan
persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang dinyatakan.
2. Formulir Konfirmasi Kosong ( Blank Confirmation Form)
Blank confirmation merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk mengisikan
saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang dinyatakan.
3. Konfirmasi Tagihan (Invoice Confirmation)
Konfirmasi tagihan adalah bentuk lain konfirmasi positif yang merupakan konfirmasi
individual, bukan saldo keseluruhan piutang pelanggan. Banyak pelanggan yang
menggunakan sistem voucher sehingga mereka bisa mengonfirmasi tagihan individual ,
tetapi bukan informasi saldo keseluruhan.
4. Konfirmasi Negatif (Negative Confirmation)
Konfirmasi negative merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidak setujuannya terhadap informasi
yang dinyatakan. Bukti konfirmasi dapat memberikan bukti yang reliable untuk semua
asersi terutama asersi keberadaan atau keterjadian.

Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang digunakan, dan hal ini sebaiknya berdasarkan
fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negatif dapat dilakukan hanya jika tiga
kondisi berikut dipenuhi :
1. Piutang dagang terdiri dari sejumlah besar akun bersaldo kecil.
2. Kombinasi antara risiko pengendalian dan risiko bawaan adalah rendah.
3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta.

Biasanya, jika konfirmasi negatif dilakukan, maka auditor akan memberikan penekanan pada
efektivitas pengendalian internal, pengujian subtansif atas transaksi dan prosedur analitis sebagai
bukti kewajaran piutang dagang, dan mengasumsikan bahwa mayoritas penerima konfirmasi
akan membaca dengan saksama dan merespons permintaan konfirmasi. Konfirmasi negatif
biasanya digunakan untuk audit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industri lain yang piutang
dagangnya berhubungan dengan masyarakat umum.
 Penetapan waktu (timing)
Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut
dikirimkan sesegera mungkin setelah penutupan tanggal neraca. Dengan ini auditor dapat
menguji secara langsung saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu
memperhatikan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.
Auditor cenderung mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam mengambil keputusan,
termasuk materialitas dari piutang dagang dan keberadaan tuntutan hukum karena dapat5
menyebabkan kemungkinan kebangkrutan klien dan risiko sejenisnya.

 Keputusan Pengambilan Sampel


Jumlah Sampel, faktor utama yang memengaruhi jumlah sampel dalam melakukan
konfirmasi piutang dagang terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu :
1. Salah saji yang dapat diterima’
2. Risiko yang tak terhindarkan (ukuran relatif dari total piutang dagang, jumlah
akun, hasil pengujian tahun sebelumnya, dan ekspetasi salah saji)
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang diperoleh dari pengujian subtansif lainnya
5. Tipe konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya membutuhkan sampel lebih banyak)

 Pemilihan Sampel Pengujian


Beberapa bentuk stratifikasi diinginkan oleh kebanyakan konfirmasi. Pendekatan kas ke
stratifikasi akan mempertimbangkan kedua ukuran dollar rekening individu dan panjang
waktu rekening telah tertunda sebagai basis untuk pemilihan saldo untuk konfirmasi.

 Menjalankan Pengendalian
Auditor tetap perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga dikembalikan dari
pelanggan. Jika ada klien yang membantu auditor harus melakukan pengawasan ketat.
Alamat pengembalian harus dicantumkan dalam seluruh amplop untuk memastikan agar
surat yang  tidak ditemukan alamatnya akan terkirim pada kantor akuntan publik (KAP).
Langkah ini diperlukan untuk memastikan independensi komunikasi antara auditor dan
pelanggan.

 Tindak Lanjut Bila Tidak Ada Tanggapan


Jika menggunakan konfirmasi positif, PSA 07 mensyaratkan prosedur tindak lanjut bila
terdapat konfirmasi yang tidak ditanggapi.  Biasanya dilakukan pengiriman kedua atau
ketiga. Jika pelanggan tetap tidak mengembalikan surat konfirmasi, maka diperlukan
prosedur alternatif. Tujuan alternatif itu sendiri menentukan tanpa konfirmasi apakah aun
yang tidak dijawab memang benar ada dan disajikan dengan benar pada tanggal
konfirmasi.

 Penerimaan Kas pada Masa Tenggat


Bukti penerimaan kas pada masa tenggat sampai dengan tanggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan bukti pengiriman, jurnal penerimaan kas, atau bahkan mungkin kredit yang
terjadi selama masa tenggat pada berkas utama piutang dagang.
 Duplikat Faktur Penjualan
Sangat berguna untuk mengecek penerbitan faktur penjualan aktual dengan tanggal
penagihan actual

 Dokumen Pengiriman
Dokumen ini diperlukan untuk mengetahui apakah pengiriman benar-benar dilakukan
dan juga sebagai pengujian pisah batas (cuttof)

 Korespondensi dengan Klien


Auditor tidak perlu menjadikan korespondensi sebagai bagian dari prosedur alternatif,
tetapi korespondensi dapat digunakan untuk menemukan piutang yang diragukan atau
bermasalah namun tidak ditemukan dengan cara lain.

 Analisis Perbedaan
Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan sangat perlu karena untuk
menentukan alasan adanya perbedaan yang dilaporkan. Adanya perbedaan pemilihan
waktu antara klien dan pelanggan karena digunakan untuk membedakan adanya
kesalahan di saldo rekening piutang. Jenis perbedaan yang umum dilaporkan di dalam
konfirmasi meliputi :
1. Pembayaran Telah Dilakukan
Perbedaan yang dilaporkan biasanya muncul ketika pelanggan melakukan pembayaran
sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima pembayaran pada waktunya
untuk pencatatan sebelum tanggal konfirmasi. Kejadian seperti itu harus secara hati-hati
diselidiki untuk menentukan kemungkinan kesalahan penerimaan tunai jalan pintas
penumpukan atau pencurian tunai.
2. Barang-Barang Belum Diterima
Perbedaan ini biasanya menghasilkan sebab arsip klien yang penjualan di tanggal
pengiriman dan arsip pelanggan yang didapatnya ketika barang-barang diterima. Waktu
ketika barang dalam masa pengiriman menyebabkan perbedaan laporan tanggal
penerimaan barang atau salah saji akibat pisah batas pada catatan pelanggan.
3. Barang-Barang Telah Dikembalikan
Kegagalan klien untuk mencatat memo kredit bisa mengakibatkan perbedaan pemilihan
waktu atau pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga yang tidak pantas.
4. Kesalahan Pekerjaan Klerk dan Memperdebatkan Jumlah
Jenis perbedaan yang dilaporkan dalam arsip klien adalah ketika pelanggan menyatakan
adanya kesalahan dalam harga barang-barang,barang rusak, kuantitas barang-barang yang
seharusnya tidak diterima, dan sebagainya. Perbedaan ini harus diselidiki untuk
menentukan apakah klien salah dan berapa jumlah kesalahannya.
 Pengambilan Kesimpulan
Setiap salah saji harus dianalisis untuk menentukan apakah hal ini konsisten atau tidak
konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam risiko pengendalian. Jika terdapat jumlah
salah saji yang signifikan dan tidak konsisten dengan evaluasi risiko pengendalian,, maka
perlu dilakukan revisi terhadap evaluasi dan mempertimbangkan dampak revisi tersebut
terhadap audit.
Meskipun jumlah salah saji dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi laporan
keuangan , auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu menjadi material dalam
populasi.
Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dari salah saji yang ditemukan
dalam sampel, tanpa memperhatikan nominal salah saji populasi yag diestimasi.

2.4. Mengembangkan Pengujian Atas Program Audit Perinci :


Panduan dalam memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo:
a. Salah saji yang dapat diterima.
b. Risiko audit yang dapat diterima.
c. Risiko bawaan.
d. Risiko pengendalian.
e. Pengujian substantif atas hasil transaksi.
f. Prosedur analitis.
g. Risiko deteksi terencana dan bukti audit terencana.

Program Audit untuk Pengujian Perincian Saldo-Siklus Penjualan dan Penagihan (Format
Kinerja):
a. Menelaah neraca saldo piutang dagang untuk piutang yang saldonya besar atau tidak
lazim.
b. Membuat prosedur analitis yang diindikasikan dalam skedul audit ke depan (tidak
termasuk) dan menindaklanjuti setiap perubahan penting dari tahun sebelumnya.
c. Menelaah piutang dalam daftar neraca saldo untuk wesel dan piutang pada pihak terkait.
d. Melakukan tanya jawab dengan manajemen apakah ada piutang kepada pihak terkait,
wesel, atau piutang jangka panjang yang termasuk dalam neraca saldo.
e. Menelaah notulensi rapat pimpinan dan melakukan tanya jawab dengan manajemen jika
ada piutang yang dijaminkan.
f. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke piutang dagang untuk menghitung umur piutang
dan saldonya.
g. Menjumlah ke bawah saldo dari dua halaman neraca saldo pada kolom perhitungan umur
piutang dan saldo, menghitung total keseluruhan, dan menghitung ke samping saldo
perhitungan umur piutang.
h. Menelusuri saldo ke buku besar.
i. Menelusuri 5 akun dari berkas utama piutang dagang ke neraca saldo.
j. Melakukan konfirmasi positif atas piutang dagang, mengkonfirmasi seluruh akun diatas
Rp 100.000.000 dan melakukan pengambilan sampel acak terhadap sisanya.
k. Melakukan prosedur alternatif untuk seluruh konfirmasi yang tidak ditanggapi pada
permintaan kedua.
l. Mendiskusikan bagaimana kecenderungan kolektibilitas dari tagihan-tagihan lama
dengan manajer kredit. Menguji penerimaan kas selama masa tenggan dan berkas kredit
pada tagihan jatuh tempo lebih dari 90 hari dan melakukan evaluasi apakah piutang
dagang tersebut masih bisa tertagih.
m. Melakukan evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah melakukan prosedur audit
untuk penagihan piutang dagang.
n. Memilih 20 transaksi terakhir atas penjualan dari jurnal penjualan tahun berjalan dan 20
transaksi pertama selama masa jeda tahun berjalan dan menelusurinya ke dokumen
pengiriman, serta memeriksa tanggal pengiriman aktual dan tanggal pencatatan yang
benar.
o. Menelaah retur dan cadangan penjualan yang saldonya besar sebelum dan setelah tanggal
neraca untuk menentukan apakah dicatat pada periode yang tepat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Siklus penjualan merupakan satu rangkaian kegiatan penjualan yang terjadi secara
berulang ulang dan diikuti dengan proses perekaman data dan informasi bisnis.
Dalam siklus penjualan diperlukan juga aktivitas pengendalian internal yang digunakan
untuk otorisasi pemrosesan pesanan pelanggan dimulai dari permintaan pelanggan atas
barang, pesanan penjualan yang menginformasikan deskripsi dan kuantitas barang yang
dipesan pelanggan, pemberian kredit kepada pelanggan dengan persetujuan orang yang
memiliki otorisasi, pengiriman barang yang dipesan oleh pelanggan, dokumen pengiriman
yang digunakan untuk mengirim barang kepada pelanggan yang terdapat deskripsi dan
kuantitas barang yang dikirim, penagihan kepada pelanggan sesuai barang yang diminta oleh
pelanggan, dan pencatatan penjualan yang dilakukan perusahaan bersamaan dengan
penerimaan kas atau kredit lainnya.

Anda mungkin juga menyukai